Anda di halaman 1dari 88

SEMESTER I

BAB I
MENGANALISIS PELUANG USAHA

KOMPETENSI : Merencanakan Usaha Kecil/Mikro


SUB KOMPETENSI : Analisis peluang usaha yang didasarkan kepada:
 Jenis produk dan jasa
 Minat dan daya beli konsumen
MATERI PEMBELAJARAN:
1. Peluang dan resiko usaha
2. Faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan usaha
3. Pemanfaatan peluang secara kreatif dan inovatif

A. Peluang dan Resiko Usaha


Seseorang yang akan membuka usaha baru, perlu terlebih dahulu melakukan
observasi lapangan dan banyak bertanya bagaimana seluk beluk bisnis dalam bidang
tertentu. Sebagai orang kreatif, calon wirausahawan akan mampu melihat banyak peluang
usaha yang diciptakan. Secara garis besar, ada tiga jenis lapangan usaha yang bisa
digeluti, antara lain dibidang agraris, perdagangan, dan jasa. Apabila ketiga jenis
lapangan usaha itu diperinci, maka akan muncul berbagai peluang usaha yang luar biasa
banyaknya.
a. Peluang Usaha
Jika didefenisikan sebenarnya banyak sekali peluang usaha yang menguntungkan.
Cara mengidentifikasi peluang usaha atau bisnis yang ada bisa dicari, asal saja
wirausahawan itu bekerja keras, ulet dan percaya kepada kemampuan sendiri. Setiap
wirausahawan sebenarnya mempunyai peluang (opportunity) untuk maju. Adakalanya
peluang usaha atau bisnis tersebut tidak membuahkan hasil yang memuaskan. apa
sebabnya? Karena peluang usaha atau bisnis itu tidak digali atau dimanfaatkan dengan
baik itu tidak digali atau dimanfaatkan dengan baik. Untuk menggali dan memanfaatkan
peluang usaha atau bisnis, seorang wirausahawan harus berfikir secara positif dan kreatif,
diantaranya:
 Harus percaya dan yakin bahwa usaha atau bisnis bisa dilaksanakan
 Harus menerima gagasan-gagasan baru di dalam dunia usaha atau bisnis
 Harus bertanya keada diri sendiri
 Harus mendengarkan saran saran orang lain
 Harus mempunyai etos kerja yang tinggi
 Pandai berkomunikasi
Peluang usaha bukanlah peluang jika kita tidak sanggup menemukan tindakan
yang mungkin dan layak untuk mewujudkannya. Dengan mempelajari dinamika
kehidupan masyarakat, wirausahawan harus menciptakan kesempatan kira-kira usaha
atau bisnis apa yang paling tepat.
Dengan tersedianya informasi intern dan ekstren, maka wirausahawan dapat
mengetahui :
 Adakah kekuatan (strength) yang dapat mendukung usaha untuk
mencapai sasaran

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 1


 Apakah kelemahan (weakness) yang membatasi atau
menghambat kemampuan mencapai sasaran?
 Dimana ada peluang (opportunity)
 Apa saja yang akan menghamcam usaha (threat)
Adapun persyaratan pokok dalam memanfaatkan peluang usaha pada masa depan
ialah berfikir positif, optimisme, bersedia bekerja keras dan mau mendengarkan orang
lain, mengakui kesalahan dan mau percaya bahwa pada hari ini harus lebih baik daripada
hari kemarin.
Resep Dr. D. J. Schwartz tentang cara memanfaatkan peluang bisnis adalah sebagai
berikut:
 Percaya dan yakin bahwa usaha bisa dilaksanakan
Hapuskan kata mustahil, tidak mungkin, tidak bisa, atau tak perlu dicoba dari
khasanah pikiran dan khasanah bicara.
 Janganlah hadiri lingkungan yang statis yang akan
melumpuhkan pikiran wirausahawan
Lihatlah peluang-peluang usaha untuk menjadi besar. Tradisi lain yang kurang
menunjang peluang-peluang usaha adalah etos kerja yang rendah dan selalu santai.
 Setiap hari bertanyalah pada diri sendiri, “bagaimana saya
dapat melakukan usaha lebih baik?”
 Bertanya dan dengarkanlah
Dengan bertanya dan mendengarkan, maka wirausahawan akan mendapatkan bahan
baku untuk mengambil keputusan yang tepat. Ingat orang besar memonopoli kegiatan
mendengar, sedangkan orang kecil memonopoli bicara.
 Perluas pikiran anda
Besemangatlah, bergaullah dengan orang-orang yang bisa membuat anda mendapat
gagasan-gagasan peluang usaha.
Dalam memanfaatkan peluang usaha, Paul Charlap mengemukakan sebuah
rumusan yang mencakup 4 unsur yang harus dimiliki seorang wirausahawan agar
mencapai sukses dalam pekerjaannya, yaitu :
 Work hard (kerja keras)
 Work smart (kerja cerdas)
 Enthusiasm (kegairahan)
 Service (pelayanan)
Bagi wirausahawan, pengenalan diri merupakan modal awal untuk mendapat
mengenali lingkungannya, mengindera peluang usaha, dan mengerahkan sumber daya,
guna meraih peluang usaha tersebut dalam batas risiko yang tertanggungkan untuk
menikmati nilai tambah. Seorang wirausahawan perlu memiliki pengetahuan yang cukup
untuk dapat mengarahkan dirinya guna memperoleh peluang usaha, meyusun konsep
usaha, merencanakan masuk pasar, beroperasi dan mengembangkan diri. Pada prinsipnya,
pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari berbagai nara sumber maupun secara empiris
dengan mengindera kenyataan. Namun, sangat diperlukan teknik-teknik tertentu supaya
berhasil mengumpulkan informasi secara efisien dan efektif.

b. Resiko Usaha

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 2


Setiap usaha yang dilakukan pasti mempunyai tujuan untuk memeroleh
keuntungan. Dari keuntungan itu diharapkan dapat digunakan untuk mensejahterahkan
diri sendiri maupun orang lain yang terlibat, banyak resiko yang harus dihadapi.
Baberapa resiko usaha yang mungkin terjadi, antara lain sebagai berikut :
1. Perubahan permintaan
Perubahan ekonomi, perubahan mode, dan perubahan selera konsumen bisa
mengakibatkan terjadinya penurunan permintaan. Kalau hal itu terjadi, otomatis akan
menyebabkan kerugian.
2. Perubahan konjungtur
Perubahan kondisi ekonomi yang tidak menentu, yang mempengaruhi keadaan usaha
3. Persaingan
Tidak dapat dipungkiri, bahwa dari waktu ke waktu persaingan usaha semakin ketat.
Pesaing adalah mereka yang melakukan usaha sejenis dengan usaha kita. Pesaing
dapat mengakibatkan usaha kita mengalami hambatan. Diantaranya dengan
mempertahankan kualitas, baik produk maupun pelayanan.
4. Akibat lain yang merupakan resiko usaha, seperti perubahan teknologi,
perubahan peraturan, bencana alam, dan sebagainya.
Resiko usaha yang ada tidak untuk ditakuti ataupun dicemaskan secara
berkepanjangan sehingga akan memperlambat kemajuan usaha. resiko usaha perlu
dikenali, untuk selanjutnya diantisipasi dengan baik. Persiapan dan membuat perhitungan
yang matang, mengurangi resiko usaha yang berakibat kerugian usaha.
Sangat banyak usaha yang bisa digarap. Mana yang akan dipilih, sangat
tergantung pada banyak hal, antara lain seperti berikut dijelaskan.

1. Analisis Peluang Usaha Berdasar Jenis Produk/Jasa


 Minat Seseorang, misalnya berminat dalam dunia perdagangan, jasa atau
bidang lainnya
 Modal, apakah sudah tersedia modal awal atau belum, baik dalam bentuk
uang maupun barang/mesin
 Relasi, apakah ada keluarga atau teman yang sudah terlebih dahulu
menekuni usaha yang sama
Disamping itu, memiliki bidang usaha juga harus mempertimbangkan hal berikut :
 Pengaruh lingkungan sekitar
 Banyak sedikitnya permintaan masyarakat terhadap jenis usaha
yang akan kita pilih
 Kecocokan antara kebutuhan masyarakat dengan jenis usaha
tertentu
 Banyak sedikitnya pesaing
 Adanya kemampuan untuk bertahan dan memenangkan
persaingan
Apabila dianalisis, pada zaman sekarang, banyak orang yang bekerja begitu
sibuknya, baik di kantor pemerintah/swasta maupun bekerja di rumah (home industry),
sehingga ia tidak sempat mengerjakan hal yang dianggapnya kurang penting. Ini
merupakan suatu kondisi yang apabila kita jeli, akan banyak memunculkan peluang atau
kesempatan usaha, terutama di bidang jasa atau pelayanan. Jasa yang bisa mendatangkan
keuntungan dan kemudahan akan disambut baik oleh konumen atau masyarakat. Contoh

