Anda di halaman 1dari 22

ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

TOPIK: BEDAH ONCOLOGY


“TEKNIK OPERASI SISTE / CYSTE”

OLEH :
KELOMPOK 4 KELAS C
I PUTU INDRA MANIK PRADIPTA 1809511080
REYNA TASYA DHEWANTY 1809511083
DANIELLA EVERETTA SATRIAWAN 1809511084
I DEWA MADE UPADANA 1809511085
MADE DEDDY DHARMANA PUTRA 1809511086
TJOKORDA ISTRI AGUNG PRADNYA DEWI P 1809511087
ADINDA 1809511088
MUH. MUAZDZAM-ZAM LIL ABRORI 1809511089

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Paper “Teknik Operasi Cyste” ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Paper ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas yang akan dijadikan landasan
dalam penilaian proses pembelajaran Mata Kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan


kepada dosen pengajar yang telah memberikan banyak bimbingan dan arahan kepada kami
dalam penyusunan paper ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan pada kami.

Kami menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi,
ilustrasi, contoh, maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para
pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Besar harapan kami karya tulis ini
dapat bermanfaat baik bagi pembaca pada umumnya terutama bagi teman-teman mahasiswa
kedokteran hewan di Indonesia.

Denpasar, 30 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................01
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................01
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................01
1.3 Tujuan ...................................................................................................................01
1.4 Manfaat .................................................................................................................02
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................03
2.1 Terminologi........................................................................................................... 03
2.2 Indikasi..................................................................................................................07
2.3 Anastesi ................................................................................................................. 07
2.4 Pre Operasi ............................................................................................................ 08
2.5 Operasi .................................................................................................................. 10
2.6 Pasca Operasi ........................................................................................................ 16
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................17
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................17
3.2 Saran .....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................18

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kista folikel pada Poodle (FNA menunjukkan keratin dan debris kaseosa.
Eksisi bedah bersifat kuratif) (Moriello, -) ................................................................. 4
Gambar 2. Kista sebasea (Winnie, -) ............................................................................................ 4
Gambar 3. Cyst Dermoid .............................................................................................................. 5
Gambar 4. Pancreatic pseudocyst (Fossum, 2018) ....................................................................... 5
Gambar 5. Kista rete ovarii pada marmot (Pilny, 2014) .............................................................. 6
Gambar 6. Hasil USG kista tiroid pada kucing. (panah) cairan kista; (kepala panah)
jaringan tiroid (Miller et al., 2017) ............................................................................. 6
Gambar 7. Hasil radiografi kista tiroid pada kucing (Miller et al., 2017) .................................... 7
Gambar 8. Hasil USG kista tiroid besar pada kucing (Gorda dan Pratistha. 2018) ..................... 9
Gambar 9. Sayatan di bagian atas kista dengan blade no. 11. Kista diperas untuk
mengeluarkan semua isi kista. Sebuah hemostat dapat ditempatkan di
sayatan dan bilah dibuka saat kista diperas untuk memudahkan
pengangkatan isi kista. .............................................................................................. 12
Gambar 10. Setelah meremas kuat, mengeluarkan isi kista dan melonggarkan dinding
kista dari jaringan sekitarnya, hemostat ditempatkan di luka, dan seluruh
dinding kista dengan lembut dikirim melalui sayatan kecil (Zuber, 2002) .............. 13
Gambar 11. (a) Terlihat adanya massa yang membesar di interdigiti kaki anjing (b)
Proses pengangkatan kista (c) Penjahitan luka (Marzuki et al., 2021) ..................... 13
Gambar 12. A- Mata kanan menunjukkan prolaps kelenjar kelopak mata ketiga. B-
Mata kiri menunjukkan kista di kelopak mata ketiga. C- Penampilan
intraoperatif setelah marsupialisasi di mata kiri. D- Penampilan akhir mata
kiri setelah prosedur bedah marsupialisasi dan kantoplasti medial. E- Aspek
kedua mata satu tahun setelah operasi (Lima et al., 2020) ....................................... 14
Gambar 13. Identifikasi kiste setelah laparotomi (kiri) dan pengangkatan kiste setelah
nefroktomi (kanan) (Paskalev et al., 2012)............................................................... 15
Gambar 14. Identifikasi kiste setelah pengangkatan mukoperiosteal (kiri) dan
penutupan mukoperiosteal (kanan) (Thatcher, 2017) ............................................... 15

