DAN PHELBOTOMI
PENGAMBILAN SAMPEL URINE (KATETERISASI)
DosenPembimbing :
Nurhaeni, S.ST, M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 12 (DIV Analis Kesehatan)
1. Ainun Rahmadani(1613353012)
2. Ayu Arliyani (1613353005)
3. Ayu Rahmadian (1613353030)
4. Camelia Clara Angelina (1613353042)
5. Dedek Saputra(1613353044)
6. Ilma Mahmudah(1613353034)
7. Mei Rina Wahyuningsih(1613353033)
8. Milla Astari (1613353028)
9. Nadiyah Nurfatin(1613353015)
10. Rizka Dwi Angginita (1613353041)
11. Yuni Nirwana Putri (1613353032)
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
beserta keluarga dan para sahabatnya, dan juga kepada para pengikutnya yang
Puji syukur Alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Makalah penulis yang
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak menerima bantuan bimbingan dan
Kesehatan TanjungKarang.
2. Ibu Nurhaeni, S.ST, M.Si selaku dosen mata kuliah Teknik Sampling
dan Phlebotomi.
3. Orang tua kami yang telah memberikan bantuan material dan spiritual.
2
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Maka senantiasa menerima kritik dan saran yang
Dengan makalah ini, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................... 11
4
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai
makhluk hidup karena manusia memiliki ciri-ciri diantaranya :dapatbernafas,
berkembang biak, tumbuh, beradaptasi, memerlukanmakan, dan mengeluarkan
sisa metabolisme tubuh(eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh
dikarenakan peranan masing-masing organ. Membuang urine dan alvi(eliminasi)
merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia.
Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan menimbulkan
berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis,
perubahan pola eliminasi urine, konstipasi, diare dan kembung. Selain berbagai
macam yang telah disebutkan diatas akan menimbulkan dampak pada system
organ lain seperti: system pencernaan, ekskresi dll.
Kateterisasi merupakan tindakan memasukan kateter ke dalam kandung
kemih melalui uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan. Kateterter dibagi dua, yaitu: kateter tetap dan
kateter sementara. Kateter tetap biasanya dipasang bagi pasien yang tidak bisa
buang air kecil secara langsung. Tindakan ini dilakukan pada pasien untuk
memenuhi kebutuhannya, untuk mempermudah BAK seseorang yang terkena
gangguan. Kateter sementara salah satu fungsinya bisa digunakan sebagai
pengambilan bahan pemeriksaan. Pemasangan kateter tersebut diantaranya
meliputi persiapan alat yang akan digunakan, persiapan pasien dan langkah-
langkah kerja.
1.2 RumusanMasalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan kateterisasi?
2. Apa saja kegunaan dan manfaat kateterisasi ?
3. Apa saja tipe dari kateterisasi?
6
4. Apa saja jenis dari kateter?
5. Apa saja ukuran-ukuran dari kateter ?
6. Bagaimana indikasi dari kateterisasi ?
7. Bagaimana persiapan dari pemasangan kateter ?
8. Bagaimana pengambilan sampel urine dengan kateterisasi?
1.3 TujuanPembahasan
Tujuan pembahasan masalah dalam makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kateterisasi.
2. Mengetahui kegunaan dan manfaat dari kateterisasi.
3. Mengetahui tipe-tipe dari kateterisasi.
4. Mengetahui jenis dari kateterisasi.
5. Mengetahui ukuran-ukuran kateter.
6. Mengetahui indikasidarikateterisasi.
7. Mengetahui bagaimana persiapan dari pemasangan kateter.
8. Mengetahui cara pengambilan sampel urine dengan kateterisasi.
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
Menurut Hidayat pemasangan kateter dengan dapat bersifat sementara atau
menetap. Pemasangan kateter sementara atau intermiten catheter (straight kateter)
dilakukan jika pengosongan kandung kemih dilakukan secara rutin sesuai dengan
jadwal, sedangkan pemasangan kateter menetap atau indwelling catheter (folley
kateter) dilakukan apabila pengosongan kateter dilakukan secara terus menerus
(Hidayat, 2006).
a. Kateter sementara (straight kateter)
Pemasangan kateter sementara dilakukan dengan cara kateter lurus yang
sekali pakai dimasukkan sampai mencapai kandung kemih yang bertujuan untuk
mengeluarkan urin. Tindakan ini dapat dilakukan selama 5 sampai 10 menit. Pada
saat kandung kemih kosong maka kateter kemudian ditarik keluar, pemasangan
kateter intermitten dapat dilakukan berulang jika tindakan ini diperlukan, tetapi
penggunaan yang berulang meningkatkan resiko infeksi (Potter dan Perry, 2002 ).
