Disusun Oleh :
Kelompok 8
C. Pelaksanaan
1. Permasalahan
Dengan membaca Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pasal demi pasal secara
berulang-ulang, maka dapat diambil permasalahan yang terdapat dalam
UU ini. Berikut beberapa permasalahan yang saya jumpai yang
selanjutnya, alasan mengapa menjadi masalah akan diuraikan lebih
lanjut pada bagian selanjutnya.
Permasalahan yang terdapat dalam UU ini ialah pada pasal 14
yang berbunyi “Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, wajib menjadi Peserta
program Jaminan Sosial.”
2. Pembahasan
Masalah ini terdapat pada pasal 14 yang berbunyi “Setiap orang,
termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, wajib menjadi Peserta program Jaminan Sosial.”
Kewajiban setiap orang wajib menjadi peserta BPJS menjadi
masalah karena tidak semua orang ingin mengikuti program asuransi
kesehatan atau jaminan sosial seperti yang diselenggarakan pemerintah.
Banyak orang tingkat menengah yang tidak tergolong fakir miskin dan
sisa penghasilannya sebenarnya masih cukup untuk membayar iuran,
yang sebelumnya tidak mengikuti program jaminan sosial atau asuransi.
Sehingga ada kalangan masyarakat yang masih kurang setuju jika setiap
orang diwajibkan karena mereka merasa kurang perlu. Walaupun
mereka sudah mengerti bahwa sakit bisa datang kapan saja. Selain
karena beranggapan kurang membutuhkan jaminan tersebut, ada
diantara kalangan tersebut yang merasa teknis baik cara pendaftaran
atau cara pembayaran yang sulit bagi mereka, sehingga membuat
mereka masih enggan untuk mendaftarkan diri sebagai anggota. Sulit di
sini bisa jadi karena akses menuju Bank atau pun kantor BPJS sulit,
baik karena medan jalan atau karena kendaraan. Berbeda dengan PNS
atau pejabat pemerintahan yang pembayarannya dipotong dari gaji
pokok mereka. Walaupun PNS atau pejabat pemerintahan tersebut
sebenarnya merasa jaminan sosial kurang perlu, namun untuk masalah
pembayaran iuran setiap bulan secara otomatis dipotong dari gaji,
sehingga mereka tidak merasa terbebani atau repot dengan adanya
jaminan sosial, BPJS ini.
Selain masyarakat menengah, masyarakat umum kalangan atas
mungkin juga ada yang merasa sedikit terbebani dengan adanya
kewajiban menjadi peserta jaminan sosial ini. Karena bisa jadi mereka
sudah mengikuti asuransi kesehatan yang jauh lebih mahal dan mereka
sudah membayar dokter keluarga atau jika sakit langsung ke rumah
sakit swasta yang notabene mahal, namun sesuai dengan fasilitas dan
pelayanan yang diberikan. Dan jaminan sosial ini bisa jadi mengurangi
animo masyarakat untuk mengikuti asuransi kesehatan yang swasta.
Meskipun beberapa asuransi kesehatan swasta yang tidak terlalu besar
sudah bergabung dengan BPJS dan pegawainya menjadi pegawai BPJS
baik kesehatan atau pun ketenagakerjaan.
Namun karena dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan
mengenai adanya sanksi administratif jika tidak mendaftarkan diri
sebagai peserta BPJS, maka mau tidak mau semua rakyat Indonesia
harus mendaftarkan dirinya jika tidak mau mendapatkan sanksi
tersebut, kecuali jika mereka yakin tidak akan pernah sakit dan tidak
akan membutuhkan urusan terhadap pemerintah seperti surat menyurat.
Karena sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 16 dan pasal 17
berkaitan dengan pasal 14 ini, yakni bagi siapapun yang tidak
mendaftarkan dirinya sebagai peserta BPJS hingga waktu yang telah
ditentukan, maka ia akan dikenaik sanksi administrasi berupa teguran
tertulis atau denda dari BPJS, atau tidak akan mendapat pelayanan
publik tertentu dari pemerintah dengan permintaan BPJS.
Dengan demikian, hendaknya pemerintah terkhusus bagian
kebijakan publik dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial untuk
mengkaji lagi mengenai ketentuan yang mewajibkan seluruh rakyat
Indonesia menjadi peserta jaminan sosial ini. Kajian di sini bukan untuk
mengurangi keanggotaan dari BPJS, namun cara sosialisasi kepada
masyarakat dibuat lebih menarik dan meyakinkan. Dalam sosialisasi
tersebut pemerintah khususnya BPJS harus mampu meyakinkan
masyarakat bahwa semua rakyat Indonesia memang harus ikut jaminan
sosial ini, dengan memberikan pelayanan terbaik untuk dalam
pelayanan dan pengolahan data juga dana dalam BPJS sendiri.
Kemudian BPJS dapat melakukan pantauan untuk seluruh fasilitas
kesehatan (faskes) yang bekerjasama dengan BPJS, supaya memberikan
pelayanan yang terbaik dan semua faskes memiliki infrastruktur yang
menunjang fungsi faskes. Sehingga dengan demikian, masyarakat tidak
akan merasa percuma atau pun terbebani dengan menjadi bagian dari
BPJS sebagai peserta.
D. Kesimpulan
Diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional berupa Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terbagi menjadi BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia,
yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 dan diperkuat dengan pasal-pasal yang terdapat di
dalamnya. Namun berlakunya BPJS selama satu tahun ini masih mendapat
respon yang kurang baik dari masyarakat, terkhusus kalangan menengah
yang penghasilannya tidak bersisa cukup banyak meskipun masih mampu
membayar iuran tersebut. Banyak dari mereka yang masih merasa jaminan
sosial itu tidak mereka butuhkan. Namun dengan adanya sanksi yang akan
diberikan oleh pihak BPJS maka mungkin banyak orang yang terpaksa
mendaftarkan dirinya daripada mendapat sanksi. Namun sanksi ini juga
masih menjadi kontroversi bagi mereka para pemberi kerja. Karena sanksi
bagi para pemberi kerja yang tidak mendaftarkan para pekerjanya sebagai
peserta jaminan sosial tidak lebih berat dibanding dengan pemberi kerja
yang menunggak pembayaran iuran.
Maka dengan adanya masalah tersebut, maka pihak BPJS perlu
melakukan kajian ulang terhadap apa yang sudah tertera di dalam undang-
undang, mengingat undang-undang tersebut sebagai dasar dari peraturan-
peraturan yang lain.
E. Saran
1. Saran untuk BPJS selaku Penyelenggara Program Jaminan Sosial
a. Mengkaji ulang Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
b. Melakukan sosialisasi yang lebih gamblang kepada masyarakat.
BPJS harus mampu mensosialisasikan bahwa tindakan preventif
dalam segi apapun lebih baik daripada tindakan represif atau
kuratif.
c. Meyakinkan masyarakat bahwa jaminan sosial tersebut disertai
dengan pelayanan yang baik dengan infrastruktur yang baik dari
fasilitas kesehatan yang ada, baik tingkat pertama atau selanjutnya.
F. Daftar Pustaka
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (diunduh dari htpp://www.jkn.kemenkes.go.id/ pada
tanggal 18 Januari 2019)