1. Uu tenaga kesehatan
Pasal ttg setiap orang berhak mendapat kesehatan
2. Bpjs
*Pengertian
*uu yg mengatur bpjs
*kategori iuran bpjs
*syarat wna boleh memakai bpjs
3. Tema Hari kesehatan 2015
4. Yg termasuk sdgs,yg 17 buah
5. Visi kemenkes
6. Program rpjkn
7. Tujuan kb untuk bangsa
8. Imunisasi yg diberikan bersamaan
9. Jkn termasuk ke dalam (askes,taspen,sjsjn,jamsostek)
10. Misi kemenkes
11. Praktis pelayanan drg d puskesmas
12. Nawacita kesehatan
13. Yg termasuk program cerdik
14. Tujuan program cerdik
15. Nakes yg wajib ad d puskesmas
16. Limbah kedokteran gigi termasuk limbah
17. Alat yg harus disterilkan dg oven kering
18. Pasal 24 uu kesehatan
19. Hiv disebabkan virus
20. Pasien sinusitis,penyebabnya gigi mana
21. Urutan gigi yg plg srg impaksi
22. Tang p atas
23. Teknik injeksi utk cabut gigi ant ra
24. Teknik sikat gigi org tua
25. Pada org tua plg srg terjadi (abrasi,erosi,atrisi,resesi,atropi gingiva)
26. Epulis gravidarum
Kumur kumur pada ibu hamil
27. Sarkoma kaposi
28. Mouth eaten appereance
29. Gigi vital,karies sampai pulpa,sakit berdenyut,perawatannya apa
30. Komposisi plak
31. Alergi ikan laut,lidah putih,berpindah2
32. erupsi
P atas
M1 sulung
33. Kecelakan deviasi k kanan,yg fraktur kondilus mana
34. Arus galvanis pada amalgam
35. Maloklusi klas ii div 2
36. Gt utk ibu2 usia 65th,ekononmi cukup baik,hilang post rb
37. Gigi dalam gigi dsbut
38. Fusi
39. Hari cuci tangan
40. Tujuan cuci tangan
41. Gerakan cuci tangan
*yg ketiga
*langkah pertama menurut who
42. Angina ludwig
43. Ranula
44. Teknik modeling pd anak
45. Cara menghindari pemakaian napza di keluarga
Yg dilakukan pada orang kecanduan obat
46. Jika keluarga sakaw dibawa kmn
47. Jumlah drg yg harus ad d rs tipe c
48. Rumah sakit
*Dasar hukum akreditasi rs
*Rujukan d rs
49. Dmft terburuk menurut riskesdas 2013
50. Penambalan gigi anak
51. Xerostomia kekurangan
52. Hiperpigmentasi gingiva
53. Kista residual erupsi,folikular
54. Kista periapikal
55. Polip gingiva
56. Phbs
57. Pemberian fluor termasuk tahap pencegahan
Fungsi fluor
58. Pemberian flour pd daerah dg dmft 5 termasuk Health promotion,spesific protection,early
diagnosis
59. Polip gravidarum
60. Tata laksana le fort 1
61. Tambalan art
62. Yg termasuk kegiatan ukgs inovatif
63. Odontektomi
*urutan paling sering impaksi
*Odont posisi horizontal d puskesmas dikerjakan oleh
64. Program puskesmas
Dasar hukum pelaksanaan drg di puskesmas
65. Dentinogenesis imperfekta
67. Ro bitewing
68. Alat kontrasepsi dalam rahim
69. Bad habit thumb sucking
70. Fungsi pemberian flour pd bumil trimester 1 utk
71. Pelayanan bpjs yg didapat d puskesmas
72.pasal yg mengatur sop kerja dokter
73.ukgds inovatis 3 pilarnya
74.cpitn
75.Penyuluhan adalah promotif level berapa
76.yg dilakukan dental profesional dalam tahap preventif
77.perwatan periodontal abses
78.anastesi cabut gigi
16
Gigi bawah
Injeksi supra
Injeksi sub periosteal
79.gic tipe berapa untuk ante kelas
80.kenedy
81.teknik sikat gigi lansia
JAWABAN SOAL
1. Uu tenaga kesehatan - Pasal ttg setiap orang berhak mendapat kesehatan
- Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
- UURI nomor 36 thn 2009 berisi hak mendapatkan kesehatan.yang lebih jelasnya sudah di
kirim melalui wa
6. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak
yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima
persen) dari 45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang
III/a dengan masa kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.
7. Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan
WNA
Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Fachmi Idris
mengatakan Warga Negara Asing (WNA) yang bekerja paling sedikit enam bulan di Indonesia
boleh menikmati manfaat jaminan kesehatan asalkan telah membayar iuran.
3. Tema hari kesehatan 2015 ( ke 51) adalah tema Indonesia Cinta Sehat: Generasi Cinta
Sehat, Siap Membangun Negeri.
Lampiran Perpres Nomor 59 Tahun 2017 menguraikan tujuan global, sasaran global, dan
sasaran nasional RPJMN 2015-2019 yang akan dilaksanakan oleh K/L terkait. Tujuan global
yang terdiri dari 17 tujuan, sebagai berikut:
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di mana pun.
2. Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta
meningkatkan pertanian berkelanjutan.
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua
usia
4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan
belajar sepanjang hayat untuk semua.
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.
6. Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk
semua.
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua.
8. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja
yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua.
9. Membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan,
serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi kesenjangan intra dan antarnegara.
11. Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
13. Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.
14. Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan
samudera untuk pembangunan berkelanjutan.