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 3


peluang usaha di bidang jasa yang sangat dibutuhkan masyarakat, antara lain seperti
berikut ini:
1) Jasa Servis
Banyak orang yang ingin mengikuti perkembangan teknologi, sehingga banyak sekali
dijumpai alat canggih di dalam rumah mereka, seperti televise, VCD, computer,
Vacuum cleaner, mesin cuci, sepeda, motor bahkan mobil. Namun, mereka tidak
punya waktu khusus maupun lewatkan untuk merawat dan memperbaiki bila terjadi
kerusakan. Di sini, jasa servis sangat dibutuhkan.
2) Jasa hiburan
Untuk mengurangi ketegangan pikiran karena kesibukan kerja, contoh: bioskop,
diskotik, café, layer tancap dan sebagainya.
3) Jasa transportasi
Contoh: menyediakan angkutan antar jemput anak sekolah, rental mobil, dsb.
4) Jasa perantara
Contoh: membantu masyarakat yang akan menjual atau membelibarang, seperti,
tanah, rumah, sawah, kendaraan bermotor, dan mobil
5) Jasa kesehatan
Contoh: memberikan sarana kebugaran, kesehatan dan kecantikan, seperti Fitness,
SPA, pijat refleksi dan pengobatan alternative.
6) Jasa yang lain
Contoh: jasa penitipan anak, katering, tenaga kebersihan, penulisan atau pengetikan
karya tulis, dan sebagainya.
Sedangkan pemilihan produk, berupa barang yang dapat menciptakan peluang
usaha adalah dengan mempertimbangkan produk-produk yang:
 Mudah dalam pemakaian
 Efisien dalam penggunaan
 Kualitas produk terjamin
 Hemat dalam pemakaian
 Adanya jaminan keamanan dalam pemakaian
Produk yang dibutuhkan oleh masyarakat yang penuh kesibukan sekarang ini
dapat dikelompokkan menjadi seperti berikut:
1) Produk yang mampu mempermudah pekerjaan di rumah
Contoh:alat pemasak nasi sekaligus penyimpan dan pemanas nasi beserta sayur, satu
jenis panci yang multiguna (untuk menggoreng, merebus dan oven), alat perajang
sayuran (kentang,wortel dan sebagainya) dengan berbagai bentuk hasil perajangan,
sapu yang punya fungsi ganda yang bisa juga buat pel lantai. Dengan adanya barang-
barang tersebut, sangat dimungkinkan seseorang menyelesaikan lebih dari satu
pekerjaan dalam waktu yang bersamaan dengan cepat.
2) Produk yang mapu mempermudah pekerjaan di luar rumah
Contoh: tas multifungsi, yang bisa dipakai buat kerja, tetapi juga bisa dipakai buat
membawa pakaian atau buat perjalanan, yang bisa dilipat atau dimodifikasi dan lain
sebagainya.
3) Produk lainnya yang dibutuhkan tanpa mengenal tempat.
Contoh: air dalam kemasan, mie instant, tas dan sebagainya.
2. Analisis Peluang Usaha Berdasar Minat dan Daya Beli Konsumen

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 4


Membuka usaha, baik itu berupa penciptaan produk barang maupun jasa tidak
bisa mengabaikan besar kecilnya minat masyarakat dan kuat lemahnya daya beli mereka
Untuk mengetahui besar kecilnya minat masyarakat terhadap usaha yang kita
dirikan, kita bisa melakukan observasi. Observasi ini bisa dilakukan dengan cara:
 Mengadakan pengamatan langsung ke pasar
 Melakukan wawancara
 Memberikan angket untuk diisi oleh calon
konsumen
Dengan demikian untuk mengetahui seberapa besar kekuatan daya beli konsumen.
kita harus hati-hati dalam menentukan harga. Kita harus meneliti siapa konsumen yang
akan menggunakan produk kita
 Apakah mereka kalangan atas, menengah, atau
bawah?
 Apakah mereka berpenghasilan tinggi, sedang, atau
rendah?
 Apakah mereka anak-anak, remaja atau dewasa?
 Apakah mereka orang yang tinggal di kota, desa
atau pesisir pantai?
Analisis tentang minat dan daya beli konsumen terhadap produk dan jasa tidak
dapat diabaikan oleh wirausahawan. Sebab, minat dan daya beli akan mempengaruhi
kelangsungan hidup suatu usaha. hubungan antara minat, daya beli dan kelangsungan
usaha adalah dapat digambarkan sebagai berikut:
 Minat besar, daya beli kuat, kelangsungan usaha
terjamin
 Minat besar, daya beli rendah, kelangsungan usaha
terhambat
 Minat rendah, daya beli rendah, usaha tidak dapat
berlangsung
Berdasarkan pemikirang itu, akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa agar produk
yang kita ciptakan mampu menarik minat konsumen dan terjangkau oleh mereka, maka
kita harus:
 Memilih dan membuat produk yang bermanfaat,
berkualitas dan laku dijual dengan harga bersaing
 Membuat desain yang baru dan harga terjangkau
 Membuat produk lebih cepat dan lebih murah
 Memilih dan menentukan wilayah pemasaran yang
menguntungkan.

Uji Kompetensi 1 :
Siswa diminta untuk mengamati lingkungan di sekitarnya. Peluang usaha apa
yang bisa dimunculkan di lingkungan tersebut dan apa kemungkinan resiko
yang didapatnya.

Jawaban :
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 5


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 6


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
B. Faktor-faktor Keberhasilan dan Kegagalan Usaha
1. Keberhasilan Usaha
Keberhasilan usaha diengaruhi oleh beberapa hal
a. Percaya dan yakin bahwa usaha atau
bisnisnya dapat dilaksanakan
b. Menerima gagasan-gagasan baru di dalam
dunia usaha atau bisnis
c. Introeksi diri
d. Mendengarkan saran-saran orang lain
e. Bersemangat dan bergaul
No. Karakteristik Profil Ciri Wirausahawan Sukses yang menonjol
1 Percaya diri Mengandalkan tingkat percaya dirinya tinggi dalam
mencapai sukses

2 Pemecahan masalah Cepat mengenali dan memecahkan masalah yang dapat


menghalangi kemampuannya mencapai tujuan sukses

3 Berprestasi tinggi Bekerja keras dan bekerja sama dengan para ahli untuk
memperoleh prestasi
4 Pengambil resiko Tidak takut mengambil resiko, tetapi akan menghindari
resiko tinggi jika dimungkinkan

5 Ikatan emosi TIdak akan memperbolehkan hubungan emosional yang


mengganggu sukses usahanya

6 Pencari status Tidak akan memperbolehkan hubungan emosional yang


mengganggu misi sukses usahanya

7 Tingkat energi tinggi Berdedikasi tinggi dan bekerja tanpa berhitng waktu
untuk membangun usahanya.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 7


Selain karakteristik profil wirausaha tersebut di atas, keberhasilan usaha atau
bisnis seorang wirausahawan di dalam mengelolah usahanya dapat diidentifikasi yang
terletak pada hal-hal berikut:
a) Sikap dan kemauan serta tindakan-
tindakannya yang nyata
b) Keberanian untuk berinisiatif
c) Kecakapan atau keahlian
d) Kreatifitas dan percaya diri
e) Pengalaman dan pendidikan
Peluang dan kesempatan yang ada dalam usaha atau bisnis banyak sekali jenisnya
dan akan memberikan suatu keberhasilan, bahkan akan memberikan suatu keuntungan.
Adapun yang menjadi modal utama meraih keberhasilan diantaranya seperti berikut:
1) Pola berpikir yang mengarah
pada sikap dan kemampuan untuk sukses
2) Kepribadian yang kuat untuk
sukses
3) Kecakapan dalam mengelola
usaha
4) Menerapkan manajemen
usaha yang baik
5) Berani memikul segala resiko
dalam usaha atau bisnis

Keberhasilan dalam bidang usaha merupakan suatu kondisi persesuaian antara


rencana, proses pelaksanaan dan hasil yang dapat dicapai dengan:
1) Merumuskan tujuan usaha
2) Pemahaman tentang hakikat dan makna berusaha.

2. Kegagalan Usaha
Menjalankan usaha atau bisnis diwarnai kesukaran atau kesulitan dan hambatan.
Semuanya itu merupakan hal yang wajar dalam hidup berusaha. Setiap kegagalan dalam
berusaha harus dipandang sebagai guru dan dijadikan pendorong untuk mendapat
kemajuan dalam usaha yang lebih cepat. Segala kesulitan dan hambatan harus dihadapi
dengan bijaksana dan tetap dalam landasan berpikir yang positif.
Seorang wirausahawan harus pandai belajar dari pengalaman, baik pengalaman
sukses maupun pengalaman gagal. Wirausahawan tidak boleh terlena dengan
kesuksesannya, sebaliknya, wirausahawan tidak boleh menyerah begitu saja pada
kegagalan. Dari kegagalan usaha, seorang wirausahawan akan mendapatkan hikmah yang
lebih banyak. Seorang wirausahawan yang dapat mempelajari kegagalan dalam berusaha,
akan mendapatkan kemajuan dan keberhasilan yang dua kali lebih besar daripada yang ia
harapkan. Secara umum, kegagalan seorang wirausahawan dalam menjalankan usahanya
dapat dilihat dari hal-hal yang akan kita jelaskan berikut ini.
Pada umumnya, kelemahan ataupun kegagalan usaha justru disebabkan oleh
pemimpin, pemilik atau pengelola usaha itu sendiri. Mereka tidak berusaha
mengembangkan diri dengan mempelajari pengetahuan dan teknologi baru. Mereka juga
kurang tanggap dengan perubahan perkembangan dalam masyarakat. Sebagian besar para

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 8


pengelola usaha mengabaikan pencatatan transaksi keuangan dan tidak melakukan
pembukuan yang baik. Selain itu, mereka juga enggan melakukan promosi dan riset pasar
serta meremehkan konsumen.

No. Karakteristik Kegagalan Ciri Kegagalan Wirausahawan


1 Dedikasi Meremehkan waktu dan dedikasi dalam
memulai usaha
2 Pengendalian usaha atau bisnis Gagal mengendalikan aspek-aspek utama usaha
atau bisnis
3 Pengamatan manajemen Pemahaman umum terhadap disiplin manajemen
rata-rata kurang
4 Pengelolaan piutang Menimbulkan masalah arus kas buruk mereka
dengan kurangnya perhatian akan piutang
5 Memperluas usaha berlebihan Memulai perluasan usaha yang belum siap
6 Perencanaan keuangan Meremehkan kebutuhan usaha
7 Lokasi usaha Lokasi usaha yang buruk
8 Pembelanjaan besar Menimbulkan pengeluaran awal yang tinggi

Kondisi seperti itu harus segera diperbaiki agar wirausahawan bisa terhindar pada
kegagalan secara terus menerus.

