Anda di halaman 1dari 29

Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan

Disusun Oleh :
Siti Alfiyatur Rohmaniyah P1337437116007
Ihda Rizqiyatul Afifah P1337437116008
Queen Dalatifah P1337437116015
Sanada Alfiana P1337437116024
Chaqunnisa’ P1337437116027
Yiatfa Salfira Ramdhani P1337437116031
Yudiansari P1337437116041

PRODI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


JURUSAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
IDENTIFIKASI PELUANG USAHA
Peluang usaha adalah suatu kejadian dimana sesorang atau sekelompok mendapatkan
suatu kesempatan untuk menjalankan suatu usaha atau bisnis. Sebuah peluang usaha itu,
esensinya adalah asas manfaat. Semua kondisi yang di tawarkan kepada kita, adalah
penawaran terhadap sebuah aktifitas bisnis yang pantas untuk kita geluti dan tentu saja bisa
memberikan keuntungan yang luar biasa kepada kita.

Identifikasi peluang usaha dapat di lakukan dengn menyimak bidang hasil usaha
pokok, yaitu kedudukan pasar, profitabilitas, sumber daya manusia (SDM), keuangan, sarana
kerja, tanggung jawab sosial, dan pengenbangan usaha. Disekitar kita terdapat banyak sekali
peluang. Bagi seseorang yang mempunyai kepekaan, kreatifitas, inovasi, serta
keberaniandalammengambilrisiko, setiap aspek kehidupan menimbulkan peluang.
A. Munculnya Peluang
Peluang muncul karena:
1. Masalah-masalah
Sebagian orang menganggap bahwa “masalah” adalah sesuatu yang
menyusahkan, merugikan, menyengsarakan, memusingkan dan lain sebagainya.
Sementara sebagian kecil orang yang berfikir lebih jernih dapat melihat bahwa di
setiap masalah pasti ada penyelesaian. Bahkan jika kita mau hidup lebih baik, maka
akan selalu berhadapan dengan lebih banyak lagi masalah. Masalah adalah kehidupan
maka semakin banyak masalah yang diselesaikan “hidup menjadi lebih hidup”.
Masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan justru memberikan atau
melahirkan banyak peluang usaha. Sebabsemua masalahmemerlukansolusi, alternatif
pemecahan dan jalan keluar yang dapat memberikan nilai ekonomis bagi yang mampu
menawarkannya sesuai kebutuhan yang ada.
2. Kebutuhan-kebutuhan
Dalam kehidupan setiap manusia wajib memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, baik
Kebutuhan dasar maupun pengembangannya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara
lain : Pangan, Sandang, Papan(Perumahan), Pendidikan, Kesehatan, dsb. Semua
kebutuhan diatas memunculkan permintaan dan penawaran, maka melahirkan
peluang-peluang untuk memenuhi permintaan. Dalam perkembangnya, kebutuhan
manusia akan barang dan jasa meningkat dengan sangat dasyat baik dalam jenis
komoditinya maupun jumlahnya. Karena itu terdapat berjuta-juta peluang untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
3. Keinginan-keinginan
Manusia mempunyai keinginan tidak terbatas, baik pada jenis maupun
jumlahnya. Karena itu peluang yang muncul dari keinginan-keinginan manusia juga
tak terbatas banyaknya. Jadi pada dasarnya peluang untuk membuka usaha sangat
terbuka lebar. Selama masih ada kebutuhan dan keinginan, selama itu pula masih
terdapat peluang.
4. Karena diciptakan
Peluang muncul, bukan saja karena timbulnya masalah, kebutuhan dan keinginan
baru, tetapi juga bisa muncul karena diciptakan. Seorang wirausahawan dicirikan
dengan banyaknya pemikiran-pemikiran baru dan mencoba untuk
mengimplementasikan hasil pemikirannya, sehingga bisa menciptakan nilai tambah
dari setiap produk dan jasa yang dihasilkan. Jadi dalam proses penciptaan kreasi dan
inovasi baru tersebut dapat menciptakan peluang-peluang usaha baru.
B. Cara Mengidentifkasi Peluang Usaha
Identifikasi peluang usaha dapat di lakukan dengan cara :
1. Belajar ilmu manajemen usaha.
2. Meminta jasa konsultan manajemen.
3. Meminta jasa keluarga dan kenalan yang pintar dalam usaha.
Dengan tersedianya informasi ekstren dan informasi intern, maka wirausahawan
dapat mengetahui :
1. Dimana ada peluang (opportunity)
2. Apa saja yang mengancam usaha (threat)
3. Ada kekuatan (strength) yang dpat mendukung usaha untuk mencapai sasaran
Langkah yang dapat kita ambil agar tidak salah identifikasi peluang usaha adalah :

