Anda di halaman 1dari 48

Materi Kebutuhan Dasar Manusia

“ Eliminasi Alvi dan Eliminasi Urin “

Dibimbing Oleh :
Indriatie,S.Kep., M.Mkes

Disusun Oleh :

Rischa Safitri
DIII – Keperawatan Gigi
TINGKAT : 1A
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Saya panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada saya sehingga saya
dapat menyelesaikan Laporan Pratikum materi “ Histologi dan Anatomi
Fisiologi”

Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan Laporan Pratikum
ini. Untuk itu saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut,saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya saya dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki laporan pratikum ini.

Akhir kata, saya berharap semoga Laporan Pratikum Materi Histologi dan
Anatomi Fisiologi dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
memberikan manfaat nyata untuk pembaca.

Surabaya, 24 September 2020

ii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL………………………………………..................................……..….… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………........................................ ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………................................…... iii

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ................................................................. 1

1.2 Ruang Lingkup Penulisan ................................................ 1

1.3 Tujuan ............................................................................ 1

BAB II. Pembahasan


2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan..................... 2
2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Berkemih........................ 14
2.3 Eliminasi Urine............................................................... 21
2.4 Contoh Kasus Eliminasi Urine....................................... 28
2.5 Proses Berkemih............................................................. 29
2.6 Eliminasi Alvi................................................................. 34
2.7 Contoh Kasus Eliminasi Alvi......................................... 44
2.8 Proses Defekasi.............................................................. 48

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................... 53
3.2 Saran .............................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 54

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manuasia merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai makhluk hidup karena
manusia memiliki ciri-ciri diantaranya: dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh
beradaptasi, memerlukan makan , dan mengeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi).
Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh di karenakan peranan masing-masing organ.
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus
dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan
menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis,
perubahan pola eliminasi urine, konstipasi, diare dan kembung. Selain berbagai macam yang
telah disebutkan diatas akan menimbulkan dampak pada system organ lain seperti: system
pencernaan, ekskresi dll.

Kateterisasi merupakan tindakan memasukan kateter kedalam kandung kemih melalui


uretra untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai pengambilan bahan
pemeriksaan.Kateter terbagi dua, yaitu : kateter tetap dan kateter sementara. Kateter Tetap
biasanya dipasang bagi pasien yang tidak bisa buang air kecil secara langsung. Tindakan ini
di lakukan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan nya, untuk mempermudah BAK
seseorang yang terkena gangguan. Kateter sementara salah satu fungsinya bisa digunakan
sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pemasangan kateter tersebut diantaranya meliputi
persiapan alat yang akan di gunakan , persiapan pasien,dan langkah-langkah kerja.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana prosedur pemasangan SOP kateter ?


2. Apa saja alat yang diperlukan dalam pemasangan kateter ?
3. Bagaimana prosedur perawatan kateter ?
4. Bagaimana prosedur irigasi kateter ?

1.3. TUJUAN

Dengan tersusunnya makalah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengerti
tentang prosedur pemasangan sop kateter , alat yang diperlukan dalam pemasangan
kateter , dan bagaimana cara perawatan kateter.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Prosedur Pemasangan Sop Kateter

1. Definisi
Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan selang karet atau plasrtik, melalui
uretra atau kandung kemih dan dalam kateterisasi ada dua jenis kateterisasi yaitu menetap
dan intermiten, sedangkan alat untuk kateterisasi dinamakan selang kateter, selang kateter
adalah alat yang berbentuk pipa yang terbuat dari karet, plastik, metal woven slik dan silikon
yang fungsi dari alat kateter tersebut ialah memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kandung
kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menyimpan atau menampung airseni
yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal.
Pemasangan kateter adalah pemaukkan selang yang terbuat dari plastik atau karet melalui
uretra menuju kandung kemih (vesika urinaria)

2. Tujuan
 Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih
 Untuk pengumpulan spesimen
 Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
 Untuk pengkajian residu urine
 Penatalaksanaan pasien yg di rawat karena trauma medula spinalis, gangguan neuro
muscular, atau inkompeten kandung kemih, serta pascaoperasi besar.
 Mengatasi obstruksi aliran urine
 Mengatasi retensi perkemihan

3. Indikasi
a. Kateter sementara
Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi vesika urinaria.
Pengambilan urine residu setelah pengosongan urinaria.
b. Kateter tetap jangka pendek.
Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat).
Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan.
Untuk memantau output urine.

2
c. Kateter tetap jangka panjang
Retensi urine pada penyembuhan penyakit ISK/UTI.
Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urine.
Klien dengan penyakit terminal
4. Kontra Indikasi
Hematoris (keluarnya darah dari urine)

5. Macam macam kateter dan ukuran kateter

2.2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan

1. Pengertian Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi
oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu sistem
kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal atau
Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan
oleh tubuh dan banyak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.

Susunan sistem perkemihan terdiri dari :

 Dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,


 Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih),
 Satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan,

3
 Satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

2. Anatomi Sistem Perkemihan


A. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar.

a. Fungsi ginjal :
 Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
 Mempertahankan suasana keseimbangan cairan, osmotic, dan ion,
 Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
 Fungsi hormonal dan metabolisme,
 Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
a. Struktur ginjal.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian
dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk
kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri
dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang
menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores
yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.

4
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :

 Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent yang
kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan
zat yang terlarut dari darah yang melewatinya.

 Kapsula Bowman

Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan cairan yang
difiltrasi oleh kapiler glomerolus.

 Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:


 Tubulus proksimal
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubuli dan
mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.

 Ansa Henle

Ansa henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari pars descendens yaitu
bagian yang menurun terbenam dari korteks ke medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang
naik kembali ke korteks. Bagian bawah dari lengkung henle mempunyai dinding yang sangat
tipis sehingga disebut segmen tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal disebut segmen
tebal.

Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan sekresi bahan-
bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan penting dalam mekanisme konsentrasi
dan dilusi urin.

 Tubulus distal

Berfungsi dala reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.

 Duktus pengumpul (duktus kolektifus)

Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang
berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk mengosongkan cairan
isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.

