Dibimbing Oleh :
Indriatie,S.Kep., M.Mkes
Disusun Oleh :
Rischa Safitri
DIII – Keperawatan Gigi
TINGKAT : 1A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
TAHUN AJARAN 2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Saya panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada saya sehingga saya
dapat menyelesaikan Laporan Pratikum materi “ Histologi dan Anatomi
Fisiologi”
Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan Laporan Pratikum
ini. Untuk itu saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut,saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya saya dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki laporan pratikum ini.
Akhir kata, saya berharap semoga Laporan Pratikum Materi Histologi dan
Anatomi Fisiologi dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
memberikan manfaat nyata untuk pembaca.
ii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL………………………………………..................................……..….… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………........................................ ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………................................…... iii
Bab I. Pendahuluan
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
Dengan tersusunnya makalah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengerti
tentang prosedur pemasangan sop kateter , alat yang diperlukan dalam pemasangan
kateter , dan bagaimana cara perawatan kateter.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan selang karet atau plasrtik, melalui
uretra atau kandung kemih dan dalam kateterisasi ada dua jenis kateterisasi yaitu menetap
dan intermiten, sedangkan alat untuk kateterisasi dinamakan selang kateter, selang kateter
adalah alat yang berbentuk pipa yang terbuat dari karet, plastik, metal woven slik dan silikon
yang fungsi dari alat kateter tersebut ialah memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kandung
kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menyimpan atau menampung airseni
yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal.
Pemasangan kateter adalah pemaukkan selang yang terbuat dari plastik atau karet melalui
uretra menuju kandung kemih (vesika urinaria)
2. Tujuan
Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih
Untuk pengumpulan spesimen
Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
Untuk pengkajian residu urine
Penatalaksanaan pasien yg di rawat karena trauma medula spinalis, gangguan neuro
muscular, atau inkompeten kandung kemih, serta pascaoperasi besar.
Mengatasi obstruksi aliran urine
Mengatasi retensi perkemihan
3. Indikasi
a. Kateter sementara
Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi vesika urinaria.
Pengambilan urine residu setelah pengosongan urinaria.
b. Kateter tetap jangka pendek.
Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat).
Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan.
Untuk memantau output urine.
2
c. Kateter tetap jangka panjang
Retensi urine pada penyembuhan penyakit ISK/UTI.
Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urine.
Klien dengan penyakit terminal
4. Kontra Indikasi
Hematoris (keluarnya darah dari urine)
Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu sistem
kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal atau
Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan
oleh tubuh dan banyak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.
3
Satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
a. Fungsi ginjal :
Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
Mempertahankan suasana keseimbangan cairan, osmotic, dan ion,
Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
Fungsi hormonal dan metabolisme,
Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
a. Struktur ginjal.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian
dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk
kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri
dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang
menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores
yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
4
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :
Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent yang
kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan
zat yang terlarut dari darah yang melewatinya.
Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan cairan yang
difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
Ansa Henle
Ansa henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari pars descendens yaitu
bagian yang menurun terbenam dari korteks ke medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang
naik kembali ke korteks. Bagian bawah dari lengkung henle mempunyai dinding yang sangat
tipis sehingga disebut segmen tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal disebut segmen
tebal.
Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan sekresi bahan-
bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan penting dalam mekanisme konsentrasi
dan dilusi urin.
Tubulus distal
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang
berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk mengosongkan cairan
isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.
Persarafan ginjal.
5
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
B. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai
saluran ekskresi.
6
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
♥ Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria
mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra
tetap tertutup.
♥ Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
♥ Lapisan mukosa.
E. Air kemih (urine).
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka terjadi relaksasi musculus
pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan kekuatan urethra yang menghasilkan
beberapa kejadian dengan urutan sebagai berikut :
7
c) Bagian atas urethra akan terisi urine
d) Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine
e) Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat
f) Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intra abdominal meningkat
g) Pembukaan sphincter extemus
h) Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong
Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka siklus kejadian seperti
yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara otomatis.