1. Fokus pada produk utama.


Meneliti kembali sebuah produk ataupun servis yang akan kita jalankan adalah
menjadi wajib hukumnya. Kita dapat membayangkan bagaimana jika kita memilih
produk tersebut. Sebagai contoh, kita akan memanfaatkan peluang usaha pabrik tahu.
Kita harus meneliti kembali antara kebutuhan masyarakat dengan tingkat persaingan
yang ada di pasaran. Kita dapat membayangkan, bagaimana kalau kita sudah berhasil
membuat tahu dalam jumlah besar, apakah kita mampu memasarkannya dan
merubahnya menjadi pundi-pundi uang.
Jika antara kemampuan dan peluang yang ada sama-sama saling mendukung,
maka kita bisa mengambil peluang tersebut. Namun jika antara kemampuan dan
peluang yang ada tidak saling mendukung, mungkin kita perlu memperhitungkan
peluang-peluang yang lainnya.
2. Menanggapi Respon Masyarakat.
Mempelajari minat masyarakat adalah penting dalam mengidentifikasi
peluang usaha. Jika kita ingin melakukannya, kita dapat membuat sebuah survey.
Seperti halnya sebuah usaha bakso. Sebelum kita memulai usaha bakso, kita bisa saja
membuat bakso di rumah. Lalu kita berikan kepada para tetangga. Setelah itu, kita
tinggal menunggu respon dari semua tetangga. Jika kita mendapat respon positif, ini
artinya kita memang sudah siap untuk menjalankan usaha. Namun jika respon dari
masyarakat negatif, ini artinya masih ada yang salah pada diri kita dan kita harus
segera memperbaikinya atau beralih ke peluang usaha yang lainnya.
3. Mempertimbangkan setiap dukungan yang ada
Dalam hal mengidentifikasi peluang usaha bukan sekedar apa yang akan kita
jadikan usaha, kita harus mempelajari support atau dukungan terhadap usaha yang
kita lakukan pula. Bermulai dari lingkungan paling dekat yaitu keluarga. Kita harus
mempertimbangkan apakah keluarga ikut mendukung sebuah usaha yang akan kita
pilih nantinya.
Jika kita telah memilih sebuah jenis usaha, namun keluarga tidak mendukung
ini bisa menjadikan sebuah halangan yang besar nantinya. Hal positifnya adalah jika
kita sukses dari jenis usaha yang kita lakukan, tapi hal negatifnya adalah jika kita
gagal maka keluarga akan langsung menyalahkan kita. Karena dari awal keluarga
tidak mendukung jenis usaha yang kita pilih.
Seperti apapun usaha yang akan kita pilih nanti, kita harus memperhitungkan
dukungan dari berbagai pihak. Entah itu keluarga, lingkungan sekitar, bahkan support
dan dukungan dari berbagai vendor termasuk iklan dan distributor lainnya.
4. Membandingkan antara kemampuan dan jenis usaha
Sebut saja anda ingin memulai sebuah usaha toko komputer, paling tidak anda
harus mengetahui seluk beluk tentang komputer. Atau contoh lainnya, anda ingin
memanfaatkan peluang usaha gado-gado, paling tidak anda harus bisa membuat gado-
gado yang enak. Inilah langkah yang kami maksud. Jika kita ingin mengidentifikasi
peluang usaha, maka kita harus memperhitungkan antara kemampuan yang kita miliki
dengan jenis usaha yang akan kita pilih. Jika tidak cocok atau tidak singkron lebih
baik kita kesampingkan dahulu.
5. Pemasaran
Salah satu hal yang tidak boleh kita lewatkan dalam mengidentifikasi peluang
usaha adalah tingkat pemasaran. Bagaimana cara kita memperkenalkan usaha yang
kita jalankan nantinya. Bagaimana caranya agar banyak orang yang tau tentang usaha
yang kita tekuni. Maka strategi pemasaran harus kita lakukan.
Dalam mempertimbangkan jenis usaha yang akan kita jalankan kita bisa
mempelajari tingkat kesulitan dalam hal pemasaran tersebut. Sebut saja kita memilih
usaha berjualan bakso dipinggir jalan. Dimana sudah ada kompetitor yang lebih senior
di wilayah tersebut. Kita harus memikirkan bagaimana agar usaha bakso yang akan
kita jalankan bisa dikenal orang lain dan mampu bersaing dengan pedagang bakso
yang sudah ada.
Seberapa mahal uang yang kita butuhkan saat melakukan promosi menjadi
salah satu pertimbangan. Pemberian bakso gratis di hari pertama atau minggu pertama
adalah salah satu strategi pemasaran yang harus kita hitung biayanya. Jika kita tidak
memiliki strategi pemasaran maka kita harus memperhitungkan kembali apakah kita
akan memulai usaha atau tidak.
6. Mempersiapkan rencana jangka pendek dan jangka panjang.
Dalam memulai sebuah usaha kita harus memperhitungkan periode usaha
yang akan kita jalankan. Misal, kita hanya ingin menjalankan sebuah usaha sementara
atau permanen. Karena tidak semua orang menetapkan usaha mereka sebagai usaha
permanen.
Usaha-usaha musiman, atau usaha mendesak lainnya biasanya hanya
dilakukan sementara saja. Misal, seseorang sedang terlilit hutang, dan beliau sedang
menganggur, maka ia berjualan es dan jajanan ringan di depan rumah dengan tujuan
sekedar untuk makan sehari-hari. Beliau berniat jika sudah mendapat pekerjaan akan
berhenti berjualan.
Memiliki rencana jangka pendek atau jangka panjang akan mempengaruhi
dalam mengidentifikasi sebuah peluang usaha. Disaat kita sedang memilih sebuah
usaha, kita harus memperhitungkan apakah tahun depan usaha tersebut masih bisa
berjalan. Tidak hanya tahun depan, tapi dua tahun kedepan, tiga tahun, dan
seterusnya. Tentu saja hal ini kana mempengaruhi diri kita dalam mengambil
keputusan dalam menentukan jenis usaha yang akan kita pilih nantinya.
7. Jika kita gagal.
Mengidentifikasi peluang usaha bukan sekedar usaha apa yang akan kita
jalankan. Jauh dari hal tersebut, kita harus memperhitungkan segala kemungkinan
yang akan terjadi. Dalam point 7 ini, bukan berarti kita selalu memikirkan sebuah
kegagalan, melainkan sebuah langkah antisipasi jika hal yang buruk terjadi.
Seorang Wirausahawan Sejati tidak boleh takut gagal. Tapi seorang
Wirausahawan Sejati juga harus tau langkah apa yang akan dilakukan jika gagal. Kita
tidak boleh membabi buta dalam menjalankan sebuah usaha. Mengandalkan spekulasi
untung-untungan saja. Karena itulah perencanaan yang matang harus kita persiapkan
dengan sungguh-sungguh.
Boleh dibilang semua pengusaha sukses pasti pernah mengalami kegagalan.
Tapi mereka memiliki langkah jitu dalam menghadapi kegagalan tersebut. Karena
itulah, memikirkan langkah yang akan kita ambil saat gagal sangat berkaitan dalam
proses mengidentifikasi peluang usaha.
Semoga apapun usaha yang kita lakukan nanti bisa mendatangkan kesuksesan
bagi kita semua. Jangan takut gagal, tapi kita harus tau langkah apa yang akan kita
lakukan jika nanti kita gagal
C. Syarat Identifikasi Peluang Usaha
Persyaratan pokok dalam identifikasi peluang usaha atau mengenali peluang
keberhasilan usaha pada masa depan ialah berfikir polos, keterbukaan, optimisme,
kerja sama, dan mau mendengarkan orang lain, mengakui kesalahan, dan percaya
pada hari esok akan lebih baik dari hari kemarin. Identifikasi peluang usaha meliputi
hal-hal brikut :
1. Waktu peluncuran produk yang tepat
2. Desain produk yang sesuai dengan kebutuhan pembeli atau pelanggan.
3. Setrategi distribusi yang tepat.
4. Mampu mengidentifikasi usah yang sedang di jalankan.
5. Optimis dan citra positif dalam usaha.
6. Sumber daya manusia (SDM) yang cukup baik.
7. Sumber daya yang cukup.
8. Manajemen produk yang baik.
9. Pemasaran produk yang tepat.
10. Pengalaman mengelola usaha.
Untuk mencapai keberhasilan, langkah pertama dalam identifikasi peluang usaha
adalah Tumbuhkan citra positif pada diri sendiri, tetaplah optimis dalam menghadapi situasi
apapun dalam usaha. Peluang-peluang usha atau bisnis masih terbuka di depan kita, asal kita
mempunyai semangat yang tinggi.