15. Melindungi, merestorasi, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan,
mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan degradasi lahan,
serta menghenti-kan kehilangan keanekaragaman hayati.
16. Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan yang efektif,
akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan.
17. Menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan
berkelanjutan.
6. RPJKN..?????
Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per
tahun.
Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.
Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif.
Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program
KB Nasional.
Misi
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani.
Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
12 NAWACITA
Nawacita merupakan 9 tujuan yang ingin di capai oleh pemerintah jokowi jk
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan
nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang
dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya
memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan
konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga
perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia
Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9
hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta
jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum
pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan,
yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah
pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara
dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog
antarwarga.
13. PROGRAM CERDIK : langkah preventif yg dibuat agar masyarakat yg masih sehat dan
bugar dapat terhindar dari berbagai penyakit tidak menular
- C : Cek kesehatan rutin
- E : Enyahlah dari asap rokk
- R : rajin aktifitas fisik
- D : diet seimbang
- I : Istirahat cukup
- K : kelola stres
???????????????????????????
14. Tujuan program CERDIK ??????
Roll atau Modifikasi Stillman Teknik ini disebut “ADA-roll Technic”, dan merupakan cara yang
paling sering dianjurkan karena sederhana, efisien dan dapat digunakan di seluruh bagian
mulut. Bulu-bulu sikat ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari permukaan
oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat mengarah ke apeks dan sisi bulu sikat digerakkan
perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian belakang dari kepala sikat bergerak
denganlengkungan. Pada waktu bulu-bulu sikat melalui mahkota klinis, kedudukannya hampir
tegak lurus permukaan email. Gerakan ini diulang 8-12 kali setiap daerah dengan sistematis
sehingga tidak ada yang terlewat.Cara ini terutama sekali menghasilkan pemijatan gusi dan
juga diharapkan membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal.
Teknik Stillman –Mc Call Posi si dari bulu- bulu s ikat berlawanan dengan charter's, sikat gigi
ditempatkandengansebagianpadagigidan sebagian pada gusi, membentuk sudut 45°
terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke apikal. Kemudian sikatgigiditekankan sehingga gusi
memucatdandilakukan gerakan rotasi kecil tanpa merubah kedudukan ujung menekukbulu-
bulu sikat tanpa mengakibatkan infeksi atau trauma terhadap gusi. Bulu-bulu sikat dapat
ditekuk ketiga jurusan, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus tetap pada tempatnya. Metode
Stillman Mc callini telah diubah sedikit oleh beberapa ahli yaitu ditambah dengan gerakan ke
oklusal dari ujung-ujung bulu sikat tetap mengarah ke apikal. Dengan demikian setiap gerakan
berakhir dibawah ujung incisal dari mahkota, sedangkan pada metode yang asli, penyikatan
hanya terbatas pada daerah servikal gigi dan gusi.
Teknik Bass Sikat ditempatkan dengan sudut 45° terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke
apikal dengan ujung-ujung bulu sikat pada tepi gusi. Dengan demikian, saku gusi dapat
dibersihkan dan tepi gusi dapat dipijat. Sikat digerakan dengan getarangetaran kecil ke depan
dan ke belakang selama kurang lebih sepuluh sampai lima belas detik setiap daerah yang
meliputi dua atau tiga gigi. Untuk menyikat permukaan bukal dan labial, tangkai
dipegang dalam kedudukan horizontal dan sejajar dengan lengkung gigi. Untuk permukaan
lingual dan palatinal gigi belakang agak menyudut (hampir horizontal) dan pada gigi depan,
sikat dipegangvertikal.
Teknik Fone's atau Teknik Sirkuler Bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan
bukal dan labial dengan gigi dalam keadaan oklusi.Sikat digerakan dalam lingkaran-
lingkaranbesar sehingga gigi dan gusi rahang bawah disikat sekaligus. Daerah interproksimal
tidak diberi perhatian khusus. Setelah semua permukaan bukal dan labial disikat, mulut dibuka
lalu permukaan lingual dan palatinal disikat dengan gerakan yang
sama, hanya dalam lingkaran-lingkaran kecil.Karenacarainiagaksukardilakukan dilingual dan
palatinal dapat dilakukan dengan gerakan maju mundur untuk daerah ini. Tehnik ini dilakukan
untuk meniru jalannya makanan di dalam mulut pada waktu mengunyah.Fone' steknik
dianjurkan untuk anak kecil karena mudah
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-nurhasanha-6683-3-babii.pdf
Ada bermacam-macam metode penyikatan gigi, yaitu :
a)Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup lalu gigi
disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi belakang, gerakan yang
dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka. Sedangkan pada metode horizontal
semua permukaan gigi
disikat dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup sederhana, tetapi
tidak begitu baik untuk dipergunakan karena dapat mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi
gigi.
b)Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan arah bulu
sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat
digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan melalui
permukaan gigi. Permukaan atas mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada
setiap daerah dengan sistematis. Cara pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi
dan untuk pembersihan daerah interdental.
c)Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal), membentuk sudut
45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi digetarkan membentuk
lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak denga tepi gusi. Setiap bagian dapat
dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan
pendukung gigi, walaupun agak sukar untuk dilakukan.
d)Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat dengan panjang
gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara demikian saku
16gusi dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi digerakkan dengan getaran
kecil-kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih 15 detik. Teknik ini hampir sama
dengan teknik Roll, hanya berbeda pada cara pergerakan sikat giginya dan cara penyikatan
permukaan belakang gigi depan. Untuk permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang
secara vertikal.
e)Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada permukaan gigi.
Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan membentuk lingkaran-lingkaran
besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah dapat disikat sekaligus. Daerah diantara
2 gigi tidak mendapat perhatian khusus. Untuk permukaan belakang gigi, gerakan yang
dilakukan sama tetapi lingkarannya lebih kecil.
f)Metode Stillman dimodifikasi: dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi
gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari dekstruksi yang lebih
parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi
dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun
bulu sikat. Teknik penyikatan gigi yang dilakukan pada usia sekolah adalah teknik roll. Metode
penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan keseluruhan giginya
bagaimanapun caranya, namun dengan bertambahnya usia diharapkan metode Bass dapat
dilakukan.
Kelas I: Margin gingiva yang mengalami resesi belum terjadi perluasan ke daerah
mucogingival junction, serta belum mengalami kehilangan jaringan lunak dan tulang
alveolar pada daerah interdental;
Kelas II: Margin gingiva yang mengalami resesi, sudah mengalami perluasan mencapai
atau melebihi daerah mucogingival junction. Akan tetapi belum mengalami kerusakan
atau kehilangan jaringan lunak dan tulang alveolar pada daerah interdental;
Kelas III: Margin gingiva yang mengalami resesi, sudah mengalami perluasan mencapai
atau melebihi daerah mucogingival junction, sudah disertai kerusakan atau kehilangan
jaringan lunak dan tulang alveolar pada daerah interdental;
Kelas IV: Margin gingiva yang mengalami resesi yang parah, sudah mengalami
perluasan mencapai atau melebihi mucogingival junction, disertai kehilangan tulang
alveolar dan jaringan lunak pada area interdental setinggi perluasan apikal dari resesi
margin gingiva.
https://www.gelarsramdhani.com/2019/10/klasifikasi-resesi-gingiva-menurut-miller.html
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4295446/
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ebb3ba45ab7f804ddac8ec677e593e5a.
pdf
Tujuan Pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan
melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan
demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindari. Bahan yang biasa digunakan untuk
pulp capping adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang pembentukkan dentin
sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain.
Dilakukan bila pulpa belum terbuka, tapi atap pulpa sudah sangat tipis sekali, yaitu pada karies
profunda. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi kavitas dengan bor
bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak
sebanyak mungkin tanpa membuka kamar pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasanya dipakai
adalah Zinc Okside Eugenol atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakkan
didasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karis diharapkan jaringan
pulpa akan berekasi secara fisiologis terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin
sekunder. Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi.
Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka
tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi
yaitu amputasi pulpa (Pulpotomi).
Bahan diaplikasikan langsung ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh
terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida dapat diletakkan di dekat pulpa dan selapis
semen Zinc Okside Eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lapisan pulpa dan biarkan
mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi direstorasi. Pulpa
diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika membentuk dentin
sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar daerah terbuka harus vital dan
dapat terjadi proses perbaikan.
1. Siapkan peralatan dan bahan. Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.
2. Isolasi gigi: Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan
kapas dan saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan.
3. Preparasi kavitas.: Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman
1,5 mm (yaitu kira-kira 0,5 mm kedalam dentin). Pertahankan bor pada kedalaman
kavitas dan dengan hentikan intermitten gerakan bor melalui fisur pada permukaan
oklusal.
4. Ekskavasi karies yang dalam: Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator,
mula-mula dengan menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika
pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum
maka dapat dilakukan pulp capping.
5. Berikan kalsium hidroksida.: Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian
kavitas yang dalam termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.
Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh akar dan
korona gigi. Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami
kerusakan yang bersifat irreversible atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang
luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp
capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi
dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi
dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula
Indikasi:
1. Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis
sebagian maupun gigi sudah nonvital.
2. Saluran akar dapat dimasuki instrument.
3. nan jaringan periapeks dalam gambaran radiografis kurang dari sepertiga apikal.
4. Ruang pulpa kering
5. endarahan berlebihan pada pemotongan pulpa (pulpotomi) tidak berhasil
6. Sakit spontan tanpa stimulasiKeterlibatan tulang interradikular tanpa kehilangan tulang
penyangga
7. Tanda-tanda/gejala terus menerus setelah perawatan pulpotomiPembengkakan bagian
bukal
Kontra Indikasi
PulpektomiVital
Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi anterior dengan karies yang sudah meluas
kearah pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur.Langkah-langkah perawatan pulpektomi
vital satu kali kunjungan :
1. Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta
keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.
2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.
3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan
saliva.
4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan
menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.
5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor
bundar kecepatan rendah.
6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan
menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama
3 sampai dengan 5 menit.
7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian
diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar
dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah
kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi
dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan ,
menggunakan jarum lentulo.
10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .
11. kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau
seng fosfat.
12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
B. Pulpektomi Devital
Pulpektomi devital sering dilakukan pada gigi posterior yang telah mengalami pulpitis atau
dapat juga pada gigi anterior pada pasien yang tidak tahan terhadap anestesi. Pemilihan kasus
untuk perawatan secara pulpektomi devital ini harus benar-benar dipertimbangkan dengan
melihat indikasi dan kontaindikasinya. Perawatan ini sekarang sudah jarang dilakukan pada gigi
tetap, biasanya langsung dilakukan perawatan pulpektomi vital walaupun pada gigi posterior.
Pulpektomi devital masih sering dilakukan hanya pada gigi sulung, dengan mempergunakan
bahan devitalisasi paraformaldehid, seperti Toxavit, dan lain-lain. Bahan dengan komposisi
As2O3 sama sekali tidak digunakan lagi.
