Anda di halaman 1dari 55

KUMPULAN SOAL-SOAL SKB GIGI

1. Uu tenaga kesehatan
Pasal ttg setiap orang berhak mendapat kesehatan
2. Bpjs 
*Pengertian
*uu yg mengatur bpjs
*kategori iuran bpjs
*syarat wna boleh memakai bpjs
3. Tema Hari kesehatan 2015
4. Yg termasuk sdgs,yg 17 buah
5. Visi kemenkes
6. Program rpjkn
7. Tujuan kb untuk bangsa
8. Imunisasi yg diberikan bersamaan
9. Jkn termasuk ke dalam (askes,taspen,sjsjn,jamsostek)
10. Misi kemenkes
11. Praktis pelayanan drg d puskesmas
12. Nawacita kesehatan
13. Yg termasuk program cerdik
14. Tujuan program cerdik
15. Nakes yg wajib ad d puskesmas
16. Limbah kedokteran gigi termasuk limbah
17. Alat yg harus disterilkan dg oven kering
18. Pasal 24 uu kesehatan
19. Hiv disebabkan virus
20. Pasien sinusitis,penyebabnya gigi mana
21. Urutan gigi yg plg srg impaksi
22. Tang p atas
23. Teknik injeksi utk cabut gigi ant ra
24. Teknik sikat gigi org tua
25. Pada org tua plg srg terjadi (abrasi,erosi,atrisi,resesi,atropi gingiva)
26. Epulis gravidarum
Kumur kumur pada ibu hamil
27. Sarkoma kaposi
28. Mouth eaten appereance
29. Gigi vital,karies sampai pulpa,sakit berdenyut,perawatannya apa
30. Komposisi plak
31. Alergi ikan laut,lidah putih,berpindah2
32. erupsi 
P atas
M1 sulung
33. Kecelakan deviasi k kanan,yg fraktur kondilus mana
34. Arus galvanis pada amalgam
35. Maloklusi klas ii div 2
36. Gt utk ibu2 usia 65th,ekononmi cukup baik,hilang post rb
37. Gigi dalam gigi dsbut
38. Fusi
39. Hari cuci tangan
40. Tujuan cuci tangan
41. Gerakan cuci tangan
*yg ketiga
*langkah pertama menurut who
42. Angina ludwig
43. Ranula
44. Teknik modeling pd anak
45. Cara menghindari pemakaian napza di keluarga
Yg dilakukan pada orang kecanduan obat
46. Jika keluarga sakaw dibawa kmn
47. Jumlah drg yg harus ad d rs tipe c
48. Rumah sakit
*Dasar hukum akreditasi rs
*Rujukan d rs
49. Dmft terburuk menurut riskesdas 2013
50. Penambalan gigi anak
51. Xerostomia kekurangan
52. Hiperpigmentasi gingiva
53. Kista residual erupsi,folikular
54. Kista periapikal
55. Polip gingiva
56. Phbs
57. Pemberian fluor termasuk tahap pencegahan 
Fungsi fluor
58. Pemberian flour pd daerah dg dmft 5 termasuk Health promotion,spesific protection,early
diagnosis 
59. Polip gravidarum
60. Tata laksana le fort 1
61. Tambalan art
62. Yg termasuk kegiatan ukgs inovatif
63. Odontektomi
*urutan paling sering impaksi
*Odont posisi horizontal d puskesmas dikerjakan oleh 
64. Program puskesmas
Dasar hukum pelaksanaan drg di puskesmas
65. Dentinogenesis imperfekta
67. Ro bitewing
68. Alat kontrasepsi dalam rahim
69. Bad habit thumb sucking
70. Fungsi pemberian flour pd bumil trimester 1 utk
71. Pelayanan bpjs yg didapat d puskesmas
72.pasal yg mengatur sop kerja dokter
73.ukgds inovatis 3 pilarnya
74.cpitn
75.Penyuluhan adalah promotif level berapa
76.yg dilakukan dental profesional dalam tahap preventif
77.perwatan periodontal abses
78.anastesi cabut gigi
16
Gigi bawah
Injeksi supra
Injeksi sub periosteal
79.gic tipe berapa untuk ante kelas 
80.kenedy
81.teknik sikat gigi lansia

JAWABAN SOAL
1. Uu tenaga kesehatan - Pasal ttg setiap orang berhak mendapat kesehatan

- Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
- UURI nomor 36 thn 2009 berisi hak mendapatkan kesehatan.yang lebih jelasnya sudah di
kirim melalui wa

2. Bpjs *Pengertian*uu yg mengatur bpjs*kategori iuran bpjs*syarat wna boleh memakai


bpjs

- BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan Badan


Hukum Publik yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan memiliki tugas
untuk menyelenggarakan jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia,
terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran,
Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat
biasa.
- BPJS Kesehatan merupakan penyelenggara program jaminan sosial di bidang
kesehatan yang merupakan salah satu dari lima program dalam Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN), yaitu Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari
Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian sebagaimana tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
- BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek )
merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai
beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan - mulai
beroperasi sejak 1 Juli 2015.
- BPJS Kesehatan juga menjalankan fungsi pemerintahan (governing function) di bidang
pelayanan umum (public services) yang sebelumnya sebagian dijalankan oleh badan
usaha milik negara dan sebagian lainnya oleh lembaga pemerintahan. Gabungan
antara kedua fungsi badan usaha dan fungsi pemerintahan itulah, yang dewasa ini,
tercermin dalam status BPJS Kesehatan sebagai badan hukum publik yang
menjalankan fungsi pelayanan umum di bidang penyelenggaraan jaminan sosial
nasional.
- BPJS Kesehatan juga dibentuk dengan modal awal dibiayai dari APBN dan selanjutnya
memiliki kekayaan tersendiri yang meliputi aset BPJS Kesehatan dan aset dana
jaminan sosial dari sumber-sumber sebagaimana ditentukan dalam undang-undang.
Kewenangan BPJS Kesehatan meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat
mewakili Indonesia atas nama negara dalam hubungan dengan badan-badan
Internasional. BPJS Kesehatan merupakan salah satu bentuk Badan Hukum Milik
Negara (BHMN), sehingga pelaksanaan tugasnya dipertanggungjawabkan kepada
Presiden sebagai kepala pemerintahan negara.
- Logo Jaminan Kesehatan Nasional
- BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh
PT Askes Indonesia (Persero), tetapi sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT
Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.
- Dasar hokum Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional, Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52
IURAN
1. Bagi peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan iuran dibayar oleh
Pemerintah.
2. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada Lembaga Pemerintahan
terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai
pemerintah non pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan
dengan ketentuan : 4% (empat persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 1% (satu persen)
dibayar oleh peserta.
3. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta
sebesar 5% ( lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4% (empat
persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.
4. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan
seterusnya, ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari
gaji atau upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.
5. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah (seperti saudara kandung/ipar, asisten
rumah tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja
adalah sebesar:
a) Sebesar Rp. 42.000, - (empat puluh dua ribu rupiah) per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
Khusus untuk kelas III, bulan Juli - Desember 2020, peserta membayar iuran sebesar
Rp. 25.500, -. Sisanya sebesar Rp 16.500,- akan dibayar oleh pemerintah sebagai
bantuan iuran.Per 1 Januari 2021, iuran peserta kelas III yaitu sebesar Rp 35.000,-,
sementara pemerintah tetap memberikan bantuan iuran sebesar Rp 7.000,-.
b) Sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c) Sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.

6. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak
yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima
persen) dari 45% (empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang
III/a dengan masa kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.
7. Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan
 WNA
Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Fachmi Idris
mengatakan Warga Negara Asing (WNA) yang bekerja paling sedikit enam bulan di Indonesia
boleh menikmati manfaat jaminan kesehatan asalkan telah membayar iuran.

3. Tema hari kesehatan 2015 ( ke 51) adalah tema Indonesia Cinta Sehat: Generasi Cinta
Sehat, Siap Membangun Negeri.

4.SDGS (sustainabel development goals)


Dengan pertimbangan untuk memenuhi komitmen pemerintah dalam pelaksanaan pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs),
pemerintah memandang perlu adanya penyelerasan dengan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional .Berdasarkan
pertimbangan tersebut pada 4 Juli 2017, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani
Peraturan Presiden, Perpres Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan, sebagaimana disampaikan secara langsung oleh Presiden dalam
kesempatan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Hamburg Messe Und
Congress, Jerman (7 Juli 2017). Perpres tersebut dimaksudkan sebagai tindak lanjut
kesepakatan dalam Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development
guna mengakhiri kemiskinan, meningkatkan kesehatan masyarakat, mempromosikan
pendidikan, dan memerangi perubahan iklim. Perpres ini menetapkan 17 goals dan 169 target
dan selaras dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019, dan selanjutnya dijabarkan dalam peta jalan, Rencana Aksi Nasional (RAN), dan
Rencana Aksi Daerah (RAD) Tujuan Pembangunan.
Adapun sasaran TPB tahun 2017 sampai dengan 2019 tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Perpres ini. TPB yang merupakan dokumen yang
memuat tujuan dan sasaran global 2016 sampai 2030 bertujuan untuk menjaga peningkatan
kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, menjaga keberlanjutan
kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup, serta pembangunan yang
inklusif dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Lampiran Perpres Nomor 59 Tahun 2017 menguraikan tujuan global, sasaran global, dan
sasaran nasional RPJMN 2015-2019 yang akan dilaksanakan oleh K/L terkait. Tujuan global
yang terdiri dari 17 tujuan, sebagai berikut:
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di mana pun.
2. Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta
meningkatkan pertanian berkelanjutan.
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua
usia
4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan kesempatan
belajar sepanjang hayat untuk semua.
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.
6. Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk
semua.
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk semua.
8. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan kerja
yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua.
9. Membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan berkelanjutan,
serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi kesenjangan intra dan antarnegara.
11. Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
13. Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.
14. Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumber daya kelautan dan
samudera untuk pembangunan berkelanjutan.
15. Melindungi, merestorasi, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan,
mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan degradasi lahan,
serta menghenti-kan kehilangan keanekaragaman hayati.
16. Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akses keadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan yang efektif,
akuntabel, dan inklusif di semua tingkatan.
17. Menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan
berkelanjutan.

5. VISI MISI KEMENKES


Visi
Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan
Misi
 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani.
 Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
 Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
 Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

6. RPJKN..?????

7.TUJUAN KB UNTUK BANGSA


Pengertian KB
Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia
sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
Tujuan Program KB
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu,
anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat
dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas,
termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan
masalah kesehatan reproduksi.
Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:
 Keluarga dengan anak ideal
 Keluarga sehat
 Keluarga berpendidikan
 Keluarga sejahtera
 Keluarga berketahanan
 Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
 Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
 Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per
tahun.
 Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
 Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6%.
 Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
 Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
 Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
 Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
 Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif.
 Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program
KB Nasional.

8. Imunisasi yg diberikan bersamaan ?????

9. Jkn termasuk ke dalam (askes,taspen,sjsjn,jamsostek)

10. Misi kemenkes

Misi
 Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani.
 Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
 Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan.
 Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

11. Praktis pelayanan drg d puskesmas

12 NAWACITA
Nawacita merupakan 9 tujuan yang ingin di capai oleh pemerintah jokowi jk
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan
nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang
dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya
memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan
konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga
perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas
pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia
Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9
hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta
jaminan sosial untuk rakyat di tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum
pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan,
yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah
pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara
dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui
kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog
antarwarga.

Nawacita jilid 2 yaitu jokowi ma’ruf yaitu


1. Membangun infrastruktur
2. Membangun SDM
3. Membangun investasi
4. Mereformasi birokrasi
5. Menjamin penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran

13. PROGRAM CERDIK : langkah preventif yg dibuat agar masyarakat yg masih sehat dan
bugar dapat terhindar dari berbagai penyakit tidak menular
- C : Cek kesehatan rutin
- E : Enyahlah dari asap rokk
- R : rajin aktifitas fisik
- D : diet seimbang
- I : Istirahat cukup
- K : kelola stres
???????????????????????????
14. Tujuan program CERDIK ??????

15. Nakes yang wajib ada di PKM :


- Dokter - perawat
- dokter gigi - bidan
16. limbah kedokteran gigi termasuk limbah ?
Limbah medis atau limbah B3 (bahan berbahaya & beracun)
17. sterilisasi dengan oven panas (glass &logam)
- cawan petri
- pipet
- Siring instrument
- Jarum
- Gliserin
- perban
- parafin
- Bahan yg berbrntuk powder dan minyak
Sterilisasi basah / kategori media ( autoclaf) sarung tangan, alat suntik, transfusi
18. pasal 24 UU kesehatan ???

19. HIV disebabkan oleh :


Virus HUMAN IMUNODEFICIENCY VIRUS  CD 4
20. Pasien sinusitis disebabkan oleh : Gigi berlubang RA
21. Urutan gigi yang paling sering impaksi :
M3 RB  M3 RA  C RA  P RBC RB  P RA  I1 RA I2 RA
22. Tang gigi P RA
Antara handle – beak seperti huruf ‘S’  ukuran diameter 5r
Kedua paruh jika di tutup tidak bertemu
Tang untuk gigi P kanan kiri bentuk sama
23. Teknik anestesi RA anterior
NERVUS ALVEOLARIS SUPERIOR ANTERIOR
- N. ALVEOLERIS SUPERIOR POSTERIOR : M3,M2
- N. ALVEOLARIS SUPERIOR MEDIUS : P1,P2, M1 (MESIAL)
24. Teknik sikat gigi pada orang tua
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4295446/
 Metode basS
Teknik Horizontal Permukaan bukal dan lingual disikat dengan gerakan ke depan dan ke
belakang. Untuk permukaan oklusal gerakan horizontal yang sering disebut “scrubbrush
technic” dapat dilakukan dan terbukti merupakan cara yang sesuai dengan bentuk anatomis
permukaan oklusal. Kebanyakan orang yang belum diberi pendidikan khusus, biasanya
menyikat gigi dengan teknik vertikal dan horizontal dengan tekanan yang keras. Cara-cara ini
tidak baik karena dapat menyebabkan resesi gusi dan abrasigusi.