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Cyste adalah suatu kebengkakan yang lunak, berfluktuasi, isinya tidak purulen
melainkan cairan yang agak kental yang dihasilkan oleh selaput (dinding) yang membatasi
luka. Cyste juga dapat dipaparkan sebagai kondisi patologis yang berupa kosong dalam
jaringan yang berisi cairan sekresi tubuh alami atau produk pemecahan yang abnormal
atau nonpurulen. Beberapa kista berkembang dalam benjolan kanker.
Jadi, Cysts atau kista merupakan penyakit neoplastik bersifat jinak yang menyerang
hewan mamalia lebih tepatnya pada kelenjar mamae dan masih ada beberapa jenis kista
lainnya. Kejadian kista kelenjar mammae pada anjing jarang terjadi sehingga pelaporan
kasus kejadiannya pun jarang. Penanganan cyste ini yaitu dengan prosedur operasi.
Dalam melakukan operasi ini tentunya terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu
preoperasi, prosedur operasi, dan pascaoperasi. Oleh karena itu, paper ini disusun
sehingga para pembaca lebih paham dan mengerti terhadap teknik operasi cyste. Selain itu
penyusunan paper ini juga untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ilmu bedah
Khusus Veteriner di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang diperoleh yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan operasi cyste?
2. Apa saja indikasi yang menyebabkan teknik operasi cyste harus dilakukan?
3. Bagaimana prosedur anastesi dalam operasi cyste
4. Bagaimana penanganan pre operasi cyste?
5. Bagaimana prosedur teknik operasi cyste?
6. Bagaimana penanganan pasca operasi cyste?

1.3. Tujuan
Tujuan penulisan paper ini yaitu :
1. Untuk mengetahui operasi cyste
2. Untuk mengetahui indikasi yang menyebabkan teknik operasi cyste harus dilakukan
3. Untuk mengetahui prosedur anastesi dalam operasi cyste
4. Untuk mengetahui penanganan pre operasi cyste

1
5. Untuk mengetahui prosedur teknik operasi cyste
6. Untuk mengetahui penanganan pasca operasi cyste

1.4. Manfaat
Manfaat penulisan paper ini yaitu :
1. Dapat mengetahui operasi cyste
2. Dapat mengetahui indikasi yang menyebabkan teknik operasi cyste harus dilakukan
3. Dapat mengetahui prosedur anastesi dalam operasi cyste
4. Dapat mengetahui penanganan pre operasi cyste
5. Dapat mengetahui prosedur teknik operasi cyste
6. Dapat mengetahui penanganan pasca operasi cyste

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Terminologi
Menurut Sudisma et al. (2016), Kista adalah suatu kebengkakan yang lunak,
berfluktuasi, isinya tidak purulen melainkan cairan yang agak kental yang dihasilkan oleh
selaput yang membatasi luka. Selain itu, Siste (cyst) juga dapat diartikan sebagai ruangan
berdinding dan berisi cairan atau bahan semipadat (sel maupun sisa sel) dan dilapisi
kantung berlapis epitel. Kista terbentuk bukan akibat peradangan, walaupun kemudian
dapat meradang. Dinding kista merupakan selaput yang terdiri atas jaringan ikat dan
biasanya dilapisi sel epitel atau endotel. Kista terbentuk dari kelenjar yang melebar dan
tertutup, saluran kelenjar, pembuluh darah, saluran getah bening atau lapisan epidermis.
Isi kista terdiri atas hasil dindingnya, yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel
epitel, lapisan tanduk, dan rambut. Sel epitel berkembang dan kemudian mengalami
degenerasi dan pencairan yang menyebabkan pembentukan kista. Terdapat tekanan yang
sama pada dinding kista dari dalam yang diaplikasikan oleh bahan cair sehingga terbentuk
kista, tetapi dalam beberapa kasus bentuknya berubah karena resistensi yang tidak sama
dari suatu jaringan.
Kista pada umumnya memiliki karakteristik tumbuh dengan cepat, biasanya
berwarna merah dan terdapat kebengkakan pada benjolan, adanya titik hitam di tengah
benjolan berseta terdapat cairan berwarna putih, kuning, atau hijau di dalam kantung,
halus, dan bergerak di bawah kulit (Gorda dan Pratistha, 2018). Ada ratusan jenis kista,
tapi menurut Sudisma et al. (2016), ada lima tipe siste yaitu, sebagai berikut:
a. Siste retensi, terjadi akibat pembendungan suatu duktus.
b. Siste distensi, ada suatu ruangan di dalam jaringan yang tidak mempunyai saluran.
Dinding ruangan itu membentuk cairan sehingga terjadi distensi dari ruangan itu.
c. Siste implantasi, timbul bersamaan dengan suatu luka. Tejadi sebagian epitel kulit
yang terdorong masuk ke dalam jaringan yang longgar.
d. Siste parasit, timbul karena pengaruh parasit (sistiserkosis).
e. Siste yang timbul pada tumbuh ganda, contohnya siste yang tumbuh pada tumor.

