Disusun Oleh :
Nama NIM
Sriwisanta Sidauruk 1502101010094
Rendy Franata Tarigan 1502101010137
Dievi Chairani 1502101010211
Heriyawan 1602101010007
Nurhajimah 1602101010008
Yana Zein 1602101010014
Evi Srinita Harahap 1602101010017
Annezha Vania Frima 1602101010025
Roby Luksmana 1602101010027
A`dila Quraisyi 1602101010035
Nailul Husna 1602101010043
Mira Ayu Lestari 1602101010050
Rahmawati 1602101010051
Shinta Sawitri 1602101010054
Yola Alifa 1602101010085
Deci Aryani 1602101010079
Zakyah Fitri 1602101010096
Langga Mora 1602101010104
Bagus Dwijayanti 1602101010106
Puti Ratu Loemayang 1602101010110
Harlin Yuliana Arimbi 1602101010118
Safitri Rimadhanti 1602101010120
2. Etiologi
3. Epidemiologi
Berbagai spesies dari tiga genus kapang ini dapat menginfeksi kulit, bulu/rambut
dan kuku/tanduk dalam berbagai intensitas infeksi. Hampir semua jenis hewan dapat
diserangnya, dan penyakit ini secara ekonomis sangat penting.Secara umum penyakit
yang disebabkan oleh kapang ini menginfeksi hewan domestik, khususnya hewan
ternak, anjing, kucing, hewan peliharaan kecil seperti hamster dan kelinci percobaan
bahkan semua mamalia dan burung. Penyebaran penyakit ini dapat terjadi secara
kontak langsung dengan lesi pada tubuh hewan, yaitu kontak dengan kulit atau bulu
yang terkontaminasi ringworm maupun secara tidak langsung melalui spora dalam
lingkungan tempat tinggal hewan. Kapang mengambil keuntungan dari hewan dengan
mengurangi kapasitas kekebalan tubuh atau sistem imum hewan.
6. Diagnosis
7. Diferensial diagnosa
8. Pengobatan
Pada umumnya cukup topikal saja dengan obat-obat antijamur untuk
bentuk interdigital dan vesikular. Lama pengobatan 4-6 minggu. Bentuk moccasin
foot yang kronik memerlukan pengobatan yang lebih lama, apalagi bila disertai
dengan tinea unguium, pengobatan diberikan paling sedikit 6 minggu dan kadang-
kadang memerlukan antijamur per-oral, misalnya griseofulvin, itrakonazol, atau
terbenafin.
A. Terapilokal
Adzima,V ., Jamin,F dan Abrar,M. (2013). Isolasi dan identifikasi kapang penyebab
dermatofitosis pada anjing di kecamatan syiah kuala banda aceh. J Medika
Veterinaria,7 (1) : 46.
Dourmshev, L. 2009. Dermatomyiositis. Medical university of sofia, Eropa.
Effendi, C. dan Setiawati,w. (2017). Solusi Permasalahan Kucing. Penerbit Penebar
Swadaya, Jakarta.
Jawetz,E.,Melnick,J.L.,Adelberg,E.A.1996.Mikrobiologi Kedokteran edisi ke
20.EGC,Jakarta
Kurniati., Rosita,Cita. ( 2008 ). Etiopatogenesis deratoikosis.Jurnal Kesehatan,
20(3): 243-257.
Madani,A.F.2000. Ilmu Penyakit Kulit.Hipokrates,Jakarta
Wibinoso, W.H., Putu, A.S.P. (2017). Dermatofitosis pada anjing lokal. Indonesia
Medicus Veterinus.6(2) : 130-137.
Wientarsih,L.,Noviyanti,L.,Prasetyo,B.F.,Madyastuti,R.2012. Penanggulanan Obat
Hewan-Hewan Kecil.Techno Medica Press : Bogor.