╬ Mengatur volume dan tekanan darah dengan mengatur banyaaknya air yang hilang
dalam urine, melepaskan eritropoietin dan melepaskan rennin.
╬ Mengatur konsentrasi plasma dengan mengontrol jumlah natrium, kalium, klorida,
dan ion lain yang hilang dalam urin dan mengontrol kadar ion kalsium.
╬ Membantu menstabilkan pH darah, dengan mengontrol kehilangan ion hydrogen dan
ion bikarbonat dalam urin.
╬ Menyimpan nutrient dengan mencegah pengeluaran dalam urin, mengeluarkan produk
sampah nitrogen seperti urea dan asam urat.
╬ Membantu dalam mendeteksi racun-racun.
╬ Mekanisme pembentukan urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat
(cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart.
Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan
sebagian diserap kembali.
Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandungan kemih
a. Proses filtrasi
8
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari
permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah
bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh
ginjal.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan
beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi
kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali
kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada
tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah
urine sesungguhnya.Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di
bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang
merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
Urin yang keluar dari kandungan kemih mempunyai komposisi utama yang sama dengan
cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan yang berarti pada komposisi
urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.
9
2.3. Eliminasi Urine
1. Pengertian Eliminasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, atau penyisihan. Dalam bidang kesehatan, eliminasi
merupakan proses pembuangan sisa – sisa metabolisme tubuh. Pembuangan dapat
melalui urine ataupun bowel ( Watonah, 2006).
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine
atau feses. Kebutuhan eliminasi dibagi menjadi dua yaitu; eliminasi urine dan
eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). (Uliyah, Hidayat;2008)
10
2. Definisi Eliminasi Urine
Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak
dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara
primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama
metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh
sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium /
keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan
kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi
sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks
berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-
tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks
miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi
volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran
urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas,
urin dan kandungan produk sampah didalam urin.
Eliminasi urine bergantung pada efektivitas organ saluran kemih ; ginjal,ureter, kandung
kemih dan uretra.
1. Ginjal.
Sepasang ginjal terletak di kedua sisi kolumna spinalis,di belakang rongga peritoneum. Ginjal
merupakan pengatur primer keseimbangan cairan dan asam basa di dalam tubuh. Unit
fungsional ginjal yaitu nefron yang berfungsi menyaring darah dan membuang sampah
metabolisme. Pada orang dewasa,sekitar 1200 ml darah,atau sekitar 21% curah
jantung,mengalir melalui ginjal setiap menit. Setiap ginjal terdiri dari 1 juta nefron. Setiap
nefron memiliki glomerulus,seikat kapiler yang dikelilingi oleh kapsula bowman. Adapun
fungsi dari ginjal yaitu :
Jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh berfluktuasi. Proses eksresi ini diatur oleh ginjal.
Jika seseorang minum banyak ,urinnya akan encer dan volumenya akan bertambah.
Sebaliknya,jika orang tersebut minum sedikit,urinnya akan pekat dan volumenya berkurang.
11
Pengaturan jumlah elektrolit tubuh.
Kandungan elektrolit dalam tubuh cenderung konstan. Kondisi ini dipertahankan melalui dua
proses,yaitu laju filtrasi glomerulus (GFR) dan proses reabsorbsi yang selektif di tubulus
ginjal akibat hormone. Saat jumlah ion Na+ meningkat,ginjal akan mengontrolnya dengan
meningkatkan GFR dan menghambat sekresi hormone aldosterone sehingga reabsorsi Na+
berkurang ,demikian sebaliknya.
Ginjal merupakan mekanisme pengatur keseimbangan asam basa yang paling kuat. Dalam
menjalankan fungsinya,ginjal tidak hanya mengubah-ubah pengaturan H+,tetapi juga
menahan atau membuang HCO3- sesuai dengan status asam basa tubuh.