Uji Kompetensi 2 :
Siswa diminta menjelaskan karakteristik faktor keberhasilan dan kegagalan
Usaha
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 9


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
C. Pemanfaatan Peluang Secara Kreatif dan Inovatif
Kreatifitas merupakan salah satu kemampuan manusia yang dapat memberi
kepuasan dan keberhasilan dalam hidup, sehingga manusia dapat mengaktualisasikan
dirinya ke dalam lingkungannya. Bentuk kreatifitas antara satu orang dengan orang lain
tidaklah sama. Meskipun tidak sama, bila ia mampu menggunakan potensi-potensi yang
dimilikinya, akan menjadikan sesuatu yang produktif.
Orang yang kreatif adalah orang yang cepat menangkap peluang yang muncul
dari suatu kondisi lingkungan sekitarnya. Orang ini tidak pernah melalui waktunya
dengan sia-sia. Orang kreatif memandang barang yang oleh orang kebanyakan dianggap
tidak berguna, menjadi sangat berguna dan mempunyai nilai jual. Kain perca yang
menumpuk akan menjadianeka taplak meja, keset, pakaian boneka dan sebagainya yang
mempunyai nilai jual. Orang yang kreatif tidak akan ikut dalam deretan panjang pencari
kerja, karena dia sendiri yang akan menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri
bahkan orang lain.
Ada beberapa peluang usaha yang bisa dimanfaatkan secara kreatif dan mampu
menghasilkan nilai tambah, antara lain sebagai berikut:
1) Memanfaatkan barang bekas, misalnya:
 Sedotan minuman dibuat bunga
 Bulu ayam menjadi aneka hiasan, seperti lukisan, asesoris baju, dan
sebagainya
 Kulit telur menjadi hiasan meja
 Kardus menjadi bingkai foto dan tas

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 10


 Potongan kayu menjadi aneka gantungan kunci, pegangan kapak/isau,
kotak hias
 Perca menjadi keset, baju boneka, pakaian anak-anak, tempat Koran.
2) Memanfaatkan barang yang tersedia/disediakan oleh alam:
 Membuat kerajinan dari tanah liat, yaitu pembuatan gerabah dengan aneka
bentuk dan warna
3) Memanfaatkan kejadian atau peristiwa yang ada di sekitarnya, misalnya:
 Berdagang aneka keperluan sekolah ketika menjelang tahun ajaran baru
 Usaha parcel pada waktu mendekati lebaran, natal dan tahun baru
 Berjualan aneka minuman, seperti es buah, es kelapa muda, es teller ketika
musim kemarau.
Inovasi adalah suatu proses pengubahan peluang menjadi gagasan atau ide yang
dapat dijual, dan bukan selalu berupa ide yang sangat rumit, tetapi kadang inovasi berasal
dari ide yang sepele dan sejenis saja, asal merupakan yang baru dan harus lebih baik dari
yang telah ada. Sedangkan kemampuan inovasi seorang wirausahawan merupakan proses
mengubah suatu gagasan yang dapat dijual. Oleh karena itu, jika seseorang wirausahawan
ingin sukses dalam usaha, dia harus membuat produk-produknya dengan inovasi yang
baru. Sebab, dunia bisnis pada zaman sekarang, tanpa adanya inovasi, baik mengenai
produk-produknya maupun pelayanannya, akan mengakibatkan kegagalan dalam bisnis.
Mereka tidak puas hanya dengan meningkatkan atau memperbaiki yang sudah ada
atau mengadakan modifikasi saja. Mereka mencoba menciptakan nilai yang baru dan
berbeda-beda serta kepuasan yang baru atau berbeda pula, mengubah suatu bahan
menjadi suatu sumber daya.

Dalam proses penerapan kemampuan berinovasi, menurut Kuratko (1995), ada


empat jenis inovasi yang bisa dikembangkan, yaitu sebagai berikut:
1. Invenasi (penemuan)
Merupakan hasil produk, jasa atau proses yang benar-benar baru yang sebelumnya
tidak ada
2. Ekstensi (pengembangan)
Pemanfaatan baru atau penerapan lain pada produk, jasa atau proses yang sudah ada
3. Duplikasi (penggandaan)
Merupakan refleksi atas konsep yang telah ada
4. Sintesis ( paduan,campuran)
Kombinasi atas konsep dan faktor-faktor yang telah ada dalam penggunaan atau
formulasi baru.

Uji Kompetensi 3 :
Siswa diharapkan membuat karya atau kreatifitas dari bahan-bahan yang
tidak terpakai/terbuang.

Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 11


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
BAB II
MENGANALISIS ASPEK-ASPEK PERENCANAAN USAHA

KOMPETENSI : Merencanakan Usaha Kecil/Mikro


SUB KOMPETENSI : Menganalisis aspek-aspek perencanaan usaha dilihat
Organisasi sederhana dan produksi
MATERI PEMBELAJARAN:
1 Tujuan dan sasaran usaha
2 Bentuk-bentuk badan usaha
3 Struktur organisasi sederhana
4 Produk dan jasa
5 Pengelolaan persediaan
6 Proses produksi
7 Penyimpanan hasil produk
8 Menghitung kebutuhan dan persediaan bahan baku
9 Merancang aliran proses produksi

1. Tujuan dan sasaran usaha


Setiap organisasi yang didirikan perlu mempunyai tujuan yang jelas, yaitu hal-hal
yang ingin dicapai atau dipelihara, baik berupa materi maupun nonmateri dengan satu
atau lebih kegiatan. Tujuannya dibentuk untuk kemudian dijadikan pedoman arah

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 12


organisasi yang akan dijalankan, landasan bagi penentuan program kerja dari organisasi
tersebut.
Membahasa masalah tujuan dan sasaran usaha tidak bisa diisahkan dari
membahas masalah visi dan misi. Karena visi, misi, tujuan dan sasaran adalah satu
rangkaian yang saling berhubungan.
a) Visi Perusahaan
Visi perusahaan adalah pandangan jauh kedepan kemana perusahaan akan dibawa.
Visi perusahaan itu akan menunjukkan suatu kondisi ideal tentang masa depan yang
realistis, dapat dipercaya, menyakinkan serta mengandung daya tarik. Tujuan
penetapan visi adalah:
 Mencerminkan sesuatu yang akan dicapai oleh perusahaan
 Memiliki orientasi pada masa depan perusahaan
 Menimbulkan komitmen tinggi dari seluruh jajaran dan lingkungan
perusahaan
 Memberi arah dan focus strategi perusahaan yang jelas
 Menjadi kesinambungan kepemimpinan organisasi perusahaan
Pada umumnya, perusahaan yang mempunyai visi yang jelas selalu mengerahkan
segala potensi untuk mencapai keberhasilan.
b) Misi Perusahaan
Misi perusahaan adalah tindakan untuk mewujudkan visi perusahaan. Setiap
organisasi perusahaan harus mempunyai misi yang jelas arahnya. Misi perusahaan
akan menjelaskan mengapa perusahaan harus ada dan apa yang akan dilakukan serta
bagaimana cara melakukannya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan misi perusahaan,
yaitu seperti berikut:
 Produk atau pelayanan jasa apa yang dihasilkan dan yang akan ditawarkan
kepada konsumen
 Kualitas apa yang diinginkan pada masa mendatang yang berhubungan
dengan manfaat dan keuntungan masyarakat terhadap produk atau pelayanan jasa
 Apakah produk atau pelayanan jasa tersebut, memang dibutuhkan oleh
masyarakat
 Sasaran publik mana yang akan dilayani
c) Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan merupakan penjabaran dari visi dan misi perusahaan. Tujuan
perusahaan berisi sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan oleh perusahaan yang
bersangkutan. Tujuan perusahaan adalah target yang bersifat kuntitatif dan
pencapaian target tersebut merupakan ukuran keberhasilan kinerja perusahaan. Tujuan
perusahaan pada dasarnya berjangka panjang, dengan tugas yang harus diselesaikan
selama waktu itu dan akan mengarahakan kinerja perusahaan. Tujuan yang tidak
realistis, sangat sulit dicapai atau bahkan mungkin tidak dapat dicapai. Adapun
penetapan tujuan perusahaan adalah :
 Untuk mencapai keberhasilan usaha
 Mengatur dan membentuk kerja sama dengan perusahaan lain
 Untuk melakukan merger dengan perusahaan lain
 Mengundang orang-orang yang mempunyai keahlian untuk bekerja sama

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 13


 Menjamin adanya focus tujuan dari berbagai personal yang ada di dalam
perusahaan
Seorang wirausahawan di dalam kegiatan usahanya harus dapat mewujudkan
tujuan perusahaan sedikit demi sedikit dan tetap fokus pada pencapaian tujuan utama
perusahaan.
d) Sasaran Perusahaan
Tujuan utama perusahaan dirinci atau dipecahkan menjadi tujuan-tujuan yang
lebih kecil yang disebut sasaran. Jadi, sasaran perusahaan adalah penjabaran dari
tujuan perusahaan, yaitu sesuatu yang akan dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka
waktu tertentu. Agar sasaran dapat dicapai dengan efektif dan efisien, maka sasaran
perusahaan harus dibuat secara spesifik, terukur, jelas kriterianya, sebaiknya disertai
indikator yang lebih rinci. Untuk memudahkan dalam menentukan sasaran usaha,
sebaiknya perusahaan memiliki hal-hal sebagai berikut:
1. Sumber daya manusia
Perusahaan harus dapat menentukan apakah pengetahuan dan keterampilan
wirausahawan akan ditingkatkan sesuai dengan tuntutan zaman atau tidak
2. Sumber daya keuangan
Perusahaan harus dapat menentukan hal berikut:
 Besarnya tingkat efisien mana yang akan
dicapai
 Berapa margin bersih yang diinginkan
 Berapakah besarnya laba yang diharapkan
 Berapa dana yang dibutuhkan untuk investasi
3. Kemampuan menghasilkan laba
Laba bersih yang dicapai hendaknya bisa meningkat melebihi indeks biaya hidup.
Jika tidak demikian, maka wirausahawan akan ketinggalan dalam usahanya.

4. Kedudukan pasar
Wirausahawan harus bisa menentukan apakah perusahaannya mempunyai
kedudukan di pasar sebagai penguasa pasar atau hanya sebagai pengikut pasar
saja.
5. Sarana kerja
Sarana kerja yang dimiliki dan telah digunakan dalam waktu lama akan diganti
atau hanya diperbaiki.
6. Pengembangan usaha
Seorang wirausahawan yang mengelola usahanya perlu meningkatkan penjualan,
laba, asset, unit usaha, dan organisasi kerja.
7. Tanggung jawab rasional
Wirausahawan harus mampu menjawab apakah usahanya semata-mata mencari
keuntungan atau mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan sehingga diterima
oleh masyarakat.

