Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANAGEMENT KESEHATAN GIGI DAN MULUT

“ JKN-KIS Untuk BUKAN PEKERJA “

Dibimbing Oleh :

FITRI

Disusun Oleh :

1. ALDA SABRINA AZIZI HASIB (P


2. DELVIYANA FARASTIKA (P
3. FATIMA DWI RACHMAWATI (P
4. INTAN NURITA SARI (P
5. RATRI DIAN PRATIWI (P27825020037)
6. RIRIN AMELIA PUTRI (P27825020038)
7. RISCHA SAFITRI (P27825020039)
8. SALSABILA AZZAH (P27825020040)
9. SALSABILA NUR AMALINA (P27825020041)
10. SINTA YULIA FIFIANA (P27825020043)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan sebuah nikmat yang besar dari Sang Pencipta, kesehatan juga
merupakan hak asasi manusia. Bagi Negara, kesehatan adalah salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sebagaimana yang tertera dalam sila kelima Pancasila “Kesejahteraan
bagi seluruh rakyat Indonesia” dan juga pada pembukaan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia tahun 1945 alenia ke 4 “....dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia....”.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut pemerintah menetapkan tujuan pembangunan


kesehatan di Indonesia untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai
perwujudan kesejahteraan umum. Dari situlah kemudian pemerintah membuat sebuah
program jaminan kesehatan Nasional melalui Badan hukum Publik yang bertanggung jawab
langsung kepada Presiden yang saat ini kita kenal sebagai BPJS Kesehatan (Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional) sebagai penjamin kesehatan Nasional bagi
seluruh rakyat Indonesia.

BPJS Kesehatan yang sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan) ini diresmikan
pada tanggal 31 Desember 2013 dan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014,
berdasarkan Undang- Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.

Di era kepemimpinan Jokowi kita mengenal KIS (Kartu Indonesia Sehat) yang
merupakan produk kampanye Jokowi saat mencalonkan diri sebagai Presiden pada Pemilu
2014 silam. Setelah dilantik sebagai Presiden ke-7, Jokowi mulai merealisasikan program
JKN-KIS ini, namun dalam perjalanannya banyak terjadi kesimpangsiuran informasi
mengenai program ini yang menimbulkan banyak pertanyaan tentang program ini dan
kaitannya dengan BPJS Kesehatan yang sudah lebih dulu menjadi penanggungjawab program
jaminan kesehatan nasional di Indonesia. Dalam makalah ini penulis akan sedikit menjawab
beberapa pertanyaan mengenai program yang di usung oleh Presiden RI tersebut, semoga
makalah ini bermanfaat untuk diri saya pribadi dan orang lain yang membacanya.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1.3. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.BPJS KEESEHATAN
A. Pengertian BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS ) adalah badan hukum publik yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. BPJS kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

BPJS kesehatan dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional yang
merujuk pada Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
dan Undang-undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
BPJS kesehatan sebelumnya bernama ASKES (Asuransi Kesehatan) yang dikelola oleh PT
Askes Indonesia (Persero) merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013 dan mulai
beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014.

Sebelum ada BPJS Kesehatan, jaminan kesehatan di Indonesia dikelompokkan sesuai


masing-masing segmen pesertanya, misalnya ASKES untuk PNS, Jamkesmas untuk
masyarakat miskin, Jamsostek untuk pekerja formal, ASABRI untuk TNI dan Polri, serta
Jamkesda untuk penduduk daerah. Nyatanya, masih ada sebagian masyarakat yang tidak
masuk dalam segmen kelompok-kelompok tersebut sehingga kesulitan memperoleh jaminan
kesehatan. Sejak BPJS Kesehatan hadir tahun 2014 lalu, akses untuk memperoleh jaminan
kesehatan pun terbuka lebar. Setiap penduduk Indonesia dijamin Undang-Undang untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, lebih adil dan merata melalui program
JKN-KIS yang dikelola BPJS Kesehatan. Apa itu JKN-KIS? Akan kita bahas lebih lanjut di
poin selanjutnya.