Sumber :
aricha1.blogspot.com › wira usaha
www.academia.edu/17107474/IDENTIFIKASI_PELUANG_USAHA

www.wirasejati.com › peluang usaha


Biaya Modal

A. Pengertian biaya modal


Pengertian biaya modal dibagi menjadi 2, yaitu biaya dan modal
1. Pengertian Biaya
a. Menurut Horngren, Datar, Foster (2005:31) menjelaskan bahwa, biaya
adalah sebagai sumber daya yang dikorbankan (sacrificed) atau
dilepaskan (fogone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya
(seperti bahan langsung atau iklan) biasanya diukur dalam jumlah uang
yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa
b. Menurut wiliam (2009:23) menjelaskan bahwa, biaya adalah kos
barang atau jasa yang telah memberikan manfaat yang digunakan
untuk memperoleh pendapatan. Biaya akan ditukarkan dari pendapatan
untuk menentukan laba atau rugi pada suatu periode sehingga biaya
akan dicantumkan dalam laporan laba/rugi.
c. Supriyono (2011:16) mendefinisikan bahwa biaya adalah harga
perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka
memperoleh pendapatan (revenues) dan akan dipakai sebagai
pengurangan pendapatan
2. Pengertian Modal
a. Definisi modal menurut Brigham dan Houston (2006:62), modal ialah
jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham
biasa, atau mungkin pos-pos tersebut plus utang jangka pendek yang
dikenakan bunga
b. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007:9), Modal adalah
hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban
c. Menurut Riyanto (2007 : 17) menjelaskan bahwa modal ialah sebagai
hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam
perkembangannya kemudian ternyata pengertian modal mulai bersifat
non-physical oriented, dimana antara lain pengertian modal ditekankan
pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang
terkandung dalam barang-barang modal, meskipun dalam hal ini juga
sebenarnya belum ada persesuaian pendapat diantara para ahli ekonomi
sendiri.
Sedangkan pengertian biaya modal Menurut James C. Van Horne (2007:122)
“Biaya Modal adalah tingkat pengembalian yang diminta atas berbagai jenis
pendanaan dan biaya modal keseluruhan adalah rata-rata tertimbang tiap tingkat
pengembalian yang diminta (biaya)”. Sedangkan, menurut Handono Mardiyanto
(2009:234) “biaya modal adalah tingkat imbal hasil minimum yang harus diterima
oleh investor sehingga investor sehingga investor bersedia menandai suatu proyek
pada tingkat risiko tertentu”
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biaya Modal
Menurut Brigham dan Houston (2011:24) menyatakan bahwa : Biaya modal yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang beberapa berada di luar kendali perusahaan,
tetapi yang lainnya dipengaruhi oleh kebijakan pembiayaan dan investasi perusahaan
tersebut”.
1. Faktor yang tidak dapat dikendalikan perusahaan.
a. Tingkat Suku Bunga
Jika suku bunga dalam perkonomian meningkat, maka biaya
utang juga akan meningkat karena perusahaan harus membayar
pemegang obligasi dengan suku bunga yang lebih tinggi untuk
memperoleh modal utang. Selain itu penggunaan CAPM (Capital
Asset Pricing Model) juga mempengaruhi, dimana suku bunga yang
lebih tinggi juga akan meningkat biaya modal ekuitas saham biasa
prefern.
b. Tarif Pajak.
Tarif pajak yang berada jauh di luar kendali perusahaan
(walaupun perusahaan telah melakukan lobi untuk mendapatkan
perlakuan pajak yang lebih lunak), memeiliki pengaruh penting
terhadap biaya modal tarif pajak digunakan dalam perhitungan biaya
utang yang digunakan dalam WACC, dan terdapat cara-cara lainnya
yang kurang nyata dimana kebijakan pajak mempengaruhi biaya
modal.
2. Faktor yang Dapat Dikendalikan Peusahaan
a. Mengubah Struktur Modal
Perusahaan Telah diasumsi bahwa perusahaan memiliki target
struktur modal tertentu, dan menggunakan bobot yang didasarkan atas
target struktur untuk menghitung WACC. Perubahan struktur modal
akan dapat mempengaruhi biaya modal, jika perusahaan memutuskan
untuk menggunakan lebih banyak utang atau lebih sedikit ekuitas
saham biasa, maka perubahan bobot dalam perusahaan WACC
cendrung membuat WACC lebih rendah.
b. Mengubah Pembayaran Dividen
Mempengaruhi jumlah laba ditahan yang tersedia bagi
perusahaan, sehingga timbul kemungkinan untuk menjual saham bagu
dan menanggung jawab emisi. Bahwa semakin tinggi rasio
pembayaran dividen, makin kecil tambahan atas laba ditahan dan biaya
ekuitas 20 akan makin tinggi, demikian pula dengan WACC.
c. Mengubah Keputusan Penganggaran Modal
Ketika mengestimasi biaya modal perusahaan menggunakan
tingkat pengembalian yang diperlukan atas saham dan obligasi
perusahaan yang beredar sebagai titik awal. Tingkat biaya tersebut
mencerminkan risiko aktiva yang dimiliki perusahaan. Perusahaan
secara implisit mengasumsikan bahwa modal baru akan diinvestasikan
dalam aktiva sejenis dengan tingkat risiko yang sama seperti yang
dikenakan pada aktiva awal.
C. Komponen Biaya Modal
Komponen biaya modal terdiri dari:
1. Biaya utang
Menurut Sutrisno (2009:151) biaya utang dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Biaya utang sebelum pajak (before tax cost debt)
Besarnya biaya hutang sebelum pajak dapat ditentukan dengan
menghitung besarnya tingkat hasil internal (yield to maturity) atas arus
kas obligasi yang dinotasikan dengan Kd. Dengan rumus Kd sebagai
berikut :
beban hutang
Kd =
hutang jangka panjang
b. Biaya utang setelah pajak (after tax cost of debt)
Perusahaan yang menggunakan sebagian sumber dananya dari
hutang akan terkena kewajiban membayar bunga. Bunga merupakan
salah satu bentuk beban bagi perusahaan (interest expense). Dengan
adanya beban bunga ini akan menyebabkan besarnya pembayaran
pajak penghasilan menjadi berkurang. Oleh karena itu, biaya modal
yang dihitung juga harus setelah pajak maka biaya hutang ini perlu
disesuaikan dengan pajak.