Roll atau Modifikasi Stillman Teknik ini disebut “ADA-roll Technic”, dan merupakan cara yang
paling sering dianjurkan karena sederhana, efisien dan dapat digunakan di seluruh bagian
mulut. Bulu-bulu sikat ditempatkan pada gusi sejauh mungkin dari permukaan
oklusal dengan ujung-ujung bulu sikat mengarah ke apeks dan sisi bulu sikat digerakkan
perlahan-lahan melalui permukaan gigi sehingga bagian belakang dari kepala sikat bergerak
denganlengkungan. Pada waktu bulu-bulu sikat melalui mahkota klinis, kedudukannya hampir
tegak lurus permukaan email. Gerakan ini diulang 8-12 kali setiap daerah dengan sistematis
sehingga tidak ada yang terlewat.Cara ini terutama sekali menghasilkan pemijatan gusi dan
juga diharapkan membersihkan sisa makanan dari daerah interproksimal.

Teknik Stillman –Mc Call Posi si dari bulu- bulu s ikat berlawanan dengan charter's, sikat gigi
ditempatkandengansebagianpadagigidan sebagian pada gusi, membentuk sudut 45°
terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke apikal. Kemudian sikatgigiditekankan sehingga gusi
memucatdandilakukan gerakan rotasi kecil tanpa merubah kedudukan ujung menekukbulu-
bulu sikat tanpa mengakibatkan infeksi atau trauma terhadap gusi. Bulu-bulu sikat dapat
ditekuk ketiga jurusan, tetapi ujung-ujung bulu sikat harus tetap pada tempatnya. Metode
Stillman Mc callini telah diubah sedikit oleh beberapa ahli yaitu ditambah dengan gerakan ke
oklusal dari ujung-ujung bulu sikat tetap mengarah ke apikal. Dengan demikian setiap gerakan
berakhir dibawah ujung incisal dari mahkota, sedangkan pada metode yang asli, penyikatan
hanya terbatas pada daerah servikal gigi dan gusi.

Teknik Bass Sikat ditempatkan dengan sudut 45° terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke
apikal dengan ujung-ujung bulu sikat pada tepi gusi. Dengan demikian, saku gusi dapat
dibersihkan dan tepi gusi dapat dipijat. Sikat digerakan dengan getarangetaran kecil ke depan
dan ke belakang selama kurang lebih sepuluh sampai lima belas detik setiap daerah yang
meliputi dua atau tiga gigi. Untuk menyikat permukaan bukal dan labial, tangkai
dipegang dalam kedudukan horizontal dan sejajar dengan lengkung gigi. Untuk permukaan
lingual dan palatinal gigi belakang agak menyudut (hampir horizontal) dan pada gigi depan,
sikat dipegangvertikal.

Teknik Fone's atau Teknik Sirkuler Bulu-bulu sikat ditempatkan tegak lurus pada permukaan
bukal dan labial dengan gigi dalam keadaan oklusi.Sikat digerakan dalam lingkaran-
lingkaranbesar sehingga gigi dan gusi rahang bawah disikat sekaligus. Daerah interproksimal
tidak diberi perhatian khusus. Setelah semua permukaan bukal dan labial disikat, mulut dibuka
lalu permukaan lingual dan palatinal disikat dengan gerakan yang
sama, hanya dalam lingkaran-lingkaran kecil.Karenacarainiagaksukardilakukan dilingual dan
palatinal dapat dilakukan dengan gerakan maju mundur untuk daerah ini. Tehnik ini dilakukan
untuk meniru jalannya makanan di dalam mulut pada waktu mengunyah.Fone' steknik
dianjurkan untuk anak kecil karena mudah

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-nurhasanha-6683-3-babii.pdf
Ada bermacam-macam metode penyikatan gigi, yaitu :
a)Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup lalu gigi
disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi belakang, gerakan yang
dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka. Sedangkan pada metode horizontal
semua permukaan gigi
disikat dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup sederhana, tetapi
tidak begitu baik untuk dipergunakan karena dapat mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi
gigi.
b)Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan arah bulu
sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi. Ujung bulu sikat
digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan melalui
permukaan gigi. Permukaan atas mahkota juga disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada
setiap daerah dengan sistematis. Cara pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi
dan untuk pembersihan daerah interdental.
c)Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal), membentuk sudut
45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi digetarkan membentuk
lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak denga tepi gusi. Setiap bagian dapat
dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan
pendukung gigi, walaupun agak sukar untuk dilakukan.
d)Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat dengan panjang
gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara demikian saku
16gusi dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi digerakkan dengan getaran
kecil-kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih 15 detik. Teknik ini hampir sama
dengan teknik Roll, hanya berbeda pada cara pergerakan sikat giginya dan cara penyikatan
permukaan belakang gigi depan. Untuk permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang
secara vertikal.
e)Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada permukaan gigi.
Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan membentuk lingkaran-lingkaran
besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah dapat disikat sekaligus. Daerah diantara
2 gigi tidak mendapat perhatian khusus. Untuk permukaan belakang gigi, gerakan yang
dilakukan sama tetapi lingkarannya lebih kecil.
f)Metode Stillman dimodifikasi: dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan resesi
gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari dekstruksi yang lebih
parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi
dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun
bulu sikat. Teknik penyikatan gigi yang dilakukan pada usia sekolah adalah teknik roll. Metode
penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan keseluruhan giginya
bagaimanapun caranya, namun dengan bertambahnya usia diharapkan metode Bass dapat
dilakukan.

25. Pada orang tua sering terjadi


 resesi
 Resesi gingiva alias gusi turun adalah suatu kondisi di mana gusi merosot ke bawah
dari permukaan gigi sehingga memperlihatkan permukaan akar gigi. Ini hanyalah satu
gejala dari penyakit gusi (periodontal). Pengertian resesi gingiva adalah migrasi
margin gingiva ke arah apikal sehingga secara klinis menyebabkan akar gigi menjadi
tereskspos atau terlihat (Carranza, 2012).
 Kedalaman saku gingiva (pocket) adalah jarak antara dasar  saku gingiva dengan
margin gingiva.
 Loss of Attachment adalah jarak dari Cemento Enamel Junction (CEJ) ke dasar saku
gingiva.
 Resesi Gingiva yaitu jarak dari Cemento Enamel Junction (CEJ) ke margin gingiva.

Klasifikasi Resesi Gingiva Menurut Miller

 Kelas I: Margin gingiva yang mengalami resesi belum terjadi perluasan ke daerah
mucogingival junction, serta belum mengalami kehilangan jaringan lunak dan tulang
alveolar pada daerah interdental;
 Kelas II: Margin gingiva yang mengalami resesi, sudah mengalami perluasan mencapai
atau melebihi daerah mucogingival junction. Akan tetapi belum mengalami kerusakan
atau kehilangan jaringan lunak dan tulang alveolar pada daerah interdental;
 Kelas III: Margin gingiva yang mengalami resesi, sudah mengalami perluasan mencapai
atau melebihi daerah mucogingival junction, sudah disertai kerusakan atau kehilangan
jaringan lunak dan tulang alveolar pada daerah interdental;
 Kelas IV: Margin gingiva yang mengalami resesi yang parah, sudah mengalami
perluasan mencapai atau melebihi mucogingival junction, disertai kehilangan tulang
alveolar dan jaringan lunak pada area interdental setinggi perluasan apikal dari resesi
margin gingiva.

https://www.gelarsramdhani.com/2019/10/klasifikasi-resesi-gingiva-menurut-miller.html

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4295446/

26. EPULIS GRAVIDARUM,


Granuloma Kehamilan (Epulis Gravidarum) Kehamilan dapat pula menimbulkan suatu
pembentukan pertumbuhan berlebih pada gingiva seperƟ tumor. IsƟ lah yang digunakan untuk
keadaan ini adalah pregnancy tumor atau tumor kehamilan, epulis gravidarum ataupun
granuloma kehamilan. Tidak berbahaya tetapi dapat menyebabkan keƟ daknyamanan.
Biasanya berkembang pada trimester kedua. Bentuknya seperƟ nodul berwarna merah
keunguan sampai merah kebiruan, mudah berdarah, sering terlihat pada gusi rahang atas,
tetapi dapat juga ditemukan di tempat lain di mulut. Penyebab pasƟ Ɵ dak diketahui, meskipun
faktor utamanya adalah kebersihan mulut yang buruk. Selain itu faktor penyebab lainnya
adalah trauma, hormon, virus dan pembuluh darah yang pecah. Ibu hamil yang memiliki
granuloma kehamilan biasanya juga menderita gingiviƟ s kehamilan yang luas. Granuloma
kehamilan akan menghilang setelah bayi lahir. Gambar 2. Granuloma Kehamilan (Epulis
Gravidarum)
https://draguscn.com/wp-content/uploads/2018/02/pedoman-pemeliharaan-ukgm-bumil-dan-
balita.pdf
kumur-kumur pada ibu hamil : Apabila ibu hamil mengalami muntah-muntah hendaknya setelah
itu mulut dibersihkan dengan berkumur menggunakan larutan soda kue (sodium bicarbonate)
dan menyikat gigi setelah 1 jam (buku hal 7)

27. Sarkoma kaposi


Seringkali Kapossi merupakan tumor sel endotelial ganas yang hampir selalu terjadi pada
penderita HIV positif. Keganasan itu adalah tumor dari proliferasi vaskuler yang terjadi pada
kulit maupun jaringan mukosa. Lesi terjadi pada palatum, tampak sebagai bercak
berdarah/ungu pada tahap awal yang akan berubah menjadi eksofitik. Penyebabnya belum
diketahui, namun diperkirakan berkaitan dengan CMV. Sarkoma Kapossi ditandai oleh 3 tahap.
Awalnya, keganasan merupakan makula merah tanpa gejala, selanjutnya membesar menjadi
plak merah biru, lanjut sebagai nodula biru ungu, berlobus, berulserasi, dan menyebabkan
sakit. Perawatannya adalah paliatif dengan memakai radiasi dan kemoterapi.
adalah neoplasma vaskular yang tidak biasa yang kemungkinan besar muncul dari sel endotel,
dengan beberapa bukti berasal dari limfatik. Di antara berbagai bentuk klinis KS yang diketahui,
KS yang terkait dengan sindrom imunodefisiensi didapat (AIDS) adalah bentuk yang paling
agresif; pembengkakan tanpa rasa sakit pada langit-langit mulut Pemeriksaan ekstra-oral tidak
menunjukkan temuan yang signifikan sehubungan dengan area yang dimaksud. Terdapat
limfadenopati servikal yang teraba; dengan kelenjar getah bening yang kencang dan tidak nyeri
saat palpasi .Pada pemeriksaan Intra-oral, pembesaran nodular merah kebiruan difus di sisi kiri
palatum durum diverifikasi, meluas ke anterior dari kaninus rahang atas kiri ke daerah
tuberositas posterior. Pembesaran nodular diamati melintasi garis tengah, melibatkan hampir
seluruh langit-langit keras dan menonjol setinggi bidang oklusal, sehingga mengganggu
pengunyahan. Pada palpasi, pembengkakan tampak kokoh tidak lunak dan menunjukkan
ulserasi permukaan Tidak ada gigi regional yang menunjukkan mobilitas. Radiografi panoramik
menunjukkan tidak ada perubahan signifikan pada tulang yang berdekatan. Tidak ada lesi
serupa lainnya di bagian tubuh lain yang terdeteksi. Mengingat riwayat dan temuan klinis,
kemungkinan diagnostik KS dihipotesiskan dengan diagnosis banding angiomatosis basiler dan
limfoma.

jurnal.fk.unand.ac.id › index.php › jka › article ›


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4518433/

28. Moth etaten apparance adalah ..........(DX OSTEOMIELITIS)



Penampakan yang ‘Seperti dimakan ngengat” adalah pola keterlibatan tulang oleh beberapa
lesi litik yang digambarkan sebagai kerusakan tulang permeatif (proses permeatif dalam
tulang). bentuk gigitan ngengat hal ini merupakan gambaran dari kasus osteomielitis yg terlihat
melalui RO , Perubahan radiografi pada OM biasanya menggambarkan penampilan seperti
“moth-eaten” yang disebabkan karena pembengkakan pada ruang meduler dan pelebaran
kanal Volkmann sebagai hasil dari kerusakan oleh lisis dan penggantian dengan jaringan
granula, atau kerusakan tulang pada tingkat yang berbeda-beda dimana terdapat pulau-pulau
sequestra dan terkadang selubung tulang baru (involucrum) dipisahkan dari sequestra dengan
sebuah zona pada radiolusensi, atau berupa titik-titik atau desensifikasi granular tulang yang
disebabkan oleh disposisi subperiosteal pada tulang baru yang mengaburkan struktur intrinsik
tulang

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ebb3ba45ab7f804ddac8ec677e593e5a.
pdf

29. Gigi vital karies sampai pulpa , berdeenyut perawataanya ap


file:// 5_slide_perawatan_pulpa_gigi_anak.pdf
http://paradipta.blogspot.com/2011/02/perawatan-pulpcapping-pulpektomi-endo.html

PULPCAPPING (Kaping Pulpa Indirek)

Tujuan Pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan
melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan
demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindari. Bahan yang biasa digunakan untuk
pulp capping adalah kalsium hidroksida karena dapat merangsang pembentukkan dentin
sekunder secara efektif dibandingkan bahan lain.