Uji Kompetensi 4 :
Siswa diminta untuk menjelaskan bagaimana seandainya jika perusahaan
tidak memiliki visi,misi,tujuan dan sasaran yang jelas.
Jawaban :

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 14


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 15


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
2. Bentuk-bentuk badan usaha
Ada banyak bentuk-bentuk badan usaha yang ada di Indonesia. Wirausahawan
yang akan memilih salah satu bentuk badan usaha harus mempertimbangkan banyak hal.
Beberapa pertimbangan itu antara lain: jenis usaha apa yang akan dipilih, berapa modal
yang tersedia, bagaimana rencana pertambahan modal, bagaimana cara pembagian laba,
bagaimana penentuan tanggung jawab perusahaan, serta berapa lama jangka waktu
berdirinya perusahaan.
Pengertian Badan Usaha
Orang sering memberi pengertian yang sama anatara badan usaha dan perusahaan.
Pada hal, badan usaha dan perusahaan itu mempunyai pengertian yang berbeda,
meskipun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Badan usaha adalah yuridis (menurut hukum) ekonomis yang bertujuan untuk
mencari keuntungan, sedangkan perusahaan adalah satuan teknis yang bertujuan untuk
menghasilkan barang dan jasa. Badan usaha mempunyai fungsi sebagai badan tertinggi
yang mngurusi perusahaan, sementara perusahaan merupakan alat badan usaha dalam
mencari keuntungan. Sehingga, bisa dikatakan, bahwa perusahaan merupakan bagian dari
badan usaha. Oleh kerana itu, suatu badan usaha bisa mempunyai lebih dari satu
perusahaan.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 16


Bentuk-bentuk Badan Usaha
a. Badan usaha menurut lapangan usahanya
1) Badan usaha agraris
Badan usaha yang menghasilkan barang-barang dengan bantuan faktor alam,
seperti tingkat kesuburan tanah dan iklim. Hal ini mendasari bahwa setiap daerah
mempunyai hasil yang berbeda. Contoh: perusahaan perkebunan
2) Badan usaha ekstraktif
Badan usaha yang kegiatannya menggali, mengambil dan mengolah kekeyaan
alam yang tersedia dengan tidak mengubah atau membuat barang. Contoh:
pertambangan
3) Badan usaha industri
Badan usaha yang kegiatannya mengubah atau mengolah bahan dasar menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi. Contoh: perusahaan tekstil
4) Badan usaha perdagangan
Badan usaha yang kegiatannya membeli barang untuk disimpan beberapa lama
dan kemudian dikeluarkan lagi melalui pertukaran atau penjualan
5) Badan usaha jasa
Badan usaha yang kegiatannya menyediakan (memberi dan menyewakan) jasa
kepada orang atau badan lain. Contoh: usaha salon, bengkel, persewaan mobil,
dan sebagainya.
b. Badan usaha menurut kepemilikan modalnya
1) Badan usaha milik negara
Semua bentuk perusahaan yang seluruh modalnya merupakan kekayaan negara,
kecuali apabila ada ketentuan lain berdasarkan undang-undang. Kegiatan badan
usaha milik negara adalah di bidang produksi, jasa yang vital atau menguasai
hajat hidup orang banyak. Sifat usahanya adalah Publik service,yaitu
mengutamakan pelayanan masyarakat umum.
Yang termasuk dalam badan usaha milik negara adalah:
 Perusahaan jawatan (Perjan)
 Perusahaan umum (Perum)
 Perusahaan Perseroan
2) Badan usaha milik swasta
Badan usaha yang modalnya berasal dari perseorangan atau sekelompok orang
dan tujuannya untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Badan usaha
dibedakan dalam
 Swasta asing, yaitu badan usaha yang modalnya atau manajemennya
dikuasai oleh warga negara asing
 Swasta nasional, yaitu badan usaha yang modal dan manajemennya
dikuasai oleh negara Indonesia.
3) Badan usaha milik campuran
Badan usaha yang modalnya sebagian dimiliki oleh swasta dan sebagian dimiliki
oleh negara.
c. Badan usaha berdasarkan perbandingan penggunaan tenaga kerja dan mesin
1) Badan usaha padat modal
Badan usaha yang di dalam kegiatan perusahaannya lebih banyak menggunakan
mesin bila dibandingkan dengan tenaga kerja manusia

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 17


2) Badan usaha padat karya
Badan usaha yang di dalam kegiatan perusahaannya lebih banyak menggunakan
tenaga kerja manusia dibandingkan dengan mesin.
d. Badan usaha berdasar bentuk hukumnya
1) Perusahaan perorangan
Bentuk badan usaha yang dimiliki, dikelola dan dipimpin oleh seseorang yang
bertanggung jawab penuh terhadap segala resiko dan jalannya perusahaan. Cirri
perusahaan perorangan:
 Modal sendiri dan dikelola sendiri
 Modal relative terbatas
 Pendirian relative mudah
 Laba/rugi ditanggung sendiri
2) Perusahaan persekutuan
a) Firma (Fa)
Persekutuan antara dua orang atau lebih yang menggabungkan modal dan
tenaganya dengan maksud bersama-sama berusaha di bawah satu nama dan
bertujuan membagi keuntungan berdasarkan perbandingan modal yang
disetorkan dalam perusahaan. Ciri-ciri firma:
 Para sekutu aktif di dalam mengelola
perusahaan
 Tanggung jawab tak terbatas atas segala
resiko yang terjadi
 Akan berakhir bila salah satu anggota
mengundurkan diri/meninggal dunia dan atau bila masa usahanya telah
sampai pada saat yang ditentukan dalam akta pendirian.
b) Persekutuan Komanditer (CV)
Persekutuan yang terdiri dari beberapa orang yang sebagian memasukkan
modal, mengelola dan bertanggung jawab tak terbatas atas resiko perusahaan
serta sebagian yang lain hanya memasukkan modal saja dan bertanggung
jawab terbatas pada modal yang disertakan saja.
Ciri-ciri persekutuan komanditer:
 Merupakan kelanjutan dari firma
 Terdiri dari anggota/sekutu aktif dan pasif
 Sebagian anggota mempunyai tanggung jawab tak terbatas dan sebagian
lain bertanggung jawab terbatas.
 Modal perusahaan dapat ditambah dengan mudah
c) Perseroan terbatas (PT)
Persekutuan dua orang atau lebih dengan modal yang berasal dari pengeluaran
saham, setiap persero dapat memiliki satu atau lebih saham serta bertanggung
jawab atas hanya pada modal yang ditanamkan pada perseroan.
Ciri-ciri perseroan terbatas:
 Perseroan atas saham yang ditanamkan
 Tanggung jawabseluruh anggota perseroan adalah terbatas
 Karena saham-sahamnya mudah diperjualbelikan, maka persero dapat
menjual sahamnya apabila membutuhkan uang tunai
 Kedudukannya sebagai badan hukum.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 18


Uji Kompetensi 5 :
Siswa diharapkan dapat mengklasifikasikan usaha-usaha yang ada
dilingkungannya kedalam bentuk-bentuk yang telah dipelajarinya.
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 19


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
3. Struktur organisasi sederhana
a. Pengertian Organisasi
Kata organisasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “organon” yang berarti alat,
bagian, anggota atau badan. Pengorganisasian dijalankan untuk mempermudah dalam
melaksanakan tugas, yaitu dengan cara membagi suatu kegiatan yang besar menjadi
kegiatan-kegiatan yang besar menjadi kegiatan-kegiatan kecil, sehingga pimpinan mudah
dalam melakukan pengawasan.
b. Struktur Organisasi
Berdasrkan pola hubungan kerja dan aktivitas, wewenang serta tanggung jawab,
maka bentuk-bentuk organisasi dibedakan sebagai berikut:
1) Struktur organisasi garis/lini
Organisasi bentuk garis/lini diciptakan oleg Henry Fayol. Pada struktur organisasi
ini, wewenang dari atasan disalurkan secara vertical kepada bawahan. Begitu juga
sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan secara langsung ditujukan keada atasan
yang memberi perintah. Umumnya organisasi yang memakai struktur ini adalah
organisasi yang masih kecil, jumlah karyawannya sedikit dan spesialisasi kerjanya masih
sederhana.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 20


Direktur

SDM Produksi Keuanga Pemasara

1 1 1 1 1 1 1 1

Ciri-ciri :
 Kesatuan perintah terjamin
 Pembagian kerja jelas dan mudah dilaksanakan
 Organisasi tergantung pada satu piminan

2) Struktur organisasi fungsional


Struktur organisasi fungsional diciptakan oleh F.W. Taylor. Struktur ini berawal
dari konsep adanya beberapa pimpinan yang tidak mempunyai bawahan yang jelas dan
setiap atasan mempunyai wewenang memberi perintah kepada setiap bawahan, sepanjang
ada hubungannya dengan fungsi atasan tersebut. Setiap pegawai mempunyai pengawas
lebih dari satu atasan yang berbeda-beda.

Direktur

SDM Perencanaa UrusanTekni Perdaganga

Proyek Proyek Proyek

Ciri-ciri struktur organisasi fungsional:


 Tidak menjamin adanya kesatuan perintah

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 21


 Keahlian para pengawas dan pegawai berkembang menuju
spesialisasi
 Penghematan waktu dapat dilakukan karena mengerjakan
pekerjaan yang sama

3) Struktur organisasi garis dan staf


Struktur organisasi ini merupakan struktur organisasi gabungan yang
dikembangkan olhe Harrington Emerson. Struktur ini umumnya digunakan oleh
organisasi yang besar, daerah kerja luas, bidang tugas yang beraneka ragam dan jumlah
bawahan yang banyak sehingga piminan tidak bisa bekerja sendiri, melainkan
memerlukan bantuan staf. Staf adalah orang ahli dalam bidang tertentu yang bertugas
memberi nasihat dan saran kepada piminan dalam organisasi tersebut.

Direktur

Staf Staf

SDM Keuanga Produksi Pemasara

Superviso Superviso Superviso Superviso

Superviso Superviso Superviso Superviso

4) Struktur organisasi fungsional dan staf


Struktur organisasi ini meruakan gabungan dari bermacam-macam struktur
organisasi. Dengan memakai sistem gabungan ini dimungkinkan memilih, yang
menguntungkan dipakai yang merugikan ditinggalkan.

Direktur

Staf

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 22


Manajer Manajer Manajer Manajer
Umum Umum Umum Umum

Pegawai/Karyawan

Struktur organisasi dibuat dengan maksud :


 Memeprlihatkan pola hubungan antara anggota organisasi dan sarana
yang dimiliki,
 Agar setiap anggota organisasi mengerti dengan jelas, tugas, kewajiban,
hak dan tanggung jawab.