Persarafan ginjal.

5
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
B. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :

o Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


o Lapisan tengah lapisan otot polos.
o Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
o Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong
urin masuk ke dalam kandung kemih.

C. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat
mengembang dan mengempis seperti balon karet.

Dinding kandung kemih terdiri dari:

♫ Lapisan sebelah luar (peritoneum).


♫ unika muskularis (lapisan berotot).
♫ Tunika submukosa.
♫ Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
D. Uretra.
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.

Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:

a. Urethra pars Prostatica


b. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa
c. Urethra pars spongiosa.

Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai
saluran ekskresi.

6
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:

♥ Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria
mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra
tetap tertutup.
♥ Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
♥ Lapisan mukosa.
E. Air kemih (urine).
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:

 Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan(intake) cairan


dan faktor lainnya.
 Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
 Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
 Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
 Berat jenis 1,015-1,020.
 Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).
 Komposisi air kemih, terdiri dari:
 Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
 Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea amoniak ,Elektrolit,
natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
 Pagmen (bilirubin dan urobilin).
 Toksin

3. Fisiologi Sistem Perkemihan


Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa meningkatkan
tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300 ml)makam reseptor pada dinding
vesika urinaria akan memulai kontraksi musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi
secara involunter dan dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda
sampai ia menemukan waktu dan tempat yang cocok. Walaupun demikian, bila rangsangan
sensoris ditunda terlalu lama, maka akan memberikan rasa sakit.

Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka terjadi relaksasi musculus
pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan kekuatan urethra yang menghasilkan
beberapa kejadian dengan urutan sebagai berikut :

a) Membukanya meatus intemus


b) Erubahan sudut ureterovesical

7
c) Bagian atas urethra akan terisi urine
d) Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine
e) Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat
f) Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intra abdominal meningkat
g) Pembukaan sphincter extemus
h) Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong

Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus pubococcygeus yang bekerja di


bawah pengendalian secara volunteer :

Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengalir


Vesica urinaria tertarik ke atas
Urethra memanjang
Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan kontraksi.

Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka siklus kejadian seperti
yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara otomatis.

Fungsi sistem homeostatis urinaria:

╬ Mengatur volume dan tekanan darah dengan mengatur banyaaknya air yang hilang
dalam urine, melepaskan eritropoietin dan melepaskan rennin.
╬ Mengatur konsentrasi plasma dengan mengontrol jumlah natrium, kalium, klorida,
dan ion lain yang hilang dalam urin dan mengontrol kadar ion kalsium.
╬ Membantu menstabilkan pH darah, dengan mengontrol kehilangan ion hydrogen dan
ion bikarbonat dalam urin.
╬ Menyimpan nutrient dengan mencegah pengeluaran dalam urin, mengeluarkan produk
sampah nitrogen seperti urea dan asam urat.
╬ Membantu dalam mendeteksi racun-racun.
╬ Mekanisme pembentukan urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat
(cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart.
Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan
sebagian diserap kembali.
Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandungan kemih

Tahap – tahap Pembentukan Urine :

a. Proses filtrasi

8
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari
permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah
bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh
ginjal.

b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan
beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi
kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali
kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.

c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada
tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah
urine sesungguhnya.Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di
bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang
merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

Urin yang keluar dari kandungan kemih mempunyai komposisi utama yang sama dengan
cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan yang berarti pada komposisi
urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.

9
2.3. Eliminasi Urine

1. Pengertian Eliminasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, atau penyisihan. Dalam bidang kesehatan, eliminasi
merupakan proses pembuangan sisa – sisa metabolisme tubuh. Pembuangan dapat
melalui urine ataupun bowel ( Watonah, 2006).
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine
atau feses. Kebutuhan eliminasi dibagi menjadi dua yaitu; eliminasi urine dan
eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). (Uliyah, Hidayat;2008)

10
2. Definisi Eliminasi Urine
Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak
dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara
primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama
metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh
sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium /
keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan
kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.

Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu: kandung kemih secara progresif terisi
sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks
berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-
tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks
miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.

Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi
volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran
urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas,
urin dan kandungan produk sampah didalam urin.

3. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan Eliminasi Urine.

Eliminasi urine bergantung pada efektivitas organ saluran kemih ; ginjal,ureter, kandung
kemih dan uretra.

1. Ginjal.

Sepasang ginjal terletak di kedua sisi kolumna spinalis,di belakang rongga peritoneum. Ginjal
merupakan pengatur primer keseimbangan cairan dan asam basa di dalam tubuh. Unit
fungsional ginjal yaitu nefron yang berfungsi menyaring darah dan membuang sampah
metabolisme. Pada orang dewasa,sekitar 1200 ml darah,atau sekitar 21% curah
jantung,mengalir melalui ginjal setiap menit. Setiap ginjal terdiri dari 1 juta nefron. Setiap
nefron memiliki glomerulus,seikat kapiler yang dikelilingi oleh kapsula bowman. Adapun
fungsi dari ginjal yaitu :

Pengaturan volume cairan.

Jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh berfluktuasi. Proses eksresi ini diatur oleh ginjal.
Jika seseorang minum banyak ,urinnya akan encer dan volumenya akan bertambah.
Sebaliknya,jika orang tersebut minum sedikit,urinnya akan pekat dan volumenya berkurang.

11
Pengaturan jumlah elektrolit tubuh.

Kandungan elektrolit dalam tubuh cenderung konstan. Kondisi ini dipertahankan melalui dua
proses,yaitu laju filtrasi glomerulus (GFR) dan proses reabsorbsi yang selektif di tubulus
ginjal akibat hormone. Saat jumlah ion Na+ meningkat,ginjal akan mengontrolnya dengan
meningkatkan GFR dan menghambat sekresi hormone aldosterone  sehingga reabsorsi Na+
berkurang ,demikian sebaliknya.

Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh.

Ginjal merupakan mekanisme pengatur keseimbangan asam basa yang paling kuat. Dalam
menjalankan fungsinya,ginjal tidak hanya mengubah-ubah pengaturan H+,tetapi juga
menahan atau membuang HCO3- sesuai dengan status asam basa tubuh.