Perawatan saluran akar ini sering dilakukan pada gigi anterior yang mempunyai saluran akar
satu, walaupun kini telah banyak dilakukan pada gigi posterior dengan saluan akar lebih dari
satu.
Gigi yang dirawat secara pulpektomi nonvital adalah gigi dengan gangrene pulpa atau nekrosis.
Indikasi:
Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar
restorasi jembatan).
Gigi tidak goyang dan periodontal normal.Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak
lebih dari sepertiga apical, tidak ada granuloma pada gigi sulung.
Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk memelihara
kesehatan gigi dan mulutnya.Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.
Kontra indikasi:
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.
4. Berikan Beechwood creosote. Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote,
buang kelebihannya, lalu letakkan dalam kamar pulpa.
5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.
Kunjungan ketiga :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper
masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
4. Letakkan semen zinc fosfat.
5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.
Teknik Pulpektomi
II.
8. Setelah 3 hari cek apakah ada keluhan dari pasien atau tidak (kontrol gejala) meliputi
perkusi, druksasi, mobilitas, warna,dan perabaan. Serta dicek dengan K-file nomor terakhir
(pada waktu preparasi preparasi biomekanis) apakah ada ada pus yang keluar dari saluran
akar atau tidak
III.
10. Setelah 3 hari, kontrol gejala kembali. Jika tidak ada keluhan dari pasien maupun
gigi yang sedang dirawat, maka bisa memulai dengan pengisian saluran akar
dengan bahan ZnOE.
14. Ambil bahan sedikit(dengan alat dycal), taruh di bagian orifice saluran akar.
Dorong bahan tersebut dengan cotton pelet (kecil saja) yang dijepit dengan pinset
agar masuk. Lakukan berulang-ulang sampai saluran akar tersebut penuh.
15. Jika sudah penuh, maka bersihkan kamar pulpa dari ZnOE . Tutup bagian orifice
dengan Zinc Pospat setinggi kira-kira 1mm.
16. Jika kontrol gejala juga tidak menunjukkan kelhan setelah pengisian, maka bisa
dilakukan tumpat tetap dengan GIC IX. Gigi tersebut dibangun selayaknya gigi
sehat.
Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa factor mempengaruhi hasil
suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
perawatan saluran akar adalah faktor patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor
perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Pelayanan-Asuhan-
Kesehatan-Gigi-dan-Mulu-Masyarakat_SC.pdf
M1 sulung usia.....
M1 Decidui RA : 13-19 bulan
M1 Decidui RB : 14-18 bulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola erupsi gigi permanen sesuai dengan urutan erupsi
adalah 16, 26, 11, 21, 12, 22, 14, 24, 15, 25, 13, 23, 17, 27,sedangkan pada rahang bawah
adalah 31, 41, 36, 46, 32, 42, 34, 44, 35, 45, 33, 43, 37, 47
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/pola_erupsi_gigi_permanen.pdf
33. Kecelakaan deviasi ke kanan yang fraktur kondilus mana :
https://www.researchgate.net/publication/334407935_HIGH_CONDYLECTOMY_PADA_KASU
S_FRAKTUR_KONDILUS_Laporan_Kasus
kondilus kanan
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/Dental_bab1-6.pdf
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau alloy
berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah saliva . Besarnya arus galvanis
dipengaruhi oleh lama/usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan
daerah permukaan. Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik
artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus
galvanic yang dihasilkan
Setelah ditumpat dengan restorasi amalgam, hipersensitivitas terhadap rangsang termal akan
terjadi selama beberapa minggu. Amalgam akan mengalami kontraksi setelah penumpatan dan
terbentuk celah berukuran 10mm-15mm antara restorasi dan dentin. Cairan pada celah
tersebut mendukung berkembanganya bakteri.Aplikasi rangsang dingin dapat menimbulkan
nyeri karena terjadi kontraksi cairan dentin pada celah tersebut.Pergarakan cairan yang cepat
dalam tubuli dentin merangsang serabut saraf pulpa. Nyeri karena rangsangan dingin biasanya
hilang setelah beberapa minggu, karena produk korosi amalgam akan mengisi celah tersebut,
dan protein plasma serta sisa-sisa sel dari pulpa menutupi tubuli dentin. Pembentukan reparatif
dentin terjadi bersamaan dengan respon inflamasi pulpa dan cenderung menutup tubuli dentin.
3.Maloklusi KlasIII Lengkung rahang bawah berada pada posisi lebih mesial terhadap rahang
atas. Tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen atas beroklusi pada ruang interdental
antara aspek distal tonjol gigi molar pertama permanen rahang bawah dan aspek mesial
tonjolmolar kedua rahang bawah.
- Pseudo Klas III Bukan merupakan maloklusi kelas III tetapi memiliki tampilan yang
serupa. Rahang bawah berada lebih anterior pada fossa glenoid akibat kontak prematur pada
gigi, ataupun penyebab lainnya yang ketika rahang dalam oklusi sentrik. –
- Klas III Subdivisi Terjadi ketika maloklusi hanya terjadi pada satu sisi.
Modifikasi Dewey Pada Klasifikasi Maloklusi Angle Pada tahun 1915 Dewey melakukan
modifikasi pada Klas I dan II Klasifikasi Angle dengan memisahkan malposisi segmen
anteriordan posterior sebagai berikut:
1.Modifikasi Klas I:
Tipe 1, Angle klas 1 dengan gigi anterior rahang atas yang berjejal.