Rumus: Ki = Kd (1-T)
Keterangan:
Ki = Biaya utang setelah pajak
Kd = Biaya hutang sebelum pajak
T = tarif sebelum pajak
2. Biaya saham preferen
Menurut Husnan dan Pujiastuti (2006:318), “Saham preferen adalah
saham yang memberikan jaminan kepada pemiliknya untuk menerima dividen
dalam jumlah tertentu berapapun laba atau rugi perusahaan
Biaya saham preferen dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dp
rp =
Pp
keterangan :
rp = Biaya saham preferen
Dp = Dividen saham preferen
Pp = Harga saham saat ini
3. Biaya modal sendiri
Menurut Husnan dan Pujiastuti (2006:314) biaya modal sendiri
menunjukkan tingkat keuntungan yang diinginkan oleh pemilik modal sendiri
sewaktu mereka bersedia menyerahkan dana tersebut ke perusahaan
4. Biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital/WACC)
Menurut Abdul halim (2007:72) WACC adalah biaya modal seluruh
sumber dana yang digunakan perusahaan. Sedangkan, menurut Bringham dan
Houston (2009:7) biaya modal rata-rata tertimbang adalah gabungan biaya
komponen hutang, saham preferen dan ekuitas biasa
Sumber

http://eprints.polsri.ac.id/530/3/BAB%202.pdf

KEUNTUNGAN
Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam
menajalankan aktivitasnya. Laba yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk berbagai
kepentingan, laba akan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan perusahaan tersebut
atas jasa yang diperolehnya.
A. Pengertian Laba Menurut Para Ahli
1. Menurut M. Nafarin (2007: 788) “Laba (income) adalah perbedaan antara
pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran untuk periode
tertentu”.
2. Menurut Abdul Halim & Bambang Supomo (2005;139) “Laba merupakan pusat
pertanggungjawaban yang masukan dan keluarannya diukur dengan menghitung
selisi antara pendapatan dan biaya”.
3. Menurut Kuswadi (2005:135), menyatakan bahwa “Perhitungan laba diperoleh dari
pendapatan dikurangi semua biaya”.
4. Menurut Mahmud M. Hanafi (2010:32), menyatakan bahwa“Laba merupakan
ukuran keseluruhan prestasi perusahaan, yang didefinisikan sebagai berikut : Laba =
Penjualan- Biaya”
5. Menurut Soemarso (2010) mendefinisikan laba sebagai berikut: Laba adalah selisih
lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih
besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Laba atau rugi merupakan hasil
perhitungan secara periodik (berkala). Laba atau rugi ini belum merupakan laba atau
rugi yang sebenarnya. Laba atau rugi yang sebenarnya baru dapat diketahui apabila
perusahaan telah menghentikan kegiatannya dan dilikuidasikan.”
6. Menurut Themin (2012) mendefinisikan laba sebagai berikut: “Laba adalah kenaikan
manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi (misalnya, kenaikan aset atau
penurunan kewajiban) yang menghasilkan peningkatan ekuitas, selain yang
menyangkut transaksi dengan pemegang saham.”
Berdasarkan hasil pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laba
merupakan seluruh total pendapatan yang dikurangi dengan total biaya-biaya
B. Jenis-Jenis Laba
Salah satunya ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah mencari
perolehan laba, karena laba pada dasarnya hanya sebagai ukuran efisiensi suatu
perusahaan. Menurut Kasmir (2011:303) menyatakan bahwa :
1. Laba Kotor (gross Profit) artinya laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya
yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan yang pertama sekali
perusahaan peroleh.
2. Laba bersih (Net Profit) merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang
merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak
C. Manfaat Analisis Laba
Analisis laba merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi manajemen
guna mengambil keputusan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Artinya
analisis laba akan banyak membantu manajemen dalam melakukan tindakan apa yang
akan diambil ke depan dengan kndisi yang terjadi sekarang atau untuk mengevaluasi apa
penyebab turun atau naiknya laba tersebut sehingga target tidak tercapai. Dengan
demikian, analisis laba memberikan manfaat yang cukup banyak bagi pihak manajemen.
Menurut Kasmir ( 2008;309 ) Menyatakan bahwa secara umum manfaat yang dapat
diperoleh dari analisis laba adalah.
1.    Untuk mengetahui penyebab turunnya harga jual
Dengan diketahuinya penyebab naik turunnya harga, pihak manajemen dapat
memprediksi berbagai hal, terutama berkaitan dengan penentuan harga jual ke depan
dan target harga jual yang lebih realistis. Kesalahan akibat penentuan harga jual ini
pasti dikarenakan faktor perubahan harga jual yang sangat rentan terhadap
perubahan di luar lingkungan perusahaan. Misalnya apabila terdapat pesaing baru
dengan kualitas barang yang sama dengan produk kita, tetapi memberikan harga jual
yang lebih murah, hal tersebut juga akan mempengaruhi nilai penjualan perusahaan
tentunya. Demikian pula jika produk yang sejenis di luar berkurang, perusahaan
dapat menaikkan harga jual yang diinginkan.
2.     Untuk mengetahui penyebab naiknya harga jual
Kenaikkan harga jaul perlu dicermati penyebabnya,sebab naikknya harga
jual ini sangat mempengaruhi perolehan laba perusahaan. Faktor penyebab naiknya
harga jual dapat berasal dari dalam perusahaan, misalnya kenaikan biaya-biaya.
Namun, harga jual juga dapat naik karena dipengaruhi dari luar perusahaan,
misalnya pesaing sejenis menaikkan harga jualnya dan manajemen ikut pula
menaikkan harga jual. Penentuan kenaikan harga jual yang melebihi harga pesaing
sangat berbahay dalam usaha pencapaian jumlah penjualan. Manajemen dalam hal
ini dituntut untuk meningkatkan upaya-upaya pemasaran yang lebih intensif di
samping meningkatkan mutu produk yang ditawarkan.
3.    Untuk mengetahui penyebab turunnya harga pokok penjualan
Di samping kenaikan harga jual, laba kotor juga dipengaruhi oleh penurunan
harga pokok penjualan. Penyebab menurunnya harga jual tidak jauh berbeda dengan
kenaikan harga pokok penjualan. Hanya saja penurunan harga pokok penjualan akan
membuat perusahaan berusaha keras untuk bekerja lebih efisien dibandingkan
dengan pesaing. Kalau tidak, beban biaya yang telah dianggarkan akan ikut
mempengaruhi nilai perolehan penjualan ke depan.
4.    Untuk mengetahui penyebab naiknya harga pokok penjualan
Penyebab naiknya harga pokok penjualan juga sangat penting untuk diketahui
oleh perusahaan karena dengan diketahuinya penyebab naiknya harga pokok
penjualan, perusahaan pada akhirnya mampu menyesuaikan dengan harga jual dan
biaya-biaya lainnya. Penyebab utama naiknya harga pokok penjualan sebagian besar
adalah karena dari pihak luar perusahaan sehingga mau tidak mau perusahaan harus
mampu menyesuaikan diri.
5.   Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian penjualan akibat naik turunnya harga
jual
Analisis laba juga memberikan manfaat sebagai bentuk pertanggungjawaban
bagian penjualan akibat naik harga jual. Artinya ada pihak-pihak yang memang
seharusnya bertanggung jawab apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga jual.
6.    Sebagai bentuk pertanggungjawaban bagian penjualan akibat naik turunnya harga
pokok
Analisis laba juga memberikan manfaat sebagai bentuk pertanggungjawaban
bagian produksi akibat turunnya harga pokok penjualan. Artinya untuk urusan harga
pokok penjualan, pihak bagian produksilah yang bertanggungjawab.
7.      Sebagai salah satu alat ukur untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode
Sudah pasti analisis laba ini pada akhirnya akan memberikan manfaat untuk
menilai kinerja manajemen dalam suatu periode. Artinya hasil yang diperoleh dari
analisis laba akan menentukan kinerja manajemen ke depan.
8.   Sebagai bahan untuk menentukan kebijakan manajemen ke depan
Analisis laba digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan
manajemen ke depan dengan mencermati kegagalan atau kesuksesan pencapaian
laba sebelumnya. Jika berhasil, manajemen mungkin sekarang akan dipertahankan
atau bahkan ada yang dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi. Akan tetapi, jika
gagal sebaliknya akan diganti dengan manajemen yang baru. Di samping itu,
keberhasilan atau kegagalan manajemen dalam mencapai target laba juga akan
menentukan besar kecilnya insentif yang bakal mereka terima.
D. Komponen – Komponen Laba
Menurut Arfan (2009) terdapat komponen-komponen yang mempengaruhi laba
sebagai berikut:
1. Pendapatan
Pendapatan merupakan kenaikan dalam modal dihasilkan dari penyerahan atas
barang-barang atau penyewaan dari jasa dengan bisnis. Dalam jumlah, pendapatan
adalah sebanding terhadap kas dan piutang yang di peroleh dalam kompensasi untuk
barang-barang yang diserahkan atau jasa yang di sewa.
2. Biaya-Biaya
Biaya-biaya merupakan penurunan dalam modal yang disebabkan oleh operasi
produksi pendapatan bisnis. Dalam jumlah, biaya adalah setara terhadap nilai dan
barang-barang dan jasa yang digunakan atau yang di konsumsi dalam memperoleh
pendapatan”.