Ekskresi sisa-sisa metabolisme

Ginjal mengekskresikan zat-zat racun (misalnya ureum,asam urat,keratinin,sulfat,fosfat) dan


obat-obatan dari tubuh.

Reabsorpsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh.

Normalnya,bahan-bahan bahan-bahan organic seperti glukosa dan asam amino direabsorpsi


secara total ke dalam darah, dan biasanya tidak diekskresikan ke dalam urin. Upaya ini
mencegah hilangnya nutrient-nutrien penting dari tubuh.

Fungsi hormonal dan metabolisme.

Ginjal mengekresikan hormone renin untuk mempertahankan keseimbangan cairan-elektrolit


dan tekanan darah (sistem renin-angiotensin-aldosteron). Selain itu,ginjal juga berperan
dalam proses metabolism zat-zat tertentu (misalnya obat).

2. Ureter

Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung kemih. Panjangnya
sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm. Bagian atas ureter berdilatasi dan melekat pada hilus

12
ginjal,sedangkan bagian bawahnya memasuki kandung kemih pada sudut posterior dasar
kandung kemih. Urin di dorong melewati ureter dengan gelombang peristaltis yang terjadi
sekitar 1-4 kali per menit. Pada pertemuan antara ureter dan kandung kemih,terdapat lipatan
membrane mukosa yang bertindak sebagai katup guna mencegah refluks urin kembali ke
ureter sehingga mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.  

3. Kandung kemih.

Kandung kemih (vesika Urinaria) adalah kantung muscular tempat urin bermuara dari ureter.
Ketika kosong atau setengah terisi,kandung kemih terletak di simfisis pubis. Pada
pria,kandung kemih terletak diantara kelenjar prostat dan rectum sedangkan pada
wanita,kandung kemih terletak antara uterus dan vagina. Dinding kandung kemih sangat
elastis sehingga mampu menahan regangan yang sangat besar. Saat penuh,kandung kemih
bisa melebihi simfisis pubis bahkan bisa setinggi umbilicus.

4. Uretra.

Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra. Panjang uretra pada pria
sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis. Uretra pria terdiri
dari tiga bagian,yaitu uretra pars prostatika,uretra pars membranosa dan uretra pars
spongiosa. Pada wanita,panjang uretra sekitar 3 cm dan membentang dari kandung kemih
sampai lubang diantara labia minora,2,5 cm di belakang klitoris. Karena uretranya yang
pendek,wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih.

Ciri-ciri urin yang normal meliputi :

1.      Jumlah dalam 24 jam ±1.500 cc,tergantung pada banyaknya asupan cairan.

2.      Berwarna oranye bening,pucat,tanpa endapan.

3.      Berbau tajam.

4.      Sedikit asam (PH rata-rata 6).

Prose pembentukan urin.Ada tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan urine:
Filtrasi glomerulus,reabsorpsi tubulus,sekresi tubulus.

13
4. Faktor yang Mempengaruhi Faktor Eliminasi Urine

1.      Diet dan Asupan (intake)


Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine
(jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga
dapat meningkatkan pembentukan urine.
2.      Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
urine.
3.      Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam
kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
4.      Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih.
Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine
yangdiproduksi.

5.      Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemihmenurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
6.      Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.
Haltersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan
untukmengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol
buang airkecil.
7.      Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
8.      Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kulturpada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
9.      Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih
dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10.  Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksipengontirolan pengeluaran urine.
11.   Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan
ataupenurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan
jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
12.  Pemeriksaan Diagnostik

14
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih
seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga
mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

5. Masalah Eliminasi Urine


Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah satu yang
tersering ialah gangguan urine.

Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :

a.       Retensi : Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih


danketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.

Kemungkinan penyebabnya :

1.        Operasi pada daerah abdomen bawah.


2.        Kerusakan ateren
3.        Penyumbatan spinkter.

Tanda-tanda retensi urine :


1.        Ketidak nyamanan daerah pubis.
2.        Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
3.        Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
4.        Meningkatnya keinginan berkemih.
5.        Enuresis
b.      Eniorisis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam
hari.Kemungkinan peyebabnya :
1.        Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
2.        Kandung kemih yang irritable
3.        Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
4.        ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
c.       Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensia
      Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena
kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
1.    Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
2.    Penurunan tonur kandung kemih
3.    Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
4.    Lingkungan
5.    Lanjut usia.

15
                Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera pada
peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab:
1.    Inkomplet outlet kandung kemih
2.    Tingginya tekanan infra abdomen
3.    Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
4.    Lanjut usia.
                Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus menerus
yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
1.    Penurunan Kapasitas kandung kemih.
2.  Efek pembedahan spinkter kandung kemih
3.    Penurunan tonus kandung kemih
4.    Kelemahan otot dasar panggul.
5.    Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
6.    Perubahan pola
7.    Frekuensi
8.    Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
9.  Urgency
10. Perasaan seseorang harus berkemih.
d. Urgency
adalah perasaan seseorang untuk berkemih, takut mengalami inkontinen jika tidak
berkemih.
e. Dysuria
adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih hal ini sering ditemukan pada penyaki
ISK (infeksi saluran kemih), trauama dan stiktur uretra (penyempitan uretra).
f. Polyuria
adalah produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, tanpa adanya
penignaktan intake cairan, defisiensi ADH (antideuretic hormone), penyakit ginjal kronik.
g. Urinaria
adalah berhenti mendadak produksi urine, secara normal urine diproduksi oleh ginjal
secara terus menerus  pada kecepatan 60-120 ml/jam.
h. Hematuria
adalah kondisi ketika adanya darah di dalam urine. Secara sederhana kondisi ini
disebut dengan kencing berdarah. Urine berubah warna menjadi kemerahan atau sedikit
kecokelatan. Terkadang, ada pula darah yang terdapat di dalam urine, meski tidak kasat mata.
Kondisi ini sering disebut sebagai hematuria mikroskopik. Darah yang terkandung dalam
urine hanya bisa dilihat di laboratorium menggunakan mikroskop.
i. Nocturia
adalah istilah medis untuk buang air kecil berlebih pada malam hari. Saat tidur, tubuh
pengidap menghasilkan lebih sedikit urine yang lebih kental. Hal ini berarti orang-orang yang
sehat tidak perlu bangun tengah malam untuk buang air kecil, dan dapat tidur selama 6–8 jam
tanpa diganggu rasa ingin buang air kecil.
j. Oliguria