Tipe 2, Angle klas 1 dengan gigi insisivus atas mengalami labioversi (proklinasi).
Tipe 3, Angle klas 1 dengan gigi insisivus atas mengalami linguoversi terhadap gigi insisivus
bawah (gigitan silang pada anterior)
Tipe 4, Molar atau premolar mengalami bukal/linguoversi, tetapi insisivus dan kaninus berada
pada posisi normal (gigitan silang pada posterior).
Tipe 5, Molar mengalami mesioversi akibat kehilangan gigi yang berada pada daerah mesial
dari molar tersebut, yang terjadi terlalu awal (kehilangan gigi molar/premolar kedua desidui
yang terlalu awal)
2. Modifikasi Klas III :
Tipe 1, Lengkung terlihat normal apabila diamati secara terpisah, tetapi ketika sedang
beroklusi, bagian anterior berada pada posisi gigitan edge to edge.
Tipe 2, Gigi insisivus rahang bawah berjejal dan berada lingual terhadap gigi insisivus rahang
atas.
Tipe 3, Lengkung atas tidak berkembang, berada dalam posisi gigitan silang dengan gigi
insisivus atas yang berjejal dan lengkung rahang bawah yang berkembang dengan baik dan
memiliki posisi yang baik.
Modifikasi Lischer dari Klasifikasi Maloklusi AnglePada tahun 1933, Lischer memodifikasi
klasifikasi Angle dengan menambahkan nama untuk klas I, II, dan III maloklusi Angle. Lischer
juga mengemukakan istilah untuk malposisi gigi secara individual.
oNeutro-oklusi merupakan istilah lain dari Klas I maloklusi Angle.
oDisto-oklusi merupakan istilah lain dari Klas II maloklusi Angle.
oMesio-oklusi merupakaistilah lain dari Klas III maloklusi Angle.
Nomenklatur Lischer untuk malposisi gigi individual melibatkan akhiran “-versi” untuk sebuah
kata yang mengindikasikan adanya deviasi dari posisi normal.
-Mesioversi : posisi lebih mesial dari posisi normal. oDistoversi : posisi lebih distal dari
posisi normal.
-Linguoversi : posisi lebih lingual dari posisi normal. oLabioversi : posisi lebih labial dari
posisi normal.
-Infraversi : posisi lebih inferior dari posisi normal. oSupraversi : posisi lebih superior
dari posisi normal.
- Axiversi : inklinasi aksial mengalami kelainan; mengalami tipping.
- Torsiversi : mengalami rotasi sepanjang sumbu aksis gigi.
- Transversi : mengalami transposisi atau perubahan dalam urutan posisi.
a.DENS EVAGINATUS :
Anomali pertumbuhan terdiri dari tonjol ekstra yang langsing sering runcing pada
permukaan oklusi terutama pertama bawah (evaginasi memiliki tanduk dijumpai
pada gigi premolar pulpa yang mendekati email).
b.DENS INVAGINATUS/ DENS IN DENTE :
Anomali pertumbuhan yang mengakibatkan elemen berbentuk sangat jelek. Secara
kilnis terlihat sebagai tonjolan di daerah cingulum gigi incisor. Sering terlihat gigi I2
atas, bisa pada I2 bawah. Perkembangan anomali ini akibat terselubungnya organ
enamel diantara mahkota gigi.
c.DILASERASI/ PEMBENGKOKAN AKAR ABNORMAL:
Elemen gigi yang gagal terbentuk karena aksi trauma mekanis pada benih gigi
yaitu berupa pembengkokan ekstrem suatu elemen, mahkota menekuk di atas
akar atau akarnya menunjukkan satu atau lebih tekukan, akar dan mahkota gigi
membentuk sudut 45 sampai lebih dan 90° Dilaceratio (latin) berarti penyobekan.
Dapat diakibatkan karena trauma mekanis pada mahkota gigi yang telah
mengalami pembentukan sehingga tersobek dan akarnya. Sering terjadi pada kasus
M3 bawah.
d.FLEXION :
Akar gigi yang bengkok kurang dari 90 derajat atau rotasi
e.TONJOL EKSTRA DAN RIGI EMAIL:
Jumlah tonjol yang lebih banyak daripada normal dan adanya rigi email,
contohnya ; gigi incisivus bentuk sekop, gigi incisivus bentuk bintang, T dan Y.
Talon (tonjol ekstra pada tuberculum dentis gigi incisivus). Tuberculum Carabelli
pada mesiolingual gigimolar atas pertama. Tuberculum paramolar (tonjol ekstra
pada mebukal gigi molar atas dan bawah terutama gigi molar kedua dan ketiga).
Incisor atas bentuk sekop
Bentuk ini bukan anomali yang sesungguhnya, tetapi karena kelainan
biologis pada ras dimana anatomi bagian palatal, cingulum dan marginal
ridge yang menonjol membentuk seperti sekop. Sangat sering terjadi pada
gigi ras Asian, Mongolian, Eskimo dan Indian Amerika.
Talon cuspTonjolan kecil dari enamel pada daerah cingulum dan gigi
anterior atas dan bawah tetap disebut talon cusp. Seringkali cuspnya
mempunyal tanduk pulpa sehinggarontgen foto sering salah dengan gigi
supernumerary yang bersatu dengan gigi anterior atau dens in dente.
f.TUBERCLEI CUSP TAMBAHAN :
setiap gigi bisa memperlihatkan penonjolan enamel yang sering disebabkan
oleh perkembangan hyperplasic setempat/ pertumbuhan sel-sel baru
Mutiara email / enamel pearls:Email bola kecil bulat oval yang dapat
dijumpai pada atau di dalam akar, kadang juga pada email, terutama
pada gigi molar atas. Mutiara ini dapat mempunyai satu inti dentin dan
bahkan suatu jaringan pulpa.