Sumber :

(http://adaddanuarta.blogspot.com/2014/11/laba-menurut-para-ahli.html, diakses 09 Januari


2019)
(https://www.wawasanpendidikan.com/2017/12/LPengertian-dan-Komponen-serta-Konsep-
Laba-Menurut-Pendapat-Ahli.html, diakses 09 Januari 2019)
IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN USAHA

A. Pengertian Pengembangan Usaha


1. Menurut Anoraga, 2007:66 Pengembangan suatu usaha adalah tanggung jawab dari
setiap pengusaha atau wirausaha yang membutuhkan pandangan kedepan, motivasi
dan kreativitas Jika hal ini dapat dilakukan oleh setiap wirausaha, maka  besarlah
harapan untuk dapat menjadikan usaha yang semula kecil menjadi skala menengah
bahkan menjadi sebuah usaha besar.
2. Menurut Mahmud Mach Foedz Perkembangan usaha adalah perdagangan yg dilakukan
oleh sekelompok orang yg terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan
memproduksi dan menjual barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
3. Menuurt Brown dan Petrello Pengembangan Usaha adalah suatu lembaga yg
menghasilkan barang dan jasa yg dibutuhkan masyarakat.apabila kebutuhan
masyarakat meningkat, maka lembaga bisnispun akan meningkat pula
perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh laba.
4. Menurut Steinford Pengembangan Usaha adalah aktifitas yg menyediakan barang
atau jasa yg diperlukan oleh konsumen yg memiliki badan usaha, maupun
perorangan yg tidak memiliki badan hukum maupun badan usaha seperti, pedagang
kaki lima yg tidak memiliki surat izin tempat usaha.
Kegiatan bisnis dapat dimulai dari merintis usaha (starting), membangun
kerjasama ataupun dengan membeli usaha orang lain atau yang lebih dikenal dengan
franchising. Namun yang perlu diperhatikan adalah kemana arah bisnis tersebut akan
dibawa. Maka dari itu, dibutuhkan suatu pengembangan dalam memperluaskan dan
mempertahankan bisnis tersebut agar dapat berjalan dengan  baik. Untuk
melaksanakan pengembangan bisnis dibutuhkan dukungan dari  berbagai aspek
seperti bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, SDM, teknologi dan lain-lain
B. Tahapan Pengembangan Usaha
Menurut Pandji Anoraga (2007:90), ada beberapa tahapan pengembangan usaha
antara lain:
1. Identifikasi Peluang
Perlu mengidentifikasi peluang dengan didukung data dan informasi. Informasi
biasanya dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti:
a. Rencana Perusahaan
b. Saran dan usul manajemen kecil
c. Program dan pemerintah
d. Hasil berbagai riset peluang usaha
e. Kadin atau asosiasi usaha sejenis
2. Merumuskan Alternatif Usaha
Setelah informasi berkumpul dan dianalisis maka pimpinan perusahaan atau
manajer usaha dapat dirumuskan usaha apa saja yang mungkin dapat dibuka.
3. Seleksi Alternatif
Alternatif yang banyak selanjutnya harus dipilih satu atau beberapa alternatif
yang terbaik dan prospektif. Untuk usaha yang prospektif dasar  pemilihannya
antara lain dapat menggunakan kriteria sebagai berikut:
a. Ketersediaan Pasar
b. Resiko Kegagalan
c. Harga
4. Pelaksanaan Alternatif Terpilih
Setelah penentuan alternatif maka tahap selanjutnya pelaksanaan usaha yang
terpilih
5. Evaluasi
Evaluasi dimaksud untuk memberikan koreksi dan perbaikan terhadap usaha yang
dijalankan. Di samping itu juga diarahkan untuk dapat memberikan masukan bagi
perbaikan pelaksanaan usaha selanjutnya
C. Teknik Pengembangan Usaha
1. Peningkatan Skala Ekonomis
Cara ini dapat dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja,
teknologi, sistem distribusi, dan tempat usaha (Suryana, 2006:156). Ini dilakukan
bila perluasan usaha atau peningkatan output akan menurunkan biaya jangka
panjang, yang berarti mencapai skala ekonomis (economics of scale). Sebaliknya,
bila peningkatan output mengakibatkan peningkatan biaya jangka panjang
(diseconomics of scale), maka tidak baik untuk dilakukan. Dengan kata lain, bila
produk barang dan jasa yang dihasilkan sudah mencapai titik paling efisien, maka
memperluas skala ekonomi tidak bisa dilakukan, sebab akan mendorong kenaikan
biaya. Skala usaha ekonomi terjadi apabila perluasan usaha atau peningkatan
output menurunkan biaya jangka panjang.
Oleh karena itu, apabila terjadi skala usaha yang tidak ekonomis, wirausaha
dapat meningkatkan usahanya dengan memperluas cakupan usaha (economics of
scope). Skala ekonomi menunjukkan  pengurangan biaya perusahaan akibat
kenaikan output, maka kurva pengalaman atau kurva belajar (learning curve)
menunjukkan pengurangan biaya yang mucul akibat kenaikan volume secara
kumulatif.
2. Perluasan Cakupan Usaha
Cara ini bisa dilakukan dengan menambah jenis usaha baru, produk, dan  jasa
baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi (diversifikasi), serta dengan
teknologi yang berbeda. Misalnya, usaha jasa angkutan kota diperluas dengan
usaha jasa bus pariwisata, usaha jasa pendidikan diperluas dengan usaha jasa
pelatihan dan kursus-kursus (Suryana, 2006:156). \
Dengan demikian, lingkup usaha ekonomis dapat didefinisikan sebagai suatu
diversifikasi usaha ekonomis yang ditandai oleh total biaya produksi gabungan
( joint total production cost) dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk
secara bersama-sama adalah lebih kecil daripada penjumlahan biaya produksi
masing-masing produk itu apabila diproduksi secara terpisah. Perluasan cakupan
usaha ini bisa dilakukan apabila wirausaha memiliki permodalan yang cukup.
Sebaliknya, lingkup usaha tidak ekonomis dapat didefinisikan sebagai suatu
diversifikasi usaha yang tidak ekonomis, dimana biaya produksi total bersama
(joint total production cost ) dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk
secara bersama-sama adalah lebih besar daripada penjumlahan biaya produksi
dari masing-masing jenis produk itu apabila diproduksi secara terpisah.Untuk
memperluas skala ekonomi ataung cukup, lingkup ekonomi, bila pengetahuan
usaha dan permodalan yang cukup, wirausaha bisa melakukan kerjasama dengan
perusahaan lain melalui usaha  patungan (joint venture), atau kerjasama
manajemen melalui sistem kemitraan.
D. Jenis - Jenis Strategi Pengembangan Usaha
1. Strategi Pengembangan Produk
Pengembangan produk adalah mengupayakan peningkatan penjualan melalui
perbaikan produk atau jasa saat ini atau pengembangan produk atau jasa  baru
(David, 2009:251). Pengembangan produk biasanya membutuhkan  pengeluaran
yang besar untuk penelitian dan pengembangan. Strategi pengembangan produk
ini dipilih untuk dijalankan oleh suatu perusahaan dalam rangka memodifikasi
produk yang ada sekarang atau penciptaan produk baru yang masih terkait
dengan produk yang sekarang.
Dengan demikian produk baru atau yang dimodifikasi tersebut, dapat
dipasarkan kepada pelanggan yang ada sekarang melalui saluran pemasaran yang
ada. Gagasan strategi ini dipilih untuk dijalankan dengan tujuan untuk dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan. Di samping itu sekaligus melakukan
pengembangan produk, bagi upaya mendalami pengaruh dari siklus yang dikenal
sebagai product life style.
Penekanan dari pelaksanaan strategi pengembangan produk adalah untuk
meningkatkan daya tarik produk, dan sekaligus menjaga citra dari merek dan
reputasi perusahaan, serta memberikan pengalaman positif bagi pelanggan.
Menurut David (2009:260), lima pedoman tentang kapan pengembangan
produk dapat menjadi sebuah strategi yang efektif, yaitu:
a. Ketika organisasi memiliki produk-produk berhasil yang berada di tahap
kematangan dari siklus hidup produk; gagasannya di sini adalah menarik
konsumen yang terpuaskan untuk mencoba produk baru (yang lebih baik)
sebagai hasil dari pengalaman positif mereka dengan produk atau jasa
organisasi saat ini.  
b. Ketika organisasi berkompetensi di industri yang ditandai oleh
perkembangan teknologi yang cepat.
c. Ketika pesaing utama menawarkan produk berkualitas lebih baik dengan
harga “bagus”
d. Ketika organisasi bersaing dalam industri dengan tingkat pertumbuan
tinggi.
e. Ketika organisasi memiliki kapabilitas penelitian dan pengembangan yang
sangat kuat
2. Strategi Pengembangan Pasar
Pengembangan pasar adalah memperkenalkan produk atau jasa saat ini ke
wilayah geografis baru (David, 2009:251). Strategi pengembangan pasar dipilih
untuk dijalankan dengan pertimbangan dapat dilakukannya pengkoordinasian,
sehingga akan dapat dicapai biaya pengorbanan yang lebih rendah dan resiko
yang dihadapi lebih kecil. Penekanan dari strategi ini adalah pada pemasaran
produk yang sekarang dijalankan, dengan pertimbangan telah dimilikinya
keahlian dan keterampilan dalam pengoperasian baik untuk pelanggan yang ada,
maupun untuk  pelanggan baru. Dalam hal ini kegiatan yang ditingkatkan adalah
penambahan saluran distribusi dan cabang perusahaan, serta mengubah dan
meningkatkan  program advertensi dan promosi. Pengembangan pasar adalah
suatu keputusan stratejik dari suatu perusahaan atau korporasi ( Assauri,
2013:135). Keputusan stratejik itu diarahkan untuk dapat memanfaatkan peluang
pasar bagi pertumbuhan  perusahaan secara berkelanjutan
3. Strategi Pengembangan yang Terkonsentrasi
Strategi pengembangan yang terkonsentrasi memfokuskan pada suatu
kombinasi produk dan pasar tertentu. Suatu pertumbuhan terkonsentrasi
merupakan strategi perusahaan yang langsung menekankan pemanfaatan sumber
daya untuk meningkatkan pertumbuhan dari suatu produk tunggal, dalam suatu
pasar tunggal dengan suatu teknologi yang dominan. Pemilihan secara rasional
atas pendekatan ini adalah melakukan penetrasi pasar dengan strategi
terkonsentrasi, yang dimanfaatkan perusahaan atas pengalaman pengolahan
operasi bisnis perusahaan di dalam suatu arena bisnis persaingan.
4. Strategi Inovasi
Di dalam era persaingan, kompetensi suatu perusahaan ditentukan oleh
kemampuan perusahaan itu melakukan inovasi, baik yang terkait dengan inovasi
produk untuk menemukan produk baru atau produk modifikasi, maupun inovasi
proses yang dapat menghasilkan produk yang sama dengan biaya yang lebih
murah, sebagai akibat digunakannya teknologi baru yang lebih maju.
5. Strategi Integritas Horizontal
Integrasi horizontal terjadi apabila suatu organisasi perusahaan menambah
satu atau lebih bisnisnya yang memproduksi produk/jasa yang sejenis
dioperasikan pada pasar produk yang sama.

Sumber :
Ee Lie. Pengembangan Usaha (Online).
(http://www.academia.edu/33789425/BAB_II_KERANGKA_TEORI_2.1_Penge
mbangan_Usaha_2.1.1_Pengertian_pengembangan_Usaha, diakses 09 Januari
2019)
Permata, Vinanda. Definisi Pengembangan Usaha Menurut Para Ahli (Online).
(http://www.academia.edu/8665059/Ada_beberapa_definisi_pengembangan_usah
a_menurut_para_ahli, diakses 09 Januari 2019)
EVIDENCE BASED PRACTICE

A. Definisi
EBP merupakan suatu pendekatan pemecahan masalah untuk pengambilan
keputusan dalam organisasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi di dalamnya adalah
ilmu pengetahuan atau teori yang ada dengan pengalaman dan bukti-bukti nyata yang
baik (pasien dan praktisi). EBP dapat dipengaruh oleh faktor internal dan external serta
memaksa untuk berpikir kritis dalam penerapan pelayanan secara bijaksana terhadadap
pelayanan pasien individu, kelompok atau system (newhouse, dearholt, poe, pough, &
white, 2005).