Visi dari BPJS Kesehatan adalah “Terwujudnya Jaminan Kesehatan (JKN-KIS) yang
berkualitas dan berkesinambungan bagi seluruh Penduduk Indonesia pada tahun 2019
berlandaskan gotong royong yang berkeadilan melalui BPJS Kesehatan yang handal, unggul
dan terpercaya”. Sedangkan misi dari BPJS Kesehatan diantara nya :

 Meningkatkan kualitas layanan yang berkeadilan kepada peserta, pemberi pelayanan


kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya melalui sistem kerja yang efektif dan
efisien.
  Memperluas kepesertaan JKN-KIS mencakup seluruh Indonesia paling lambat 1
Januari 2019 melalui peningkatan kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan
dan mendorong partisipasi masyarakat serta meningkatkan kepatuhan kepesertaan.
 Menjaga kesinambungan program JKN-KIS dengan mengoptimalkan kolektibiltas
iuran, system pembayaran fasilitas kesehatan dan pengelolaan keuangan secara
transparan dan akuntabel.
 Memperkuat kebijakan dan implementasi program JKN-KIS melalui peningkatan
kerja sama antar lembaga, kemitraan, koordinasi dan komunikasi dengan seluruh
pemangku kepentingan.
 Memperkuat kapasitas dan tata kelola organisasi dengan didukung dengan SDM yang
profesional, penelitian, perencanaan dan evaluasi, pengelolaan proses bisnis dan
manajemen resiko yang efektif dan efisien serta infrastruktur dan teknologi informasi
yang handal.
B. Peserta BPJS Kesehatan
Peserta BPJS adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat
enam bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta BPJS Kesehatan ada dua
kelompok Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Bukan Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan.
a. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.
PBI (Penerima Bantuan Iuran) adalah peserta jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan
orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari
pemerintah sebagai peserta program jaminan kesehatan. Peserta PBI adalah fakir
miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur melalui peraturan pemerintah.
Selain itu yang berhak menjadi peserta PBI jaminan kesehatan lainnya adalah orang
yang mengalami cacat total tetap dan tidak mampu. Cacat total tetap merupakan
kecacatan fisik dan/atau mental yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan pekerjaan. Penetapan cacat total tetap dilakukan oleh dokter yang
berwenang.
b. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.
Peserta BPJS bukan PBI jaminan kesehatan terdiri atas :
1)        Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi kerja dengan
menerima gaji atau upah. Pekerja penerima upah terdiri atas:
Pegawai Negeri Sipil
Anggota TNI
Anggota Polri
Pejabat Negara
Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri
Pegawai Swasta; dan
Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima Upah.
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
2)        Pekerja bukan penerima upah dan keluarganya.
Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas
risiko sendiri. Pekerja bukan penerima upah terdiri atas :
 Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan
 Pekerja lain yang memenuhi kriteria bukan penerima upah. Termasuk WNA
yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
3)        Bukan pekerja dan anggota keluarganya.
Bukan pekerja adalah setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu membayar iuran
jaminan kesehatan. Yang termasuk kelompok bukan pekerja terdiri atas:
1)      Investor
2)      Pemberi Kerja
3)      Penerima Pensiun, terdiri dari :
  Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun.
  Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun.
  Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun.
  Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang mendapat
hak pensiun.
  Penerima pensiun lain.
  Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang
mendapat hak pensiun.
4)     Veteran.
5)      Perintis Kemerdekaan.
6)      Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan.
7)      Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang mampu membayar iuran.
Anggota keluarga yang ditanggung meliputi:
a.    Pekerja Penerima Upah :
1)      Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang sah (anak kandung, anak tiri
dan/atau anak angkat), sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
2)      Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah,
dengan kriteria:
  Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;
  Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima)
tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
b.    Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja : Peserta dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang diinginkan (tidak terbatas).
c.    Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi anak
ke-4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua.
d.   Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga tambahan, yang meliputi kerabat
lain seperti Saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll.
C. Iuran Kepesertaan BPJS Kesehatan
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh
peserta, pemberi kerja dan/atau pemerintah untuk program jaminan kesehatan.Dengan
ketentuan sebagai berikut :
a.       Bagi peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayar oleh
Pemerintah.
b.      Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga Pemerintahan
terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai
pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan
dengan ketentuan : 3% (tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua persen) dibayar
oleh peserta.
c.       Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta
sebesar 5% ( lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4% (empat
persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.
d.      Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan
seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari
gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.
e.       Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara kandung/ipar, asisten
rumah tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja
adalah sebesar:
1)      Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
2)      Sebesar Rp. 51.000,- (lima puluh satu ribu rupiah) per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
3)      Sebesar Rp. 80.000,- (delapan puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
f.       Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak
yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima
persen) dari 45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang
III/a dengan masa kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.
g.      Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan
h.      Tidak ada denda keterlambatan pembayaran iuran terhitung mulai tanggal 1 Juli 2016
denda dikenakan apabila dalam waktu 45 (empat puluh lima) hari sejak status kepesertaan
diaktifkan kembali, peserta yang bersangkutan memperoleh pelayanan kesehatan rawat inap,
maka  dikenakan denda sebesar 2,5% dari biaya pelayanan kesehatan untuk setiap bulan
tertunggak, dengan ketentuan :
a)     Jumlah bulan tertunggak paling banyak 12 (dua belas) bulan.
b)    Besar denda paling tinggi Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).
D. Manfaat Kepesertaan BPJS Kesehatan
Manfaat adalah faedah jaminan yang menjadi hak peserta dan anggota keluarganya. Manfaat
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi:
a.       Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non spesialistik
mencakup:
1)      Administrasi pelayanan
2)      Pelayanan promotif dan preventif
3)      Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4)      Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
5)      Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6)      Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
7)      Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
8)      Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi
b.      Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan
mencakup:
1)      Rawat jalan, meliputi:
         Administrasi pelayanan
         Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter  spesialis dan
sub spesialis
         Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
         Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
         Pelayanan alat kesehatan implant
         Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan indikasi  medis
         Rehabilitasi medis
         Pelayanan darah
         Peayanan kedokteran forensik
         Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
2)      Rawat Inap yang meliputi: 
         Perawatan inap non intensif
         Perawatan inap di ruang intensif
         Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri

2.2. JKN-KIS
A. Pengertian JKN-KIS
KIS merupakan singkatan dari Kartu Indonesia Sehat sebuah tanda kepesertaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), hanya peserta yang memiliki KIS yang dapat
memperoleh pelayanan kesehatan yang komprehensif pada fasilitas kesehatan melalui
mekanisme sistem rujukan berjenjang dan atas indikasi medis.
KIS diresmikan pada tanggal 3 November 2014 oleh Presiden Joko Widodo. Kartu
Indonesia Sehat (KIS) merupakan pengembangan kartu keanggotaan BPJS
Kesehatan yang disertai dengan beberapa perubahan seperti tambahan cakupan
layanan dan perluasan wilayah penggunaan, serta beberapa perubahan lainnya,
dimana anggota baru BPJS Kesehatan akan memperoleh kartu anggota berwajah
“Kartu Indonesia Sehat” secara bertahap terhitung Maret 2015. Sedangkan mengenai
sumber pendanaan serta prosedur akan mengikuti seluruh aturan yang sudah berlaku
pada BPJS Kesehatan.

Kesimpulannya, BPJS Kesehatan adalah Badan Hukumnya, dan KIS adalah Kartu


Peserta yang diberikan kepada orang – orang yang telah terdaftar dalam program
BPJS Kesehatan.
Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) adalah
program negara yang merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila yaitu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial dalam hal pemenuhan hak
meningkatan kualitas hidup manusia yang dibangun melalui jaminan sosial di
dalamnya terdapat Program JKN-KIS. Melalui jaminan sosial, diharapkan mampu
meretas jalan perubahan demi Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam
bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan, Program JKN-KIS
meningkatkan kualitas hidup sehat manusia Indonesia dengan  memberikan akses
finansial kepada seluruh rakyat Indonesia, agar memenuhi kebutuhan mendasar
mereka di bidang kesehatan.

Prinsip dasar dalam Program JKN-KIS adalah Gotong Royong yang merupakan
saripati dari Pancasila. Hal ini perlu disadari bersama mengapa dalam Program JKN-
KIS nilai-nilai Pancasila sudah tertuang. Pertama, gotong royong dalam membayar
iuran dimana iuran tersebut akan digunakan bagi peserta yang harus mendapatkan
pelayanan kesehatan, yang sehat membantu yang sakit. Kedua dalam
penyelenggaraan Program JKN- KIS kerjasama antar stakeholder, fasilitas kesehatan
yang akan melayani peserta JKN-KIS dalam mendapatkan pelayanan kesehatan,
kerjasama lintas kementerian mulai dari Kementerian Kesehatan, Kementerian
Keuangan, Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri, serta lembaga-lembaga
terkait lain baik itu DJSN, DPR, OJK, BPK, BPKP, Organisasi Profesi, Asosiasi
Fasilitas Kesehatan dsb, serta yang tak kalah penting adalah kerjasama dengan
Pemerintah Daerah.

2.3.PERMASALAHAN PADA JKN KIS


2.4.

Anda mungkin juga menyukai