2. Ureter
Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung kemih. Panjangnya
sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm. Bagian atas ureter berdilatasi dan melekat pada hilus
12
ginjal,sedangkan bagian bawahnya memasuki kandung kemih pada sudut posterior dasar
kandung kemih. Urin di dorong melewati ureter dengan gelombang peristaltis yang terjadi
sekitar 1-4 kali per menit. Pada pertemuan antara ureter dan kandung kemih,terdapat lipatan
membrane mukosa yang bertindak sebagai katup guna mencegah refluks urin kembali ke
ureter sehingga mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.
3. Kandung kemih.
Kandung kemih (vesika Urinaria) adalah kantung muscular tempat urin bermuara dari ureter.
Ketika kosong atau setengah terisi,kandung kemih terletak di simfisis pubis. Pada
pria,kandung kemih terletak diantara kelenjar prostat dan rectum sedangkan pada
wanita,kandung kemih terletak antara uterus dan vagina. Dinding kandung kemih sangat
elastis sehingga mampu menahan regangan yang sangat besar. Saat penuh,kandung kemih
bisa melebihi simfisis pubis bahkan bisa setinggi umbilicus.
4. Uretra.
Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra. Panjang uretra pada pria
sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis. Uretra pria terdiri
dari tiga bagian,yaitu uretra pars prostatika,uretra pars membranosa dan uretra pars
spongiosa. Pada wanita,panjang uretra sekitar 3 cm dan membentang dari kandung kemih
sampai lubang diantara labia minora,2,5 cm di belakang klitoris. Karena uretranya yang
pendek,wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih.
3. Berbau tajam.
Prose pembentukan urin.Ada tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urine:
Filtrasi glomerulus,reabsorpsi tubulus,sekresi tubulus.
13
4. Faktor yang Mempengaruhi Faktor Eliminasi Urine
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemihmenurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.
Haltersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan
untukmengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol
buang airkecil.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
8. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kulturpada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih
dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksipengontirolan pengeluaran urine.
11. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan
ataupenurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan
jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
12. Pemeriksaan Diagnostik
14
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih
seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga
mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
Kemungkinan penyebabnya :
15
Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera pada
peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab:
1. Inkomplet outlet kandung kemih
2. Tingginya tekanan infra abdomen
3. Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
4. Lanjut usia.
Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus menerus
yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
1. Penurunan Kapasitas kandung kemih.
2. Efek pembedahan spinkter kandung kemih
3. Penurunan tonus kandung kemih
4. Kelemahan otot dasar panggul.
5. Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
6. Perubahan pola
7. Frekuensi
8. Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
9. Urgency
10. Perasaan seseorang harus berkemih.
d. Urgency
adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinen jika tidak
berkemih.
e. Dysuria
adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih hal ini sering ditemukan pada penyaki
ISK (infeksi saluran kemih), trauama dan stiktur uretra (penyempitan uretra).
f. Polyuria
adalah produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa adanya
penignaktan intake cairan, defisiensi ADH (antideuretic hormone), penyakit ginjal kronik.
g. Urinaria
adalah berhenti mendadak produksi urine, secara normal urine diproduksi oleh ginjal
secara terus menerus pada kecepatan 60-120 ml/jam.
h. Hematuria
adalah kondisi ketika adanya darah di dalam urine. Secara sederhana kondisi ini
disebut dengan kencing berdarah. Urine berubah warna menjadi kemerahan atau sedikit
kecokelatan. Terkadang, ada pula darah yang terdapat di dalam urine, meski tidak kasat mata.