Teknik Pulp Capping ada dua:

· Indirect Pulp Capping

Dilakukan bila pulpa belum terbuka, tapi atap pulpa sudah sangat tipis sekali, yaitu pada karies
profunda. Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi kavitas dengan bor
bundar kecepatan rendah. Lalu lakukan ekskavasi sampai dasar pulpa, hilangkan dentin lunak
sebanyak mungkin tanpa membuka kamar pulpa. Basis pelindung pulpa yang biasanya dipakai
adalah Zinc Okside Eugenol atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakkan
didasar kavitas. Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karis diharapkan jaringan
pulpa akan berekasi secara fisiologis terhadap lapisan pelindung dengan membentuk dentin
sekunder. Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi.
Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi maka
tindakan selanjutnya adalah dilakukan direct pulp capping atau tindakan yang lebih radikal lagi
yaitu amputasi pulpa (Pulpotomi).

· Direct Pulp Capping


Direct Pulp Capping juga digunakan dalam contoh di mana ada pembusukan yang mendalam
mendekati pulpa tapi tidak ada gejala infeksi.

Direct Pulp Capping menunjukkan bahwa

Bahan diaplikasikan langsung ke jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh
terkontaminasi oleh saliva, kalsium hidroksida dapat diletakkan di dekat pulpa dan selapis
semen Zinc Okside Eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lapisan pulpa dan biarkan
mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi bila gigi direstorasi. Pulpa
diharapkan tetap bebas dari gejala patologis dan akan lebih baik jika membentuk dentin
sekunder. Agar perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar daerah terbuka harus vital dan
dapat terjadi proses perbaikan.

Langkah-Langkah Pulp Capping:

1. Siapkan peralatan dan bahan. Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang steril.
2. Isolasi gigi: Selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat menggunakan
kapas dan saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan.
3. Preparasi kavitas.: Tembus permukaan oklusal pada tempat karies sampai kedalaman
1,5 mm (yaitu kira-kira 0,5 mm kedalam dentin). Pertahankan bor pada kedalaman
kavitas dan dengan hentikan intermitten gerakan bor melalui fisur pada permukaan
oklusal.
4. Ekskavasi karies yang dalam: Dengan perlahan-lahan buang karies dengan ekskavator,
mula-mula dengan menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut ke arah pulpa. Jika
pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih besar diameternya dari ujung jarum
maka dapat dilakukan pulp capping.
5. Berikan kalsium hidroksida.: Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup bagian
kavitas yang dalam termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium hidroksida.

II. PULPEKTOMI (Ekstirpasi Pulpa)

Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh akar dan
korona gigi. Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami
kerusakan yang bersifat irreversible atau untuk gigi dengan kerusakan jaringan keras yang
luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang lama dan lebih sukar daripada pulp
capping atau pulpotomi namun lebih disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi
dengan baik. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi
dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula

Indikasi:
1. Gigi dengan infeksi yang melewati ruang kamar pulpa, baik pada gigi vital, nekrosis
sebagian maupun gigi sudah nonvital.
2. Saluran akar dapat dimasuki instrument.
3. nan jaringan periapeks dalam gambaran radiografis kurang dari sepertiga apikal.
4. Ruang pulpa kering
5. endarahan berlebihan pada pemotongan pulpa (pulpotomi) tidak berhasil
6. Sakit spontan tanpa stimulasiKeterlibatan tulang interradikular tanpa kehilangan tulang
penyangga
7. Tanda-tanda/gejala terus menerus setelah perawatan pulpotomiPembengkakan bagian
bukal

Kontra Indikasi

1. Keterlibatan periapikal atau mobilitas ekstensif


2. Resorbsi akar ekstensif atau > 1/2 akar
3. Resorbsi internal meluas menyebabkan perforasi bifurkasi
4. Kesehatan buruk dan harapan hidup pendek
5. Ancaman keterlibatan gigi tetap yang sedang berkembang karena infeksi
6. Tingkah laku pasien yang tidak dapat dikendalikan dan di rumah sakit tidak mungkin
dilakukan

PulpektomiVital
Pulpektomi vital sering dilakukan pada gigi anterior dengan karies yang sudah meluas
kearah pulpa, atau gigi yang mengalami fraktur.Langkah-langkah perawatan pulpektomi
vital satu kali kunjungan :

1. Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta
keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.
2. Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat perawatan.
3. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan
saliva.
4. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan
menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.
5. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor
bundar kecepatan rendah.
6. Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan
menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades selama
3 sampai dengan 5 menit.
7. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian
diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar
dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.
8. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah
kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi
dengan formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
9. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan ,
menggunakan jarum lentulo.
10. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian .
11. kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau
seng fosfat.
12. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.

B. Pulpektomi Devital

Pulpektomi devital sering dilakukan pada gigi posterior yang telah mengalami pulpitis atau
dapat juga pada gigi anterior pada pasien yang tidak tahan terhadap anestesi. Pemilihan kasus
untuk perawatan secara pulpektomi devital ini harus benar-benar dipertimbangkan dengan
melihat indikasi dan kontaindikasinya. Perawatan ini sekarang sudah jarang dilakukan pada gigi
tetap, biasanya langsung dilakukan perawatan pulpektomi vital walaupun pada gigi posterior.
Pulpektomi devital masih sering dilakukan hanya pada gigi sulung, dengan mempergunakan
bahan devitalisasi paraformaldehid, seperti Toxavit, dan lain-lain. Bahan dengan komposisi
As2O3 sama sekali tidak digunakan lagi.

C. Pulpektomi Nonvital (Endo Intrakanal)

Perawatan saluran akar ini sering dilakukan pada gigi anterior yang mempunyai saluran akar
satu, walaupun kini telah banyak dilakukan pada gigi posterior dengan saluan akar lebih dari
satu.

Gigi yang dirawat secara pulpektomi nonvital adalah gigi dengan gangrene pulpa atau nekrosis.

Indikasi:

 Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan prostetik (untuk pilar
restorasi jembatan).
 Gigi tidak goyang dan periodontal normal.Foto rontgen menunjukkan resorpsi akar tidak
lebih dari sepertiga apical, tidak ada granuloma pada gigi sulung.
 Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia untuk memelihara
kesehatan gigi dan mulutnya.Keadaan ekonomi pasien memungkinkan.

Kontra indikasi:

 Gigi tidak dapat direstorasi lagi.


 Resorpsi akar lebih dari sepertiga apical.
 Kondisi pasien buruk, mengidap penyakit kronis, seperti Diabetes Melitus, TBC, dan
lain-lainTerdapat belokan ujung dengan granuloma (kista) yang sukar dibersihkan ataui
sukar dilakukan tindak bedah endodonti.

Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital :


Kunjungan pertama :

1. Lakukan foto rontgen.


2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan desinfeksi
kavitas.
4. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
5. Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat.
6. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan debris.
7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.
8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.

Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.
4. Berikan Beechwood creosote. Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote,
buang kelebihannya, lalu letakkan dalam kamar pulpa.
5. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
6. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.

Kunjungan ketiga :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper
masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
4. Letakkan semen zinc fosfat.
5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

Teknik Pulpektomi

1. Anestesi (bila perlu) dan isolasi gigi


2. Karies dibersihkan
3. Outline form diperbaiki
4. Atap pulpa dibuka sepenuhnya
5. Preparasi biomekanis : pulpa yang mengering dibersihkan sampai sepanjang saluran
akar, dan kira-kira mencapai k-file nomor 35
6. Irigasi sebanyak-banyaknya dengan air aquades agar serpihan-serpihan dentin keluar
dari saluran , lalu kemudian dikeringkan.
7. Beri cotton pelet dengan bahan obar sterilisasi (rotation of medication) seperti CHKM,
CMCP, Creosote, Cresophene dll yang ditaruh di kamar pulpa lalu tutup dengan
tmpatan sementara

II.
8. Setelah 3 hari cek apakah ada keluhan dari pasien atau tidak (kontrol gejala) meliputi
perkusi, druksasi, mobilitas, warna,dan perabaan. Serta dicek dengan K-file nomor terakhir
(pada waktu preparasi preparasi biomekanis) apakah ada ada pus yang keluar dari saluran
akar atau tidak

9. Mengganti bahan obat sterilisasi (rotation of medication). Ditutup kembali dengan


tumpatan sementara.

III.

10. Setelah 3 hari, kontrol gejala kembali. Jika tidak ada keluhan dari pasien maupun
gigi yang sedang dirawat, maka bisa memulai dengan pengisian saluran akar
dengan bahan ZnOE.

11. Isolasi terlebih dahulu.

12. Irigasi terlebih dahulu, kemudian keringkan.

13. Siapkan bahan lalu aduk dengan konsistensi kental.

14. Ambil bahan sedikit(dengan alat dycal), taruh di bagian orifice saluran akar.
Dorong bahan tersebut dengan cotton pelet (kecil saja) yang dijepit dengan pinset
agar masuk. Lakukan berulang-ulang sampai saluran akar tersebut penuh.

15. Jika sudah penuh, maka bersihkan kamar pulpa dari ZnOE . Tutup bagian orifice
dengan Zinc Pospat setinggi kira-kira 1mm.

16. Jika kontrol gejala juga tidak menunjukkan kelhan setelah pengisian, maka bisa
dilakukan tumpat tetap dengan GIC IX. Gigi tersebut dibangun selayaknya gigi
sehat.

17. Cek oklusi.

18. Restorasi bila perlu.

Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa factor mempengaruhi hasil
suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan
perawatan saluran akar adalah faktor patologi, factor penderita, faktor anatomi, faktor
perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan

30. Komposisi plak


Pengetian Plak adalah lapisan tipis pada permukaan gigi yang tidak berwarna dan melekat
pada permukaan gigi. Plak ini terdiri dari sisa-sisa makanan yang halus, zat perekat dan
kuman-kuman. Plak adalah lapisan tipis, tidak berwarnamengandung banyak bakteri dan
lekatpada permukaan gigi. Plak dapatterbentuk kapan saja, meski gigi sudahdibersihkan
(Forrest, 1995). MenurutRateischak, dkk (1989) terdapat 300spesies dan subspesies mikro-
organismeyang dapat diisolasi dari sampel plak dariareasubgingiva.Bakteri plak selain dapat
menghasilkanasam (asidogenik) dari makanan yangmengandung karbohidrat, juga
dapatbertahan dan berkembang biak padasuasana asam (Semaranayake, 2006). Bakteri dapat
terdeposit langsung padaemail, tetapi biasanya melekat terlebihdahulu pada pelikel. Pelikel
adalahlapisan tipis, translusen, halus, dan tidakberwarna. Pelikel terdiri dari proteinterutama
glikoprotein cairan ludah yangmelekat erat pada permukaan gigi.Beberapa menit setelah
terbentuk, pelikelterpopulasi bakteri. Pelikel terpopulasi inidisebut plak
Komposisi plakPlak terdiri dari berbagai macammikroorganisme yang jumlahnya kuranglebih
250 juta per mg berat basah plak.Di dalam plak terdapat sel epitel lepas,leukosit, partikel sisa
makanan, sertagaram anorganik, terutama kalsium,fosfat dan fluor (Semaranayake,
2006).Komposisi matriks interseluler dari plakterdiri dari polisakarida ekstra seluleryang
dibentuk dari bakteri jenis tertentuyaitu dari strain Streptococcus (Willet,dkk 1991). Komposisi
bakteri plak dibagian permukaan luar terdiri dari bakteriaerob, sedangkan pada permukaan
bagiandalam terdiri dari bakteri anaerob.Bakteri anaerob cenderung lebih banyak,sebab
oksigen yang masuk ke dalam lebihsedikit. Bakteri plak tidak identik denganbakteri rongga
mulut. Lactobacillus yangdulu dianggap sebagai penyebab kariesternyata hanya sedikit,
sementara dicairan ludah jumlahnya banyak
SedangkanStreptococcus sangat sedikitjumlahnya di air ludah dan banyak didalam plak (Willet,
dkk 1991).Sebaran bakteri dalam plak sangatbervariasi, namun pada umumnya bakteridi
lapisan bagian dalam berkumpulmembentuk koloni yang lebih padat sertamempunyai dinding
yang lebih tebal(Willet, dkk 1991).Proses pembentukan plakPembentukan plak terjadi dalam
duatahap. Pertama adalah pembentukanlapisanacquired pelicle dan tahap keduaadalah
proliferasi bakteri. Acquiredpelicle merupakan deposit tipis gliko-protein cairan ludah, yang
terbentukbeberapa detik setelah menyikat gigi.Setelah terbentuk, bakteri berproliferasidisertai
dengan pembentukan matriksinter bakterial yang terdiri ataspolisakarida ekstraseluler.
Polisakaridaektraseluler terdiri dari levan, dekstran,protein cairan ludah, dan bakteripembentuk
polisakarida ektraseluler.Bakteri pembentuk polisakarida ekstraseluler adalah Streptococcus
mutans,Sbovis,S. sanguis, dan S. salvarius.Pada 24 jam pertama terbentuklah lapisantipis
yang terdiri dari bakteri coccus dansuasana pada lapisan plak masih aerob(Manson dan Eley,
1993).Sukrosa merupakan karbohidrat utamapembentuk polisakarida ekstraseluler didalam
plak. Jenis gula lainnya dalamwaktu jangka agak lama juga dapatdiubah menjadi polisakarida
ekstra-seluler di dalam plak Pada awal proliferasi bakteri yangtumbuh adalah coccus dan B.
vakultatif.Dari keseluruhan populasi bakteri, 50%adalahS. mutans (Willet, dkk 1991).Setelah
kolonisasi pertama, berbagaijenis bakteri lain memasuki plak danseiring bertambahnya umur
plak, terjadipergeseran jenis bakteri, Streptococcussemakin berkurang. Semakin tua umurplak
suasana aerob berangsur berubahmenjadianaerob (Semaranayake, 2006).
http://www.poltekkes-denpasar.ac.id/wp-content/uploads/2017/12/asep-JIG-Vol-5-No-1-Feb-
2014.pdf