Hunter dan Stoewen, menyebutkan ada beberapa bentuk kista seperti:


a. True cysts, memiliki lapisan sekretori (membran yang melapisi permukaan bagian
dalam dan menghasilkan sekresi). Kista ini sering terbentuk di kelenjar (seperti
3
kelenjar keringat) akibat penyumbatan saluran pada anjing dan kucing, terutama
pada kelopak mata, tetapi kista juga dapat ditemukan di kelenjar lain dan di tempat
lain di tubuh selain kulit;

b. Kista folikel adalah folikel rambut yang membesar yang mengandung cairan atau
bahan keju berwarna gelap, umumnya muncul sebagai nodul merah berisi darah atau
nanah di antara jari-jari kaki, biasanya di kaki depan, dan terbentuk sebagai akibat
dari gesekan atau trauma yang berlebihan pada anyaman di antara jari-jari kaki.
Kista folikel cenderung terinfeksi (pioderma) serta umum terjadi pada anjing tetapi
tidak biasa pada kucing. Kista ini dapat diobati dengan pembedahan, laser CO2,
atau terapi medis;

Gambar 1. Kista folikel pada Poodle (FNA menunjukkan keratin dan debris kaseosa.
Eksisi bedah bersifat kuratif) (Moriello, -)

c. Kista sebasea terisi dengan sebum (zat lilin yang melapisi kulit dan rambut) dan
berkembang di dalam dan sekitar kelenjar sebaceous yang berhubungan dengan
folikel rambut. Kista ini juga rentan terhadap infeksi bakteri sekunder;

Gambar 2. Kista sebasea (Winnie, -)

4
d. Kista dermoid adalah kista bawaan kompleks yang terbentuk di sepanjang garis
tengah atas kepala atau di sepanjang tulang belakang jauh sebelum lahir. Kista
dermoid jarang terjadi;

Gambar 3. Cyst Dermoid

e. False cysts, struktur berisi cairan yang tidak mengandung lapisan sekretori. False
cysts dapat terbentuk oleh perdarahan atau trauma yang menyebabkan kematian
jaringan dan berisi cairan.

Gambar 4. Pancreatic pseudocyst (Fossum, 2018)

Lima jenis kista telah diidentifikasi dalam ovarium berbagai hewan laboratorium
dan diklasifikasikan menurut jaringan asalnya di dalam ovarium. Tiga kista yang paling
umum pada marmot berdasarkan urutan prevalensinya adalah: cystic rete ovarii; kista
folikel; dan kista parovarian (Pilny, 2014). Berikut adalah lima jenis kista yang telah
diidentifikasi:
a. Siste folikuler, berasal dari folikel yang gagal berovulasi
5
b. Siste luteal, korpus luteum yang berkembang pada suatu ruangan dan gagal untuk
regresi
c. Siste parovarian, sisa vestigial dari ductus mesonefrikus dan paramesonefrikus.
d. Siste inklusi, segmen dari permukaan epitel ovarium
e. Siste rete ovarii, Sel Rete berasal dari mesonefros dan berasal dari embrio. Sel-sel
tersebut terlibat dalam fagositosis dan degenerasi ookista. Mereka tidak
menghasilkan hormon apa pun.

Gambar 5. Kista rete ovarii pada marmot (Pilny, 2014)

Diangnosa kista dapat dibantu dengan pencitraan lanjutan seperti ultrasound (USG),
computed tomography (CT), Magnetic resonance imaging (MRI), dan radiografi dapat
digunakan untuk menentukan sumber massa yang terbentuk (Miller et al., 2017).

Gambar 6. Hasil USG kista tiroid pada kucing. (panah) cairan kista; (kepala panah)
jaringan tiroid (Miller et al., 2017)

6
Gambar 7. Hasil radiografi kista tiroid pada kucing (Miller et al., 2017)

2.2. Indikasi
Penyebab kista folikel adalah akibat dari cedera lokal pada folikel, penyumbatan pada
pembukaan pori atau folikel, kerusakan mekanis, kerusakan akibat sinar matahari
(kerusakan UV), atau ketidakaktifan folikel rambut di ras tak berbulu (mis., Anjing Mexican
Hairless dan anjing Chinese Crested). Kista dermoid di sepanjang garis tengah punggung
berkembang selama pertumbuhan embrio. Mereka terjadi karena epidermis (lapisan luar
kulit) gagal menutup dengan benar. Kista ini paling sering terlihat di Rhodesian Ridgebacks
dan Kerry Blue Terrier. False cysts karena perdarahan atau trauma sering terjadi di sisi (sisi
tubuh antara tulang rusuk dan pinggul). Terkadang false cysts terjadi akibat reaksi terhadap
suntikan. Ada kecenderungan bawaan untuk kista seperti pada breed Schnauzers dan
Yorkshire terrier.
Tanda klinis pada hewan yang mengalami kista tidak terlihat dan tidak signifikan
akibat tidak adanya rasa sakit dan tanpa disadari oleh hewan sehingga tidak memunculkan
perubahan sikap dari hewan penderita (Gorda dan Pratistha, 2018). Namun jika kista yang
terdapat membesar akan menekan syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit dan bila terdapat
didaerah kaki maka akan timbul kepincangan (Sudisma et al., 2016). Pada hewan yang
terinfeski kista parasit akan menunjukkan pertumbuhan yang lambat, penurunan produksi
susu, daging dan bulu. Pada kucing, tanda klinis akibat kista yakni penurunan nafsu makan,
dispnea, disfonía, disfagia, penurunan berat badan, dan pengecilan otot (Miller et al., 2017).
Tanda-tanda klinis ini dapat terlihat tergantung dimana kista ditemukan.