Kondisi ini sering disebut sebagai hematuria mikroskopik. Darah yang terkandung dalam
urine hanya bisa dilihat di laboratorium menggunakan mikroskop.
i. Nocturia
adalah istilah medis untuk buang air kecil berlebih pada malam hari. Saat tidur, tubuh
pengidap menghasilkan lebih sedikit urine yang lebih kental. Hal ini berarti orang-orang yang
sehat tidak perlu bangun tengah malam untuk buang air kecil, dan dapat tidur selama 6–8 jam
tanpa diganggu rasa ingin buang air kecil.
j. Oliguria
16
adalah kondisi medis dimana keluaran urine seseorang lebih sedikit atau mengalami
penurunan dari kondisi normal. Urine yang dikeluarkan orang dewasa normalnya berkisar
antara 400-2.000 mL atau sekitar 6-8 kali buang air kecil per hari.
k. Pneumateria
adalah berkemih yang tercampur dengan udara dapat terjadi karena adanya fistula
antara buli buli dengan usus, atau terdapat proses fermentasi glukosa menjadi gas
karbondioksida di dalam urine, seperti pada pasien diabetes mellitus.
l. Cloudy Urine
adalah urine bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya in#eksi saluran kemih
m.Intermitensi
adalah terputus-putusnya pancaran urin pada saat berkemih.
n. Terminal Dribling
yaitu masih didapatkannya tetesan-tetesan urin pada saat akhir miksi.
Tn.D 34 tahun masuk ke Rs Sukmul melalui UGD pada tanggal 5 Desember 2015 dan
klien di diagnosa oleh dokter dengan diagnosa medis Infeksi saluran kemih, klien
mengatakan nyeri pada saaat buang air kecil dan panas , klien mengatakan nyeri perut bagian
kiri bawah seperti ditusuk-tusuk dua hari yang lalu, klien mengatakan makannya 3x/hari,
klien mengatakan nafsu makannya baik. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan fisik
didapatkan hasil, bising usus 8x/menit, kesadarannya CM, Gcs 15, klien tampak pucat, klien
tampak lesu, tugor kulit elastis/baik, mata normal, klien tampak memengangi perutnya,
konjungtiva normal/merah muda, membra mukosa normal, klien turun 3kg dari 68kg menjadi
65kg, klien tampak dibantu oleh keluarga ketika bangun dari tempat tidur, klien tampak
lemas, klien terpasang infuse RL 28 tpm, kemudian tanggal 7 Desember 2015 didapatkan
hasil lab : HB 13 gr/dl, Ht 38%, LED 15 menit perjam, leokosit 7.900 ribu/ul, trambosit
256.000 ribu/ul, Na 127 MEG/L, K 2,9 MEG/L dan CP 72MEG/L . transferin 12 mg/100ml,
albumin 3mg/100ml, klien mendapatkan terapi obat ceftriaxon 2x2gr.
TTV klien : TD : 120/80 mmHg S : 36,5C
N : 80x/menit
17
RR : 20x/menit
18
pengeluaranurin dari kandung kemih (Lumbanbatu, 2003).Ketika urin sulit keluar dari
kandung kemih, terjadi kolonisasi mikroorganisme dan memasuki saluran kemih bagian
atas secara ascending dan merusak epitel saluran kemih sebagai host.
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan
pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus,
dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter
interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus
secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini
hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis
dan otak masih utuh
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia
urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot
dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk
kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila
kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari
umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh
limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
Jadi,reflex mikturisi merupakan sebuah sikus yang lengkap yang terdiri dari:
19
Pusat – pusat ini antara lain:
1. Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terutama terletak di
ponds, dan
2. beberapa pusat yang terletak korteks serebral yang terutama bekerja penghambat
tetapi dapat menjadi perangsang.
Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih, tetapi pusat yang lebih
tinggi normalnya memegang peranan sebagai pengendali akhir dari berkenmih sebangai
berikut:
1. Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan refleks berkemih
kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki.
2. apusat yang lebih tinggi dapat mecegah berkemih, bahkan jika refleks berkemih
timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus
kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih.
3. Jika tiba waktu berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat berkemih sacral
untuk membantu untuk mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu bersamaan
menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat
terjadi.
Berkemih di bawah keinginan biasanya tercetus dengan cara berikut: Pertama, seseorang
secara sadar mengkontraksikan otot – otot abdomennya, yang meningkatkan tekanan dalam
kandung kemih dan mengakibatkan urin ekstra memasuki leher kandung kemih dan uretra
posterior di bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya.