16
adalah kondisi medis dimana keluaran urine seseorang lebih sedikit atau mengalami
penurunan dari kondisi normal. Urine yang dikeluarkan orang dewasa normalnya berkisar
antara 400-2.000 mL atau sekitar 6-8 kali buang air kecil per hari.
k. Pneumateria
adalah berkemih yang tercampur dengan udara dapat terjadi karena adanya fistula
antara buli buli dengan usus, atau terdapat proses fermentasi glukosa menjadi gas
karbondioksida di dalam urine, seperti pada pasien diabetes mellitus.
l. Cloudy Urine
adalah urine bewarna keruh dan berbau busuk akibat adanya in#eksi saluran kemih
m.Intermitensi
adalah terputus-putusnya pancaran urin pada saat berkemih.
n. Terminal Dribling
yaitu masih didapatkannya tetesan-tetesan urin pada saat akhir miksi.

2.4. Contoh Kasus Eliminasi Urine

Tn.D 34 tahun masuk ke Rs Sukmul melalui UGD pada tanggal 5 Desember 2015 dan
klien di diagnosa oleh dokter dengan diagnosa medis Infeksi saluran kemih, klien
mengatakan nyeri pada saaat buang air kecil dan panas , klien mengatakan nyeri perut bagian
kiri bawah seperti ditusuk-tusuk dua hari yang lalu, klien mengatakan makannya 3x/hari,
klien mengatakan nafsu makannya baik. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan fisik
didapatkan hasil, bising usus 8x/menit, kesadarannya CM, Gcs 15, klien tampak pucat, klien
tampak lesu, tugor kulit elastis/baik, mata normal, klien tampak memengangi perutnya,
konjungtiva normal/merah muda, membra mukosa normal, klien turun 3kg dari 68kg menjadi
65kg, klien tampak dibantu oleh keluarga ketika bangun dari tempat tidur, klien tampak
lemas, klien terpasang infuse RL 28 tpm, kemudian tanggal 7 Desember 2015 didapatkan
hasil lab : HB 13 gr/dl, Ht 38%, LED 15 menit perjam, leokosit 7.900 ribu/ul, trambosit
256.000 ribu/ul, Na 127 MEG/L, K 2,9 MEG/L dan CP 72MEG/L . transferin 12 mg/100ml,
albumin 3mg/100ml, klien mendapatkan terapi obat ceftriaxon 2x2gr.
 TTV klien : TD : 120/80 mmHg               S : 36,5C
                  N  : 80x/menit

17
                  RR : 20x/menit

Hasil laboratorium Hemaglobin 13 gr/dl (normal 14 g/dl), Hematokrit 38 vol%(normal 42 vol


%) leukosit 7.900/ul(normal 8000-10.000/ul), Trombosit 256.000/ul(normal 150-450/ul).
Dari data tersebut, maka ditemukan masalah keperawatan : Gangguan pola eliminasi BAK :
Infeksi Saluran kemih. Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan intervensi dan
implementasi keperawatan kaji frekuensi dan konsistensi BAK, kaji skala nyeri, observasi
tanda-tanda vital, berkaloborasi dengan tim medis/dokter dalam pemberian obat ceftriaxon
2x2gr.

2.5. Proses Berkemih

1. Pengertian Proses Berkemih


Proses berkemih merupakan proses pembersihan bakteri dari kandung kemih,
sehingga kebiasaan menahan kencing atau berkemih yang tidak sempurna akan
meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi. Refluks vesikoureter (RVU)dan kelainan
anatomi adalah gangguan pada vesika urinariyang paling sering menyebabkan sulitnya

18
pengeluaranurin dari kandung kemih (Lumbanbatu, 2003).Ketika urin sulit keluar dari
kandung kemih, terjadi kolonisasi mikroorganisme dan memasuki saluran kemih bagian
atas secara ascending dan merusak epitel saluran kemih sebagai host.

2. Proses Miksi ( Rangsangan Berkemih )

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan
pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus,
dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter
interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus
secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini
hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis
dan otak masih utuh
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia
urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot
dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk
kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila
kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari
umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh
limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

Jadi,reflex mikturisi merupakan sebuah sikus yang lengkap yang terdiri dari:

1. Kenaikan tekanan secara cepat dan progresif


2. Periode tekanan menetap
3. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal.

3. Perangsangan atau Penghambatan Berkemih oleh Otak

19
Pusat – pusat ini antara lain:

1. Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terutama terletak di
ponds, dan
2. beberapa pusat yang terletak korteks serebral yang terutama bekerja penghambat
tetapi dapat menjadi perangsang.

Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih, tetapi pusat yang lebih
tinggi normalnya memegang peranan sebagai pengendali akhir dari berkenmih sebangai
berikut:

1. Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan refleks berkemih
kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki.
2. apusat yang lebih tinggi dapat mecegah berkemih, bahkan jika refleks berkemih
timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus
kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih.
3. Jika tiba waktu berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat berkemih sacral
untuk membantu untuk mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu bersamaan
menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat
terjadi.

Berkemih di bawah keinginan biasanya tercetus dengan cara berikut: Pertama, seseorang
secara sadar mengkontraksikan otot – otot abdomennya,  yang meningkatkan tekanan dalam
kandung kemih dan mengakibatkan urin ekstra memasuki leher kandung kemih dan uretra
posterior di bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya.