2.3. Anastesi
Anjing kasus yang menderita kista multiple ditangani dengan pembedahan. Sebelum
melakukan pembedahan, terlebih dahulu diberikan premedikasi berupa atropin sulfat
7
dengan dosis terapi 0,02-0,04 mg/kg, secara subcutan, setelah itu diberikan obat anestesi
ketamin dengan dosis 10-15 mg/kg dan xylazin dengan dosis 1-3 mg/kg secara intravena
(IV), intubasi dan pemeliharaan anestesi dengan isofluran 2 vol%. Pembedahan yang
dilakukan yaitu pengangkatan massa tumor secara keseluruhan dan menutup kembali
jaringan kulit (Marzuki, 2021).

2.4. Pre Operasi


Supaya proses operasi kista dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang di
harapkan tanpa ada hal-hal yang mengganggu jalannya proses operasi dan menghambat
kesembuhan operasi, maka diperlukan persiapan yang matang. Persiapan yang penting
dilakukan sebelum operasi dijalankan meliputi persiapan alat dan bahan, ruang operasi,
pasien dan operator.

2.4.1 Persiapan Alat dan Bahan


Dalam proses pembedahan cyste alat yang dipersiapkan scalpel dan blade, allis
forcep, arteri clamp, gunting operasi, pinset bergerigi, pinset fisiologis, needle holder,
jarum ujung bulat dan segitiga, kain drape, tampon, kasa steril, hypafix, leukoplast,
glove, masker, benang absorable dan non-absorable, endotracheal tube, stomach tube,
IV catheter, catheter urine, infus set, jarum suntik ukuran 1 t, jarum suntik ukuran 1
ml, 3 ml, ml, 3 ml, dan 10 ml. dan 10 ml. Sementara bahan yang digunakan alkohol
70%, Natrium Clorida 0,9%, biodine, enbatic bubuk, dan larutan formalin 10%.
Kemudian obat-obat yang dipersiapkan yaitu premedikasi dan anastesi (Paskalev,
2012).

2.4.2 Persiapan Ruang Operasi


Ruang operasi harus dalam keadaan yang bersih, penerangan cukup, terdapat
alas kaki khusus dalam ruang operasi, meja operasi steril, dan alas (underpad).
Ruang operasi dibersihkan dengan menggunakan disinfektan, sedangkan meja
operasi di disinfektan dengan menggunakan alkohol 70%.

2.4.3 Persiapan Pasien (Hewan)


Sebelum dioperasi hewan harus disiapkan dengan baik untuk menghindari
terjadinya hal-hal yang tidak diingikan selama proses operasi berlangsung maupun
sesudahnya. Untuk itu perlu dilakukan anamnesa yang cermat, pemeriksaan fisik

8
secara menyeluruh yang meliputi pemeriksaan pulsus, frekuensi napas, temperatur
dan pemeriksaan seluruh sistem jantung, paru-paru, saluran pencernaan, hati, dan
ginjal. Selain itu, USG , computed tomography (CT), atau magnetic resonance
imaging (MRI) juga digunakan untuk menentukan sumber kiste.

Gambar 8. Hasil USG kista tiroid besar pada kucing (Gorda dan Pratistha. 2018)

Sebelum dilakukan anestesi, kucing dipuasakan terlebih dahulu, yaitu puasa


makan 8 jam dan puasa minum 6 jam. Kemudian dilakukan pemeriksaan klinik dan
anamnesa yang bertujuan untuk mengetahui hewan yang akan dioperasi dalam
keadaan sehat dimana hal ini sangat mempengaruhi baik atau buruk jalannya
operasi dan prognosa pasca operasi.

2.4.4 Persiapan Operator


Untuk dapat melakukan operasi dengan benar, maka seorang operator harus
kopetensi mengenai prosedur operasi, dapat memprediksi hal-hal yang akan terjadi
baik selama operasi berlangsung maupun setelah operasi, dapat memperkirakan
(prognosis) hasil operasi, personal hygiene operator sebelum melakukan operasi
terlebih dahulu harus melakukan oembersihan diri, mencuci tangan dengan sabun
antiseptic, memakai baju operasi, sarung tangan, masker dan penutup kepala, siap
fisik dan mental, dan terampil agar hasil operasi bisa sembuh dengan baik, maka
operator dituntut harus terampil dalam melakukan operasi dan menjahit luka
operasi.