Uji Kompetensi 6 :
Siswa diharapkan mampu menggambar struktur organisasi yang ada di
sekolah
Jawaban :
1.……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
2.……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
.……………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 23


………………………………………………………………………………………………
3……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
4..……………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
4. Produk barang dan jasa
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada suatu pasar agar
diperhatikan, diminta, dibeli, dan dikonsumsi sehingga dapat memuaskan kebutuhan.
Produk dapat berupa barang atau jasa. Barang mempunyai wujud tertentu dan
mempunyai sifat fisik, jarang juga mempunyai tenggang waktu antara saat produksi
dengan saat dikonsumsi, sedangkan jasa adalah hasil dari kegiatan produksi yang tidak
mempunyai wujud tertentu serta tidak mempunyai fisik tertentu. Jasa juga tidak terdapat
tenggang waktu antara saat diproduksi dengan saat dikonsumsi.
Seorang wirausaha dalam memiliki produk apa yang akan dihasilkan, perlu
didukung informasi yang actual. Informasi itu bisa berasal dari konumen, pedagang
perantara, pesaing, dan para penjual. Dengan menggali informasi dari mereka, maka
wirausaha akan mengetahui produk apa yang sekarang tengah diminati dan dibutuhkan
konsumen. berapa besar permintaan konsumen terhadap produk tersebut, berapa banyak

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 24


yang sudah melakukan penawaran, serta adakah kemungkinan pengembangan produk di
masa datang.
a. Produk yang berupa barang
Dalam melakukan pemilihan produk yang akan dibuat, wirausaha terlebih dahulu
perlu melakukan identifikasi terhadap kebutuhan konsumen. identifikasi kebutuhan
konsumen adalah sebagai berikut:
1) Kebutuhan pokok/utama
Kebutuhan barang yang diperlukan masyarakat untuk menunjang kebutuhan pribadi.
Antara lain berupa kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
2) Kebutuhan penunjang
Berbagai alat pemuas kebutuhan lain di luar kebutuhan pokok yang sifatnya
menunjang kehiduan lebih baik, tetapi bukan kemewahan, misalnya minyak wangi,
alat kecantikan, telepon genggam, radio, dan sebagainya.
3) Kebutuhan pelengkap atau mewah
Pelengkap hidup yang sifatnya mewah, seperti mobil mewah, dan rumah mewah
Selanjutnya, wirausahawan mengklarifikasikan barang didasarkan pada kebiasaan
konsumen dalam membeli barang kebutuhan, yaitu antara lain sebagai berikut:
1) Barang yang mudah didapat
Barang tersebut dapat dibeli ditempat yang mudah dicapai, misalnya sabun mandi,
pasta gigi, gula, dan sebagainya
2) Barang Shopping
Barang yang mempunyai ciri dan merek khusus dan hanya terdapat di tempat tertentu,
misalnya elektronik, kaca mata, mobil, dan sebaginya.
Setelah menggali informasi dari berbagai sumber, melakukan identifikasi
kebutuhan konsumen dan mengklasifikasikan barang, maka wirausaha dapat menetapkan
produk barang apa yang akan dibuat. Dalam pembuatan suatu produk tertentu tidak boleh
ditinggalkan beberapa permasalahan yang akan menjadi cirri khusus produk yang akan
dibuat. Ciri khusus ini dibuat agar konsumen mudah mengenali. Ciri khusus ini berupa:
 Kualitas produk
 Keunggulan atau keistimewaan produk
 Model produk
 Penampilan produk

b. Produk yang berupa jasa


Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada
pihak lain yang sifat atau bentuknya ditunjukkan dengan ciri sebagai berikut:
1). Tidak berwujud (ingtangibility)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat atau diraba sebelum
transaksi pembelian.
2). Tidak dapat dipisahkan (inseparability)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu berupa orang atau
mesin, apakah sumber itu hadir atau tidak, produk fisik yang berwujud tetap ada.
3). Berubah-ubah (variability)
Seseungguhnya jasa sangat mudah berubah-ubah, karena jasa sangat tergantung pada
siapa yang menyajikan, kapan dan di mana disajikan.
4). Daya tahan (perishability)

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 25


Daya tahan suatu tidak akan menjadi masalah bila permintaan selalu ada dan stabil.
Sebaliknya bila permintaan naik/turun, maka masalah sulit kemungkinan akan segera
muncul.
Ada beberapa produk jasa yang bisa ditawarkan kepada konsumen, antara lain:
 Jasa transportasi,
 Jasa asuransi
 Jasa servis
 Jasa salon dan kecantikan
 Jasa perantara perdagangan
 Jasa hiburan
 Jasa konsultan, akuntan, pengacara.
Upaya yang dilakukan wirausaha yang bergerak pada bidang jasa adalah
senantiasa melakukan perbaikan kualitas jasa dan selalu berusaha menemukan inovasi
baru, baik dalam proses maupun dalam penyajian.
Pemilihan produk barang dan jasa penting sekali bagi keberhasilan perusahaan
dalam jangka panjang sedangkan berhasil tidaknya pemilihan produk dan jasa tergantung
pada:
 Keahlian dan keterampilan
 Penafsiran terhadap informasi
 Pemasaran produk
 Selera konsumen
 Pelayanan
Bila zaman dahulu wirausaha sudah senang kalau mampu membuat produk, tetapi
zaman sekarang, wirausaha baru senang bila produk yang dipilih laku dijual dan
disenangi konsumen.

Uji Kompetensi 7 :
Siswa diharapkan mampu membedakan antara produk dan jasa serta mampu
memberikan contoh masing-masing dari dua hal tersebut.
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 26


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 27


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
5. Pengelolaan persediaan
Kelancaran bisnis perlu ditunjang dengan adanya persediaan barang dagangan.
Untuk menunjang persediaan barang, dapat ditempuh oleh setiap perusahaan dengan cara
pengelolaan dan pengendalian persediaan barang, dapat ditempuh oleh setiap perusahaan
dengan cara pengelolaan dan pengendalian persediaan sesuai dengan jumlah yang
direncanakan. Jadi, pengelolaan persediaan adalah suatu tindakan seorang pengusaha
untuk menjaga agar persediaan tetap stabil sesuai rencana.

Adapun tujuan dikelolanya persediaan barang adalah:


a. Untuk menjaga jangan sampai persediaan habis
b. Untuk menjaga jangan sampai mengecewakan konsumen
c. Untuk menjaga agar jangan sampai jumlah persediaan barang dagangan
berlebihan.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 28


Dalam melakukan pengelolaan persediaan barang dagangan, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Sistem pencatatan yang paling tepat
b. Metode pencatatan yang tepat untuk menentukan persediaan
c. Menghitung persediaan barang dagangan,
d. Menyusun laporan persediaan.

Mengenai sistem pencatatan, ada dua sistem yang bisa dikemukakan di sini.
a. Pencatatan secara terus menerus (perpetual/system)
Cara pencatatan yang dilakukan secara terus menerus. Dasar dari sistem ini adalah
mencatat semua enambahan dan pengurangan dengan cara yang sama pencatatan kas,
yaitu masing-masing jenis barang dibuat perkiraan sendiri-sendiri dan untuk transaksi
yang berkaitan dengan pengembalian dan pengurangan harga dibukukan dalam buku
pembantu (subsidiary ledger)
b. Pencatatan secara periodic (periodic system)
Cara pencatatan yang dilakukan pada waktu atau periode tertentu, misalnya
mingguan, bulanan atau semester.

Mengenai metode pencatatan persediaan barang dagangan dapat digunakan cara berikut.
a. First-in, First-out (FIFO)
Barang yang pertama masuk, barang itulah yang lebih dahulu dikeluarkan
b. Last-in, First-out (LIFO)
Barang yang paling akhir masuk, barang itulah yang lebih dahulu dikeluarkan
c. Average Cost (AC)
Barang-barang yang dikeluarkan dicatat berdasarkan harga rata-ratanya

Dengan mengetahui dan memahami sistem pencatatan dan metode pencatatan,


akan dapat dihitung persediaan barang dagangan dengan tepat sehingga dapat mengatur
pengadaan persediaan barang dagangan dengan tingkat persediaan yang menguntungkan.
Setelah menghitung dan mencatat persediaan barang, selanjutnya perlu disusun
laporan persediaan barang dagangan. Penyusunan laporan persediaan perlu dibuat dalam
rangka pelaksanaan administrasi. Laporan persediaan barang dagangan dibuat secara
periodik. Data yang diperlukan untuk menyusun laporan ini diperoleh dari:
a. Buku pembelian (tunai/kredit)
b. Buku penjualan (tunai/kredit)
c. Kartu persediaan gudang
d. Kartu persediaan di toko
e. Kartu retur pembelian, dan
f. Kartu retur penjualan
Buku pembelian, buku penjualan serta kartu retur pembelian dan penjualan
digunakan sebagai alat penguji kebenaran keluar masuk barang di gudang sesuai dengan
salinan surat kiriman barang, surat penerimaan, faktur penjualan, dan sebagainya.
Sedangkan kartu persediaan barang digudang dan ditoko digunakan untuk melihat
kenyataan barang yang tersedia dan meneliti antara catatan di kartu persediaan dengan
jumlah barang sebenarnya secara fisik.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 29


Setelah penyusunan laporan persediaan selesai, selanjutnya laporan tersebut
disampaikan ke bagian keuangan, yang kemudian akan dijadikan sebagai data untuk
menyusun laporan keuangan, yaitu laporan rugi laba dan neraca.
Laporan persediaan harus akurat, karena penetapan nilai persediaan dagangan
sangat mempengaruhi keseimbangan antara biaya-biaya yang dikeluarkan dengan
pendapatan di dalam satu periode. Ketidakakuratan dari suatu laporan persediaan
memungkinkan timbulnya kesalahan penetapan nilai persediaan akhir, yang kemudian
mengakibatkan kesalahan dalam penetepan laba kotor maupun laba bersih, sehingga
akhirnya akan mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pelaporan aktiva/harta dan
modal di dalam neraca.
Oleh karena akhir suatu periode merupakan persediaan awal untuk periode
berikutnya, maka jika persediaan akhr ditetapkan salah, akan mengakibatkan berlanjutnya
kesalahan yang tidak dapat dihindarkan.

Pengelolaan persediaan adalah suatu tindakan seorang


pengusaha untuk menjaga agar persediaan barang tetap stabil
sesuai rencana.
Stabil artinya jangan sampai klekurangan dan kelebihan.
Pencatatan persediaan dapat dilakukan dengan cara terus
menerus atau berkala/periodk. Laporan persediaan harus
akurat karena berpengaruh pada kesinambungan antara biaya
yang dikeluarkan dan pendapatan di dalam satu periode.