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Pelayanan-Asuhan-
Kesehatan-Gigi-dan-Mulu-Masyarakat_SC.pdf

31. Alergi ikan laut, liesih putih berpindah-pidah  BELUM SPESIFIK


Jawabanya : geograpic tongue
Jenis-jenis lesi putih:
- Keratotik
LeukoedemaLinea albaNicotine stomatitisTobacco related lesionsLP dan Lesi
LichenoidGeographic tonguePapilomaOHLCandidal leukoplakia
- Sloughing/Pseudomembran/nerotik
Traumatic ulcersChemical burnsANUGCandidiasis

32. Erupsi P Atas usia...


 P1 RA 10-11 tahun
P2 RA 10-12 tahun

 M1 sulung usia.....
M1 Decidui RA : 13-19 bulan
M1 Decidui RB : 14-18 bulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola erupsi gigi permanen sesuai dengan urutan erupsi
adalah 16, 26, 11, 21, 12, 22, 14, 24, 15, 25, 13, 23, 17, 27,sedangkan pada rahang bawah
adalah 31, 41, 36, 46, 32, 42, 34, 44, 35, 45, 33, 43, 37, 47
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/pola_erupsi_gigi_permanen.pdf
33. Kecelakaan deviasi ke kanan yang fraktur kondilus mana :
https://www.researchgate.net/publication/334407935_HIGH_CONDYLECTOMY_PADA_KASU
S_FRAKTUR_KONDILUS_Laporan_Kasus
kondilus kanan

34. Arus galvanis pada amalgam

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/Dental_bab1-6.pdf
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau alloy
berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah saliva . Besarnya arus galvanis
dipengaruhi oleh lama/usia restorasi , perbedaan potensial korosi sebelum berkontak dan
daerah permukaan. Hubungan lama restorasi dengan besar arus galvanic berbanding terbalik
artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan tumpatan lainnya , semakin kecil arus
galvanic yang dihasilkan
Setelah ditumpat dengan restorasi amalgam, hipersensitivitas terhadap rangsang termal akan
terjadi selama beberapa minggu. Amalgam akan mengalami kontraksi setelah penumpatan dan
terbentuk celah berukuran 10mm-15mm antara restorasi dan dentin. Cairan pada celah
tersebut mendukung berkembanganya bakteri.Aplikasi rangsang dingin dapat menimbulkan
nyeri karena terjadi kontraksi cairan dentin pada celah tersebut.Pergarakan cairan yang cepat
dalam tubuli dentin merangsang serabut saraf pulpa. Nyeri karena rangsangan dingin biasanya
hilang setelah beberapa minggu, karena produk korosi amalgam akan mengisi celah tersebut,
dan protein plasma serta sisa-sisa sel dari pulpa menutupi tubuli dentin. Pembentukan reparatif
dentin terjadi bersamaan dengan respon inflamasi pulpa dan cenderung menutup tubuli dentin.

35. Maloklusi klas 2 devisi ii


https://core.ac.uk/download/pdf/89564187.pdf
1. Maloklusi Klas I Lengkung rahang bawah memiliki hubungan mesiodistal yang normal
terhadap lengkung rahang atas dengan tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang
atas beroklusi pada lekuk molar pertama permanen rahang bawah dan tonjol mesiolingual dari
gigi molar pertama permanen rahang atas beroklusi dengan fossa oklusal gigi molar pertama
permanen rahang bawah ketika rahang dalam posisi beristirahat dan gigi dalam keadaan oklusi
sentrik.
2.Maloklusi Klas II Lengkung rahang bawah berada pada posisi lebih distal terhadap rahang
atas. Tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen rahang atas beroklusi dengan ruang
antara tonjol mesiobukal molar pertama permanen rahang bawah dan sisi distal dari premolar
kedua mandibula. Tonjol mesiolingual gigi molar pertama permanen rahang atas beroklusi
secara mesial terhadap tonjol mesiolingual molar pertama permanen rahang bawah. Angle
membagi klas II menjadi dua divisi berdasarkan angulasi labiolingual dari gigi insisivus atas.
- Klas II divisi 1 Memiliki hubungan molar yang samaseperti pada maloklusi klas II dan gigi
insisivus atas mengalami labioversi.
- Klas II divisi 2 Memiliki hubungan molar yang sama seperti pada maloklusi klas II, gigi
insisivus atas normal secara anteroposterior atau mengalami sedikit linguoversi dan
insisivus lateral mengalami tipping ke arah labial/mesial.
- Klas II Subdivisi Ketika relasi molar maloklusi klas II terjadi hanya pada salah satu sisi, maka
maloklusi tersebut dikategorikan sebagai sub divisi dari divisi maloklusi tersebut.

3.Maloklusi KlasIII Lengkung rahang bawah berada pada posisi lebih mesial terhadap rahang
atas. Tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen atas beroklusi pada ruang interdental
antara aspek distal tonjol gigi molar pertama permanen rahang bawah dan aspek mesial
tonjolmolar kedua rahang bawah.
- Pseudo Klas III Bukan merupakan maloklusi kelas III tetapi memiliki tampilan yang
serupa. Rahang bawah berada lebih anterior pada fossa glenoid akibat kontak prematur pada
gigi, ataupun penyebab lainnya yang ketika rahang dalam oklusi sentrik. –
- Klas III Subdivisi Terjadi ketika maloklusi hanya terjadi pada satu sisi.

Modifikasi Dewey Pada Klasifikasi Maloklusi Angle Pada tahun 1915 Dewey melakukan
modifikasi pada Klas I dan II Klasifikasi Angle dengan memisahkan malposisi segmen
anteriordan posterior sebagai berikut:
1.Modifikasi Klas I:
Tipe 1, Angle klas 1 dengan gigi anterior rahang atas yang berjejal.
Tipe 2, Angle klas 1 dengan gigi insisivus atas mengalami labioversi (proklinasi).
Tipe 3, Angle klas 1 dengan gigi insisivus atas mengalami linguoversi terhadap gigi insisivus
bawah (gigitan silang pada anterior)
Tipe 4, Molar atau premolar mengalami bukal/linguoversi, tetapi insisivus dan kaninus berada
pada posisi normal (gigitan silang pada posterior).
Tipe 5, Molar mengalami mesioversi akibat kehilangan gigi yang berada pada daerah mesial
dari molar tersebut, yang terjadi terlalu awal (kehilangan gigi molar/premolar kedua desidui
yang terlalu awal)
2. Modifikasi Klas III :
Tipe 1, Lengkung terlihat normal apabila diamati secara terpisah, tetapi ketika sedang
beroklusi, bagian anterior berada pada posisi gigitan edge to edge.
Tipe 2, Gigi insisivus rahang bawah berjejal dan berada lingual terhadap gigi insisivus rahang
atas.
Tipe 3, Lengkung atas tidak berkembang, berada dalam posisi gigitan silang dengan gigi
insisivus atas yang berjejal dan lengkung rahang bawah yang berkembang dengan baik dan
memiliki posisi yang baik.

Modifikasi Lischer dari Klasifikasi Maloklusi AnglePada tahun 1933, Lischer memodifikasi
klasifikasi Angle dengan menambahkan nama untuk klas I, II, dan III maloklusi Angle. Lischer
juga mengemukakan istilah untuk malposisi gigi secara individual.
oNeutro-oklusi merupakan istilah lain dari Klas I maloklusi Angle.
oDisto-oklusi merupakan istilah lain dari Klas II maloklusi Angle.
oMesio-oklusi merupakaistilah lain dari Klas III maloklusi Angle.

Nomenklatur Lischer untuk malposisi gigi individual melibatkan akhiran “-versi” untuk sebuah
kata yang mengindikasikan adanya deviasi dari posisi normal.
-Mesioversi : posisi lebih mesial dari posisi normal. oDistoversi : posisi lebih distal dari
posisi normal.
-Linguoversi : posisi lebih lingual dari posisi normal. oLabioversi : posisi lebih labial dari
posisi normal.
-Infraversi : posisi lebih inferior dari posisi normal. oSupraversi : posisi lebih superior
dari posisi normal.
- Axiversi : inklinasi aksial mengalami kelainan; mengalami tipping.
- Torsiversi : mengalami rotasi sepanjang sumbu aksis gigi.
- Transversi : mengalami transposisi atau perubahan dalam urutan posisi.

36. Gt untuk ibu usia 65 th ekonomi cukup baik hilang post RB

Macam-Macam Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Terdapat tiga jenis gigi tiruan sebagian lepasan yang dibedakan menurut bahan basis
gigi tiruannya, yaitu :
a. Gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam
Kobalt kromium merupakan bahan untuk pembuatan gigi tiruan berbasis logam.
Basis gigi tiruan logam ini diperkenalkan oleh E. Haynes pada tahun 1907,tetapi
baru populer setelah tahun 1937 karena cukup tipis, harga cukup murah,tahan
terhadap noda atau korosi, dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi.
Kekurangan GTSL kerangka logam adalah tidak bisa digunakan padapasien
yang memiliki riwayat alergi terhadap nikel dan kesulitan dalampenyesuaian
(Dangkeng Zulkarnain, 2016:10-1).
b. Gigi tiruan sebagian lepasan akrilik
Polymethyl methacrylate (PMMA) atau yang biasa disebut akrilik merupakan
bahan pembuat basis gigi tiruan lepasan yang paling banyakdigunakan saat ini.
PMMA diperkenalkan oleh Rohm & Hass pada tahun 1936dalam bentuk sediaan
lembaran dan Nemours pada tahun 1937 dalam bentuksediaan bubuk.Pada
tahun 1937 Dr. Walter Wright memperkenalkan PMMA sebagaibahan
pembuatan basis gigi tiruan dan menjadi polimer yang paling banyakdigunakan
10 tahun kemudian. Bahan ini dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan caraaktivasinya
yaitu Heat-activited PMMA atau akrilik heat curing dan Chemicalactivated PMMA
atau akrilik self curing (Dangkeng Zulkarnain, 2016:10-11).
c. Gigi tiruan sebagian lepasan flexi
Gigi tiruan sebagian lepasan flexi merupakan gigi tiruan dengan basis yang
biokompatibel. Bahan ini memiliki sifat fisik bebas monomer sehingga
tidakmenimbulkan reaksi alergi dan tidak ada unsur logam yang dapat
mempengaruhiestetika (Soesetijo Ady, 2016:59).

36. Gigi dalam gigi disebut dens in vaginatus


Dens invaginatus adalah anomali perkembangan gigi yang dapat disebabkan oleh
trauma atau infeksi yang menyebabkan invaginasi epitel gigi dari enamel dan dentin ke
dalam mahkota atau dari sementum dan dentin ke dalam akar, merupakan kelainan
pada gigi yang sedang berkembang. Dens invaginatus dapat terjadi pada gigi sulung
maupun gigi permanen. Etiologi dens invaginatus masih kontroversi dan belum jelas.
Dens invaginatus dapat menyebabkan karies, pulpitis, nekrosis pulpa dan penyakit
periodontal. Gambaran klinis dens invaginatus dapat terlihat normal sampai
menunjukkan bentuk yang tidak biasa tergantung pada ukuran invaginasi.

