OLEH:
DENPASAR
2022
I. PENDAHULUAN
Jamur merupakan salah satu penyebab infeksi pada penyakit terutama di negara-
negara tropis. Penyakit kulit akibat jamur merupakan penyakit yang sering muncul di
tengah masyarakat dan wilayah Indonesia. Iklim tropis dengan kelembaban udara yang
tinggi di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan jamur.
Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan adalah
dermatofit (dermatophyte, dalam bahasa Yunani, yang berarti tumbuhan kulit) yang
menyebabkan terjadinya infeksi jamur pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir.
Dermatofit termasuk dalam kelompok jamur yang menyebabkan kelainan yang disebut
infeksi dengan "ringworm".
Ringworm adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh jamur
dermatofita dan dapat menyerang berbagai jenis hewan termasuk sapi. Penyakit
ringworm mampu menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi dalam usaha peternakan
dan bersifat zoonosis. Ringworm pada sapi telah banyak dilaporkan di berbagai negara.
Penyakit ini mampu menimbulkan kerugian ekonomi dalam usaha peternakan dan juga
berpotensi menularkan infeksinya kepada manusia.
● Judul Kasus : Ringworm Pada Sapi Bali
● Sinyalemen:
Pasien merupakan seekor sapi Bali betina berumur 4 tahun. Pemeriksaan fisik
ditemukan lesi yang mengalami keratinisasi berdiameter ± 2-7 cm pada permukaan
kulit. Pemeriksaan penunjang yg dilakukan pengerokan lesi kulit dan kultur pada media
SDA ditemukan jamur arthrospora, sporangiospora koloni dermatofita. Lesi muncul
pasca sapi digembalakan di padang. Sistem pemeliharaan semi intensif pada musim
hujan, sedangkan pada musim kemarau secara intensif. pakan yang diberikan
kombinasi gamal dan petes. Jumlah populasi sapi 16 ekor. Yang menunjukkan gejala
hanya 1 ekor. Sudah divaksin. Sapi diikat didepan rumah, dekat dengan kandang babi.
II. ETIOLOGI
Dermatofitosis atau ringworm adalah penyakit infeksi kutaneus superfisial yang
dapat menyerang lapisan berkeratin seperti stratum korneum kulit, rambut, dan kuku.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur dermatofita dan mampu menginfeksi berbagai
hewan. Tiga genus jamur dermatofita yaitu Microsporum dan Trichophyton Ringworm
pada sapi Bali disebabkan oleh jamur dermatofit yaitu jamur dari genus Trichophyton
dan spesies Trichophyton verrucosum, T. mentagrophytes dan T. megninii.
Pertumbuhan jamur penyebab Ringworm didukung dengan kondisi kandang
yang lembab karena sirkulasi udara yang kurang baik, cahaya tidak masuk kedalam
kandang, serta kebersihan kandang kurang terjaga (Putriningsih dkk, 2016). Selain itu
juga, Ringworm lebih sering terjadi di negara-negara yang beriklim tropis atau dingin,
karena dalam bulan-bulan musim dingin, hewan selain kurang menerima sinar matahari
secara langsung, juga sering bersama - sama di kandang, schingga kontak langsung di
antara sesama individu lebih banyak terjadi. Penyebaran infeksi dapat terjadi karena
kontak langsung dengan hewan atau patahan bulu yang terinfeksi (Al-Ani et al, 2002).
III. TANDA KLINIS
Umumnya sapi didiagnosis terinfeksi ringworm apabila menunjukkan gejala
klinis berupa adanya lesi berwarna putih keabuan atau kehitaman berbentuk bulat
disertai adanya krusta, scale, hiperkeratosis, dan alopesia dengan berbagai ukuran.
Sapi pada kasus menunjukan lesi berupa alopesia berbentuk bulat berwarna
putih, abu-abu, atau coklat kehitaman disertai dengan adanya hiperkeratosis, sisik, dan
krusta berbentuk bulatan seperti cincin dengan batas yang jelas, berbagai ukuran hingga
terjadi kerusakan pada rambut. Alopesia merupakan suatu kondisi hilangnya rambut
secara parsial (sebagian) atau secara keseluruhan pada bagian tubuh. Lesi tersebut pada
umumnya terjadi pada daerah wajah, leher, dada, bahu, kaki, dan tubuh. Selanjutnya
terjadi keropeng, lepuh dan kerak sehingga kulit menebal. Jika terjadi infeksi parah
tubuh sapi akan sangat kurus dan menurunnya nafsu makan.