Uji Kompetensi 8 :
Siswa mampu menjawab pertanyaan berikut ini :
1. Tuliskan pengertian pengelolaan persediaan
2. Apa tujuan pengelolaan persediaan
3. Jelaskan cara system pencatatan dalam pengelolaan persediaan
4. Metode apa yang digunakan dalam persediaan barang dagangan
5. Mengapa laporan persediaan harus akurat

Jawaban : Secara lisan

6. Menghitung kebutuhan dan persediaan bahan baku


a). Pengertian bahan baku
Bahan baku adalah bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tak terpisahkan
dari produk jadi dan merupakan biaya utama dalam proses pembuatan produk. Bahan
baku merupakan bahan dasar yang sangat penting bagi perusahaan, bisa dibayangkan,
jika dalam perusahaan tidak tersedia bahan baku, bias dipastikan kegiatan produksi akan
terhenti. Sebaliknya jika persediaan bahan baku terlalu banyak, bukan berarti akan
menguntungkan bagi perusahaan, sebab akan semakin menambah biaya-biaya persediaan
yang harus ditanggung perusahaan.
Untuk menghindari kelebihan dan kekurangan bahan baku, perusahaan perlu
melakukan pengendalian bahan baku, sehingga setiap saat perusahaan mengetahui berapa

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 30


persediaan bahan baku yang ada, berapa harus dibeli bahan baku, dan berapa bahan baku
yang siap untuk diproses.

b. Penghitungan biaya bahan baku


Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi pada dasarnya
adalah hasil kuantitas dengan harga satuan bahan baku. Penentuan kualitas bahan baku
bergantung pada system pencatatannya, sedangkan penentuan harga satuannya
bergantung pada metode penilaian persediaan yang digunakan. Aba beberapa metode
penilaian persediaan yang digunakan dalam perhitungan harga pokok bahan baku yang
dipakai dalam proses produkdi, yaitu sebagai berikut ini.
1) Metode FIFO (First-in First-out)
Bahan baku yang pertama dianggap bahan baku yang dulu dipakai dalam proses
produksi. Contoh : Data mengenai bahan baku pada PT Sinar Sejahtera selama dua
minggu pertama bulan Mei 2011 adalah :
01 Mei, Persediaan 8.000 kg @ Rp. 1.000,00
09 Mei, Pembelian 12.000 kg @ Rp. 1.200,00
17 Mei, masuk proses proses 15.000 kg.
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi pada tangal 17 mei
sebanyak 15.000 kg. dihitung sebagai berikut.
8.000 kg. @ Rp. 1.000,00 : Rp. 8.000.000,00
7.000 kg. @ Rp. 1.200,00 : Rp. 8.400.000,00
15.000 kg. Rp. 16. 400.000,00
Berdasarkan perhitungan diatas bahan baku yang dipakai dalam proses produksi yang
harus dicatat sebesar Rp. 16.400.000,00

2) Metode LIFO (Last-in First-out)


Bahan baku yang terakhir masuk dianggap yang lebih dahulu dipakai dalam proses
produksi. Contoh :
12.000 kg. @ Rp. 1.200,00 : Rp. 14.400.000,00
3.000 kg. @ Rp, 1.000,00 : Rp. 3.000.000,00
15.000 kg. : Rp. 17.400.000,00
Dengan demikian menurut metode LIFO, bahan baku yang harus dicatat sebesar Rp.
17.400.000,00

3) Metode Rata-rata Tertimbang (Average Cost Method)


Biaya bahan baku yang dipakai dalam proses produksi adalah hasil kali kuantitas
bahan baku yang dipakai dan harga pokok rata – rata persatuan. Contoh :
8.000 kg. @ Rp. 1.000,00 : Rp. 8.000.000,00
12.000 kg @ Rp. 1.200,00 : Rp. 14.400.000,00
20.000 kg : Rp. 22.400.000,00
Harga pokok rata-rata tiap kg : Rp. 22.400.000,00 : Rp. 20.000,00 = Rp. 1.120,00
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi (15.000 kg) = 15.000 x
Rp. 1.120,00 = Rp. 16.800.000,00
Dengan demikian, bahan baku yang harus dicatat adalah Rp. 16.800.000,00.
C. Pencatatan bahan baku

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 31


Pencatatan bahan baku pada dasarnya meliputi pencatatan pembelian dan
pemakaian bahan baku dalam proses produksi. Sistem pencacatan bahan baku
menggunakan cara-cara berikut ini.
1) Pencatatan sistem fisik (periodik)
Dalam sistem ini, harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi
dihitung dan dicatat pada setiap akhir periode, setelah lebih dahulu dihitung harga
pokok persediaan bahan baku pada akhir periode. Dengan demikian, selama periode
berjalan, tidak ada pencatatan mengenai harga pokok bahan baku yang dipakai dalam
proses produksi.
2) Pencatatan sistem perpetual
Dalam sistem ini, harga pokok bahan baku yang dibeli dan harga pokok bahan baku
yang diproses dalam produksi dicatat dalam perkiraan persediaan bahan baku. Harga
pokok bahan baku yang diproses dicatat debet perkiraan barang dalam proses dan
kredit pada perkiraan persediaan bahan baku. Dengan demikian, metode penilaian
persediaan diterapkan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang keluar
(diproses).
Di samping pencatatan yang dilakukan seperti diatas, dalam penerapan sistem perpetual,
baik transaksi pembelian maupun pemakaian bahan baku dicatat juga dalam katu
persediaan. Kartu ini disediakan untuk jenis bahan baku dan berfungsi sebagai buku
pembantu untuk persediaan bahan baku.
Contoh : Data persediaan bahan baku A-2 pada PT Sinar Sejahtera bulan Juni 2011
adalah:
Juni 1, persediaan 20.000 kg @ Rp. 2.000,00
Juni 7, pembelian 12.000 kg @ Rp. 3.000,00
Juni 14, masuk proses produksi 24.000 kg
Juni 18, pembelian 10.000 kg @ Rp.4.000,00
Juni 25, masuk proses produksi 15.000 kg

KARTU PERSEDIAAN Jenis Bahan : A-2


Satuan : kg
Metode : FIFO

Tgl. Pembelian Pemakaian Saldo


Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
Satuan Satuan Satuan

1/6 - - - - - - 20.000 Rp.2000 Rp.40.000.000

7/6 12.000 Rp.3.000 Rp.36.000.000 - - - 12.000 Rp.3000 Rp.36.000.000

14/6 - - - 20.000 Rp.2.000 Rp.40.000.000

4.000 Rp.3.000 Rp.12.000.000 8.000 Rp.3.000 Rp.24.000.000

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 32


18/6 10.000 Rp.4.000 Rp.40.000.000 - - - 10.000 Rp.4.000 Rp.40.000.000

25/6 - - - 8.000 Rp.3000 Rp.24.000.000

7.000 Rp.4000 Rp.28.000.000 3.000 Rp.4.000 Rp.12.000.000


Uji Kompetensi 9 :
Siswa diminta membuat kartu persediaan dalam metode LIFO dan FIFO
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 33


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
7. Proses produksi
a. Pengertian Produksi, Produk, Produsen, dan Produktivitas
1. Produksi
Kegiatan manusia yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau faedah, baik itu
faedah bentuk, faedah tempat, faedah waktu, dan sebagainya. Contoh penambahan
faedah adalah wirausahawan yang kreatif yang mengubah tanah liat menjadi pot
bunga, bermacam-macam gerabah, genting dan sebagainya. Contoh penambahan
faedah tempat adalah seorang wirausahawan yang membawa hasil
pertanian/perkebunan dari daerah ke kawasan perkotaan. Contoh penambahan
faedah waktu adalah seorang wirausahawan yang menyewakan paying di musin
hujan.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 34


2. Produk
Hasil dari kegiatan produksi yang bisa berupa barang dan jasa. Meskipun barang
dan jasa adalah sama-sama hasil produksi, namun perlu dibedakan. Barang
mempunyai wujud tertentu dan mempunyai sifat fisik. Barang juga mempunyai
tenggang waktu antara saat diproduksi dengan saat dikonsumsi, sedangkan jasa
adalah hasil dari kegiatan produksi yang tidak mempunyai wujud tertentu serta
tidak mempunyai sifat fisik tertentu. Di dalam jasa juga tidak terdapat tenggang
waktu antara saat diproduksi dengan saat dikonsumsi. Contoh: jasa seorang tukang
pijat, jasa seorang dokter, dan sebagainya.
3. Produsen
Orang atau badan yang menghasilkan produk, baik yang berwujud barang maupun
yang berwujud jasa.
4. Produktivitas
Kemampuan untuk menghasilkan sesuatu barang atau jasa dalam suatu proses
produksi. Perlu diketahui, bahwa produktivitas suatu perusahaan tidak selamanya
konstan, melainkan berubah-ubah sesuai kegiatan yang dilakukan perusahaan yang
bersangkutan.
b. Seluk beluk proses Produksi
Proses produksi adalah rangkaian kegiatan pembentukan, mengubah dan
menciptakan untuk meningkatkan nilai suatu barang. Proses produksi merupakan
kegiatan yang dominant dilakukan oleh perusahaan industri.
Proses ini diawali dengan penyediaan bahan baku. Bahan baku yang telah
dipersiapkan, kemudian diolah dengan menggunakan tenaga manusia serta mesin dan
ditambah bahan-bahan pembantu. Kegiatan ini berlanjut sampai akhirnya terbentuk
barang jadi yang siap dipasarkan.
Dalam melakukan proses produksi ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
antara lain sebagai berikut:
1) Sifat proses produksi
a. Proses produksi yang terputus-putus
Proses produksi yang dilakukan atas dasar jumlah pesanan yang diterima oleh
perusahaan. Di sini, proses produksi tidak dilakukan berdasarkan pada ramalan
penjualan dan jumlah produk yang dibuat perusahaan, biasanya sedikit tergantung
pada pesanan yang masuk ke perusahaan.

b. Proses produksi yang terus menerus


Proses produksi yang dilakukan berdasarkan pada ramalan penjualan dan bukan
berdasarkan jumlah pesanan yang masuk. Proses produksi yang terus menerus
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar, sehingga jumlah produk yang dibuat
pada umumnya banyak.
2) Jenis dan mutu produk yang akan diproduksi
Untuk menentukan jenis dan mutu produk, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, yaitu:
a. Produk termasuk produk tahan lama atau tidak
b. Bagaimana mutu produk
c. Bagaimana sifat permintaan konsumen terhadap roduk yang akan dibuat

