Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERSOALAN TERKAIT DASAR REGULASI


UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 PASAL 14

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Asuransi Kesehatan


Dosen pengampu : Elise Garmelia, SKM, S.Sos, M.Si

Disusun Oleh :

1. Ihda Rizqiyatul Afifah (P1337437116008)


2. Ratna Mauludiah (P1337437116018)
3. Sanada Alfiana (P1337437116026)
4. Wahyuni (P1337437116034)
5. Yudiansari (P1337437116085)

Kelompok 8

PRODI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


JURUSAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
A. Pendahuluan
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 tercantum jelas cita-cita bangsa Indonesia yakni
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi serta keadilan sosial. Untuk mencapai cita-cita tersebut,
pemerintah Indonesia telah banyak mengadakan pembangunan infrastruktur
umum dan juga menyelenggarakan program yang semua itu bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu kesejahteraan
masyarakat yang paling fundamental adalah kesehatan. Namun, ini bukan
berarti kesejahteraan seperti kehidupan yang layak dinomor sekiankan.
Hal ini berkaitan dengan pentingnya kesehatan untuk manusia,
karena dengan kesehatan, masyarakat dapat berupaya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya hingga tercapai kehidupan yang layak, meskipun
dengan kontribusi pemerintah juga di dalamnya. Dengan demikian, penting
untuk pemerintah menyelenggarakan sistem jaminan sosial untuk
meningkatkan kesejahteraan, baik kesehatan atau kesejahteraan secara
umum.
Pentingnya jaminan sosial ini tertulis di dalam Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 28H ayat 3 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas
jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh
sebagai manusia yang bermartabat.” Selain itu juga diperkuat dengan pasal
34 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi “Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.”
Sistem jaminan sosial nasional merupakan program negara yang
bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial
bagi seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar
1945 seperti yang tertulis di atas. Selain itu, dalam Ketetapan MPR Nomor
X/MPR/2001, Presiden ditugaskan untuk membentuk sistem jaminan sosial
nasional dalam rangka memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat
yang lebih menyeluruh dan terpadu. Dengan ditetapkannya Undang-Undang
No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, bangsa
Indonesia telah memiliki sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pada tahun 2014 sendiri, pemerintah menempatkan pelaksanaan
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan sebagai prioritas
utama. Tujuan yang ingin dicapai dengan implementasi SJSN tersebut
adalah meningkatkan jumlah penduduk yang mendapat subsidi bantuan
iuran jaminan kesehatan. Adanya pengeluaran yang tidak terduga apabila
seseorang terkena penyakit, apalagi tergolong penyakit berat yang menuntut
upaya penyembuhan yang rutin seperti hemodialisa atau operasi berat. Hal
ini tentu menimbulkan kesulitan ekonomi bagi diri sendiri maupun keluarga.
Dapat disimpulkan, bahwa tidak ada orang yang tahu kapan ia akan sakit
dan harus mengeluarkan biaya banyak untuk penyembuhannya. Begitu pula
dengan resiko kecelakaan kerja. Suatu peristiwa yang tidak diharapkan
namun bisa terjadi kapan saja, dimana kecelakaan tersebut dapat
menimbulkan gangguan pada kesehatan, mengakibatkan kecacatan, ataupun
kematian.
Sistem Jaminan Sosial Nasional yang sedang santer dibicarakan
masyarakat Indonesia hingga akhir tahun ini ialah sistem jaminan sosial
yang diselenggarakan oleh sebuah badan yang bernama Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mulai 1 Januari 2014 lalu.
Pembentukan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini
merupakan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, setelah Putusan Mahkamah Konstitusi
terhadap perkara Nomor 007/PUU-III/2005, guna memberi kepastian
hukum bagi pembentukan BPJS untuk melaksanakan program Jaminan
Sosial di seluruh Indonesia. Undang-Undang ini merupakan pelaksanaan
dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional yang mengamanatkan pembentukan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dan transformasi kelembagaan PT Askes
(Persero), PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN(Persero), dan PT ASABRI
(Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Transformasi
tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas,
pegawai, serta hak dan kewajiban. Dengan Undang-Undang ini dibentuk 2
(dua) BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan,
dimana badan ini merupakan transformasi dari PT ASKES. Sementara BPJS
Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian, yang mana badan
ini memiliki induk PT JAMSOSTEK yang sudah ditransformasikan
ditambah dengan PT TASPEN dan PT ASABRI. Dengan terbentuknya
kedua BPJS tersebut jangkauan kepesertaan program jaminan sosial akan
diperluas secara bertahap. Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk
Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang
handal, unggul dan terpercaya. Kesejahteraan tersebut harus dapat dinikmati
secara adil, berkelanjutan, dan merata menjangkau seluruh rakyat.Meski
sudah berjalan selama satu tahun dengan peraturan yang sudah dibuat
sedemikian rupa, namun ternyata Undang-Undang BPJS yakni Undang-
Undang Nomor 24 tahun 2011 masih menimbulkan masalah dan
kontroversi. Masih ada beberapa pasal yang saling bertentangan, rancu, atau
kurang mendetail. Mengenai masalah tersebut akan dibahas lebih lanjut
pada bagian selanjutnya.