4. Mikturisi ( Berkemih )
Mikturisi ( berkemih ) merupakan refleks yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh
pusat persarafan yang lebih tinggi dari manusia. Gerakannya oleh kontraksi otot abdominal
yang menambah tekanan di dalam rongga dan berbagai organ yang menekan kandung kemih
membantu mengosongkannya. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tetapi berbeda sesuai
dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye, pucat tanpa endapan, baunya
tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
20
♥ Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan
serta faktor lainnya.
♥ Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
♥ Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
♥ Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
♥ Baerat jenis 1.015 – 1.020.
♥ Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
b) Komposisi air kemih
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana
komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal
dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali
ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea
dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun
yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat
diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber
nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat
pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui
urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan
ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Komposisi air kemih :
- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin
- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
21
- Pigmen (bilirubin, urobilin)
- Toksin
- Hormon
c) Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk
120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat
terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang
akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
d) Tahap – tahap Pembentukan Urine
Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari
permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring
adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh
simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke seluruh ginja.
Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan
beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah
terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap
kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal
dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada
tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah
urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari
ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat
penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari
tubuh melalui uretra.
22
2.6. Eliminasi Alvi
1. Pengertian Eliminasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, atau penyisihan. Dalam bidang kesehatan, eliminasi
merupakan proses pembuangan sisa – sisa metabolisme tubuh. Pembuangan dapat
melalui urine ataupun bowel ( Watonah, 2006).
23
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine
atau feses. Kebutuhan eliminasi dibagi menjadi dua yaitu; eliminasi urine dan
eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). (Uliyah, Hidayat;2008)
A. Lambung
Didalam lambung makanan dicerna secara mekanik dan secara kimiawi. Lambung
mensekresi HCl, mucus, enzym pepsin dan factor intrinsic. Konsentrasi HCl
mempengaruhi keasaman lambung dan keseimbangan asam basa tubuh. HCl membantu
mencampur dan memecah makanan dilambung. Mucus membantu melindungi mukosa
lambung dari keasaman dan aktifitas enzym. Pepsin mencerna protein walaupun tidak
semua protein dicerna didalam lambung. Faktor intrinsic adalah komponen penting yang
dibutuhkan dalam absorbsi vitamin B12 diusus dan untuk pembentukan formasi sel darah
merah. Kekurangan factor ini dapat menyebabkan anemia pernicious. Sebelum makanan
meninggalkan lambung, makanan berubah menjadi semicair yang
disebut Chyme sehingga lebih mudah diabsorbsi.
B. Usus Halus
24
Selama proses pencernaan chime meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Usus
halus merupakan saluran yang memiliki diameter 2,5 cm dan panjang 6 m. Terdiri dari :
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.
Panjang duodenum sekitar 25 cm dan melingkari kepala pankreas. Sekresi dari kandung
empedu dan pankreas dilepaskan ke duodenum melalui struktur umum, ampula
hepatopankreatik, dan pintu menuju duodenum dijaga oleh sfingter hepatopankreatik (Oddi).
Jejenum (usus kosong)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, terletak di antara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh
usus halus anatara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
25
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan usus kosong berupa
membrane mucus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan usus.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-4 meter dan ujungnya berada di katup ileosekal
yang mengendalikan aliran materi dari ileum ke sekum, bagian pertama usus besar dan
mencegah regurgitasi, terletak setelah duodenum dan jejunum serta dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam emperdu.