ANOMALI GIGI BERDASARKAN PENYEBABNYA TERBAGI:


A.GANGGUAN FORMATIF
1.Kelainan Numerika.
2. Kelainan Bentuk dan Ukuran

a.DENS EVAGINATUS :
Anomali pertumbuhan terdiri dari tonjol ekstra yang langsing sering runcing pada
permukaan oklusi terutama pertama bawah (evaginasi memiliki tanduk dijumpai
pada gigi premolar pulpa yang mendekati email).
b.DENS INVAGINATUS/ DENS IN DENTE :
Anomali pertumbuhan yang mengakibatkan elemen berbentuk sangat jelek. Secara
kilnis terlihat sebagai tonjolan di daerah cingulum gigi incisor. Sering terlihat gigi I2
atas, bisa pada I2 bawah. Perkembangan anomali ini akibat terselubungnya organ
enamel diantara mahkota gigi.
c.DILASERASI/ PEMBENGKOKAN AKAR ABNORMAL:
Elemen gigi yang gagal terbentuk karena aksi trauma mekanis pada benih gigi
yaitu berupa pembengkokan ekstrem suatu elemen, mahkota menekuk di atas
akar atau akarnya menunjukkan satu atau lebih tekukan, akar dan mahkota gigi
membentuk sudut 45 sampai lebih dan 90° Dilaceratio (latin) berarti penyobekan.
Dapat diakibatkan karena trauma mekanis pada mahkota gigi yang telah
mengalami pembentukan sehingga tersobek dan akarnya. Sering terjadi pada kasus
M3 bawah.
d.FLEXION :
Akar gigi yang bengkok kurang dari 90 derajat atau rotasi
e.TONJOL EKSTRA DAN RIGI EMAIL:
Jumlah tonjol yang lebih banyak daripada normal dan adanya rigi email,
contohnya ; gigi incisivus bentuk sekop, gigi incisivus bentuk bintang, T dan Y.
Talon (tonjol ekstra pada tuberculum dentis gigi incisivus). Tuberculum Carabelli
pada mesiolingual gigimolar atas pertama. Tuberculum paramolar (tonjol ekstra
pada mebukal gigi molar atas dan bawah terutama gigi molar kedua dan ketiga).
 Incisor atas bentuk sekop
Bentuk ini bukan anomali yang sesungguhnya, tetapi karena kelainan
biologis pada ras dimana anatomi bagian palatal, cingulum dan marginal
ridge yang menonjol membentuk seperti sekop. Sangat sering terjadi pada
gigi ras Asian, Mongolian, Eskimo dan Indian Amerika.
 Talon cuspTonjolan kecil dari enamel pada daerah cingulum dan gigi
anterior atas dan bawah tetap disebut talon cusp. Seringkali cuspnya
mempunyal tanduk pulpa sehinggarontgen foto sering salah dengan gigi
supernumerary yang bersatu dengan gigi anterior atau dens in dente.
f.TUBERCLEI CUSP TAMBAHAN :
setiap gigi bisa memperlihatkan penonjolan enamel yang sering disebabkan
oleh perkembangan hyperplasic setempat/ pertumbuhan sel-sel baru
 Mutiara email / enamel pearls:Email bola kecil bulat oval yang dapat
dijumpai pada atau di dalam akar, kadang juga pada email, terutama
pada gigi molar atas. Mutiara ini dapat mempunyai satu inti dentin dan
bahkan suatu jaringan pulpa.
 Taji Email:Email mahkota yang sering berekstensi sampai ke bifurkasio atau
trifurkasio.

g.MAKRODONSIA:
Ukuran gigi yang pelampaui batas nilai normal pada satu atau lebih ukuran dan satu
sampai semua elemen gigi-geligi. Pada umumnya tidak ada penyimpangan bentuk
lainnya. Makrodonsia (gigi I dan C). bisa terjadi pada satu gigi, beberapa gigi atau
seluruh gigi.
h.MIKRODONSIA/ DWARFISM :
Kebalikan makrodonsia tetapi dapat juga terjadi reduksi sampai gigi-gigi berbentuk
kerucut. Gigi pendek sekali misal pada : I2 atas dan M3 atas.
i.TAURODONSIA :
Suatu anomali dengan rongga pulpa yang sangat membesar. Pemberian nama
taurodonsia berdasarkan kemiripan sepintas dengan gigi-gigi molar sapi
(taurus=banteng). Gigi dengan ruang pulpa sangat panjang, tidak ada pengecilan
rongga pulpa pada daerah cemento enamel junction. Jarang terjadi, satu dan 1000 gigi
tetap dan terlihat pada orang Indian, Amerika atau orang Eskimo.
j.PENAMBAHAN AKAR GIGI :
jumlah akar gigi yang lebih banyak daripada normal pada suatu elemen bisa karena
pembelahan akar gigi atau peambahan akar gigi.
k.MAHKOTA BENTUK PASAK:
Molar ketigaM3 atas mempunyai bentuk mahkota paling bervariasi dariseluruh gigi-
geligi tetap, kemudian M3 bawah. Perubahan bentuk dan mahkota bebentuk pasak (peg
shaped) sampal mahkota yang mempunyai cusp ganda, bentuk mahkotanya
seperti mahkota M1atau M2.Gigi I2 atas tetapGigi anterior yang paling umum
mengalami anomali dalam bentuk I2 atas, berbentuk pasak (+ 1-2%
daripenduduk). Biasanya gigi tersebut berbentuk konus, bagian cervical lebar dan
mengecil ke arah incisal.

l.DWARFED ROOT :
gigi-gigi atas sering memperlihatkan mahkota gigi dengan ukuran normal tetapi
dengan akar yang pendek. Edge incisal biasanya berpindah ke arah lingual seperti pada
incisivus bawah. Keadaan inisering tururn temurun.
m.SEGMENTED ROOT : akar gigi terpisah menjadi 2 bagian, diperkirakan
sebagai akibat luka traumatis pada waktu pembentukan akar.
37. Fusi

Kelainan gigi geligi atau disebut anomali gigi yaitu gigi yang bentuknya menyimpang
dari bentuk aslinya.Faktor-faktor yang menyebabkan anomali gigi:
1. Gangguan metabolisme
2. Faktor herediter
3. Gangguan pada waktu pertumbuhan, perkembangan gigi

Anomali gigi sering terjadi:


a. Bentuk abnormal atau terjadi perubahan bentuk
b. Gigi kembar (bersatu)/ fused anterior teeth
c. Kelebihan gIgi atau supernumerary (extra) tooth
d. Anodontia yaitu tidak ada benih gigi di dalam rahang
e. Untuk gigi tetap lebih banyak daripada gigi susu
f. Untuk gigi geligi atas lebih banyak daripada gigi geligi bawah

ANOMALI GIGI BERDASARKAN PENYEBABNYA TERBAGI:


A.GANGGUAN FORMATIF
1.Kelainan Numerika.
a. HIPODONSIA:Jumlah gigi kurang karena tidak tumbuh 1 ataulebih elemen gigi
secara normal, akibat dari gigi geligi yang agenesis yaitu tidak dibentuknya atau tidak
tumbuhnya benih gigi tersebut, antara lain
a. Agenesis soliter : tidak terbentuknya satu atau beberapa elemen.
b. Oligodonsia : multi agenesis/ reduksimultiple jumlah elemen gigi geligi.
c. Anodonsia : sedikit atau sama sekali tidak mempunyai gigi.

Ada 2 macam anodonsia


1.Anodonsia Iengkap
sering karena penyakit herediter (sex linked genetik trait), dan jarang sekali
terjadi
2.Anodontia sebagian
Biasanya kongenital. Kehilangan satu atau beberapa gigi di dalam rahang
meskipun belum terbukti karena herediter tetapi tendensi untuk tidak ada
gigi yang sama pada suatu keluarga sering dijumpai.Urutan gigi-geligi yang
mengalami anodontia:Gigi M3 tetap, I2 atas tetap, P2 bawah tetap, 12 bawah
(desidui/ tetap)
b.HIPERODONSIA/SUPERNUMERARY: adanya 1 atau lebih elemen gigi melebihi
jumlah gigi yang normal.
1.Elemen-elemen tambahan atipis (tidak dapat dideterminasikan) contohnya, gigi
mesiodens, distomolar, paramolar. Sering dijumpaipada gigi tetap dan gigi susu dan
90% terjadi pada rahang atas. Terletak pada daerah I1 atas atau regio M3 atas.

Macam-macamnya adalah
 Daerah incisivus atas :
MesiodensAdalah gigi yang terdapat antara gigi I1 atas atau mesial dan kedua
gigi I1 bawah.Dapat terlihat di rongga mulut/ erupsi, atau terpendam/ tidak erupsi,
sehingga terlihat diastema/ ruangan pada lengkung gigi.
Kelebihan gigi pada gigi susu jarang terjadi (0,5%). Bila terdapat gigi lebih pada gigi
geligi susu ini ialah : mesiodens pada garis median/mid line mesiodens atau gigi
lebih I2/ supplemental lateral insisor.
 Daerah molar tiga:
Gigi sebelah distal M3 lebih sering pada rahang atas dibanding pada rahang bawah
disebut disto molar atau para molar.

2.Elemen-elemen tambahaneutipis (dapat dikenali sebagai salah satu elemen)


contohnya, gigi incisivus atas lateral, incisivus bawah, premolar ketiga.
 Daerah premolar kedua bawah
Tempat yang paling umum adalah premolar kedua rahang bawah dan tampak
serupa dengan bentuk premolar biasa.
c.FUSIONI KEMBAR DEMPET: Pertumbuhan menjadi satu dentin dan email dari dua
elemen menjadi satu elemen selama pembentukan. Secara klinis terlihat sama
dengan geminasi, fusion lebih sering ditemukan pada gigi anterior dan sebagian
akibat dari bersatunya dua benih gigi. Biasanya gigi ini masing-masing
mempunyai akar dan rongga pulpa terpisah. Pada gigi susu Iebih banyak daripada gigi
tetap dan pada rahang ats lebih sering daripada rahang bawah. Terbentuk karena
adanya tekanan waktu pembentukan akar. Kebanyakan didapat fusion dan gigi Iebih
dengan gigi yang berdekatan dengannya.Umpamanya M3 bawah fusion dengan M4
bawah (jarang sekali terjadi), 12 atas fusion dengan gigi lebih anterior, dua gigi P1
bawah fusion.
Gemin atau kembar/ Skizodonsia
Gemin terjadi akibat darisuatu benih gigi yang membelah, biasanya gigi tersebut
mempunyai satu akar dengan saluran akar dan ditemukan peda kurang dari1%
penduduk. Geminasi lebih sering pada gigi susudaripada pada gigi tetap, pada regioI
dan P. secara klinisterlihat sebagai gigi kembar atau dempet (fused teeth), umumnya
sering terlihatdi daerah anterior.
Concrescence
Keadaan ini adalah fusion atau tumbuh jadi satu pada akar gigi melalui jaringan
sementum setelah akar terbentuk. Fusi dapat terjadi sebelum atau setelah gigi erupsi di
rongga mulut. Kadang-kadang akibat dan trauma. Sering terjadi pada regio molar atas.
38. Hari cuci tangan
Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) merupakan langkah kecil untuk memulai hidup sehat.
Perilaku sederhana ini bisa melindungi kita dari penyakit seperti diare dan saluran
pernapasan. Selain itu, Cuci Tangan Pakai Sabun juga bisa mencegah menyebarnya
penyakit infeksi.
Setiap tanggal 15 Oktober diperingati sebagai Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia
(Global Handwashing Day). Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia dicetus pertama
kali oleh Public-Private Partnership of Handwashing (PPPHW) pada tahun 2008

39. Tujuan cuci tangan


40. Gerakan cuci tangan
41. Angina Ludwig
Angina Ludwig merupakan selulitis diffusa yang potensial mengancam nyawa yang
mengenai dasar mulut dan region submandibular bilateral danmenyebabkan obstruksi
progresif dari jalan nafas. Penyakit ini pertama kaliditemukan oleh Wilhelm Frederick
von Ludwig pada tahun 1836 sebagai infeksiruang fasial yang hampir selalu fatal
(Ugboko et al., 2005).
Menurut Lemonick (2002), penyakit ini termasuk dalam grup penyakit infeksi odontogen,
di mana infeksi bakteri berasal dari rongga mulut seperti gigi,lidah, gusi, tenggorokan,
dan leher. Karakter spesifik yang membedakan anginaLudwig dari infeksi oral
lainnya ialah infeksi ini harus melibatkan dasar mulutserta kedua ruang
submandibularis (sublingualis dan submaksilaris).
Faktor predisposisi pada pasien Angina Ludwig berupa karies dentis, perawatan gigi
terakhir, sickle cell anemia, trauma, dan tindikan pada frenulumlidah (Hartmann, 1999).
Selain itu penyakit sistemik seperti diabetes melitus,neutropenia, aplastik anemia,
glomerulositis, dermatomiositis dan lupuseritematosus dapat mempengaruhi terjadinya
angina Ludwig (Winters, 2003).

42. Ranula
Ranula adalah bentuk kista akibat obstruksi glandula saliva mayor yang terdapat pada
dasar mulut yang akan berakibat pembengkakan di bawah lidah yang berwarna kebiru-
biruan. Ranula merupakan fenomenaretensi duktus pada glandula sublingualis (yang
kadang-kadang menunjukkan adanya lapisan epitel), dengangambaran khas pada
dasar mulut.
Mukosa di atasnya terlihat tipis, meregang, dan hampir transparan.
Ukuran ranula dapat membesar, dan apabila tidak segera diatasi akan memberikan
dampak yang buruk, karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara,
mengunyah, menelan, dan bernafas dan kadang menyebabkan terangkatnya lidah.

Etiologinya ranula belum diketahui secara pasti namun diduga ranula terjadi akibat
trauma, obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Ranula juga
dikatakan berkaitan dengan penyakitkelenjar saliva dan anomali kongenital duktus
saliva yang tidak terbuka.Banyak teori yang diajukan untukmengetahui asalnya.
Hippocrates dan Celcius mengatakan bahwa kista berasal dari proses inflamasi
yangsederhana. Pare mensugestikan berasal dari glandula pituitary yang menurun dari
otak ke lidah. Ada jugayang mensugestikan bahwa kista tersebut berasal dari
degenerasi myxomatous glandula saliva. Teori yangterakhir mengatakan bahwa kista
terjadi karena Obstruksi ductus saliva dengan pembentukan kista atauekstravasasi
(kebocoran) saliva pada jaringan yang disebabkan karena trauma. Obstruksi ductus
tersebutdapat disebabkan karena calculus atau infeksi.