9
2.5. Operasi
Secara Umum
Penanganan kiste dapat beragam tergantung lokasi, ukuran, dan jenis kiste yang
ditemui. Secara umum kiste dapat ditangani dengan melakukan insisi dan preparasi.
Tahap penanganan kiste meliputi pendekatan dengan lokasi kiste, enukleasi dinding kiste,
kuret, dan penutupan (Verstraete et al., 2011).
Menurut Sudisma et al. (2016), Hewan yang mengalami siste ditangani dengan
eksisi total (pembedahan). Bedah eksisi merupakan salah satu cara tindakan bedah yaitu
membuang jaringan (tumor) dengan cara memotong. Dilakukan dengan cara:
1. melakukan insisi, yaitu membuat sayatan yang akan mencakup sebagian kecil di
sekitar kista dan reparasi (dipisahkan) dengan jaringan sekitar. Pada waktu
mengeluarkan siste, kondisi siste harus dijaga agar tidak pecah, karena bila pecah dan
cairannya tumpah akan menyebabkan proses infeksi yang melanjut. Agar siste tidak
pecah digunakan pemisahan jaringan (preparasi) secara tumpul.
2. Bila letak siste sulit dicapai, maka cairan siste dikeluarkan dulu (aspirasi) kemudian
baru dikuret.
3. Untuk mematikan dinding siste bisa diberikan iodine tincture. Dinding siste harus
dikuret tuntas karena apabila masih terisisa maka akan tumbuh siste baru.
4. Setelah siste diangkat, lakukan jahitan pada luka dengan pola jahitan terputus
sederhana (simple interrupted) dan kemudian diberikan iodin dan ditutup
menggunakan hipafix.

Beberapa Contoh Teknik


• Kista Mammae
Kista mammae /penyakit fibrokistik (FCD) /kista kubah biru /mastopati
polikistik, adalah bentuk displasia mammae dimana duktus melebar berkembang
membentuk lesi kavitas. Kista mammae dapat muncul sebagai nodul kistik tunggal
yang terbatas, atau sebagai massa datar, elastis, dan multinodular. Nodul pada kista
tumbuh lambat dan ekspansif serta terlihat pada kulit dimana kista tumbuh, muncul
pigmen warna biru sehingga kista ini disebut blue dome atau kubah biru.
Tindakan pembedahan paling umum digunakan untuk terapi atau penanganan
kasus ini yaitu mastectomy. Terdapat beberapa macam mastectomy, yaitu
pengangkatan tumor tunggal (lumpectomy), pengangkatan kelenjar mammae yang
terkena tumor (mastectomy sederhana), pengangkatan kelenjar mammae yang terkena

10
beserta beberapa kelenjar limfatik dan limfonodus (modifikasi mastectomy radikal),
dan pengangkatan semua rangkaian kelenjar mammae beserta limfonodus yang
berhubungan (mastectomy radikal). Selain terapi, tindakan yang dapat dilakukan
untuk mereduksi resiko terjadi atau berulangnya akibat neoplastik yang tumbuh pada
kelenjar mammae anjing betina, dapat dilakukan ovariohisterektomi (OH). Pada kasus
kista kelennjar mammae, tindakan pembedahan dan pengangkatan kelenjar mammae
(mastectomy) masih merupakan pilihan terapi terbaik.
Langkah Teknik operasi:
1. Setelah persiapan pre operasi, hewan yang telah teranestesi dibaringkan pada
posisi dorsal recumbency. Pada daerah tumor didisinfeksi menggunakan alkohol
dan biodine.
2. Insisi bagian kulit dan subkutan hingga terlihat kapsul dari kista. Preparasi tumpul
bagian kapsul kista sehingga seluruh bagian dapat diangkat. Pembuluh darah
disekitar kista diligasi agar tidak terjadi perdarahan pada saat pengangkatan.
Cairan epineprin dituangkan pada tampon guna menghentikan perdarahan pada
bagian yang mengeluarkan darah.
3. Setelah kista diangkat, insisi sedikit bagian kista dan rendam pada larutan formalin
10% yang nantinya digunakan sebagai sampel uji biopsi. Sebelum dilakukan
proses penjahitan, diteteskan terlebih dahulu menggunakan larutan Cefotaxine 1%.
Bagian sub kutan dijahit dengan pola subkutikular menggunakan chromic cat gut.
Pada bagian kulit dijahit menggunakan benang chromic cat gut dengan pola
terputus.
4. Selanjutnya luka diberikan biodine dan enbatic, kemudian ditutup menggunakan
kasa steril dan direkatkan menggunakan hipafix. Setelah selesai operasi, anjing
diberikan Cefotaxime 2,5 ml via intramuscular guna mencegah infeksi.