Clinical Based Evidence atau Evidence Based Practice (EBP) adalah tindakan


yang teliti dan bertanggung jawab dengan menggunakan bukti (berbasis bukti) yang
berhubungan dengan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien untuk menuntun pengambilan
keputusan dalam proses perawatan (Titler, 2008). EBP merupakan salah satu
perkembangan yang penting pada dekade ini untuk membantu sebuah profesi, termasuk
kedokteran, keperawatan, sosial, psikologi, public health, konseling dan profesi
kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki, 2004; Brownson et al., 2002; Sackett
et al., 2000).

EBP menyebabkan terjadinya perubahan besar pada literatur, merupakan proses


yang panjang dan merupakan aplikasi berdasarkan fakta terbaik untuk pengembangan
dan peningkatan pada praktek lapangan. Pencetus dalam penggunaan fakta menjadi
pedoman pelaksanaan praktek dalam memutuskan untuk mengintegrasikan keahlian
klinikal individu dengan fakta yang terbaik berdasarkan penelitian sistematik.

Beberapa ahli telah mendefinisikan EBP dalam keperawatan sebagai :


1. Penggabungan bukti yang diperoleh dari hasil penelitian dan praktek klinis ditambah
dengan pilihan dari pasien ke dalam keputusan klinis (Mulhall, 1998).
2. Penggunaan teori dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian secara
teliti, jelas dan bijaksana dalam pembuatan keputusan tentang pemberian asuhan
keperawatan pada individu atau sekelompok pasien dan dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan pilihan dari pasien tersebut (Ingersoll G, 2000).

B. Tingkatan dan Hierarki dalam penerapan EBP


Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy evidence yang digunakan
untuk mengukur kekuatan suatu evidence dari rentang bukti terbaik sampaidengan bukti
yang  paling rendah. Tingkatan evidence ini digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam EBP. Hirarki untuk tingkatan evidence yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan
Penelitian dan Kualitas (AHRQ), sering digunakan dalam keperawatan (Titler, 2010).
Adapun level of evidence  tersebut adalah sebagai berikut :
Hierarki dalam penelitian ilmiah terdapat hieraraki dari tingkat kepercayaannya yang
paling rendah hingga yang paling tingi. Dibawah ini mulai dari yang paling rendah
hingga yang paling tinggi :

- Laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temuai sehari-hari


- Studi kasus
- Studi lapangan atau laporan deskriptif
- Studi percobaan tanpa penggunaan tekhnik pengambilan sampel secara acak
(random)
- Studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok pembanding,
dan menggunakan sampel secara acak
- Systemic reviews untuk kelompok bijak bestari atau meta-analisa yaitu pengkajian
berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaan yang tinggi

Hierarki dalam penerapan Evidence Based Practice

C. Model Implmentasi Evidence Based Practice


1) Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk meningkatkan
penerapan Evidence based. 5 langkah dalam Model Settler:

Fase 1 : Persiapan

Fase 2 : Validasi
Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan

Fase 4 : Translasi dan aplikasi

Fase 5 : Evaluasi

2) Model IOWA Model of Evidence Based Practice to Promote Quality Care


Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN, FAAN,
Model IOWA diawali dari pemicu/masalah. Pemicu/masalah ini sebagai focus
ataupun focus masalah. Jika masalah mengenai prioritas dari suatu organisasi, tim
segera dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders, klinisian, staf perawat, dan tenaga
kesehatan lain yang dirasakan penting untuk dilibatkan dalam EBP. Langkah
selanjutkan adalah mensistesis EBP. Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdapat
cukup bukti yang mendukung untuk terjadinya perubahan . kemudian dilakukan
evaluasi dan diikuti dengan diseminasi (Jones & Bartlett, 2004; Bernadette Mazurek
Melnyk, 2011).

3) Model konseptual Rosswurm & Larrabee


Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change yang
terdiri dari 6 langkah yaitu :

Tahap 1 :mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis

Tahap 2 : tentukkan evidence terbaik

Tahap 3 : kritikal analisis evidence

Tahap 4 : design perubahan dalam praktek

Tahap 5 : implementasi dan evaluasi perunbahan

Tahap 6 : integrasikan dan maintain perubahan dalam praktek

Model ini menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based Nursing ke lahan


paktek harus memperhatikan latar belakang teori yang ada, kevalidan dan
kereliabilitasan metode yang digunakan, serta penggunaan nomenklatur yang
standar.

D. Pengkajian dan Alat dalam EBP


Terdapat beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki tenaga kesehatan  professional
untuk dapat menerapkan praktek klinis berbasis bukti, yaitu :

1) Mengindentifikasi gap/kesenjangan antara teori dan praktek


2) Memformulasikan pertanyaan klinis yang relevan,
3) Melakukan pencarian literature yang efisien,
4) Mengaplikasikan peran dari bukti, termasuk tingkatan/hierarki dari bukti tersebut
untuk menentukan tingkat validitasnya
5) Mengaplikasikan temuan literature pada masalah pasien, dan
6) Mengerti dan memahami keterkaitan antara nilai dan budaya pasien dapat
mempengaruhi keseimbangan antara potensial keuntungan dan kerugian dari pilihan
manajemen/terapi (Jette et al., 2003).
E. Langkah-langkah dalam EBP
1) Langkah 1: Kembangkan semangat penelitian. Sebelum memulai dalam tahapan
yang sebenarnya didalam EBP, harus ditumbuhkan semangat dalam penelitian
sehingga klinikan akan lebih nyaman dan tertarik mengenai  pertanyaan-pertanyaan
berkaitan dengan perawatan pasien
2) Langkah 2: Ajukan pertanyaan klinis dalam format PICOT. Pertanyaan klinis
dalam format PICOT untuk menghasilkan evidence yang lebih baik dan relevan.
a) Populasi pasien (P),
b) Intervensi (I),
c) Perbandingan intervensi atau kelompok (C),
d) Hasil / Outcome (O), dan
e) Waktu / Time (T).
Format PICOT menyediakan kerangka kerja yang efisien untuk mencari database
elektronik, yang dirancang untuk mengambil hanya artikel-artikel yang relevan
dengan pertanyaan klinis. Menggunakan skenario kasus pada waktu respon cepat
sebagai contoh, cara untuk membingkai pertanyaan tentang apakah penggunaan
waktu tersebut akan menghasilkan hasil yang positif akan menjadi: "Di rumah sakit
perawatan akut (populasi pasien), bagaimana memiliki time respon cepat (intervensi)
dibandingkan dengan tidak memiliki time respon cepat (perbandingan)
mempengaruhi jumlah serangan jantung (hasil) selama periode tiga bulan (waktu)? "