B. Tujuan Umum dan Khusus


1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui persoalan terkait dasar regulasi Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2011 pasal 14
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penyebab masyarakat untuk tidak ikut serta
menjadi anggota BPJS
b. Untuk mengetahui resiko kepada masyarakat yang tidak ikut serta
menjadi anggota BPJS
c. Untuk mengetahui solusi masalah tentang masyarakat yang tidak
ikut serta menjadi anggota BPJS

C. Pelaksanaan
1. Permasalahan
Dengan membaca Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pasal demi pasal secara
berulang-ulang, maka dapat diambil permasalahan yang terdapat dalam
UU ini. Berikut beberapa permasalahan yang saya jumpai yang
selanjutnya, alasan mengapa menjadi masalah akan diuraikan lebih
lanjut pada bagian selanjutnya.
Permasalahan yang terdapat dalam UU ini ialah pada pasal 14
yang berbunyi “Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi Peserta
program Jaminan Sosial.”

2. Pembahasan
Masalah ini terdapat pada pasal 14 yang berbunyi “Setiap orang,
termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, wajib menjadi Peserta program Jaminan Sosial.”
Kewajiban setiap orang wajib menjadi peserta BPJS menjadi
masalah karena tidak semua orang ingin mengikuti program asuransi
kesehatan atau jaminan sosial seperti yang diselenggarakan pemerintah.
Banyak orang tingkat menengah yang tidak tergolong fakir miskin dan
sisa penghasilannya sebenarnya masih cukup untuk membayar iuran,
yang sebelumnya tidak mengikuti program jaminan sosial atau asuransi.
Sehingga ada kalangan masyarakat yang masih kurang setuju jika setiap
orang diwajibkan karena mereka merasa kurang perlu. Walaupun
mereka sudah mengerti bahwa sakit bisa datang kapan saja. Selain
karena beranggapan kurang membutuhkan jaminan tersebut, ada
diantara kalangan tersebut yang merasa teknis baik cara pendaftaran
atau cara pembayaran yang sulit bagi mereka, sehingga membuat
mereka masih enggan untuk mendaftarkan diri sebagai anggota. Sulit di
sini bisa jadi karena akses menuju Bank atau pun kantor BPJS sulit,
baik karena medan jalan atau karena kendaraan. Berbeda dengan PNS
atau pejabat pemerintahan yang pembayarannya dipotong dari gaji
pokok mereka. Walaupun PNS atau pejabat pemerintahan tersebut
sebenarnya merasa jaminan sosial kurang perlu, namun untuk masalah
pembayaran iuran setiap bulan secara otomatis dipotong dari gaji,
sehingga mereka tidak merasa terbebani atau repot dengan adanya
jaminan sosial, BPJS ini.
Selain masyarakat menengah, masyarakat umum kalangan atas
mungkin juga ada yang merasa sedikit terbebani dengan adanya
kewajiban menjadi peserta jaminan sosial ini. Karena bisa jadi mereka
sudah mengikuti asuransi kesehatan yang jauh lebih mahal dan mereka
sudah membayar dokter keluarga atau jika sakit langsung ke rumah
sakit swasta yang notabene mahal, namun sesuai dengan fasilitas dan
pelayanan yang diberikan. Dan jaminan sosial ini bisa jadi mengurangi
animo masyarakat untuk mengikuti asuransi kesehatan yang swasta.
Meskipun beberapa asuransi kesehatan swasta yang tidak terlalu besar
sudah bergabung dengan BPJS dan pegawainya menjadi pegawai BPJS
baik kesehatan atau pun ketenagakerjaan.
Namun karena dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan
mengenai adanya sanksi administratif jika tidak mendaftarkan diri
sebagai peserta BPJS, maka mau tidak mau semua rakyat Indonesia
harus mendaftarkan dirinya jika tidak mau mendapatkan sanksi
tersebut, kecuali jika mereka yakin tidak akan pernah sakit dan tidak
akan membutuhkan urusan terhadap pemerintah seperti surat menyurat.
Karena sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 16 dan pasal 17
berkaitan dengan pasal 14 ini, yakni bagi siapapun yang tidak
mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS hingga waktu yang telah
ditentukan, maka ia akan dikenaik sanksi administrasi berupa teguran
tertulis atau denda dari BPJS, atau tidak akan mendapat pelayanan
publik tertentu dari pemerintah dengan permintaan BPJS.
Dengan demikian, hendaknya pemerintah terkhusus bagian
kebijakan publik dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial untuk
mengkaji lagi mengenai ketentuan yang mewajibkan seluruh rakyat
Indonesia menjadi peserta jaminan sosial ini. Kajian di sini bukan untuk
mengurangi keanggotaan dari BPJS, namun cara sosialisasi kepada
masyarakat dibuat lebih menarik dan meyakinkan. Dalam sosialisasi
tersebut pemerintah khususnya BPJS harus mampu meyakinkan
masyarakat bahwa semua rakyat Indonesia memang harus ikut jaminan
sosial ini, dengan memberikan pelayanan terbaik untuk dalam
pelayanan dan pengolahan data juga dana dalam BPJS sendiri.
Kemudian BPJS dapat melakukan pantauan untuk seluruh fasilitas
kesehatan (faskes) yang bekerjasama dengan BPJS, supaya memberikan
pelayanan yang terbaik dan semua faskes memiliki infrastruktur yang
menunjang fungsi faskes. Sehingga dengan demikian, masyarakat tidak
akan merasa percuma atau pun terbebani dengan menjadi bagian dari
BPJS sebagai peserta.