43. Teknik modelling pada anak

Manajemen Perilaku Mengatasi Kecemasan Anak terhadap Perawatan Gigi


Berikut ini adalah beberapa teknik manajemen perilaku yang umum digunakan.
Pemilihan tehknik manajemen prilaku tergantung pada individu pasien.Beberapa tehnik
manajemen prilaku juga dapat dikombinasikan sesuai dengankebutuhan pasien.

1. Tell – show – do
Teknik ini secara luas digunakan untuk membiasakan pasien dengan prosedur baru,
sambil meminimalkan rasa takut. Dokter gigi menjelaskan kepada pasienapa yang akan
dilakukan (memperhitungkan usia pasien menggunakan Bahasa yang mudah
dipahami). Memberikan demontrasi prosedur misalnya gerakanhandpiece yang lambat
pada jari) kemudian lakukan tindakan yang sesuai denganprosedur yang telah
ditetapkan.
2. Behavior shaping
Pembentukan perilaku (Behavior shaping) merupakan teknik nonfarmakologi.
Teknik ini merupakan bentuk modifikasi perilaku yang didasarkan pada prinsipprinsip
pembelajaran sosial. Prosedur ini secara bertahap akan mengembangkan perilaku dan
memperkuat perilaku sosial. Behavior shaping terjadi saat perawatgigi atau dokter gigi
mengajarkan anak bagaimana cara berperilaku. Anak-anakdiajarkan melalui prosedur
ini secara bertahap. Berikut ini adalah outline untukbehavior shaping model:
1. Pada tahap pertama, jelaskan sejak awal tujuan atau tugas anak
2. Jelaskan pentingnya prosedur yang akan dilakukan. Seorang anak akan
mengerti alasan dan dapat bekerja sama.
3. Jelaskan prosedur dengan sederhana. Seorang anak sulit memahami
prosedur dengan satu penjelasan, sehingga harus dijelaskan secara
perlahan dan bertahap.
4. Perhatikan tingkat pemahaman anak. Gunakan ungkapan yang lebih halus
dan sederhana.
5. Gunakan perkiraan dalam keberhasilan. Sejak tahun 1959, teknik TellShow-
Do merupakan acuan dalam panduan berperilaku.
6. Memperkuat/membentuk perilaku yang tepat. Sespesifik mungkin, karena
memperkuat perilaku dengan spesifik lebih efektif daripada pendekatanumum.
Saran ini didukung oleh penelitian klinis Weinstein dan rekanrekannya, yang
meneliti respon dokter gigi terhadap perilaku anak-anak
dan menemukan bahwa penguatan perilaku secara langsung dan spesifik paling
konsisten diikuti oleh penurunan perilaku terkait rasa takut padaanak-anak.
7. Mengabaikan perilaku yang tidak pantas. Perilaku buruk yang diabaikan
cenderung akan hilang sendiri ketika dilakukan pembentukan perilaku(Dean
dkk., 2011)

Pembentukan perilaku dianggap sebagai model pembelalajaran. Aturan umum


mengenai model pembelajaran bahwa model pemebelajaran yang palingefektif adalah
yang paling mendekati teori model pembelajaran. Penyimpangandari model
pembelajaran akan mengurangi efisensi dalam proses pembelajaran.
Salah satu cara untuk meningkatkan konsistensi di bidang ini adalah dengan merekam
berbagai sesi klinis dengan pasien anak, menggunakan alat perekamatau sistem
rekaman video dan kemudian meninjau rekaman dengan mengingatdasar-dasar model
pembelajaran pembentukan perilaku. Meskipun tell-show-do(ceritakan-perlihatkan-
lakukan) mirip dengan pembentukan perilaku (behaviour shaping), keduanya berbeda.
Selain memerlukan penguatan perilaku kooperatif,pembentukan perilaku memerlukan
penelusuran/pengulangan kembali langkahlangkah yang dilakukan bila terjadi perilaku
yang tidak diinginkan. Misalnya, jikaanak diperlihatkan instrumen dan berpaling, dokter
gigi harus kembali ke langkahpenjelasan prosedur. Pembentukan perilaku
mengharuskan untuk selalumengawasi “perilaku yang diinginkan”. Jika dokter gigi
melanjutkan langkahlangkah berikutnya dan mulai melakukan perawatan ketika perilaku
yangdiinginkan belum terbentuk, maka terjadi penyimpangan dari model
pembelajarandan kemungkinan terjadinya perilaku yang tidak diinginkan akan lebih
tinggi (Deandkk., 2011).

3. Disentisasi
Disentisasi adalah jenis manajemen perilaku yang diperkenalkan oleh Joseph Wolpe
(1969) berdasarkan pemahaman bahwa relaksasi dan kecemasan tidakdapat ada pada
individu di saat yang bersamaan. Dalam prakteknya, untukmanajemen kecemasan
dental, stimulus penghasil rasa takut dibangun, dimulaidengan stimulus dengan
ancaman terendah. Namun, sebelum ini dilakukan,pasien diajarkan untuk rileks. Jika
keadaan relaksasi sudah tercapai, stimulusyang menimbulkan rasa takut mulai
diperkenalkan diawali dengan stimulus yangtidak menimbulkan kecemasan kemudian
dapat dilanjutkan dengan stimulus yang
mulai menimbulkan rasa takut (Duggal dkk., 2013).
Desentisasi membantu seseorang untuk menangani ketakutan atau phobia yang
spesifik melalui kontak yang berulang. Stimulus penghasil rasa takutdiciptakan dan
diterapkan pada pasein secara berurutan, dimulai dengan yangpaling sedikit
menimbulkan rasa takut. Teknik ini berguna untuk menangani
ketakutan yang spesifik, contohnya anastesi gigi pada anak (Gupta dkk., 2014).
4. Sedasi
Terdapat berbagai metode untuk sedasi pada pasien anak. Obat-obatan sedatif dapat
diberikan melalui inhalasi, atau melalui oral, rektal, submukosa,intramuskular, atau
intravena. Penggunaan obat kombinasi dan pilihan rutepemberian tertentu bertujuan
untuk memaksimalkan efek, meningkatkan
keamanan, serta memaksimalkan penerimaan pada pasien. Inhalasi campuran nitrous
oxide sering disertai dengan pemberian agen sedasi lain dengan rutepemberian
berbeda (Dean dkk., 2011).

Adapun Kriteria Pemulangan pasca penggunaan sedasi, adalah:


1. Fungsi kardiovaskular yang stabil dan memuaskan.
2. Saluran nafas tidak terganggu dan memuaskan.
3. Pasien dapat dibangunkan dengan mudah dan reflek protektif masih
intak.
4. Status hidrasi pasien yang adekuat.
5. Pasien dapat berbicara, jika memungkinkan.
6. Pasien dapat berjalan, jika memungkinkan, dengan bantuan minimal.
7. Jika anak masih sangat kecil atau mengalami cacat, tidak mampumemberi respon
yang biasanya diharapkan, dapat dibandingkan dengantingkat responsivitas pre-sedasi
apakah sama atau mendekati tingkattersebut.
8. Terdapat individu yang dapat bertanggung jawab terhadap pasien (Deandkk., 2011).

Peresepan obat-obatan sedatif harus dalam pengawasan langsung dari tenaga


kesehatan terlatih. Penggunaan obat sedatif diluar fasilitas kesehatantidak lagi
dibenarkan (contoh: pemberian oleh orang tua atau perawat di rumah)karena memiliki
risiko yang berat, terutama bagi bayi dan anak balita (pedoman
AAPD). Tujuan teknik sedasi yaitu menghasilkan pasien yang tenang untuk kualitas
pengobatan terbaik, mencapai rencana pengobatan yang lebih kompleksatau lebih
panjang dalam periode singkat dengan memperpanjang periodepertemuan dan
mengurangi jumlah kunjungan ulangan. Berkurangnya kecemasan
dapat mengurangi jumlah analgesia yang dibutuhkan. Sedasi juga dapat memberikan
suasana pengobatan yang nyaman dan lebih diterima bagi pasiendengan gangguan
fisik maupun kognitif. Walaupun adanya gangguan kesehatantertentu merupakan
kontraindikasi sedasi, beberapa pasien mendapatkan manfaatdari penggunaan sedasi.
Tentu saja hal ini dapat menimbulkan risiko untukmengalami komplikasi, sehingga
harus dipantau ketat oleh dokter yang biasamenangani mereka (Dean dkk., 2011).

5. Distraksi (Pengalihan Perhatian)


Beberapa jenis kegiatan dapat digunakan untuk mengalihkan perhatian anak, seperti
memainkan film yang sesuai usia anak, bermain video game, dan lainnyabisa
bermanfaat untuk mengalihkan perhatian anak. Namun, berbicara dengananak selama
perawatan adalah metode yang efektif untuk mengalihkan perhatian
anak (Duggal dkk., 2013).

6. Modelling
Video klip dari anak-anak lain yang sedang menjalani perawatan gigi yang diputar di
monitor TV dapat dijadikan sebagai model saat mereka menjalani . Prosedur perawatan
gigi. Sebagian besar studi modeling menunjukkan bahwa adabaiknya memperkenalkan
anak ke dokter gigi dengan cara ini, namun tidak semua
penelitian menunjukkan perilaku kooperatif yang secara statistik lebih baik pada anak-
anak. Kurangnya replikasi mungkin disebabkan oleh perbedaan dalamdesain
eksperimental, tim dokter gigi, kaset video dan film. Ini menunjukkanperlunya rekaman
video atau pemilihan film yang digunakan pada kantor dokter
gigi (Dean dkk., 2011; Koch dan Pulsen, 2009)
Modifikasi perilaku dapat juga dilakukan pada pasien seperti saudara kandung, anak-
anak lainnya, atau orangtua. Banyak dokter gigi mengijinkan anakuntuk mengajak orang
tuanya masuk keruang operator untuk melihat riwayatmedis gigi. Karena anak yang
sedang mengamati kemungkinan akandiperkenalkan perawatan gigi, dimulai dengan
pemeriksaan gigi. Kunjungankembali orang tua dapat dijadikan kesempatan modeling
yang baik. Padakesempatan ini banyak anak yang langsung menaiki dental chair
setelahkunjungan kembali. Pada saat anak menaiki dental chair, dokter gigi
harusberhati-hati. Pasien anak biasanya ditakutkan dengan suara yang keras
sepertisuara pada high-speed handpiece (Dean dkk., 2011).

44. Cara menghindari napza dalam keluarga


UPAYA DAN STRATEGI PENCEGAHAN PENGGUNAAN NARKOBA

Upaya yang paling baik dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba tentunya


adalah melalui upaya pencegahan yang dilakukan kepada manusia sebagai calon
pengguna dan pengadaan narkoba serta pemasarannya. Pencegahan yang dapat
dilakukan antara lain melalui :

1. Pencegahan primer (Primary Prevention );


Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang belum mengenal Narkoba serta
komponen masyarakat yang berpotensi dapat mencegah penyalahgunaan narkoba.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
- Penyuluhan tentang bahaya narkoba.
- Penerangan melalui berbagai media tentang bahaya narkoba.
- Pendidikan tentang pengetahuan narkoba dan bahayanya.
2. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention );
Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang sedang coba-coba menyalahgunakan
Narkoba serta komponen masyarakat yang berpotensi dapat membantu agar berhenti
dari penyalahgunaan narkoba.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
- Deteksi dini anak yang menyalahgunaan narkoba
- Konseling
- Bimbingan sosial melalui kunjungan rumah
- Penerangan dan Pendidikan pengembangan individu
- (life skills) antara lain tentang ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan menolak
tekanan orang lain dan ketrampilan mengambil keputusan dengan baik.
3. Pencegahan Tertier (Tertiary Prevention );
Pencegahan ini dilakukan kepada orang yang sedang menggunakan narkoba dan yang
pernah/mantan pengguna narkoba, serta komponen masyarakat yang berpotensi dapat
membantu agar berhenti dari penyalahgunaan narkoba dan membantu bekas korban
naroba untuk dapat menghindari
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain :
- Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta kelompok
lingkungannya
- Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna agar mereka tidak
terjerat untuk kembali sebagai pengguna narkoba.

Ada Beberapa strategi sederhana yang dapat dilakukan orang tua dalam upaya
pencegahan narkoba diantaranya yaitu:
1. Orang tua harus memiliki pengetahuan secara jelas tentang narkoba , agar dapat
memberikan pengetahuan dan pembekalan pada anak tentang ganasnya narkoba dan
bagaimana cara menghindarinya.
2. Hindari kepercayaan diri yang berlebihan bahwa anaknya adalah anak yang
sempurna dan tidak punya masalah, ini perlu dilakukan agar secepatnya dapat
mendeteksi dini bila ada perobahan yang tidak lazim pada anaknya.
3. Jangan segan mengawasi dan mencari penyebab terjadinya perubahan tingkah dan
perilaku pada anaknya.
4. Cek secara berkala kondisi kamar ( bila anak memiliki kamar pribadi ), pakaian yang
habis dipakai (isi kantong, aroma pakaian, dls) tas sekolah dan atribut lainnya. (dalam
melakukannya perlu strategi yang baik agar tidak menimbulkan konflik dengan
anaknya).
5. Orang tua sebaiknya dapat menjadi model dan contoh yang baik bagi anaknya serta
sekaligus juga dapat berperan sebagai sahabatnya. ( agar anaknya tidak segan
mencurahkan segala isi hati, pendapat dan permasalahan yang dihadapinya).
6. Menerapkan dan membudayakan delapan fungsi keluarga di dalam kehidupan
sehari-hari keluarga. Agar muncul rasa nyaman pada anak ketika berada di lingkungan
keluarganya.