C. Usus Besar
Di dalam usus besar, sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna, bersamaan dengan lender
dan sisa-sisa sel mati dari dinding usus dibusukkan menjadi feses. Perjalanan makanan dari
mulut ke usus halus berlangsung kira-kira 4,5 jam, kemudian disimpan dalam kolon sampai
kurang lebih 24 jam dan selama itu bakteri-bakteri pengurai akan membusukkannya. Usus
besar berfungsi untuk mengatur kadar air dari sisa makanan. Bila kadar air berlebihan, maka
usus besar akan menyerap kelebihan air tersebut. Fungsi utama usus besar adalah untuk
menyerap air, menyimpan limbah, penyerapan beberapa vitamin (seperti vitamin K),
penebalan dan pengeluaran dari tinja. Rumah usus yang besar sekitar 700 spesies bakteri,
yang membantu dalam fermentasi serat dalam bahan makanan. Bakteri ini juga menghasilkan
sejumlah besar vitamin, seperti vitamin K dan biotin (vitamin B), yang diserap ke dalam
darah. Usus besar memiliki panjang 1,5 m – 1,8 m dan terbagi menjadi 3 kolon, yaitu :
Kolon Asceden
26
Usus Ascending muncul setelah sekum dan melintasi ke atas sampai mencapai fleksura
hepatik atau kanan kolik lentur, yang merupakan pergantian usus dekat hati. Dengan kata
lain, hati fleksura adalah tikungan antara kolon asendens dan kolon transversum. Tikungan
kolon melintang untuk membentuk fleksura hati, yang diikuti oleh usus besar melintang, yang
perjalanan melintasi rongga perut.
Kolon Transversal
Usus Yang melintang dimulai dari hepatik kanan dan fleksura merupakan yang terpanjang
dan bagian dapat bergerak dari usus besar. Hal ini sedikit melengkung ke bawah dengan
kenaikan tajam ke atas mendekati akhir, di mana ia membungkuk ke bawah untuk
membentuk fleksura kolik kiri atau lentur lienalis, yang terletak di dekat limpa. Ini adalah
dari ini fleksura kolik kiri, usus descending dimulai. usus Transversus terhubung ke perut
oleh sekelompok jaringan, yang dikenal sebagai omentum yang lebih besar. sisi usus besar
melintang Posterior melekat ke dinding posterior abdomen oleh peritoneum (selaput yang
melapisi rongga perut) dan keterikatan ini disebut mesokolon transverse.
Kolon Desenden
Usus desenden yang dimulai dari fleksura lienalis dan berakhir pada awal kolon sigmoid. Hal
ini ditempatkan lebih mendalam, dibandingkan dengan usus ascending dan memiliki
beberapa bagian dari usus kecil di depannya. Hal ini berakhir dengan kolon sigmoid, yang
merupakan bagian terakhir dari usus besar, yang berakhir pada titik, di mana rektum dimulai.
Kolon sigmoid adalah struktur berbentuk S, yang berisi otot, bahwa kontraksi untuk membuat
tekanan dalam usus besar, untuk mengeluarkan kotoran dan memindahkan kotoran ke
rektum.
Kolon Sigmoid
Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk
lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari apertura pelvis superior (pelvic brim) sampai
peralihan menjadi rektum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini ditandai dengan
berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak + 15 cm di atas anus.Kolon sigmoid tergantung
27
oleh mesokolon sigmoideum pada dinding belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak
bebas (mobile).
D. Rektum
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid)
dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi
tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang
dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih
muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
E. Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagianlannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus bagian bawah terdiri
dari lambung (ventrikulus), usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum),
rektum, dan anus.
28
4. Faktor yang Mempengaruhi Eleminasi Elvi
a) Usia
b) Diet
Diet pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi.
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang
masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
c) Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras.
Oleh karena itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses
defekasi. Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.
d) Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tinus otot
abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.
e) Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan laksantif,
atau antasida yang terlalu sering.
29
f) Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat
pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau terbiasa melakukan buang air
besar di tempat bersih atau toilet, jika seseorang terbiasa buang air besar di tempat
yang kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
g) Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit –
penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti
gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.
h) Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk defekasi seperti
nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.
j) Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga
menyebabkan diare.
k) Prosedur diagnostic
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan
klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.
30
n) Kehamilan
umum ditemui pada trimester akhir kehamilan, bertambahnya usia kehamilan dapat
menyebabkan obstruksi sehingga menghambat pengeluaran feses, akibatnya bumil
seringkali mengalami hemoroid permanen karena seringnya mengedan saat defekasi.
2. Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran fases
dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus , mungkin ada rasa mual dan
muntah.
Tanda Klinis :
31
a. Adanya pengeluaran fases cair.
b. Frekuensi lebih dari 3 kali sehari.
c. Nyeri / kram abdomen.
d. Bising usus meningkat.
KemungkinanPenyebab :
a. Malabsorpsi atau inflamasi , proses infeks.
b. Peningkatan peristaltic karena peningkatan metabolisme.
c. Efektindakanpembedahanusus.
d. Efekpenggunaanobatsepertiantasida ,laksansia , antibiotik , dan lain – lain.
e. Strespsikologis
3. Inkontensia Usus
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan
dari proses
defekasi normal mengalami proses pengeluaran fases tak disadari.
Tanda Klinis :
a. Pengeluaran fases yang tidak dikehendaki.
Kemungkinan Penyebab :
a. Gangguan sfingter rectal akibat cedera anus ,pembedahan, dan lain – lain.
b. Distensirektum berlebih.
c. Kurangnya control sfingter akibat cedera medulla spinalis, CVA, danlain – lain.
d. Kerusakan kognitif.
4. Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas
secara berlebihan dalam lambung atau usus.
5. Hemorroid
Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai
akibat peningkatan tekanan didaerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi,
peregangan saat defekasi ,dan lain-lain.
32
6. Fecal Impaction
Fecal impaction merupakan masa fases keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi materi fases yang berkepanjangan. Penyebab konstipasi asupan
kurang, aktivitas kurang , diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
Pukul 11.30 WIB Ny. S datang ke UGD dengan keluhan diare selama 2 hari. Klien berumur
50 th dan mengatakan sudah diare selama 2 hari. BAB encer berlendir dengan frekuensi 4-5
kali setiap harinya. Menurut hasil observasi perawat badan klien panas, warna dan bau feses
khas. Setelah ditanya kembali klien mengatakan sebelumnya makan makanan
pedas.Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital :
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 37,5 C
Keadaan umum : Lemah
Mukosa bibir kering
33
ma : Ny.S
No DIAGNOSA MEDIS
Nama : Ny.S
Dx.Medis : Gastroenteritis
34
- TTV dalam saling percaya. filtasi glomerulus.
batas normal
3.Mempermudah
- Tidak ada 4. Pemberian cairan
melakukan
tanda-tanda parenteral sesuai
intervensi
dehidrasi dengan umur.
selanjutnya.
- Frekuensi
BAB 1X / hari5. Kolaborasi dengan 4.Pemberian cairan
dokter dalam secara cepat dapat
pemberian obat. sebagai penganti
cairan yang hilang.
5.Menentukan
1.Bina hubungan
pemberian obat
Setelah salin percaya.
secara tepat.
diberikan
tindakan
keperawatan 2. Berikan kompres
dalam waktu pada klien.
1X24 jam 1.Mempermudah
diharapkan : melakukan
3.Anjurkan klien intervensi
Hipertermi - Suhu tubuh
untuk memakai selanjutnya.
brerhubungan normal
2. baju tipis dan
dengan proses - Keluhan 2.Membantu
dapat menyerap
infeksi utama menurunkan suhu
keringat.
penyakit. kembali tubuh klien.
normal
3.Membantu
- Demam klien
4.Anjurkan klien mengurangi
turun
minum sedikit tapi penguapan pada
sering. tubuh.
35
5.Menentukan
pemberian obat
secara tepat.
36
5. Mengkolaborasikan dengan
dokter.
37
1. Pengertian Defekasi
Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.
Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yang terletak di medulla dan
sussum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus bagian
dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang untuk buang
air besar, kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis,
setiap waktu menguncup atau mengendur. Selam defekasi berbagai otot lain membantu prose
situ, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot – otot dasar pelvis.