D. Kesimpulan
Diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional berupa Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terbagi menjadi BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia,
yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 dan diperkuat dengan pasal-pasal yang terdapat di
dalamnya. Namun berlakunya BPJS selama satu tahun ini masih mendapat
respon yang kurang baik dari masyarakat, terkhusus kalangan menengah
yang penghasilannya tidak bersisa cukup banyak meskipun masih mampu
membayar iuran tersebut. Banyak dari mereka yang masih merasa jaminan
sosial itu tidak mereka butuhkan. Namun dengan adanya sanksi yang akan
diberikan oleh pihak BPJS maka mungkin banyak orang yang terpaksa
mendaftarkan dirinya daripada mendapat sanksi. Namun sanksi ini juga
masih menjadi kontroversi bagi mereka para pemberi kerja. Karena sanksi
bagi para pemberi kerja yang tidak mendaftarkan para pekerjanya sebagai
peserta jaminan sosial tidak lebih berat dibanding dengan pemberi kerja
yang menunggak pembayaran iuran.
Maka dengan adanya masalah tersebut, maka pihak BPJS perlu
melakukan kajian ulang terhadap apa yang sudah tertera di dalam undang-
undang, mengingat undang-undang tersebut sebagai dasar dari peraturan-
peraturan yang lain.

E. Saran
1. Saran untuk BPJS selaku Penyelenggara Program Jaminan Sosial
a. Mengkaji ulang Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
b. Melakukan sosialisasi yang lebih gamblang kepada masyarakat.
BPJS harus mampu mensosialisasikan bahwa tindakan preventif
dalam segi apapun lebih baik daripada tindakan represif atau
kuratif.
c. Meyakinkan masyarakat bahwa jaminan sosial tersebut disertai
dengan pelayanan yang baik dengan infrastruktur yang baik dari
fasilitas kesehatan yang ada, baik tingkat pertama atau selanjutnya.

2. Saran untuk Masyarakat Indonesia Secara Umum


a. Menyadari betapa pentingnya menyiapkan diri sebelum terjadi
kejadian yang tidak diinginkan, seperti sakit dan kecelakaan kerja.
b. Mengikuti program yang diselenggarakan pemerintah, karena
pemerintah tidak akan menyelenggarakan program yang sudah
direncakanan beberapa tahun sebelumnya jika program tersebut
tidak memiliki tujuan untuk menyejahterakan rakyatnya.
c. Mensukseskan kebijakan pemerintah, dengan menaati aturan dan
tidak terlalu banyak protes atau menjelek-jelekkan. Jika memang
dirasa ada yang kurang, maka berilah saran atau masukan bukan
kritik yang bertujuan untuk menjelekkan pemerintah.

F. Daftar Pustaka
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (diunduh dari htpp://www.jkn.kemenkes.go.id/ pada
tanggal 18 Januari 2019)

PP No 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan


(diunduhh dari htpp://www.jkn.kemenkes.go.id/ pada tanggal 18
Januari 2019)

Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (diunduh dari


htpp://www.jkn.kemenkes.go.id/ pada tanggal 18 Januari 2019)

Peraturan BPJS No 1 Tahun 2014 (diunduh dari


htpp://www.jkn.kemenkes.go.id/ pada tanggal 18 Januari 2019)

Anonim F-PKS Medan Dukung UU No. 24 Tahun 2011 Direvisi dalam


http://www.fokusmedan.com/ tanggal 18 Januari 2019

Pratama, Oktavinta. (2014). Kebijakan Negara Undang-undang Nomor 24


Tahun 2011. Semarang

Anda mungkin juga menyukai