45. Yg dilakukan jika kecanduan obat dan jika sakaw di tempat

A. TUJUAN TERAPI DAN REHABILITASI


1. Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA.
Tujuan initergolong sangat ideal,namun banyak orang tidak mampu atau
mempunyaimotivasi untuk mencapai tujuan ini, terutama kalau ia baru menggunakan
NAPZA pada fase-fase awal. Pasien tersebut dapat ditolong denganmeminimasi efek-
efek yang langsung atau tidak langsung dari NAPZA.Sebagian pasien memang telah
abstinesia terhadap salah satu NAPZA tetapikemudian beralih untuk menggunakan
jenis NAPZA yang lain.
2. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps
Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps .Bila pasien pernah menggunakan satu
kali saja setelah“clean” maka ia disebut “slip”. Bila ia menyadari kekeliruannya,dan
iamemang telah dobekali ketrampilan untuk mencegah pengulanganpenggunaan
kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selaluabstinensia. Pelatihan
relapse prevention programe, Program terapi kognitif,Opiate antagonist maintenance
therapy dengan naltreson merupakan beberapa
alternatif untuk mencegah relaps.
3. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial.
Dalam kelompok ini,abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi
rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran
terapi golongan ini.

B. PETUNJUK UMUM
 Terapi yang diberikan harus didasarkan diagnosis, sama seperti bila
menghadapi penyakit lain.
 Bila dinilai mampu memberikan terapi, lakukan dengan rasa tanggung jawab
sesuai kode etik kedokteran. Bila ragu, sebainya dirujuk ke dokter ahli.
 Selain kemampuan dokter, perlu diperhatikan fasilitas yang tersedia di
puskesmas (apakah mempunyai fasilitas dan tenaga terlatih di bidang kegawat
daruratan)
 Pasien dalam keadaan overdosis sebainya dirawat inap di UGD RS Umum.
 Pasien dalam keadaan intoksikasi dimana pasien menjadi agresip atau
psikotik
sebainya dirawat inap di fasilitas rawat inap, bila perlu dirujuk ke Rumah
Sakit Jiwa.
 Pasien dirawat inap, karena mungkin akan mengalami kejang dan delirium.

C. TERAPI DAN REHABILITASI


Gawat darurat medik akibat penggunaan NAPZA merupakan tanggung jawab profesi
medis. Profesi medis memegang teguh dan patuh kepada etika medis,karena itu
diperlukan keterampilan medis yang cukup ketat dan tidak dapatdidelegasikan kepada
kelompok profesi lain. Salah satu komponen penting dalam keterampilan medis yang
erat kaitannya dengan gawat darurat medik adalahketerampilan membuat diagnosis.
Dalam rehabilitasi pasien ketergantungan NAPZA, profesi medis (dokter) mempunyai
peranan terbatas. Proses rehabilitasi pasien ketergantungan NAPZAmelibatkan
berbagai profesi dan disiplin ilmu. Namun dalam kondisi emergency,dokter merupakan
pilihan yang harus diperhitungkan. Gawat Darurat yang berkaitan dengan
penyalahgunaan NAPZA :
Gawat Darurat yang terjadi meliputi berbagai gejala klinis berikut :
a. Intoksikasi
b. Overdosis
c. Sindrom putus NALZA
d. Berbagai macam komplikasi medik (fisik dan psikiatrik)
Penting dalam kondisi Gawat Darurat adalah ketrampilan menentukan diagnosis,
sehingga dengan cepat dan akurat dapat dilakukan intervensi medik.

46. Jumlah drg di rs tipe cadalah 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik
gigi mulut dan 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN


2014
TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT
Pasal 21 ayat 2 RSU KELAS A
Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling
sedikit terdiri atas:
a. 18 (delapan belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 4 (empat) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 6 (enam) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar;
d. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis penunjang;
e. 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis lain;
f. 2 (dua)dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
subspesialis; dan
g. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis gigi mulut.

Pasal 26 ayat 7 RSU KELAS B


Pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf a,
paling sedikit terdiri dari:
a. pelayanan gawat darurat;
b. pelayanan medik spesialis dasar;
c. pelayanan medik spesialis penunjang;
d. pelayanan medik spesialis lain;
e. pelayanan medik subspesialis; dan
f. pelayanan medik spesialis gigi dan mulut.
(2) Pelayanan gawat darurat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, harus diselenggarakan 24 (dua puluh empat) jam sehari secara
terus menerus.
(3) Pelayanan medik spesialis dasar, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak,
bedah, dan obstetri dan ginekologi.
(4) Pelayanan medik spesialis penunjang, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi
klinik, patologi anatomi, dan rehabilitasi medik.
(5) Pelayanan medik spesialis lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, paling sedikit berjumlah 8 (delapan) pelayanan dari 13 (tiga
belas) pelayanan yang meliputi pelayanan mata, telinga hidung
tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah
plastik, dan kedokteran forensik.
(6) Pelayanan medik subspesialis, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e, paling sedikit berjumlah 2 (dua) pelayanan subspesialis dari
4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi pelayanan subspesialis di
bidang spesialisasi bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, dan
obstetri dan ginekologi.
(7) Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f, paling sedikit berjumlah 3 (tiga) pelayanan yang
meliputi pelayanan bedah mulut, konservasi/endodonsi, dan
orthodonti.

Pasal 43 ayat 2 RSU KELAS C


(2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling
sedikit terdiri atas:
a. 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;
b. 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
c. 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar;
d. 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis penunjang; dan
e. 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis gigi mulut.

Jawabansoaldrg.daraa
48. RS: dasarhukumakreditasi RS dan rujukan di RS
i. Dasar hukumpelaksanaanakreditasi di rumahsakitadalah UU No. 36 tahun
2009 tentangkesehatan,
ii. UU No. 44 tahun 2009 tentangrumahsakit dan
iii. Permenkes 1144/ Menkes/ Per/ VIII/ 2010 tentangorganisasi dan tata
kerjakementerianKesehatan
iv. Permenkes No 34 Tahun 2017 tentangAkreditasiRumah Sakit
v. Permenkes 3 tahun 2020 tentangKlasifikasi dan
PerizinanRumahSakitmenggantikanPMK no. 30 tahun2019
tentangKlasifikasi dan PerizinanRumahSakit yang sebelumnyamenggantikan
PMK no. 56 tahun 2014

49. DMF-T terburukmenurut RISKESDAS 2013 :Indeks DMF-T Indonesia sebesar 4,6
dengannilaimasing-masing:D-T=1,6; M-T=2,9; F-T=0,08; yang
berartikerusakangigipenduduk Indonesia 460 buahgigi per 100 orang. Provinsi yang
mempunyaiindeks DMF-T tertinggiadalah Bangka Belitung (8,5) dan terendahadalah
Papua Barat (2,6). BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RITAHUN 2013

50. Penambalangigianak …. ?
51. Xerostomia kekurangan
i. Gangguan pada kelenjar saliva:
Sialodenitiskronislebihseringmempengaruhikelenjarsubmandibula dan parotis.
Penyakitinimenyebabkandegenerasidariselasini dan penyumbatanduktus

ii. Stress: Hal


inidisebabkankeadaanemosioniltersebutmerangsangterjadinyapengaruhsimpatik
darisistemsyarafautonom dan menghalangisistemparasimpatik yang
menyebabkanturunnyasekresi saliva

iii. Obat2an: Obat- obatandenganpengaruh anti β-adrenergik (yang disebut β-


bloker) terutamaakanmenghambatsekresiludahmukus.Obat-obatan juga
dapatsecaratidaklangsungmempengaruhi saliva
denganmengubahkeseimbangancairan dan
elektrolitataudenganmempengaruhialirandarahkekelenjar.

iv. Usia: Seiringdenganmeningkatnyausia, denganterjadinya proses aging,


terjadiperubahan dan kemunduranfungsikelenjar saliva,
dimanakelenjarparenkimhilang yang digantikan oleh jaringan lemak, lining
selduktus intermediate mengalamiatropi.
Keadaaninimengakibatkanpenguranganjumlahaliran saliva.

v. Terapikanker: Radiasimenyebabkanperubahan di dalamselsekresi serous,


mengakibatkanpenguranganpengeluaran saliva dan peningkatankepekatan
saliva

52. Hiperpigmentasi gingiva: Dapatterjadi pada semuaras dan


biasanyahanyaterjadididaerahmukosaberkeratinsaja

53. JenisKista:

a. Kista Residual a/ sisa-sisajaringan padarahang yang tidakterambil pada


saatdilakukanpencabutangigi.

b. KistaErupsi a/ suatukistaodontogenik yang mengelilingimahkotagigi,


dindingepitelnyamemilikihubungandenganmahkotagigisulungataukadanggigiperman
enyang sedangerupsi. Gambaran kliniskistaerupsitampaksebagaipembengkakan
gingiva yang lunak, translusen dan bilaterisidarahakanberwarnabirukeunguan.
Pembengkakan pada mukosa di atasalveolar ridge, lunaksaatdisentuh,
berwarnaunguatauhitamkebiruan. Kebanyakanasimptomatiktetapidapatnyeri Ketika
dipalpasi.Warnalesiinibervariasi, normal hinggabirukehitamanataucoklat, tergantung
pada jumlahcairan di dalamkista. Lesi yang
tampakbirukehitamanmungkinkarenamengandungdarahakibat trauma .
c. Kista Folliculara/ kista yang membungkusmahkotagigi yang tidakerupsi dan
melekatkeservikalgigi.Kista dentigerous
merupakanjeniskistaterbanyaksetelahkistaradikuler.
Kistainilebihseringmelibatkangigi molar tigarahangbawah,
kemudiangigikaninusrahangatas, premolar duarahangbawah dan molar rahangatas.

d. Kista Periapicaldisebabkan oleh pulpanekrosisakibatkaries, disertaidenganinflamasi


pada periapikal. Penyakitinibersifatasimptomatikdenganlajuperkembanganpenyakit
yang lambat. radiolusenunilocular yang besardenganbatas yang jelas pada
daerahperiapikalgigi.

sumberbuku“Oral & Maxillofacial Pathology 2nd Edition


Developmental
Inflammatory
KistaOdontogenik KistaNonodontogenik
1.  Kista Gingiva pada Bayi
(Epstein’s Pearls)
2. KeratosisOdontogenik(Kist 1. KistaRadikular(Apik
a Primordial) al dan Lateral)
3. KistaDentigerous(Folikular 1. KistaDuktusNasopalatin 2. KistaResidual
) us (KanalInsisif) 3. Kista Paradental
4. KistaErupsi 2. KistaNasolabial
5. KistaPeriodontalLateral (Nasoalveolar) (Inflammatory

6. KistaGingivapadaDewasa Collateral,

7. KistaOdontogenikGlandul Mandibular Infected

ar; Kista Sialo- Buccal)

Odontogenik

KistaOdontogenik (90%) KistaNonodotogenik (10%)


KistaRadikular60-75%

Kista Dentigerous10-15%
KistaNasopalatinus 5-10%
Keratosis Odontogenik 5-10% KistaNonodontogeniklainnya
1% dan Primary Bone Cyst
Kista Paradental3-5%

Kista Gingiva dan Periodontal Lateral < 1 %

54. Polip gingiva (PSA/ Exo) Polippulpa (PSA)


- Permukaan: halusseperti gingiva - Permukaan: kasar berbenjol2
- Warna: merah/ pink/ warna gingiva - Warna: merahtua
- Asal: jaringan ikat free gingiva - Asal: pulpa
- Kepekaan: tdkmudahberdarah - Kepekaan: mudahberdarah
- Vitalitasgigi: +/ - - Vitalitasgigi: +
55. PHBSdalamrumahtangga
- persalinandtlngnakes - jambansehat
- ASI exclusive - pemberantasanjentikdirumah
- menimbangbayi&balita - makanbuah&sayur
- menggunakan air bersih - aktifitasfisiksetiaphari
- CTPS - tidakmerokokdidalamrumah

56. Pemberian flour termasuktahappencegahan


57. Pemberian flour pd daerahdgndmft 5 termasuk?Health promotion, specific protection,
early diagnosis

Five Level of Prevention (Clark & Leavell)


Health Promotion:
DHE dan diet control Pencegahan Primer
Specific protection:
(mencegahtimbulnyapenyakit)
Fluoride, vaksinasi
Early prognosis & prompt treatment
Period check up& simple treatment PencegahanSekunder
Disability limitation
(mencegahberlanjut/ bertambah
RCT & cavity filling
parahnyapenyakit)
Rehabilitation PencegahanTersier
Crown & denture (mengembalikanfungsiakibatkecacatan
yang dihasilkansuatupenyakit)