4. Mikturisi ( Berkemih )

Mikturisi ( berkemih ) merupakan refleks yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh
pusat persarafan yang lebih tinggi dari manusia. Gerakannya oleh kontraksi otot abdominal
yang menambah tekanan di dalam rongga dan berbagai organ yang menekan kandung kemih
membantu mengosongkannya. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tetapi berbeda sesuai
dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye, pucat tanpa endapan, baunya
tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

a) Sifat – sifat air kemih

20
♥ Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan
serta faktor lainnya.
♥ Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
♥ Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
♥ Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
♥ Baerat jenis 1.015 – 1.020.
♥ Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
b) Komposisi air kemih
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana
komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal
dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali
ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea
dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun
yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat
diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber
nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat
pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui
urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan
ditemukan dalam urin orang yang sehat.
 Komposisi air kemih :
- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin
- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat

21
- Pigmen (bilirubin, urobilin)
- Toksin
- Hormon
c) Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk
120 – 125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat
terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang
akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
d) Tahap – tahap Pembentukan Urine
Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari
permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring
adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh
simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke seluruh ginja.
Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan
beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah
terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap
kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal
dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada
tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah
urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari
ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat
penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari
tubuh melalui uretra.

22
2.6. Eliminasi Alvi

1. Pengertian Eliminasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, atau penyisihan. Dalam bidang kesehatan, eliminasi
merupakan proses pembuangan sisa – sisa metabolisme tubuh. Pembuangan dapat
melalui urine ataupun bowel ( Watonah, 2006).

23
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine
atau feses. Kebutuhan eliminasi dibagi menjadi dua yaitu; eliminasi urine dan
eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). (Uliyah, Hidayat;2008)

2. Definisi Eliminasi Alvi


Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses
yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Eliminasi alvi adalah suatu tindakan atau
proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat
yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan buang air
besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat
mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat
berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya
hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.

3. Sistem yang Berperan dalam Eliminasi Elvi

A. Lambung
Didalam lambung makanan dicerna secara mekanik dan secara kimiawi. Lambung
mensekresi HCl, mucus, enzym pepsin dan factor intrinsic. Konsentrasi HCl
mempengaruhi keasaman lambung dan keseimbangan asam basa tubuh. HCl membantu
mencampur dan memecah makanan dilambung. Mucus membantu melindungi mukosa
lambung dari keasaman dan aktifitas enzym. Pepsin mencerna protein walaupun tidak
semua protein dicerna didalam lambung. Faktor intrinsic adalah komponen penting yang
dibutuhkan dalam absorbsi vitamin B12 diusus dan untuk pembentukan formasi sel darah
merah.  Kekurangan factor ini dapat menyebabkan anemia pernicious. Sebelum makanan
meninggalkan lambung, makanan berubah menjadi semicair yang
disebut Chyme sehingga lebih mudah diabsorbsi.

B. Usus Halus

24
Selama proses pencernaan chime meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Usus
halus merupakan saluran yang memiliki diameter 2,5 cm dan panjang 6 m. Terdiri dari :

Duodenum (usus dua belas jari)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari
pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan.

Panjang duodenum sekitar 25 cm dan melingkari kepala pankreas. Sekresi dari kandung
empedu dan pankreas dilepaskan ke duodenum melalui struktur umum, ampula
hepatopankreatik, dan pintu menuju duodenum dijaga oleh sfingter hepatopankreatik (Oddi).
Jejenum (usus kosong)

Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, terletak di antara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh
usus halus anatara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus

25
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan usus kosong berupa
membrane mucus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan usus.

Illeum (usus penyerapan)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-4 meter dan ujungnya berada di katup ileosekal
yang mengendalikan aliran materi dari ileum ke sekum, bagian pertama usus besar dan
mencegah regurgitasi, terletak setelah duodenum dan jejunum serta dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam emperdu.

C. Usus Besar

Di dalam usus besar, sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna, bersamaan dengan lender
dan sisa-sisa sel mati dari dinding usus dibusukkan menjadi feses. Perjalanan makanan dari
mulut ke usus halus berlangsung kira-kira 4,5 jam, kemudian disimpan dalam kolon sampai
kurang lebih 24 jam dan selama itu bakteri-bakteri pengurai akan membusukkannya. Usus
besar berfungsi untuk mengatur kadar air dari sisa makanan. Bila kadar air berlebihan, maka
usus besar akan menyerap kelebihan air tersebut. Fungsi utama usus besar adalah untuk
menyerap air, menyimpan limbah, penyerapan beberapa vitamin (seperti vitamin K),
penebalan dan pengeluaran dari tinja. Rumah usus yang besar sekitar 700 spesies bakteri,
yang membantu dalam fermentasi serat dalam bahan makanan. Bakteri ini juga menghasilkan
sejumlah besar vitamin, seperti vitamin K dan biotin (vitamin B), yang diserap ke dalam
darah. Usus besar memiliki panjang 1,5 m – 1,8 m dan terbagi menjadi 3 kolon, yaitu :

Kolon Asceden

26
Usus Ascending muncul setelah sekum dan melintasi ke atas sampai mencapai fleksura
hepatik atau kanan kolik lentur, yang merupakan pergantian usus dekat hati. Dengan kata
lain, hati fleksura adalah tikungan antara kolon asendens dan kolon transversum. Tikungan
kolon melintang untuk membentuk fleksura hati, yang diikuti oleh usus besar melintang, yang
perjalanan melintasi rongga perut.

Kolon Transversal

Usus Yang melintang dimulai dari hepatik kanan dan fleksura merupakan yang terpanjang
dan bagian dapat bergerak dari usus besar. Hal ini sedikit melengkung ke bawah dengan
kenaikan tajam ke atas mendekati akhir, di mana ia membungkuk ke bawah untuk
membentuk fleksura kolik kiri atau lentur lienalis, yang terletak di dekat limpa. Ini adalah
dari ini fleksura kolik kiri, usus descending dimulai. usus Transversus terhubung ke perut
oleh sekelompok jaringan, yang dikenal sebagai omentum yang lebih besar. sisi usus besar
melintang Posterior melekat ke dinding posterior abdomen oleh peritoneum (selaput yang
melapisi rongga perut) dan keterikatan ini disebut mesokolon transverse.