3) Langkah 3: Cari bukti terbaik. Mencari bukti untuk menginformasikan praktek


klinis adalah sangat efisien ketika pertanyaan diminta dalam format PICOT. Jika
perawat dalam skenario respon cepat itu hanya mengetik "Apa dampak dari memiliki
time respon cepat?" ke dalam kolom pencarian dari database, hasilnya akan menjadi
ratusan abstrak, sebagian besar dari mereka tidak relevan. Menggunakan format
PICOT membantu untuk mengidentifikasi kata kunci atau frase yang ketika masuk
berturut-turut dan kemudian digabungkan, memperlancar lokasi artikel yang relevan
dalam database penelitian besar seperti MEDLINE atau CINAHL. Untuk pertanyaan
PICOT pada time respon cepat, frase kunci pertama untuk dimasukkan ke dalam
database akan perawatan akut, subjek umum yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan ribuan kutipan dan abstrak. Istilah kedua akan dicari akan rapid
respon time, diikuti oleh serangan jantung dan istilah yang tersisa dalam pertanyaan
PICOT. Langkah terakhir dari pencarian adalah untuk menggabungkan hasil
pencarian untuk setiap istilah. Metode ini mempersempit hasil untuk artikel yang
berkaitan dengan pertanyaan klinis, sering mengakibatkan kurang dari 20. Hal ini
juga membantu untuk menetapkan batas akhir pencarian, seperti "subyek manusia"
atau "English," untuk menghilangkan studi hewan atau artikel di luar negeri bahasa.
4) Langkah 4: Kritis menilai bukti. Setelah artikel yang dipilih untuk review, mereka
harus cepat dinilai untuk menentukan yang paling relevan, valid, terpercaya, dan
berlaku untuk pertanyaan klinis. Studi-studi ini adalah "studi kiper." Salah satu
alasan perawat khawatir bahwa mereka tidak punya waktu untuk menerapkan EBP
adalah bahwa banyak telah diajarkan proses mengkritisi melelahkan, termasuk
penggunaan berbagai pertanyaan yang dirancang untuk mengungkapkan setiap
elemen dari sebuah penelitian. Penilaian kritis yang cepat menggunakan tiga
pertanyaan penting untuk mengevaluasi sebuah studi :
a. Apakah hasil penelitian valid? Ini pertanyaan validitas studi berpusat pada apakah
metode penelitian yang cukup ketat untuk membuat temuan sedekat mungkin
dengan kebenaran. Sebagai contoh, apakah para peneliti secara acak menetapkan
mata pelajaran untuk pengobatan atau kelompok kontrol dan memastikan bahwa
mereka merupakan kunci karakteristik sebelum perawatan? Apakah instrumen
yang valid dan reliabel digunakan untuk mengukur hasil kunci?
b. Apakah hasilnya bisa dikonfirmasi? Untuk studi intervensi, pertanyaan ini
keandalan studi membahas apakah intervensi bekerja, dampaknya pada hasil, dan
kemungkinan memperoleh hasil yang sama dalam pengaturan praktek dokter
sendiri. Untuk studi kualitatif, ini meliputi penilaian apakah pendekatan
penelitian sesuai dengan tujuan penelitian, bersama dengan mengevaluasi aspek-
aspek lain dari penelitian ini seperti apakah hasilnya bisa dikonfirmasi.
c. Akankah hasil membantu saya merawat pasien saya? Ini pertanyaan penelitian
penerapan mencakup pertimbangan klinis seperti apakah subyek dalam penelitian
ini mirip dengan pasien sendiri, apakah manfaat lebih besar daripada risiko,
kelayakan dan efektivitas biaya, dan nilai-nilai dan preferensi pasien. Setelah
menilai studi masing-masing, langkah berikutnya adalah untuk mensintesis studi
untuk menentukan apakah mereka datang ke kesimpulan yang sama, sehingga
mendukung keputusan EBP atau perubahan
5) Langkah 5: Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan preferensi pasien
dan nilai-nilai. Bukti penelitian saja tidak cukup untuk membenarkan perubahan
dalam praktek. Keahlian klinis, berdasarkan penilaian pasien, data laboratorium, dan
data dari program manajemen hasil, serta preferensi dan nilai-nilai pasien adalah
komponen penting dari EBP. Tidak ada formula ajaib untuk bagaimana untuk
menimbang masing-masing elemen; pelaksanaan EBP sangat dipengaruhi oleh
variabel kelembagaan dan klinis. Misalnya, ada tubuh yang kuat dari bukti yang
menunjukkan penurunan kejadian depresi pada pasien luka bakar jika mereka
menerima delapan sesi terapi kognitif-perilaku sebelum dikeluarkan dari rumah sakit.
Anda ingin pasien Anda memiliki terapi ini dan begitu mereka. Tapi keterbatasan
anggaran di rumah sakit Anda mencegah mempekerjakan terapis untuk menawarkan
pengobatan. Defisit sumber daya ini menghambat pelaksanaan EBP.
6) Langkah 6: Evaluasi hasil keputusan praktek atau perubahan berdasarkan bukti.
Setelah menerapkan EBP, penting untuk memantau dan mengevaluasi setiap
perubahan hasil sehingga efek positif dapat didukung dan yang negatif diperbaiki.
Hanya karena intervensi efektif dalam uji ketat dikendalikan tidak berarti ia akan
bekerja dengan cara yang sama dalam pengaturan klinis. Pemantauan efek perubahan
EBP pada kualitas perawatan kesehatan dan hasil dapat membantu dokter melihat
kekurangan dalam pelaksanaan dan mengidentifikasi lebih tepat pasien mana yang
paling mungkin untuk mendapatkan keuntungan. Ketika hasil berbeda dari yang
dilaporkan dalam literatur penelitian, pemantauan dapat membantu menentukan.
7) Langkah 7: Menyebarluaskan hasil EBP. Perawat dapat mencapai hasil yang indah
bagi pasien mereka melalui EBP, tetapi mereka sering gagal untuk berbagi
pengalaman dengan rekan-rekan dan organisasi perawatan kesehatan mereka sendiri
atau lainnya. Hal ini menyebabkan perlu duplikasi usaha, dan melanggengkan
pendekatan klinis yang tidak berdasarkan bukti-bukti. Di antara cara untuk
menyebarkan inisiatif sukses adalah putaran EBP di institusi Anda, presentasi di
konferensi lokal, regional, dan nasional, dan laporan dalam jurnal peer-review, news
letter profesional, dan publikasi untuk khalayak umum.

Sumber :
https://www.academia.edu/15628741/KONSEP_EVIDENCE_BASED_PRACTICE_AGUS_
PUTRADANA

Anda mungkin juga menyukai