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 35


d. Produk yang akan diproduksi termasuk consumers goods atau produciens
goods
3) Jenis produk (baru atau lama)
Seorang wirausahawan perlu memperhatikan dan mempertimbangkan jenis produk
yang disertai penelitian tentang:
a. Lokasi, apakah perusahaan perlu berdekatan dengan sumber bahan baku atau
dekat dengan pasar
b. Berapa jumlah produk yang akan diproduksi
c. Bagaimana sifat permintaan terhadap produk, apakah musiman atau sepanjang
masa.
4) Pengendalian proses produksi
Pengendalian proses roduksi menyangkut beberapa masalah tentang perencanaan dan
pengawasan proses produksi di dalam perusahaan. Wirausahaan harus menetapkan
produk apa dan berapa jumlah yang akan diproduksi pada suatu periode yang akan
datang, bagaimana penyelesaian proses produksi, kapan proses produksi akan dimulai
dan kapan akan selesai. Untuk kelancaran proses produksi, hendaknya semua itu
direncanakan, dikordinir dan dikendalikan dengan baik oleh wirausahawan.
Adapun tahapan-tahapan yang erlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
 Routing
Menetapkan dan menentukan urutan-urutan proses produksi, dari bahan mentah
sampai menjadi akhir, termasuk di dalamnya mempersiapkan alat-alat yang akan
digunakan
 Schedulling
Menetapkan dan menentukan jadwal kegiatan proses produksi yang disinergikan
sebagai suatu kesatuan. Dari scheduling akan diketahyi penggunaan waktu setiap
pemprosesan produksi
 Dispatching
Menetapkan dan menentukanproses pemberian perintah untuk melaksanakan
operasi roses produksi yang sudah dalam raouting dan schedulling
 Follow up
Menetapkan dan menentukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi penundaan dan
mendorong terkoordinasinya seluruh perencanaan proses produksi

Uji Kompetensi 10 :
Siswa mampu membedakan antara produk,produksi,produsen dan
produktifitas
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 36


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
8. Penyimpanan hasil produk
Menyimpan adalah salah satu kegiatan dalam produksi yang dapat menciptakan
kegunanaa waktu (time ultility) . menyimpan merupakan fungsi kegiatan penyimpanan
yang dijumpai dalam penyaluran barang waktu perusahaan berproduksi dan pada waktu
ada kegiatan penjualan.
Penyimpana ditujukan untuk mengusahakan agar barang dagangan yang ada
dalam perusahaan jumlahnya tidak kurang dan tidak berlebihan. Sebab apabila
kurang,berarti ada sebagian permintaan para langganan yang tidak terlayani,akibatnya

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 37


pelanggan pindah ke perusahaan lain. Sebaliknya, bila kelebihan, maka akibatnya ongkos
pemeliharaan sangat besar, bahkan sebagian modal perusahaan tidak bias berputar.
Kegiatan menyimpan hasil produksi dapat dilakukan oleh perusahaan bila :
 Produk yang dihasilkan perusahaan menurut musim tertentu, sedangkan
pemakaiannya terus menerus.
 Pemakaian produk hanya dalam satu musim, sedangkan produk diproduksi
sepanjang waktu.
 Menyimpan hasil produksi dapat mengatasi kestabilan harga produk.
 Sifat produk memang memerlukan penyimpanan khususn di dalam gudang.
Hasil produksi dapat disimpan dan diamankan di dalam :
 Gudang khusus milik sendiri
 Gudang khusus milik orang lain yang disewa perusahaan
 Lemari khusus yang aman dari pencurian
 Ruangan took khusus yang aman
a). Cara penyimpanan hasil produksi
Bagian penyimpanan terlebih dahulu harus mengklasifikasikan barang yang akan
disimpan. Apakah barang tersebut barang yang tidak memerlukan tempat khusus ataukah
barang yang memerlukan tempat khusus.
1). Menyimpan barang yang tidak memerlukan tempat khusus dengan cara :
- Harus tertib,aman dan sehat
- Tidak mudah dimasuki tikus dan serangga
- Tidak kena debu dan kotor kotoran
- Demi keamanan,perlu dijaga oleh petugas keamanan perusahaan.
2). Menyimpan yang memerlukan tempat khusus dengan cara ;
- Harus disimpan pada ruangan yang dilengkapi alat pendingin
- Harus disimpan pada ruangan yang dilengkapi pemanas atau penghangat
- Harus disediakan tempat dengan temperature khusus
- Dijaga kelembabannya
- Harus dijaga oleh petugas keamanan perusahaan.
b). Pemasukan dan pengeluaran barang di tempat penyimpanan
1). Pemasukan
- Barang yang diterima oleh bagian penyimpanan disusun dan disimpan sesuai
jenis/spesifikasi serta instruksi cara penyimpananannya.
- Semua barang dicacat dalam kartu gudang, setiap jenis barang dicatat pada
satu kartu
- Pemeriksaan fisik barang dilakukan secara teratur dan jumlahnya dicatat
dalam pembukuan khusus untuk memudahkan pengendalian

2). Pengeluaran
- Pengeluaran barang dari tempat penyimpanan dilakukan sesuai permintaan
sebagaimana yang tercantum dalam bon barang dan dicatat pada kartu barang
sejumlah pengeluaran
- Untuk setiap barang yang dikeluarkan, dibuatkan bukti pengantar keluar
barang yang harus ditandatangani oleh kepala gudang dan satu lagi
ditandatangani oleh penerima.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 38


- Barang yang dikeluarkan, pencatatannya dapat menggunakan FIFO atau LIFO
FIFO (First-in, First-out) berarti barang yang pertama masuk, barang itulah
yang lebih dahulu keluar atau dengan istilah masuk pertama, keluar pertama
(MPKP). LIFO (Last-in, First-out) berarti barang yang paling akhir masuk,
barang itulah yang lebih dahulu dikeluarkan atau dikatakan masuk akhir,
keluat pertama (MAKP).

Uji Kompetensi 11 :
Siswa diminta untuk menjelaskan kembali materi penyimpanan hasil produksi

Jawaban : Secara Lisan

9. Merancang aliran proses produksi


Proses produksi merupakan suatu cara, metode maupun teknik penciptaan faedah
baru dari suatu produk. Seorang wirausahawan di dalam melaksanakan proses produksi
sebelumnya harus menentukan dengan jelas apakah ciri-ciri, syarat-syarat dan faktor-
faktor perencanaan operasi produksi. Hal ini sangat penting agar roses produksi bisa
berjalan dengan lancar dan tujuan perusahaan untuk mendapatkan laba pun berhasil.
a. Ciri-ciri perencanaan proses produksi
 Perencanaan proses produksi harus mengarah pada kegiatan pada
masa-masa mendatang
 Perencanaan proses produksi harus mempunyai jangka waktu
tertentu
 Perencanaan proses produksi harus mempersiapkan tenaga kerja,
mesin-mesin, bahan baku, metode pengerjaan, modal, dan sebaginya
 Perencanaan proses produksi harus dapat mengkoodinir kegiatan
dengan kegiatan bagian lain
 Perencanaan proses produksi harus dapat menentukan jumlah
produk, jenis produk, kualitas produk, warna produk, ukuran produk, bentuk
produk, dan sebaginya.
b. Syarat-syarat perencanaan proses produksi
 Perencanaan proses produksi harus disesuaikan dengan tujuan
perusahaan
 Perencanaan proses produksi harus sederhana, mudah dimengerti
dan dapat dilaksanakan
 Perencanaan proses produksi harus memberikan analisis dan
klasifikasi kegiatan

c. Persiapan perencanaan proses produksi


Adapun persiapan perencanaan operasi meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Proses persiapan

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 39


Sebelum wirausahawan menentukan produk apa yang akan dibuat, terlebih dahulu
wirausaha perlu menimba gagasan dari ara konsumen dan mengajak karyawan
untuk berartisipasi memikirkan produk yang akan diproduksi.
2. Penyiapan gagasan
Setelah banyak menemukan gagasan yang bagus dari konsumen ditambah
sumbangan pikiran dari para karyawan, maka wirausahawan harus menyaring dan
memilih gagasan yang baik.
3. Analisis gagasan
Selanjutnya, wirausahawan mengadakan analisis terhadap gagasan proses
produksi dari berbagai macam usaha. analisis gagasan itu dilakukan mengetahui:
 Potensi permintaan terhadap produk
 Jumlah omset penjualan
 Kemampuan produk yang mendatangkan laba
4. Percobaan produk
Tahap selanjutnya adalah wirausahawan mewujudkan gagasan ke dalam tindakan
kongkret, yaitu menciptakan produk sesuai gagasan. Produk itu harus bisa
dipertanggungjawabkan, baik secara teknis maupun komersial
5. Uji coba produk
Produk yang telah dibuat, kemudian diteliti dan diuji mengenai kelemahan
produk, kesalahan dalam pembuatan (bila ada), cacat tidaknya dan bermanfaat
tidaknya produk yang dibuat. Setelah diuji, diharapkan produk benar-benar
dipertanggungjawabkan kepada konsumen.
6. Komersialisasi
Merupakan tahap memperkenalkan produk yang telah diproduksi kepada para
konsumen. di dalam tahap ini, wirausahawan berusaha agar produksnya benar-
benar bisa diterima oleh konsumen, diantaranya dengan cara melaksanakan
pemberian merek produk, membuat kemasan produk semenarik mungkin,
menentukan harga bijaksana mingkin, melakukan promosi dan pendistribusian.
Agar kegiatan proses produksi dapat dilaksanakan dengan baik, maka dalam
proses produksi perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian.