• Kista Multiple Kelenjar Sebaseus


Kista sebaseus adalah istilah yang menunjukkan kista subkutan yang terjadi
karena obstruksi pembukaan duktus pilosebaceous. Kista biasanya dilapisi oleh epitel
dan diisi dengan keratin. Secara histologis kista sebaseus dianggap sebagai kista
epitel. Kista sebaseus dapat tumbuh dimana saja, biasanya pada jari tangan dan kaki
yang kemungkinan merupakan bentukan dari inklusi, sedangkan kista yang sering
terlihat pada kulit kepala adalah kista trikolema atau pilosa (pilar) yang berasal dari
folikel rambut.

11
Kista sebaseus, terbentuk akibat sumbatan kelenjar sebaseus sehingga produk
kelenjar seperti putih bubur abu-abu (aterom) terkumpul dalam satu kantong tipis.
Kista ini sendiri terbentuk akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar keringat,
maka sering disebut sebagai kista sebaseus atau kista epidermal yang terjadi akibat
inflamasi di sekitar folikel sebaseus, implantasi fragmen epidermis karena trauma
tusuk, sebun atau sel-sel mati tertimbun dan terkumpul dalam kantung kelenjar yang
kemudian akan membesar dan terlihat sebagai tumor yang berbentuk lonjong sampai
bulat, lunak-kenyal, berbatas tegas, berdinding tipis dan umumnya tidak nyeri, tetapi
melekat pada dermis di atasnya. Daerah muara yang tersumbat merupakan tanda khas
yang disebut puncta (titik kehitaman yang letaknya biasanya di permukaan kulit tepat
di tengah massa). Kista sebaseus membesar secara perlahan.
Penanganan jenis kista ini yaitu dengan eksisi (pembedahan) berupa
pengangkatan massa tumor secara keseluruhan dan menutup kembali jaringan kulit.
Sebelum dilakukannya bedah eksisi, terlebih dahulu harus mengetahui anatomi daerah
yang akan dieksisi. Pada anggota gerak, eksisi dapat dilakukan dengan mudah namun
pada daerah kaki harus sangat berhati-hati karena banyak terdapat pembuluh darah dan
saraf superficial dan tendon. Pola jahitan yang dilakukan pada luka yaitu jahitan
terputus sederhana (simple interrupted) dan kemudian diberikan iodin dan ditutup
menggunakan hipafix.

Gambar 9. Sayatan di bagian atas kista dengan blade no. 11. Kista diperas untuk
mengeluarkan semua isi kista. Sebuah hemostat dapat ditempatkan di sayatan dan
bilah dibuka saat kista diperas untuk memudahkan pengangkatan isi kista.
(Zuber, 2002)

12
Gambar 10. Setelah meremas kuat, mengeluarkan isi kista dan melonggarkan dinding
kista dari jaringan sekitarnya, hemostat ditempatkan di luka, dan seluruh dinding kista
dengan lembut dikirim melalui sayatan kecil (Zuber, 2002)

Gambar 11. (a) Terlihat adanya massa yang membesar di interdigiti kaki anjing (b)
Proses pengangkatan kista (c) Penjahitan luka (Marzuki et al., 2021)

• Nictitating membrane cyst dengan Teknik Marsupialisasi


Pilihan pengobatan yang dijelaskan dalam literatur termasuk eksisi bedah kista
dengan kelenjar lakrimal yang akan mengurangi kualitas dan produksi lakrimal pada
anjing. Oleh karena itu, teknik marsupialisasi terdiri dari menciptakan komunikasi
antara kista dan lingkungan eksternal,
1. Pasien ditempatkan pada posisi dekubitus ventral dengan mempertahankan elevasi
kepala dengan bantalan empuk. Antisepsis permukaan okular dilakukan dengan
aqueous PVPI-I solution 0.5% dan antisepsis permukaan periokular dilakukan
dengan PVP-I 10%, diikuti dengan pemberian anestesi obat tetes mata yang terdiri
dari tetrakain dan fenilefrin
2. Letakkan kain drape, setelahnya membran nictitating kiri dilanjutkan dengan

13
jahitan tetap, menggunakan nilon 4-0. Permukaan palpebra kelopak mata ketiga
kemudian dibuka dan isinya dikeringkan dengan spuit 3ml dan jarum 21G. Isi
kista dikirim untuk evaluasi sitologi. Sayatan kecil dengan pisau skalpel nomor 11
dilakukan di atas kista. Diseksi tumpul konjungtiva diikuti, berbatasan dengan
kartilago hialin sampai tepi kista terlihat. Untuk menghindari kekambuhan,
marsupialisasi dilakukan, di mana tepi rongga dijahit ke epitel konjungtiva
kelopak mata ketiga dari permukaan palpebral, dengan Glycomer TM 631 6-0,
dalam pola terputus sederhana, untuk mempertahankan pembukaan paten
3. Titik lakrimal yang kontinu, atas dan bawah diidentifikasi dan dikanulasi,
membatasi margin palpebra yang dieksisi. Lapisan tarsoconjunctival diposisikan
(kantoplasti medial) menggunakan jahitan terputus sederhana dengan nilon 5-0.
Mata kontralateral dipreparasi secara identik dan dilakukan teknik poket
konjungtiva (Morgan et al., 1993), juga diikuti oleh kantoplasti medial.