Kolon Desenden

Usus desenden yang dimulai dari fleksura lienalis dan berakhir pada awal kolon sigmoid. Hal
ini ditempatkan lebih mendalam, dibandingkan dengan usus ascending dan memiliki
beberapa bagian dari usus kecil di depannya. Hal ini berakhir dengan kolon sigmoid, yang
merupakan bagian terakhir dari usus besar, yang berakhir pada titik, di mana rektum dimulai.
Kolon sigmoid adalah struktur berbentuk S, yang berisi otot, bahwa kontraksi untuk membuat
tekanan dalam usus besar, untuk mengeluarkan kotoran dan memindahkan kotoran ke
rektum.

Kolon Sigmoid

Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk
lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari apertura pelvis superior (pelvic brim) sampai
peralihan menjadi rektum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini ditandai dengan
berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak + 15 cm di atas anus.Kolon sigmoid tergantung

27
oleh mesokolon sigmoideum pada dinding belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak
bebas (mobile).

D. Rektum
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid)
dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi
tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang
dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih
muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.

E. Anus

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagianlannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus bagian bawah terdiri
dari lambung (ventrikulus), usus halus (intestinum tenue), usus besar (intestinum crassum),
rektum, dan anus.

28
4. Faktor yang Mempengaruhi Eleminasi Elvi
a) Usia

Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses


defekasi yang berbeda. Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan
pada usia lanjut kontrol defekasi menurun.

b) Diet
Diet pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi.
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang
masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.

c) Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras.
Oleh karena itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses
defekasi. Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.

d) Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tinus otot
abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.

e) Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan laksantif,
atau antasida yang terlalu sering.

29
f) Gaya Hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat
pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau terbiasa melakukan buang air
besar di tempat bersih atau toilet, jika seseorang terbiasa buang air besar di tempat
yang kotor, maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.

g) Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit –
penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti
gastroenteristis atau penyakit infeksi lainnya.

h) Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk defekasi seperti
nyeri pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.

i) Kerusakan Sensoris dan Motoris


Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi
karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan
defekasi.

j) Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga
menyebabkan diare.

k) Prosedur diagnostic
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan
klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.

l) Anestesi dan pembedahan


Anestesi unium dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang
dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung 24-48 jam.

m) Posisi selama defekasi


Posisi jongkok merupakan posisis yang normal saat melakukan defekasi. Toilet
modern dirancang untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu
untuk duduk tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan intra abdomen dan
mengeluarkan kontraksi otot-otot pahanya.

30
n) Kehamilan
umum ditemui pada trimester akhir kehamilan, bertambahnya usia kehamilan dapat
menyebabkan obstruksi sehingga menghambat pengeluaran feses, akibatnya bumil
seringkali mengalami hemoroid permanen karena seringnya mengedan saat defekasi.

5. Masalah yang Terjadi pada Kebutuhan Eliminasi Elvi


1. Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi
mengalami statis usus
besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, atau keluarnya tinja
terlalu kering dan
keras.
Tanda Klinis:
a. Adanya feses yang keras.
b. Defekasi kurang dari 3 kali seminggu.
c. Menurunnya bising usus.
d. Adanya keluhan pada rektu.
e. Nyeri saat mengejan dan defekasi
f. Adanya perasaan masih ada sisa feses
Kemungkinan Penyebab:
a. Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera serebospinalis,
CVA (cerebrovaskular accident) dan lain-lain.
b. Pola defekasi yang tidak teratur.
c. Nyeri saat defekasi karena hemoroid.
d. Menerunnya peristaltik karena stres psikologis.
e. Penggunaan obat seperti antasida, laksantif, atau anaestesi.
f. Proses menua (usia lanjut).

2. Diare
Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran fases
dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus , mungkin ada rasa mual dan
muntah.
Tanda Klinis :

31
a. Adanya pengeluaran fases cair.
b. Frekuensi lebih dari 3 kali sehari.
c. Nyeri / kram abdomen.
d. Bising usus meningkat.

KemungkinanPenyebab :
a. Malabsorpsi atau inflamasi , proses infeks.
b. Peningkatan peristaltic karena peningkatan metabolisme.
c. Efektindakanpembedahanusus.
d. Efekpenggunaanobatsepertiantasida ,laksansia , antibiotik , dan lain – lain.
e. Strespsikologis

3. Inkontensia Usus
Inkontinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan
dari proses
defekasi normal mengalami proses pengeluaran fases tak disadari.

Tanda Klinis :
a. Pengeluaran fases yang tidak dikehendaki.
Kemungkinan Penyebab :
a. Gangguan sfingter rectal akibat cedera anus ,pembedahan, dan lain – lain.
b. Distensirektum berlebih.
c. Kurangnya control sfingter akibat cedera medulla spinalis, CVA, danlain – lain.
d. Kerusakan kognitif.

4. Kembung
Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas
secara berlebihan dalam lambung atau usus.

5. Hemorroid
Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai
akibat peningkatan tekanan didaerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi,
peregangan saat defekasi ,dan lain-lain.

32
6. Fecal Impaction
Fecal impaction merupakan masa fases keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh
retensi dan akumulasi materi fases yang berkepanjangan. Penyebab konstipasi asupan
kurang, aktivitas kurang , diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.

2.7. Contoh Kasus Eliminasi Alvi

Pukul 11.30 WIB Ny. S datang ke UGD dengan keluhan diare selama 2 hari. Klien berumur
50 th dan mengatakan sudah diare selama 2 hari. BAB encer berlendir dengan frekuensi 4-5
kali setiap harinya. Menurut hasil observasi perawat badan klien panas, warna dan bau feses
khas. Setelah ditanya kembali klien mengatakan sebelumnya makan makanan
pedas.Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital :
Tensi                   : 110/70 mmHg
Nadi                   : 78 x/menit
RR                      :  20x/menit
Suhu                   : 37,5 C
Keadaan umum  : Lemah
                             Mukosa bibir kering

33
ma          : Ny.S

Dx. Medis   : Gastrointeritis

No DIAGNOSA MEDIS

1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan sekunder.