Pemasangan kateter sementara dilakukan jika tindakan untuk
mengeluarkan urin dari kandung kemih pasien dibutuhkan. Efek samping dari
penggunaan kateter ini berupa pembengkakan pada uretra, yang terjadi saat
memasukkan kateter dan dapat menimbulkan infeksi (Thomas, 2007). Beberapa
keuntungan penggunaan kateterisasi sementara yang dikemukakan oleh Japardi
(2000) antara lain:
Mencegah terjadinya tekanan intravesikal yang tinggi/overdistensi yang
mengakibatkan aliran darah ke mukosa kandung kencing dipertahankan
seoptimal mungkin
Kandung kencing dapat terisi dan dikosongkan secara berkala seakan-akan
berfungsi normal.
Bila dilakukan secara dini pada penderita cedera medula spinalis, maka
penderita dapat melewati masa syok spinal secara fisiologis sehingga
fedback ke medula spinalis tetap terpelihara
Teknik yang mudah dan klien tidak terganggu kegiatan sehari harinya
Kerugian kateterisasi sementara ini adalah adanya bahaya distensi
kandung kemih, resiko trauma uretra akibat kateter yang keluar masuk secara
9
berulang, resiko infeksi akibat masuknya kuman-kuman dari luar atau dari ujung
distal uretra (flora normal) (Japardi, 2000).
10
d. Kateter PVC : sangat mahal untuk penggunaan 4-6 minggu, bahannya
lembut, tidak panas dan nyaman bagi urethra.
e. Kateter logam : digunakan untuk pemakaian sementara biasanya pada
pengosongan kandung kemih pada ibu yang melahirkan.
2.1.4 Ukuran kateter
Terdapat bermacam-macam ukuran kateter yang penggunannya
disesuaikan dengan usia pasien, yaitu sebagai berikut:
Anak : 8-10 French(Fr)
Wanita : 14.-16 Fr
Laki-laki: 16-18 Fr
2.1.5 Indikasi Kateterisasi
Kateterisasi sementara digunakan pada penatalaksanaan jangka panjang
klien yang mengalami cidera medulla spinalis, degenerasi neuromuscular, atau
kandung kemih yang tidak kompeten, pengambilan spesimen urin steril,
pengkajian residu urin setelah pengosongan kandung kemih dan meredakan rasa
tidak nyaman akibat distensi kandung kemih (Perry dan Potter, 2005). Menurut
Hidayat (2006) kateterisasi sementara diindikasikan pada klien yang tidak mampu
berkemih 8-12 jam setelah operasi, retensi akut setelah trauma uretra, tidak
mampu berkemih akibat obat sedative atau analgesic, cidera pada tulang belakang,
degerasi neuromuscular secara progresif dan pengeluaran urin residual.
Kateterisasi menetap (foley kateter) digunakan pada klien paskaoperasi uretra dan
struktur di sekitarnya (TUR-P), obstruksi aliaran urin, obstruksi uretra, pada
pasien inkontinensia dan disorientasi berat (Hidayat, 2006).
2.2 Persiapan Pemasangan Kateter
a. Alat
Tromol steril berisi Pinset anatomis
Gass steril Doek
Deppers steril Kateter steril sesuai
Handscoen ukuran yang
Cucing dibutuhkan
Neirbecken
11
Tempat spesimen urine Perlak dan pengalasnya
jika diperlukan Disposable spuit
Urinebag Selimut
b. Bahan
Aquadest
Bethadine
Alkohol 70 %
c. Petugas
Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas
mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai
penyebaran infeksi nosokomial
Cukup keterampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan
dimaksud
Usahakan jangan sampai menyinggung perasaan penderita,
melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang
prosedur dan tujuan tindakan
d. Penderita/Pasien
Penderita/Pasien telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang
tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani
informed consent.
e. Penatalaksanaan Pemasangan Kateter
1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang
sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan
bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
12
Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau
hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang
panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan. desinfeksi
dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai
pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada
saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan
kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora,
desinfeksi dimulai dari atas (clitoris), meatus lalu kearah bawah
menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir
ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk
mempertahankan penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm
untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada
penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar
kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita
diminta untuk menarik nafas dalam.
Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan
posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium
urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan
memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan
penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter
jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika
masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di
bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter
sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya
dimasukkan lagi +/- 3 cm.
Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora
sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan
disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan
13
kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh
nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar.
Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan
selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
9. Mengambil spesimen urine kalau perlu
10. Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang
tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
11. Memfiksasi kateter:
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada
abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal
paha
12. Menempatkan urine bag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari
kandung kemih.
13. Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang
meliputi :
Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang
ditemukan
Nama terang dan tanda tangan pemasang
2.3 Prosedur Pengambilan Spesimen Urine dengan Cara Kateterisasi
a. Alat
Botol yang telah Formulir Laboratorium
disterilkan(tempat Urinal (Pispot) jika klien
penampung spesimen) tidak dapat berjalan
Label spesimen Baskom air hangat
Sarung tangan sekali pakai Waslap
Larutan anti septik Sabun
Kapas sublimat Handuk
14
b. Prosedur PelaksanaanPengambilan Spesimen Urine dari Kateter
1. Gunakan sarung tangan sekali pakai
2. Jika tidak ada urine dalam kateter, jepit tabung penampung selama +_ 30
menit. Hal ini menyebabkan segera terkumpulnya urine di dalam kateter .
3. Bersihkan daerah penyuntikan jarum dengan menggunakan desinfektan.
Daerah penyuntikan ini sebaiknya agak jauh dari gelembung tabung untuk
mencegah tertusuknya gelembung tersebut. Dengan menyucihamakan
jarum, mikroorganisme akan menghilang pada pembukaan kateter. Jadi,
cegahlah kontaminasi jarum dan masuknya mikroorganisme dalam kateter.
4. Masukkan jarum dengan sudut 30 – 450
5. Lepaskan penjepit kateter
6. Ambil sampel urine secukupnya (3cc untuk kultur urine dan 30cc untuk
analisis urine rutin)
7. Pindahkan urine kedalam wadah, pastikan jarum tidak menyenth luar
wadah
8. Buang jarum dan suntikkan kedalam tempat penampungan
9. Tutup wadahnya
10. Lepaskan sarung tangan , dan taruh pada tempat yang disediakan.
11. Beri label dan kirim kelaboratorium secepatnya untuk analisis atau taruh di
lemari pendingin.
12. Catat dan dokumentasikan hasil spesimen dan pengamatan spesimen.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kateter
terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan
silikon.Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung
air seni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari
sepasang ginjal.Kateterisasi urin merupakan salah satu tindakan memasukkan
selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan
mengeluarkan urine.
Kateterisasi urin ini dilakukan dengan cara memasukkan selang plastik atau
karet melalui uretra ke dalam kandung kemih yang berfungsi untuk mengalirkan
urin pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang
mengalami obstruksi. Kateter diindikasikan untuk beberapa alasan yaitu untuk
menentukan jumlah urin, sisa dalam kandung kemih setelah pasien buang air
kecil. Pemasangannya pun dilakukan atas program dokter karena penggunaan
kateter tergantung dari kebutuhan dan indikasi. Selain itu digunakan untuk
memantau pengeluaran urin pada pasien yang mengalami gangguan
hemodinamik. Pada penggunannya ukuran dan jenis kateterisasi digunakan sesuai
kebutuhan pasien.
3.2 Saran
Pada pengambilan sampel urine dengan cara kateterisasi perlu diperhatikan
penggunaan ukuran dan jenis kateterisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan,
jenis kateterisasi, dan cara pemasangan kateter yang benar agar tidak
menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien, dan pada pasien sendiri diharpakn
telah mengetahui manfaat dan prosedur kerja terkait penmasangan maupun
pengambilan sampel urine dengan cara kateterisasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
17