Taji Email:Email mahkota yang sering berekstensi sampai ke bifurkasio atau
trifurkasio.
g.MAKRODONSIA:
Ukuran gigi yang pelampaui batas nilai normal pada satu atau lebih ukuran dan satu
sampai semua elemen gigi-geligi. Pada umumnya tidak ada penyimpangan bentuk
lainnya. Makrodonsia (gigi I dan C). bisa terjadi pada satu gigi, beberapa gigi atau
seluruh gigi.
h.MIKRODONSIA/ DWARFISM :
Kebalikan makrodonsia tetapi dapat juga terjadi reduksi sampai gigi-gigi berbentuk
kerucut. Gigi pendek sekali misal pada : I2 atas dan M3 atas.
i.TAURODONSIA :
Suatu anomali dengan rongga pulpa yang sangat membesar. Pemberian nama
taurodonsia berdasarkan kemiripan sepintas dengan gigi-gigi molar sapi
(taurus=banteng). Gigi dengan ruang pulpa sangat panjang, tidak ada pengecilan
rongga pulpa pada daerah cemento enamel junction. Jarang terjadi, satu dan 1000 gigi
tetap dan terlihat pada orang Indian, Amerika atau orang Eskimo.
j.PENAMBAHAN AKAR GIGI :
jumlah akar gigi yang lebih banyak daripada normal pada suatu elemen bisa karena
pembelahan akar gigi atau peambahan akar gigi.
k.MAHKOTA BENTUK PASAK:
Molar ketigaM3 atas mempunyai bentuk mahkota paling bervariasi dariseluruh gigi-
geligi tetap, kemudian M3 bawah. Perubahan bentuk dan mahkota bebentuk pasak (peg
shaped) sampal mahkota yang mempunyai cusp ganda, bentuk mahkotanya
seperti mahkota M1atau M2.Gigi I2 atas tetapGigi anterior yang paling umum
mengalami anomali dalam bentuk I2 atas, berbentuk pasak (+ 1-2%
daripenduduk). Biasanya gigi tersebut berbentuk konus, bagian cervical lebar dan
mengecil ke arah incisal.
l.DWARFED ROOT :
gigi-gigi atas sering memperlihatkan mahkota gigi dengan ukuran normal tetapi
dengan akar yang pendek. Edge incisal biasanya berpindah ke arah lingual seperti pada
incisivus bawah. Keadaan inisering tururn temurun.
m.SEGMENTED ROOT : akar gigi terpisah menjadi 2 bagian, diperkirakan
sebagai akibat luka traumatis pada waktu pembentukan akar.
37. Fusi
Kelainan gigi geligi atau disebut anomali gigi yaitu gigi yang bentuknya menyimpang
dari bentuk aslinya.Faktor-faktor yang menyebabkan anomali gigi:
1. Gangguan metabolisme
2. Faktor herediter
3. Gangguan pada waktu pertumbuhan, perkembangan gigi
Macam-macamnya adalah
Daerah incisivus atas :
MesiodensAdalah gigi yang terdapat antara gigi I1 atas atau mesial dan kedua
gigi I1 bawah.Dapat terlihat di rongga mulut/ erupsi, atau terpendam/ tidak erupsi,
sehingga terlihat diastema/ ruangan pada lengkung gigi.
Kelebihan gigi pada gigi susu jarang terjadi (0,5%). Bila terdapat gigi lebih pada gigi
geligi susu ini ialah : mesiodens pada garis median/mid line mesiodens atau gigi
lebih I2/ supplemental lateral insisor.
Daerah molar tiga:
Gigi sebelah distal M3 lebih sering pada rahang atas dibanding pada rahang bawah
disebut disto molar atau para molar.
42. Ranula
Ranula adalah bentuk kista akibat obstruksi glandula saliva mayor yang terdapat pada
dasar mulut yang akan berakibat pembengkakan di bawah lidah yang berwarna kebiru-
biruan. Ranula merupakan fenomenaretensi duktus pada glandula sublingualis (yang
kadang-kadang menunjukkan adanya lapisan epitel), dengangambaran khas pada
dasar mulut.
Mukosa di atasnya terlihat tipis, meregang, dan hampir transparan.
Ukuran ranula dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan memberikan
dampak yang buruk, karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara,
mengunyah, menelan, dan bernafas dan kadang menyebabkan terangkatnya lidah.
Etiologinya ranula belum diketahui secara pasti namun diduga ranula terjadi akibat
trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Ranula juga
dikatakan berkaitan dengan penyakitkelenjar saliva dan anomali kongenital duktus
saliva yang tidak terbuka.Banyak teori yang diajukan untukmengetahui asalnya.
Hippocrates dan Celcius mengatakan bahwa kista berasal dari proses inflamasi
yangsederhana. Pare mensugestikan berasal dari glandula pituitary yang menurun dari
otak ke lidah. Ada jugayang mensugestikan bahwa kista tersebut berasal dari
degenerasi myxomatous glandula saliva. Teori yangterakhir mengatakan bahwa kista
terjadi karena Obstruksi ductus saliva dengan pembentukan kista atauekstravasasi
(kebocoran) saliva pada jaringan yang disebabkan karena trauma. Obstruksi ductus
tersebutdapat disebabkan karena calculus atau infeksi.