2. Hipertermi brerhubungan dengan proses infeksi penyakit.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama         : Ny.S

Dx.Medis  : Gastroenteritis

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


o

1. Ketidakseimban Setelah 1.      Pantau tanda dan 1.Penurunan volume


gan cairan dan dilakukan gejala dehidrasi. cairan dan
elektrolit tindakan elektrolit
berhubungan keperawatan menyebabkan
dengan dalam waktu2.      Pantau input dan dehidrasi jaringan.
kehilangan 1X24 jam output.
2.Dehidrasi dapat
cairan diharapkan :
meningkatkan laju
sekunder. 3.      Bina hubungan

34
-    TTV dalam saling percaya. filtasi glomerulus.
batas normal
3.Mempermudah
-    Tidak ada 4.      Pemberian cairan
melakukan
tanda-tanda parenteral sesuai
intervensi
dehidrasi dengan umur.
selanjutnya.
-    Frekuensi
BAB 1X / hari5.      Kolaborasi dengan 4.Pemberian cairan
dokter dalam secara cepat dapat
pemberian obat. sebagai penganti
cairan yang hilang.

5.Menentukan
1.Bina hubungan
pemberian obat
Setelah salin percaya.
secara tepat.
diberikan
tindakan
keperawatan 2. Berikan kompres
dalam waktu pada klien.
1X24 jam 1.Mempermudah
diharapkan : melakukan
3.Anjurkan klien intervensi
Hipertermi -   Suhu tubuh
untuk memakai selanjutnya.
brerhubungan normal
2. baju tipis dan
dengan proses -   Keluhan 2.Membantu
dapat menyerap
infeksi utama menurunkan suhu
keringat.
penyakit. kembali tubuh klien.
normal
3.Membantu
-   Demam klien
4.Anjurkan klien mengurangi
turun
minum sedikit tapi penguapan pada
sering. tubuh.

5.Kolaborasi dengan  4.Menganti cairan


dokter dalam yang hilang.
pemberian obat.

35
5.Menentukan
pemberian obat
secara tepat.

IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

No Tgl/jam Implementasi Tgl/jam Evaluasi ttd


dx

1. 22/06/10 1. Memantau TTV 23/06/10


S : Klien mengatakan diare dan
panas
09.00 2. Memantau intake dan output 08.00
dengan memperhatikan O : Keluhan utama hilang, diare
tetesan infus dan BAB, BAK berkurang 3-4x/hari, panas,
klien T =  120/70 mmHg, S = 37 C

3. Membina hubungan saling A : Masalah teratasi sebagian


percaya dengan klien
P : lanjutkan intervensi 1-5
4. Memberikan cairan parentera
dengan memasang infus pada
klien.

36
5. Mengkolaborasikan dengan
dokter.

S : Klien mengatakan diare


sudah jarang dan klien
1. Membina hubungan sudah tidak panas
saling percaya antara
O : keluhan utama hilang, diare
perawat dengan klien.
cair tapi berampas,

2. Memberikan kompres frekuensi 1-2 x/hari, panas


hilang, T=120/80 mmHg,
pada klien.
S=36,5 C

2. 22/06/10 3. Membantu menggati 24/06/10 A : Masalah teratasi


pakaian klien
11.00 08.00 P : Intervensi dihentikan

4. Memberi klien minum


5. Mengkolaborasikan
dengan dokter

2.8. Proses Defekasi

37
1. Pengertian Defekasi

Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.
Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yang terletak di medulla dan
sussum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus bagian
dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang untuk buang
air besar, kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis,
setiap waktu menguncup atau mengendur. Selam defekasi berbagai otot lain membantu prose
situ, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot – otot dasar pelvis.

2. Proses Defekasi
Frekuensi defekasi pada setiap individu sangat bervariasi dari beberapa kali per hari sampai
beberapa kali per minggu. Begitu juga dengan banyaknya feses pada setiap individu juga
berbeda tergantung pada pola makan dan pola hidup masing-masing individu.

Gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran


pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar
(disebut ampulla) yang menjadi tempat penampungan tinja sementara. Otot-otot pada dinding
rektum yang dipengaruhi oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk
mengeluarkan tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat
maka tinja dapat kembali ke usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali diserap,
dan tinja menjadi sangat padat. Jika buang air besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang
agak lama dan tinja terus mengeras, konstipasi dapat terjadi. Sementara, bila ada
infeksi bakteri atau virus di usus maka secara refleks usus akan mempercepat laju tinja
sehingga penyerapan air sedikit. Akibatnya, tinja menjadi lebih encer

38
sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan secara tanpa diduga. Keadaan
demikian disebut dengan diare.

Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan menyebabkan
rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus. Otot
sphinkter pada anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja.

Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan


diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika
paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan. Tekanan
darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung meninggi.

Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter yang lemah
±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid  dan rectum serta sudut tajam yang
menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke rectum, kontraksi
rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi. Pendorongan massa yang
terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1) sfingter ani interni; 2) sfingter ani
eksternus

3. Macam Macam Reflek Defekasi


Refleks Defekasi Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum mencapai
18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan eksternus
melemas dan isi feses terdorong keluar. Defekasi memiliki dua reflek, yaitu :

a. Reflek Defekasi Instrinsik

Ketika feses masuk ke dalam rectum, pengembangan dinding rectum member suatu sinyal
yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltic pada kolon
desenden, kolon sigmoid dan di dalam rectum. Gelombang ini menekan feses ke arah anus.
Begitu gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal
penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar
berelaksasi secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rectum
teregang.

Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi volunter dapat
dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot
abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi merupakan suatu reflex spinal yang dengan

39
sadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter eksternus tetap berkontraksi atau
melemaskan sfingter dan megontraksikan otot abdomen.

b. Reflek Defekasi Parasimpatis

Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks defekasi, sehingga
diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen sacral medulla spinalis). 

Ketika serat syaraf dalam rectum diransang, signal diteruskan ke spinal cord dan kemudian
kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rectum. Sinyal-sinyal parasimpatis ini
meningkatkan gelombang peristaltic, melemaskan spingter anal internal dan meningkatkan
reflek defekasi instrinsik.

Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil napas
dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon
turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar
cincin anus mengeluarkan feses.

KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL

Karakteristik Normal Abnormal Kemungkinan


penyebab

Warna Dewasa : Pekat / putih Adanya pigmen


kecoklatan empedu, pemeriksaan
Bayi : kekuningan diagnostik
menggunakan barium

Hitam Perdarahan bagian


atas GI

Merah Terjadi Hemoroid,


perdarahan
Bagian bawah GI (spt.
Rektum),
Makan bit.

40
Pucat dengan Malabsorbsi lemak;
lemak diet tinggi susu dan
produk susu dan
rendah daging.

Orange atau Infeksi usus


hijau

Lendir darah Darah pada feses dan


infeksi

Konsistensi Berbentuk, lunak, Keras, kering Dehidrasi, penurunan


agak cair / motilitas usus akibat
lembek, basah. kurangnya serat,
kurang latihan,
gangguan emosi dan
laksantif
abuse>>konstipasi

Cair Peningkatan motilitas


usus (mis. akibat
iritasi kolon oleh
bakteri)>>diare,
kekurangan absorpsi

Bentuk Silinder (bentuk Mengecil, Kondisi obstruksi


rektum) bentuk pensil rectum
atau seperti
benang

Jumlah Tergantung diet


(100 – 400
gr/hari)

Bau Aromatik : Tajam, pedas Sumber bau tak enak


dipenga-ruhi oleh yang keras, berasal
makanan yang dari senyawa indole,

41
dimakan dan skatol, hydrogen
flora bakteri. sulfide dan amine,
diproduksi oleh
pembusukan protein
oleh bakteri perusak
atau pembusuk. Bau
menusuk hidung
tanda terjadinya
peningkatan kegiatan
bacteria yang tidak
kita kehendaki.

Unsur pokok Sejumlah kecil Pus Infeksi bakteri


bagian kasar Mukus Kondisi peradangan
makanan yg tdk Parasit Perdarahan
dicerna, Darah gastrointestinal
potongan bak- Lemak dalam Malabsorbsi
teri yang mati, sel jumlah besar Salah makan
epitel, lemak, Benda asing
protein, unsur-
unsur kering
cairan
pencernaan
(pigmen empedu
dll)

Frekuensi Lebih dari 6X Hipomotility


dalam sehari Hipermotility

Kurang dari
sekali
semniggu

42
3.1. Kesimpulan
Sistem pencernaan manusia merupakan proses yang kompleks yang terdiri
dari pemecahan massa organik besar menjadi partikel kecil yang tubuh
mampu dalam menggunakannya sebagai bahan bakar.

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses


penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh.

Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa


urine atau feses. Kebutuhan eliminasi dibagi menjadi dua yaitu; eliminasi
urine dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar).

 Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh.


 Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan
melalui anus.

Proses berkemih merupakan proses pembersihan bakteri dari kandung


kemih, sehingga kebiasaan menahan kencing atau berkemih yang tidak
sempurna akan meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi.

Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut buang


air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yang
terletak di medulla dan sussum tulang belakang.

3.2. Saran
Semoga dalam penyusunan makalah berikutnya, penulis lebih baik dan lebih
teliti dari sebelumnya. Dan menjadikan makalah ini sebagai suatu manfaat.

43
DAFTAR PUSTAKA
Pearce , Evelyn C.2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.Sander , Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta
Rajawali Pers.Sobotta.Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC.Syaifuddin . 2003 .
Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.Wibowo , Daniel S .
2005 . Anatomi Tubuh Manusia . Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.

http://totonrofiunsri.wordpress.com/2009/01/28/anatomi-dan-fisiologi-sistem-
perkemihan/http://nurad1k.blogspot.com/2010/02/anatomi-fisiologi-sistem-
perkemihan.htmlhttp://bertousman.blogspot.com/2009/02/traktus-urinarius.htmlhttp://
tutorialkuliah.blogspot.com/2009/02/tugas-kuliah-sistem-perkemihan.htmlhttp://
zakirroshan.blogspot.com/2010/05/urinaria.html

Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Salemba Mediak.


Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC.
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC
Teguh Subianto. 2011. Prosedur Pemasangan Kateter Kandung
Kemih.http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/prosedur-pemasangan-kateter-
kandung.html. Diakses tanggal 10 Maret 2012 Pukul 21.11Diposkan oleh FADLILLAH
BIEBER di 21.47 Tidak ada komentar: 
Annisanoviani, Nurul. 2007. “Anatomi Fisiologi Eliminasi Fekal” :
https://www.academia.edu/13807525/Anatomi_Fisiologi_Eliminasi_Fekal (diakses
tanggal 01 Januari 2019)Cynthia, Dea Laras.2013.”Eliminasi Alvi” :
https://www.slideshare.net/dealarascynthia/eliminasi-alvi-bab (diakses tanggal 01
Januari 2019)DUNIA BENNI.2014. “PROSES DEFEKASI DAN PEWARNAAN
PADA FESES MANUSIA” : https://duniabenni.wordpress.com/2014/05/28/proses-
defekasi-dan-pewarnaan-pada-fases-manusia/#respond (diakses tanggal 01 Januari
2019)Perawat Indonesia 1945. 2014. “KEBUTUHAN ELIMINASI ALVI” :
https://nursepreneursindonesia.wordpress.com/2014/08/28/kebutuhan-eliminasi-alvi/
(diakses tanggal 01 Januari 2019)Putri, Mardiyani R.2015.”Makalah Eliminasi Alvi” :

44
http://mriskiputri.blogspot.com/2015/11/makalah-eliminasi-alvi_28.html?m=1
(diakses tanggal 01 Januari 2019)Rahmah, Lestari. 2016. “ANATOMI FISIOLOGI
USUS BESAR” : http://analiskesehatand3.blogspot.com/2016/10/anatomi-fisiologi-
usus-besar.html (diakses tanggal 01 Januari 2019)Ratna, Dian.2017.”Saluran Cerna
Atas dan Saluran Cerna Bawah” : http://dianratna1997.blogspot.com/2017/05/saluran-
cerna-atas-dan-saluran-cerna.html (diakses tanggal 01 Januari 2019)

45

Anda mungkin juga menyukai