Materi skb no 59-71


59 . Epulis gravidarum. Ini adalah lesi jinak pada gusi, seperti polip. Tumbuh benjolan di
bagian depan gusi, dengan diameter hingga 2 cm, karena meningkatnya respon peradangan
terhadap mikroba patogen mulut. Biasanya mereda setelah kehamilan,
60. Le fort
Klasifikasi
Alur fraktur yang diprediksi mengikuti tipe
tertentu trauma. Tiga tipe yang dominan dapat
dijelaskan yaitu fraktur Le Fort I (horizontal) yang dihasilkan dari trauma langsung pada bagian
bawah rima alveolar maksilaris pada arah bawah. Fraktur mulai dari septum nasi ke rima
pirifomis lateral, berjalan secara horizontal ke atas apeks gigi, menyeberang di bawah
zigomaticomaksilaris junction,
dan melewati pterigomaksilaris junction untuk sampai ke pterigoid plate.
Fraktur Le Fort II (piramidal) hasil dari trauma
pada mid maksila.6 Seperti fraktur yang mempunyai bentuk piramidal dan melewati nasal
bridge atau di bawah sutura nasofrontal melalui prosesus frontal dari maksila, di bagian
inferolateral melewati os lakrimal dan lantai serta rima orbita inferior atau dekat dengan
foramen orbita inferior dan ke inferior melalui dinding anterior sinus maksila. Ini kemudian
berjalan di bawah zigoma, ke fisura pterigomaksilaris dan melalui pterigoid plate.
Le Fort III (transversa), juga dinamakan
craniofasial disjunction, dapat mengikuti trauma pada nasal bridge atau maksila bagian atas.3
Ini hasil dari trauma langsung dari anterior ke sepertiga tengah wajah atau dari inferior trauma
ke simfisis mandibular menjalar ke midface melalui segmen dentoalveolar
mandibular.6 Fraktur ini mulai dari sutura nasofrontal dan frontomaksilaris dan meluas bagian
posterior sepanjang dinding medial orbita melalui alur nasolakrimal dan os etmoid. Kemudian,
fraktur berlanjut sepanjang fisura orbita inferior dan ke superolateral melalui dinding orbita
lateral, melewati zigomaticofrontal junction dan arkus zigoma. Intra nasal, cabang dari fraktur
meluas melalui dasar dari perpendicular plate dari etmoid, melalui vomer dan melalui
penghubung dari pterigoid plate ke dasar dari sfenoid.4,7
Fraktur midfasial atau panfasial dapat disertai dengan fraktur palataum. Fraktur palatum
pertama kali dijelaskan oleh Rene Le Fort dalam makalahnya pada tahun 1901 pada fraktur
maksila. Fraktur palatum ini
jarang terjadi terlokalisir. Semua pasien dengan fraktur palatum memiliki gejala terkait fraktur
Le Fort I pada penelitian tahun 1998 yang dilakukan oleh Hendrickson dkk.
Selanjutnya,insidensi fraktur palatum pada pasien dengan fraktur Le Fort telah dilaporkan
antara 8% dan 13,2%.8 Fraktur palatum
diklasifikasikan berdasarkan lokasi fraktur.9–11 Chen Dkk mengklasifikasikan fraktur palatum
menjadi
Lsagital, transversal dan kominuted.11 Salah satu hal yang fundamental dalam pentalaksanaan
fraktur wajah yang sangat berat adalah perbaikan intraoperatif reduksi anatomi untuk
memperoleh oklusi normal
Radiografi yg biasa digunakan untuk mendiagnosis fraktur le fort adalah CT scan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur maksilofasial harus
mengikuti panduan meliputi penatalaksanaan definitif awal, membuka secara luas segmen
fraktur dan reposisi anatomi dengan fiksasi segmen fraktur pada
semua potongan. Penatalaksanaan awal dari fraktur Sepertiga tengah wajah meliputi prinsip
umum dari penatalaksanaan trauma yaitu memastikan jalan nafas baik dan menjaganya,
mengawasi perdarahan dan menelusuri dan menatalaksana trauma yang berhubungan (tulang
belakang leher, trauma neurologi).
Fraktur Le Fort I dapat secara adekuat
diekspos melalui insisi sulkus ginggivobukal, fraktur Le Fort II memerlukan insisi pada kelopak
mata bawah.
Fraktur Le Fort III pendekatan memerlukan insisi koronal untuk mengekspos secara penuh
nasofrontal, orbital medial dan regio zigoma.
Untuk fraktur Le Fort I, miniplate ditempatkan pada masing-masing butrressnasomaxilaris dan
zigomatikomaksilaris.
Untuk Le Fort II, tambahan miniplate pada nasofrontal dan infraorbital.
Untuk Le Fort III, stabilisasi pada artikulasio zigomatikomaksilaris.
Fraktur dari anterior meluas ke fraktur palatum dapat dicapai melalui insisi ginggivobukal yang
digunakan untuk mengekspos dan memperbaiki buttress vertikal. Tulang diatas gigi anterior
lebih adekuat untuk penempatan miniplatedengan multiple screw. Harus berhati-hati untuk
mencegah trauma pada akar gigi. Perluasan posterior fraktur palatum biasanya dapat direduksi
dengan cara tertutup jika mukoperiosteum palatum intak.
Teknik operasi fraktur palatum tipe sagital,
dengan menggunakan archbar dan wire untuk
menstabilkan alveolar ridge dan buttress maksila.
Untuk fraktur palatum tipe transversal, setelah
stabilisasi alveolar ridge dan buttress maksila dengan fiksasi intermaksila, dilakukan
pemasangan miniplatedan screw pada alveolar ridge posterior.
Untuk tipe kominuted, dilakukan dengan fiksasi intermaksila, dental splinting dan flap palatum
untuk menutup defek palatum jika diperlukan
61. ART adalah prosesur klinik tanpa menggunakan bur gigi , water spray atau anastesi.
Tindakan berupa ekskavasi jaringan karies gigi secara manual dan restorasi kavitas gigi
dengan semen yang melepas fluor (shen, 2003)
Indikasi : kavitas mencapai kedalaman email dan dentin tanpa melibatkan jaringan pulpa,
kavitas tersebut memungkinkan untuk dirawat dengan hand instrument
Kontraindikasi : pulp gigi terbuka, ada rasa sakit yg lama, terdapat kavitas yg tersembunyi dan
tidak bisa menggunakan hand instrumen, kavitas yg sudah ada abses/fistula, kavitas di
proksimal atau pit bukal.

62. Kegiatan ukgs inovatif


63. Odontektomi
Pada gigi posterior, yang sering meng- alami impaksi ialah gigi-gigi molar ketiga (48 dan 38)
mandibula; molar ketiga (18 dan 28) maksila; premolar (44, 45, 34 dan 35) mandibula; dan
premolar (14,15,24 dan 25) maksila.
64. Dasar hukum pelaksanaan drg di pkm
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 93 dan 94, dinyatakan bahwa
pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan
kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan
gigi yang dilakukan Secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan
melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi masyarakat, usaha
kesehatan gigi sekolah, serta pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan
tenaga, fasilitas
pelayanan, alat dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu,
dan terjangkau oleh masyarakat.
65. Dentinogenesis imperfecta adalah suatu kelainan struktur gigi yang mempengaruhi
struktur kolagen dentin pada tahap histodiferensiasi perkembangan gigi. Kelainan ini dapat
terjadi mengenai gigi sulung maupun gigi tetap. Dentinogenesis imperfecta dapat ditemui
pada kasus osteogenesis imperfekta.

66. Bitewing rontgen


 TEKNIK RADIOGRAFI BITEWING 
Radiografi dengan teknik bitewing berasal dari teknik asalnya yaitu pasienmenggigit (bite) sebu
ah sayap (wing ) kecil yang diletakkan pada film intraoral(Gbr 9.1).
Film holdersyang modern, sedikit mengeliminir penggunaan wing (sekarang digantikan oleh tab
), tetapi penggunaan dan indikasi klinisnya masih
tetap sama. Film pribadi didisain untuk memperlihatkan mahkota premolar dan
molar di salah satu sisi rahang.
INDIKASI
•Mendeteksi adanya karies
•Memonitor penjalaran karies
•Menilai restorasi
•Melihat keadaan periodontal
2 PERSYARATAN TEKNIK
•Tab atau bite-platform
harus diletakkan pada pertengahan film dan
terletak paralel terhadap tepi insisal gigi rahang atas dan rahang bawah.
•Film harus diletakkan horizontal panjang gigi untuk vertical bitewing atau
vertikal panjang gigi untuk Vertical bitewing 
•Gigi posterior dan film harus berkontak
•Gigi posterior dan film harus sejajar - bentuk lengkung gigi mungkin sajamembutuhkan dua po
sisi film yang terpisah untuk mendapatkanpersyaratan yang baik pada gigi premolar dan molar
•Pada arah horizontal, Tube X-ray 
diarahkan sehingga sinar menembus
gigi dan film berada pada sudut yang benar, dan langsung melewatiseluruh area kontras
•Pada arah vertikal,tube X-ray 
diarahkan ke arah bawah (kira-kira 5º - 8ºke arah horizontal) untuk mengkompensasi kecender
ungan naiknya kurva monson
•Posisi harus sesuai
TEKNIK POSISI
 Ada 2 teknik, yaitu :
•Menggunakan tab yang dilekatkan pada film dantube X-ray 
diletakkansejajar mata.
•Menggunakan film pocket holder 
dengan arah sinar untuk memfasilitasiposisi dan kesejajaran tube X-ray
67.alat kontrasepsi dalam rahim (iud)
Kb hormonal : pil kb, suntik, implan, patch dan cincin vagina, iud
Non hormonal : iud non hormonal, kondom, kalender
Gatau apa yg mau dibahas 😆
68. Thumb sucking.. kebiasaan menghisap ibu jari bisa memgakibatkan kelainan tumbuh
kembang gigi dan rahang .. seperti overjet yg lebih dr 4mm, proklinasi gigi anterior maksila dan
retroklinasi gigi anterior mandibula. Bentuk rahang V, . Penatalaksanannya bisa digunakan
orthotrainer yang dilanjutkan slicing pada gigi caninus maksila kanan kiri. Kebiasaan thumb
sucking akan lebih parah jika tidak berhenti pada usia 3-4th.. apabila kebiasaan tsb berlanjut
smpai anak usia 6th maka kemungkinan kerusakan yg lebih parah bisa terjadi.
Gambaran klinis maloklusi yang terjadi
pada anak dengan kebiasaan mengisap ibu jari
gigi anterior rahang atas terlihat protrusif,
retrusi gigi insisif bawah atau sedikit berdesakan, prognatik segmen premaksila,
retrognatik mandibula, overjet besar, palatum
tinggi, lengkung rahang atas yang menyempit
(berbentuk V), serta bilateral crossbite
posterior. Terdapat pula kalus pada punggung
ibu jari atau jari lain yang diisap
69. Fungsi pemberian fluor pada ibu hamil trimester 1

70. Pelayanan bpjs yg didapat di pkm


1. Biaya pendaftaran
2. Pembuatan surat rujukan
3. Penyuluhan
4. Imunisasi dasar
5. Kb dasar , tidak termasuk iud
6. Skrining kesehatan
Pelayanan Gigi
a. administrasi pelayanan, meliputi biaya
administrasi pendaftaran peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat
rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan
Untuk penyakit yang tidak dapat ditangani
di fasilitas kesehatan tingkat pertama
b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
medis
c. premedikasi
d. kegawatdaruratan oro-dental
e. pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi)
f. pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
g. obat pasca ekstraksi
h. tumpatan komposit/GIC
i. skeling gigi (1x dalam setahun)
71. Pelayanan bpjs yg didapat d puskesmas ????

72.pasal yg mengatur sop kerja dokter


 UU NO. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran

73.Ukgs inovatis 3 pilarnya


 Pencegahan primer (simulator resiko karies donut irene)
 Pencegahan sekunder ( terapi remineralisasi dengan CPP-ACP)
 Pencegahan tersier (surface for protection)

74.CPITN
Community periodontal index for treatmen t needs
Indeks resmi yg digunakan WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan
akan kebutuhan perawatannya dengan menggunakan sonde khusus WHO yaitu WHO
Periodontal examining probe’. Probe ujung bulat diameter 0,5 mm dengan kode warna 3,5- 5,5
mm

Skore imdeks
0 : sehat
1 : pendarahan  tx edukasi
2; karang gigi  tx eduksi + skeling
3: poket dangkal  tx edukasi + skeling
4 : poket dalam  tx edukasi+ perawatan komplek

75.Penyuluhan adalah promotif level berapa


??????

76.yg dilakukan dental profesional dalam tahap preventif


Kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan contohny :
- Pengolesan fluor pada gigi (TAF)
- Menyikat gigi dengan baik
- Tumpatan pit & fisur sealant
- scaling
77.perwatan periodontal abses
periodontal abses akut : drainage/ insisi abses, scaling dan root planing, periodontal surgery,
pemberian antibiotik, pencabutan gigi penyebab

78.anastesi cabut gigi 16 ???????????????


Gigi bawah
Injeksi supra
Injeksi sub periosteal

79.gic tipe berapa untuk ante  tipe II. 1


- tipe 1: luting
- tipe 2 : restoratif , ada 2 :
II.1 :RESTORATIF ESTETIK
II.2: RESTORATIF MATRIAL
Tipe 3: lining/ base

80.Kenedy
Kls 1: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yg masih ada dan bilateral
Kls 2: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yg masih ada dan unilateral
Kls 3: daerah tak bergigi terletak di antara gigi yang masiha ada bagian posterior maupun
anteriornya dan unilateral
Kls 4 : daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi yg masih ada dan melewati
garis tengah rahang

81.teknik sikat gigi lansia  Metode bass ( sama kayak soal nomer 24)
Dddddddddddd
wwwwwwwwwwwwwwwwww

Anda mungkin juga menyukai