Sumber gambar: Jurnal Veteriner Nusantara, Laporan Kasus Ringworm Pada Sapi
Bali
IV. PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan Fisik
Pada kasus yang kami gunakan hasil dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya
lesi berdiameter ± 2-7 cm pada permukaan kulit daerah kepala, leher, thoraks dan
abdomen. Nafsu makan sapi normal dan sapi masih bergerak aktif. Dengan body
condition score (BSC) 3 dari skala 1-5. Frekuensi nafas 28x/menit, frekuensi pulsus
48x/menit, dan suhu tubuh 38,70C. Mukosa berwarna merah muda pucat dengan
capillary refil time <2 detik. Tidak ditemukan perubahan dan pembengkakan saat
palpasi kelenjar limfa.
B. Pemeriksaan Penunjang
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_riwayat_penelitian_1_dir/3e7ffbc2075a
179d54672f2900c5328d.pdf
Pemeriksaan laboratorium yang juga dapat dilakukan yaitu kultur jamur dengan
Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Pertubuhan dari jamur dapat dilihat secara
makroskopis. Sampel jamur yang tumbuh diambil dengan needle sterile dan dilanjutkan
dengan pewarnaan dengan menggunakan lactophenol cotton blue, kemudian diperiksa
di bawah mikroskop.
https://journal.ipb.ac.id/index.php/hemera/article/view/23905/15761
Gambar A. Pemeriksaan pada pertumbuhan jamur hari pertama.
Gambar C. Pembesaran 40x hifa dan septa (panah merah), sporangium (panah hitam).
https://journal.ipb.ac.id/index.php/hemera/article/view/23905/15761
V. DIAGNOSA
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang, pasien
didiagnosis suspek ringworm dengan prognosa fausta namun membutuhkan waktu
penyembuhan yang lama.
VI. PENANGANAN
Penanganan dapat dilakukan dengan membersihkan lesi dan disikat
menggunakan air dan detergen. Lesi kemudian dioleskan ketoconazole salep sehari 2
kali secara tipis di pinggir lesi.
VII. PEMBAHASAN
Ringworm atau dermatophytosis merupakan penyakit akibat infeksi cendawan
atau jamur pada kulit atau jaringan lain yang mengandung keratin seperti bulu, kuku,
rambut dan tanduk pada hewan maupun manusia. Ringworm disebabkan oleh
cendawan dermatofit, yaitu sekelompok cendawan dari genus Microsporum dan
Trichophyton. Penyakit ini sering dijumpai pada hewan yang dipelihara secara
bersama-sama karena dapat menular antara sesama hewan. Sesungguhnya ringworm
dapat sembuh sendiri, namun umumnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal
tersebut tergantung pada tingkat keparahan infeksia. Hewan yang terinfeksi ringworm
perlu diberikan terapi karena penyakit ini mudah menyebar dan bersifat zoonosis(Bond,
2010).
Lesi klinis yang teramati pada sapi bali yang dicurigai terinfeksi ringworm ini
berupa alopesia berbentuk bulat berwarna putih, abu-abu, atau coklat kehitaman disertai
dengan adanya hiperkeratosis, sisik, dan krusta berbentuk bulatan seperti cincin dengan
batas yang jelas, berbagai ukuran hingga terjadi kerusakan pada rambut. Alopesia
merupakan suatu kondisi hilangnya rambut secara parsial (sebagian) atau secara
keseluruhan pada bagian tubuh. Alopesia pada ringworm disebabkan oleh adanya
inflamasi pada folikel rambut yang dapat mengakibatkan rusaknya batang rambut dan
kerontokan rambut (Scott et al., 2001). Lesi tersebut pada umumnya terjadi pada daerah
wajah, leher, dada, bahu, kaki, dan tubuh. Selanjutnya terjadi keropeng, lepuh dan kerak
sehingga kulit menebal. Jika terjadi infeksi parah tubuh sapi akan sangat kurus dan
menurunnya nafsu makan (Anonim, 2014).
Gambar 1. Koleksi sampel kerokan kulit (Kiri) dan Memandikan Sapi dengan
air deterjen sebelum pemberian obat (Kanan)
Putrinigsih, P.A.S., I.P.G.Y Arjentinia, Sri Kayati W. 2014. Studi Prevalensi dan
Identifikasi Ringworm Pada Sapi Bali yang Bersifat Zoonosis di Bali. Laporan
akhir. Diakses pada
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_riwayat_penelitian_1_dir/3e7ffbc2075
a179d54672f2900c5328d.pdf
Simarmata, Y. TRMR, dkk. 2018. Ringworm on Sapi Bali at Baumata Timur Village.
Diakses pada
https://journal.ipb.ac.id/index.php/hemera/article/view/23905/15761