1. Tell – show – do
Teknik ini secara luas digunakan untuk membiasakan pasien dengan prosedur baru,
sambil meminimalkan rasa takut. Dokter gigi menjelaskan kepada pasienapa yang akan
dilakukan (memperhitungkan usia pasien menggunakan Bahasa yang mudah
dipahami). Memberikan demontrasi prosedur misalnya gerakanhandpiece yang lambat
pada jari) kemudian lakukan tindakan yang sesuai denganprosedur yang telah
ditetapkan.
2. Behavior shaping
Pembentukan perilaku (Behavior shaping) merupakan teknik nonfarmakologi.
Teknik ini merupakan bentuk modifikasi perilaku yang didasarkan pada prinsipprinsip
pembelajaran sosial. Prosedur ini secara bertahap akan mengembangkan perilaku dan
memperkuat perilaku sosial. Behavior shaping terjadi saat perawatgigi atau dokter gigi
mengajarkan anak bagaimana cara berperilaku. Anak-anakdiajarkan melalui prosedur
ini secara bertahap. Berikut ini adalah outline untukbehavior shaping model:
1. Pada tahap pertama, jelaskan sejak awal tujuan atau tugas anak
2. Jelaskan pentingnya prosedur yang akan dilakukan. Seorang anak akan
mengerti alasan dan dapat bekerja sama.
3. Jelaskan prosedur dengan sederhana. Seorang anak sulit memahami
prosedur dengan satu penjelasan, sehingga harus dijelaskan secara
perlahan dan bertahap.
4. Perhatikan tingkat pemahaman anak. Gunakan ungkapan yang lebih halus
dan sederhana.
5. Gunakan perkiraan dalam keberhasilan. Sejak tahun 1959, teknik TellShow-
Do merupakan acuan dalam panduan berperilaku.
6. Memperkuat/membentuk perilaku yang tepat. Sespesifik mungkin, karena
memperkuat perilaku dengan spesifik lebih efektif daripada pendekatanumum.
Saran ini didukung oleh penelitian klinis Weinstein dan rekanrekannya, yang
meneliti respon dokter gigi terhadap perilaku anak-anak
dan menemukan bahwa penguatan perilaku secara langsung dan spesifik paling
konsisten diikuti oleh penurunan perilaku terkait rasa takut padaanak-anak.
7. Mengabaikan perilaku yang tidak pantas. Perilaku buruk yang diabaikan
cenderung akan hilang sendiri ketika dilakukan pembentukan perilaku(Dean
dkk., 2011)
3. Disentisasi
Disentisasi adalah jenis manajemen perilaku yang diperkenalkan oleh Joseph Wolpe
(1969) berdasarkan pemahaman bahwa relaksasi dan kecemasan tidakdapat ada pada
individu di saat yang bersamaan. Dalam prakteknya, untukmanajemen kecemasan
dental, stimulus penghasil rasa takut dibangun, dimulaidengan stimulus dengan
ancaman terendah. Namun, sebelum ini dilakukan,pasien diajarkan untuk rileks. Jika
keadaan relaksasi sudah tercapai, stimulusyang menimbulkan rasa takut mulai
diperkenalkan diawali dengan stimulus yangtidak menimbulkan kecemasan kemudian
dapat dilanjutkan dengan stimulus yang
mulai menimbulkan rasa takut (Duggal dkk., 2013).
Desentisasi membantu seseorang untuk menangani ketakutan atau phobia yang
spesifik melalui kontak yang berulang. Stimulus penghasil rasa takutdiciptakan dan
diterapkan pada pasein secara berurutan, dimulai dengan yangpaling sedikit
menimbulkan rasa takut. Teknik ini berguna untuk menangani
ketakutan yang spesifik, contohnya anastesi gigi pada anak (Gupta dkk., 2014).
4. Sedasi
Terdapat berbagai metode untuk sedasi pada pasien anak. Obat-obatan sedatif dapat
diberikan melalui inhalasi, atau melalui oral, rektal, submukosa,intramuskular, atau
intravena. Penggunaan obat kombinasi dan pilihan rutepemberian tertentu bertujuan
untuk memaksimalkan efek, meningkatkan
keamanan, serta memaksimalkan penerimaan pada pasien. Inhalasi campuran nitrous
oxide sering disertai dengan pemberian agen sedasi lain dengan rutepemberian
berbeda (Dean dkk., 2011).
6. Modelling
Video klip dari anak-anak lain yang sedang menjalani perawatan gigi yang diputar di
monitor TV dapat dijadikan sebagai model saat mereka menjalani . Prosedur perawatan
gigi. Sebagian besar studi modeling menunjukkan bahwa adabaiknya memperkenalkan
anak ke dokter gigi dengan cara ini, namun tidak semua
penelitian menunjukkan perilaku kooperatif yang secara statistik lebih baik pada anak-
anak. Kurangnya replikasi mungkin disebabkan oleh perbedaan dalamdesain
eksperimental, tim dokter gigi, kaset video dan film. Ini menunjukkanperlunya rekaman
video atau pemilihan film yang digunakan pada kantor dokter
gigi (Dean dkk., 2011; Koch dan Pulsen, 2009)
Modifikasi perilaku dapat juga dilakukan pada pasien seperti saudara kandung, anak-
anak lainnya, atau orangtua. Banyak dokter gigi mengijinkan anakuntuk mengajak orang
tuanya masuk keruang operator untuk melihat riwayatmedis gigi. Karena anak yang
sedang mengamati kemungkinan akandiperkenalkan perawatan gigi, dimulai dengan
pemeriksaan gigi. Kunjungankembali orang tua dapat dijadikan kesempatan modeling
yang baik. Padakesempatan ini banyak anak yang langsung menaiki dental chair
setelahkunjungan kembali. Pada saat anak menaiki dental chair, dokter gigi
harusberhati-hati. Pasien anak biasanya ditakutkan dengan suara yang keras
sepertisuara pada high-speed handpiece (Dean dkk., 2011).