Gambar 12. A- Mata kanan menunjukkan prolaps kelenjar kelopak mata ketiga. B-
Mata kiri menunjukkan kista di kelopak mata ketiga. C- Penampilan intraoperatif
setelah marsupialisasi di mata kiri. D- Penampilan akhir mata kiri setelah prosedur
bedah marsupialisasi dan kantoplasti medial. E- Aspek kedua mata satu tahun
setelah operasi (Lima et al., 2020)
14
• Kista Pada Ginjal
Kiste pada ginjal dapat ditangani dengan melakukan laparotomi. Insisi dilakukan
pada kulit, dan jaringan ikat subkutaneus, garis putih, hingga peritoneum. Selanjutnya
dilakukan identifikasi lokasi kiste dan preparasi dengan jaringan sekitarnya (Paskalev
et al., 2012).

Gambar 13. Identifikasi kiste setelah laparotomi (kiri) dan pengangkatan kiste setelah
nefroktomi (kanan) (Paskalev et al., 2012)

• Dentigerous cyst
Kiste lainnya berupa dentigerous cyst yang sering ditemui pada anjing. Agar
dapat mencapai kiste, dilakukan pengangkatan mucoperiosteal dengan cara menginsisi
sulcular gusi. Menggunakan sendok khusus, garis kiste dikuret lalu disimpan dalam
larutan formalin buffer 10% untuk dievaluasi. Luka dialiri dengan larutan salin diikuti
mobilisasi bagian mucoperiosteal. Luka dapat ditutup dengan pola jahitan simple
interrupted menggunakan benang monofilamen 4-0 (Thatcher, 2017).

Gambar 14. Identifikasi kiste setelah pengangkatan mukoperiosteal (kiri) dan


penutupan mukoperiosteal (kanan) (Thatcher, 2017)

15
Kiste juga dapat ditangani dengan membuat insisi dari bagian ventral
pembengkakan sehingga memudahkan cairan keluar. Insisi dapat dibuat dari garis
tengah hingga ke rongga kiste tanpa melakukan penetrasi hingga mukosa disekitarnya.
Garis kiste yang tersisa dapat dikuret dan dikoleksi. Kain kasa yang telah direndam
dalam polyvidone idone ditaruh di rongga kiste. Kain kasa dapat dibuang setelah 3
hari dan rongga dibersihkan dua kali sehari dengan cairan saline. Insisi dapat ditutup
menggunakan staples bahan stainless steel (Kilic dan Yaygingül, 2013; Poore et al.,
2017).

2.6. Pasca Operasi


Hewan pasca operasi ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering.
anjing diberikan Hydromorphone, 0,05 mg / kg BB, IV dan meloxicam 0,15 mg / kg BB,
SC, diberikan setelah operasi. Pasien diberi buprenorfin dengan dosis 0,015 mg / kg BB,
IV, q6 jam setelah operasi sampai keesokan harinya (Thatcher 2017)
Meloxicam oral dilanjutkan dengan dosis 0,1 mg / kg BB, q24 jam, selama 5 hari.
Antibiotik spektrum luas oral, 125 mg amoksisilin dan tablet kalium klavulanat harus
diberikan secara oral, setiap 12 jam selama 7 hari. Selain itu, tramadol diberikan dengan
dosis 5 mg / kg BB, PO, q8h, harus diberikan selama 4 hari untuk kontrol nyeri tambahan
(Thatcher, 2017)
Pemeriksaan kontrol dan tes laboratorium darah dijadwalkan dan dilakukan pada
hari ke 4, 30 dan 120 pasca operasi (Paskalev et al., 2012).

16
BAB 3
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan Siste /cyst /kista adalah ruangan
berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista terbentuk dari kelenjar yang
melebar dan tertutup, saluran kelenjar, pembuluh darah, saluran getah bening atau lapisan
epidermis. Ada beberapa jenis kista seperti: Siste retensi, Siste distensi, Siste
implantasi, Siste parasit, Siste yang timbul pada tumbuh ganda, True cysts, follikuler
cysts, sebaceous, dermoid cysts, pseudocysts, dll. Tanda klinis pada hewan yang
mengalami kista tidak terlihat dan tidak signifikan akibat tidak adanya rasa sakit dan tanpa
disadari oleh hewan sehingga tidak memunculkan perubahan sikap dari hewan penderita.
Secara umum kiste dapat ditangani dengan melakukan insisi dan preparasi melalui
prosedur pembedahan.
Dalam melaksanakan operasi ini terdapat tiga tahapan, yaitu preoperasi, prosedur
operasi, dan pascaoperasi. Pada preoperasi terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu persiapan alat, bahan, obat, ruang operasi, hewan/pasien, operator, dan anestesi;
seluruhnya harus disiapkan dengan baik agar operasi berjalan dengan lancar. Hewan pasca
operasi ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering. Pemeriksaan kontrol dan tes
laboratorium darah dijadwalkan dan dilakukan pada hari ke 4, 30 dan 120 pasca operasi