2. Proses Defekasi
Frekuensi defekasi pada setiap individu sangat bervariasi dari beberapa kali per hari sampai
beberapa kali per minggu. Begitu juga dengan banyaknya feses pada setiap individu juga
berbeda tergantung pada pola makan dan pola hidup masing-masing individu.
38
sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan secara tanpa diduga. Keadaan
demikian disebut dengan diare.
Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan menyebabkan
rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus. Otot
sphinkter pada anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja.
Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter yang lemah
±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan rectum serta sudut tajam yang
menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke rectum, kontraksi
rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi. Pendorongan massa yang
terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1) sfingter ani interni; 2) sfingter ani
eksternus
Ketika feses masuk ke dalam rectum, pengembangan dinding rectum member suatu sinyal
yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltic pada kolon
desenden, kolon sigmoid dan di dalam rectum. Gelombang ini menekan feses ke arah anus.
Begitu gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal
penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar
berelaksasi secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rectum
teregang.
Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi volunter dapat
dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot
abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi merupakan suatu reflex spinal yang dengan
39
sadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter eksternus tetap berkontraksi atau
melemaskan sfingter dan megontraksikan otot abdomen.
Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks defekasi, sehingga
diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen sacral medulla spinalis).
Ketika serat syaraf dalam rectum diransang, signal diteruskan ke spinal cord dan kemudian
kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rectum. Sinyal-sinyal parasimpatis ini
meningkatkan gelombang peristaltic, melemaskan spingter anal internal dan meningkatkan
reflek defekasi instrinsik.
Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil napas
dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon
turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar
cincin anus mengeluarkan feses.
40
Pucat dengan Malabsorbsi lemak;
lemak diet tinggi susu dan
produk susu dan
rendah daging.
41
dimakan dan skatol, hydrogen
flora bakteri. sulfide dan amine,
diproduksi oleh
pembusukan protein
oleh bakteri perusak
atau pembusuk. Bau
menusuk hidung
tanda terjadinya
peningkatan kegiatan
bacteria yang tidak
kita kehendaki.
Kurang dari
sekali
semniggu
42
3.1. Kesimpulan
Sistem pencernaan manusia merupakan proses yang kompleks yang terdiri
dari pemecahan massa organik besar menjadi partikel kecil yang tubuh
mampu dalam menggunakannya sebagai bahan bakar.
3.2. Saran
Semoga dalam penyusunan makalah berikutnya, penulis lebih baik dan lebih
teliti dari sebelumnya. Dan menjadikan makalah ini sebagai suatu manfaat.
43
DAFTAR PUSTAKA
Pearce , Evelyn C.2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.Sander , Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta
Rajawali Pers.Sobotta.Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC.Syaifuddin . 2003 .
Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.Wibowo , Daniel S .
2005 . Anatomi Tubuh Manusia . Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
http://totonrofiunsri.wordpress.com/2009/01/28/anatomi-dan-fisiologi-sistem-
perkemihan/http://nurad1k.blogspot.com/2010/02/anatomi-fisiologi-sistem-
perkemihan.htmlhttp://bertousman.blogspot.com/2009/02/traktus-urinarius.htmlhttp://
tutorialkuliah.blogspot.com/2009/02/tugas-kuliah-sistem-perkemihan.htmlhttp://
zakirroshan.blogspot.com/2010/05/urinaria.html
44
http://mriskiputri.blogspot.com/2015/11/makalah-eliminasi-alvi_28.html?m=1
(diakses tanggal 01 Januari 2019)Rahmah, Lestari. 2016. “ANATOMI FISIOLOGI
USUS BESAR” : http://analiskesehatand3.blogspot.com/2016/10/anatomi-fisiologi-
usus-besar.html (diakses tanggal 01 Januari 2019)Ratna, Dian.2017.”Saluran Cerna
Atas dan Saluran Cerna Bawah” : http://dianratna1997.blogspot.com/2017/05/saluran-
cerna-atas-dan-saluran-cerna.html (diakses tanggal 01 Januari 2019)
45