Ada Beberapa strategi sederhana yang dapat dilakukan orang tua dalam upaya
pencegahan narkoba diantaranya yaitu:
1. Orang tua harus memiliki pengetahuan secara jelas tentang narkoba , agar dapat
memberikan pengetahuan dan pembekalan pada anak tentang ganasnya narkoba dan
bagaimana cara menghindarinya.
2. Hindari kepercayaan diri yang berlebihan bahwa anaknya adalah anak yang
sempurna dan tidak punya masalah, ini perlu dilakukan agar secepatnya dapat
mendeteksi dini bila ada perobahan yang tidak lazim pada anaknya.
3. Jangan segan mengawasi dan mencari penyebab terjadinya perubahan tingkah dan
perilaku pada anaknya.
4. Cek secara berkala kondisi kamar ( bila anak memiliki kamar pribadi ), pakaian yang
habis dipakai (isi kantong, aroma pakaian, dls) tas sekolah dan atribut lainnya. (dalam
melakukannya perlu strategi yang baik agar tidak menimbulkan konflik dengan
anaknya).
5. Orang tua sebaiknya dapat menjadi model dan contoh yang baik bagi anaknya serta
sekaligus juga dapat berperan sebagai sahabatnya. ( agar anaknya tidak segan
mencurahkan segala isi hati, pendapat dan permasalahan yang dihadapinya).
6. Menerapkan dan membudayakan delapan fungsi keluarga di dalam kehidupan
sehari-hari keluarga. Agar muncul rasa nyaman pada anak ketika berada di lingkungan
keluarganya.
B. PETUNJUK UMUM
Terapi yang diberikan harus didasarkan diagnosis, sama seperti bila
menghadapi penyakit lain.
Bila dinilai mampu memberikan terapi, lakukan dengan rasa tanggung jawab
sesuai kode etik kedokteran. Bila ragu, sebainya dirujuk ke dokter ahli.
Selain kemampuan dokter, perlu diperhatikan fasilitas yang tersedia di
puskesmas (apakah mempunyai fasilitas dan tenaga terlatih di bidang kegawat
daruratan)
Pasien dalam keadaan overdosis sebainya dirawat inap di UGD RS Umum.
Pasien dalam keadaan intoksikasi dimana pasien menjadi agresip atau
psikotik
sebainya dirawat inap di fasilitas rawat inap, bila perlu dirujuk ke Rumah
Sakit Jiwa.
Pasien dirawat inap, karena mungkin akan mengalami kejang dan delirium.
46. Jumlah drg di rs tipe cadalah 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik
gigi mulut dan 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
Jawabansoaldrg.daraa
48. RS: dasarhukumakreditasi RS dan rujukan di RS
i. Dasar hukumpelaksanaanakreditasi di rumahsakitadalah UU No. 36 tahun
2009 tentangkesehatan,
ii. UU No. 44 tahun 2009 tentangrumahsakit dan
iii. Permenkes 1144/ Menkes/ Per/ VIII/ 2010 tentangorganisasi dan tata
kerjakementerianKesehatan
iv. Permenkes No 34 Tahun 2017 tentangAkreditasiRumah Sakit
v. Permenkes 3 tahun 2020 tentangKlasifikasi dan
PerizinanRumahSakitmenggantikanPMK no. 30 tahun2019
tentangKlasifikasi dan PerizinanRumahSakit yang sebelumnyamenggantikan
PMK no. 56 tahun 2014
49. DMF-T terburukmenurut RISKESDAS 2013 :Indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6
dengannilaimasing-masing:D-T=1,6; M-T=2,9; F-T=0,08; yang
berartikerusakangigipenduduk Indonesia 460 buahgigi per 100 orang. Provinsi yang
mempunyaiindeks DMF-T tertinggiadalah Bangka Belitung (8,5) dan terendahadalah
Papua Barat (2,6). BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RITAHUN 2013
50. Penambalangigianak …. ?
51. Xerostomia kekurangan
i. Gangguan pada kelenjar saliva:
Sialodenitiskronislebihseringmempengaruhikelenjarsubmandibula dan parotis.
Penyakitinimenyebabkandegenerasidariselasini dan penyumbatanduktus
53. JenisKista:
6. KistaGingivapadaDewasa Collateral,
Odontogenik
Kista Dentigerous10-15%
KistaNasopalatinus 5-10%
Keratosis Odontogenik 5-10% KistaNonodontogeniklainnya
1% dan Primary Bone Cyst
Kista Paradental3-5%
Skore imdeks
0 : sehat
1 : pendarahan tx edukasi
2; karang gigi tx eduksi + skeling
3: poket dangkal tx edukasi + skeling
4 : poket dalam tx edukasi+ perawatan komplek
80.Kenedy
Kls 1: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yg masih ada dan bilateral
Kls 2: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yg masih ada dan unilateral
Kls 3: daerah tak bergigi terletak di antara gigi yang masiha ada bagian posterior maupun
anteriornya dan unilateral
Kls 4 : daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi yg masih ada dan melewati
garis tengah rahang
81.teknik sikat gigi lansia Metode bass ( sama kayak soal nomer 24)
Dddddddddddd
wwwwwwwwwwwwwwwwww