1.2. Saran
Dalam operasi cyste diperlukan kemampuan dokter hewan yang baik serta
penggunaan alat-alat yang steril sehingga meminimalisir terjadinya infeksi. Penanganan
pascaoperasi yang baik juga perlu diterapkan agar tidak terjadi komplikasi jangka pendek
atau komplikasi jangka panjang terhadap hewan.
Kedepannya perlu dilakukan penyempurnaan dan penambahan referensi terbaru
tentang topik ilmu bedah khusus veteriner khususnya tentang Cyste.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. N., Novita, C. I., Sari, E. M. 2019. Buku Ajar Manajemen Reproduksi Ternak
Sapi. Aceh: Syiah Kuala University Press.
Fossum TW. 2018. Small Animal Surgery 5th Edition. St. Louis: ELSEVIER. Pp 611- 1032
Gorda, I. W., & Pratistha, N. W. A. S. 2018. Laporan Kasus: Bedah Kista Kelenjar Mammae
Pada Anjing Golden Retrievers Betina. Indonesia Medicus Veterinus. 7(3): 234 – 242.
Hunter, T., dan Stoewen, D. Tanpa tahun. “Cysts” Diakses 29 Oktober
2021 melalui https://vcahospitals.com/know-your-pet/cysts
Ihrke P. Tanpa tahun. Dermoid cyst, dog. Diakses 29 Oktober 2021 melalui
https://www.msdvetmanual.com/multimedia/image/v4736788
Kilic, N. dan Yaygingül, R. 2013. Case report: Congenital aneurysmal bone cyst in a Holstein
calf. Revue M Méd. Vét., 164(4), 179-182.
Lima, T.B., Martins, T.B., Gomes, D.C., Silva, R.A. and Sousa, D.M.F., 2020.
Marsupialization for the treatment of nictitating membrane cyst in a dog: case report.
Arquivo Brasileiro de Medicina Veterinária e Zootecnia, 72, pp.749-753.
Marzuki, M. Wirata I. W. Pemayun I. G. A. G. P. 2021. Surgical Treatment On Multiple Cyst
Of Mix Pomeranian Dog’s Sebaceous Gland: A Case Report. Indonesia Medicus
Veterinus 10(2):326-337.
Miller, M. L., Peterson, M. E., Randolph, J. F., Broome, M. R., Norsworthy, G. D., &
Rishniw, M. (2017). Thyroid cysts in cats: a retrospective study of 40 cases. Journal
of veterinary internal medicine, 31(3), 723-729.
Moriello KA. Tanpa tahun. Follicular cyst, poodle. Diakses 29 Oktober 2021 melalui
https://www.msdvetmanual.com/multimedia/image/v45673400
Paskalev, M., Lazarov, L., & Atanasov, A. 2012. A case of solitary renal cyst in a dog.
BJVM, 15(1), 62-67.
Pilny, A. 2014. Ovarian Cystic Disease in Guinea Pigs. Vet Clin Exot Anim. 17: 69-75.
Poore, L.A., Scase, T.J., dan Kidd, J.A. 2017. Surgical enucleation of unilateral mandibular
radicular in an 11-year-old Thoroughbred mare. Equine Veterinary Education, 31(6),
286-291.
Sudisma, I. G. N. 2016. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana.
Thatcher, G. 2017. Oral surgery: Treatment of a dentigerous cyst in a dog. The Canadian
Veterinary Journal, Vol 58: 195-199.
Verstraete, F.J.M., Zin, B.P., Kass, P.H., Cox, D.P., dan Jordan, R.C. 2011. Clinical signs and
histologic findings in dogs with odontogenic cysts: 41 cases (1995-2010). Journal of
American Veterinary Medical Association 239(11): 1470-1476.
Winnie. Tanpa tahun. Sebaceous Cyst on Dog Tail, Paw, Head, and Back – Causes and
Removal Diakses 29 Oktober 2021 melalui https://dogscatspets.org/dogs/sebaceous-
cysts-in-dogs/sebaceous-cyst-on-dog-tail-paw-head-and-back-causes-and-removal/
Zuber, T.J., 2002. Minimal excision technique for epidermoid (sebaceous) cysts. American
family physician, 65(7), p.1409.

18

Anda mungkin juga menyukai