Uji Kompetensi 12 :
Siswa diminta untuk merancang sebuah proses produksi
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 40


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
BAB III
MENGANALISIS ASPEK-ASPEK PERENCANAAN USAHA

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 41


KOMPETENSI : Merencanakan Usaha Kecil/Mikro
SUB KOMPETENSI : Analisis perencanaan usaha dengan aspek
administrasi usaha
MATERI PEMBELAJARAN:
1. Perizinan usaha
2. Surat Menyurat
3. Pencatatan transaksi barang/jasa
4. Pencatatan transaksi keuangan
5. Pajak pribadi dan pajak usaha

Administrasi Usaha
Secara sempit, administrasi diartikan sebagai kegiatan ketatausahaan, yang
meliputi menghimpun informasi, mengolah data, memperbanyak atau menggandakan
data, mendistribusikan data, menyimpan/mengarsip data yang penting dan
memusnahkannya. Sedangkan secara luas, administrasi diartikan sebagai proses kerja
sama yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dari
pengertian itu dapat diketahui bahwa administrasi mempunyai tiga faktor yaitu :
sekelompok orang, kerjasama dan tujuan. Selain itu administrasi meliputi organisasi,
manajemen, komunikasi, kepegawaian, keuangan, perbekalan, tata usaha, dan hubungan
masyarakat. Administrasi yang berkaitan dengan dunia usaha berupa pengurusan
kelengkapan perizinan usaha, surat menyurat, pencatatan transaksi keuangan, pengurusan
pajak, dan sebagainya.

1. Perizinan usaha
Perizinan usaha/perusahaan adalah suatu bentuk persetujuan atau pemberian izin
dari pihak yang berwenang atas penyelenggaraan kegiatan usaha yang dilakukan oleh
perseorangan maupun badan. Izin tersebut biasanya diberikan oleh instansi pemerintah
yang terkait dengan kegiatan usaha yang akan diselenggarakan oleh pihak yang meminta
izin.
Adapun maksud dikeluarkannya izin usaha oleh pemerintah adalah untuk
memberikan pembinaan, pengarahan dan pengawasan dalam kegiatan usaha dan menjaga
ketertiban dalam usaha serta menciptakan pemerataan kesempatan berusaha.
Pemerintah telah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Nomor
1458/KP/XII/1984, tanggal 19 Desember 1984, dalam rangka memperlancar dan
mempermudah perizinan sebagai berikut :
a. Izin usaha, yaitu persetujuan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat
untuk perusahaan industri
b. Izin penggunaan tanah, yaitu izin yang dikeluarkan oleh kantor agrarian Pemda
setempat berkenaan dengan masalah pembebasan tanah.
c. Izin mendirikan bangunan (IMB), yaitu izin yang dikeluarkan oleh Pemda, dalam hal
ini oleh Dinas Pengawasan Pembangunan, Bangunan yang akan didirikan harus
sesuai dengan gambar yang direncanakan.
d. Izin gangguan/Surat Izin Tempat Usaha (SITU), yaitu izin yang dikeluarkan oleh
bagian Undang-undang Gangguan Pemda setempat, untuk mendapatkan SITU,
pengusaha terlebih dahulu harus mendapat izin dari para tetangga di lingkungan
tempat usaha, RT, RW, dan kelurahan setempat.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 42


e. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), yaitu surat izin yang dikeluarkan oleh
Departemen Perdagangan dan Koperasi.
f. Wajib Daftar Perusahaan, yaitu surat yang dikeluarkan oleh Departemen
Perdagangan, dalam hal ini adalah Kantor Wilayah Perdagangan dan Koperasi,
Perindustrian, Pertanian, Pariwisata dan sebagainya.
Berkaitan dengan perizinan usaha yang saat ini berlaku di wilayah Indonesia, ada
ketentuan yang mengatur bahwa untuk usaha tertentu tidak perlu mendapat izin. Misalnya
usaha yang dijalankan masyarakat yang tergolong usaha informal dan tradisional yang
belum berkembang.

2). Akta Pendirian


Langkah pertama untuk mendirikan usaha/perusahaan yang sifatnya formal adalah
membuat akta pendirian usaha yang dilakukan dilakukan di depan lembaga resmi. Dalam
akta pendirian perusahaan yang dibuat didepan notaris, antara lain trecantum dalam hal-
hal sebagai berikut :
a. Tanggal pendirian perusahaan
b. Bentuk dan nama perusahaan
c. Nama para pendiri
d. Alamat tempat usaha
e. Tujuan pendirian usaha
f. Besarnya modal usaha
g. Kepengurusan dan tanggung jawab anggota pendiri usaha
h. Tahun buku, dan sebagainya.
Akta pendirian tersebut dibubuhi materei, kemudian ditandatangani pendiri
perusahaan, saksi dan notaries. Oleh notaris, akta pendirian tersebut didaftarkan ke
pengadilan negeri setempat.

3) Surat Izin Tempat Usaha (SITU)


Untuk menyelenggarakan usaha diperlukan tempat usaha yang memadai dan
sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang gangguan maka diperlukan SITU, yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat. SITU harus dimiliki oleh perusahaan, baik
yang berbentuk perseorangan, firma, CV, maupun perseroan terbatas.
Adapun syarat-syarat permohonan SITU adalah :
a. Fotocopy akta pendirian perusahaan
b. Denah tempat kedudukan usaha
c. Surat persetujuan/tidak keberatan dari tetangga yang diketahui oleh ketua RT,RW,
lurah dan camat
d. Fotocopy KTP
e. Surat bukti perlunasan PBB
Pemerintah mengeluarkan Surat Izin Tempat Usaha untuk menjaga ketertiban,
member kesempatan yang sama untuk peluang menciptakan lapangan pekerjaan dan demi
terwujudnya keindahan tata kota. Selain itu, SITU ini gunanya ialah untuk menciptakan
keseimbangan perekonomian dan perdagangan ditengah masyarakat serta untuk
memudahkan dalam pengendalian pembayaran pajak dan administrasi lainnya.

4. Nomor Pokok Wajib Pajak

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 43


NPWP adalah suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.
Setiap usaha (perusahaan) wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan wajib pajak. Selain untuk pengenal
diri, NPWP ini juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan
dalam pengawasan administrasi perpajakan. Adapun syarat-syarat untuk memperoleh
NPWP adalah :
a. Fotocopy akta pendirian usaha
b. Fotocopy surat izin tempat usaha (SITU)
c. Fotocopy KTP atau SIM atau paspor salah seorang pengurus
d. Surat kuasa (bagi wilayah diwakilkan)

5. Izin Usaha Lainnya


Perizinan usaha lainnya yang perlu dimiliki oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
 NRP (Nomor Register Perusahaan)
- Fotocopy KTP
- Fotocopy Akta Pendirian Usaha
- Fotocopy Surat Izin Usaha
- Fotocopy NPWP
 NRB (Nomor Rekening Bank)
- Fotocopy KTP
- Contoh tanda tangan pemimpin dan bendahara
- Tanda bukti setoran
- Lembar pembentukan setoran
 AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
- Fotocopy penanggung jawan perusahaan
- Fotocopy akta pendirian perusahaan
- Fotocopy surat izin usaha
- Fotocopy NPWP
- Fotocopy NRP
- Fotocopy denah lokasi yang menimbulkan dampak lingkungan.

Uji Kompetensi 13 :
Siswa diminta mencari/membuat salah satu dari beberapa jenis surat izin usaha
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 44


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 45


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
2. Surat Menyurat
 Pengertian Surat
Surat adalah alat untuk menyampaikan informasi secara tertulis kepada pihak lain,
baik atas nama pribadi maupun jabatannya dalam organisasi dengan maksud tertentu.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 46


Kegiatan surat menyurat merupakan kegiatan yang banyak dilakukan dalam perusahaan
atau kantor. Kegiatan ini dilakukan untuk intern maupun ekstern.
Surat sebagai alat komunikasi dan informasi mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Sebagai duta atau wakil organisasi/perusahaan
b. Sebagai alat bukti tertulis, misalnya surat perjanjian
c. Sebagai pedoman, misalnya surat yang berisi instruksi
d. Sebagai alat pengingat, misalnya surat yang telah diarsipkan.
Meskipun pada zaman sekarang alat komunikasi sudah serba modern, tetapi surat
menyurat tetap merupakan salah satu faktor yang paling penting di dalam dunia usaha,
sehingga surat menyurat tetap diselenggarakan, baik dalam dunia usaha maupun
pemerintahan.
 Penggolongan Surat
Surat digolongkan dalam beberapa golongan berikut ini :
a. Surat menurut isinya
 Surat pribadi
Surat yang isinya bersifat kekeluargaan, persahabatan dan perkenalan. Surat
pribadi yang digunakan untuk keperluan resmi atau ditujukan kepada suatu
organisasi disebut surat pribadi setengah resmi, misalnya surat lamaran pekerjaan
 Surat dinas
Surat yang isinya menyangkut masalah kedinasan yang dibuat oleh instansi
pemerintah,contoh surat dinas adalah surat tugas, surat keputusan, surat edaran,
memorandum, dan sebagainya.
 Surat niaga
Surat yang isinya menyangkut masalah perniagaan yang dibuat oleh
perusahaanatau pengelolah usaha. Contoh surat niaga adalah surat penawaran,
surat pesanan, surat pengiriman barang, surat pengaduan.
b. Surat menurut keamanan isinya
a. Surat sangat rahasia
Surat yang isinya berhubungan dengan keamanan negara
b. Surat rahasia
Surat yang isinya tidak boleh diketahui oleh orang lain
c. Surat konfidentsial
Surat yang isinya cukup diketahui oleh pejabat yang bersangkutan saja
d. Surat biasa
Surat yang tidak menimbulkan akibat buruk atau merugikan organisasi/pejabat
yang bersangkutan.
c. Surat menurut urgensinya
e. Surat kilat
Harus sampai selekas mungkin.Surat ini merupakan surat yang harus didahulukan
f. Surat segera
Surat yang harus segera ditanggapi, tetapi tidak perlu kilat
g. Surat biasa : Surat yang isinya tidak memerlukan tanggapan si penerima
 Surat menyurat dalam kegiatan usaha (Bisnis)
Surat niaga merupakan produk yang dominan dan penting dalam kegiatan usaha
(bisnis). Adanya surat niaga dapat memacu munculnya penawaran dan permintaan
terhadap produk, baik yang berupa barang maupun jasa.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 47


Adapun surat niaga yang sering dibuat oleh dunia usaha antara lain sebagai berikut:
a). Surat penawaran
Surat ini berisi penawaran produk kepada pihak lain. Surat penawaran bertujuan
untuk memperkenalkan produk baru atau untuk mencari pelanggan baru. Isi surat
penawaran adalah memperkenalkan produk, harga produk, kualitas, sampai cara
pembayaran apabila pihak yang diberi surat penawaran itu berminat untuk memesan.
b). Surat pesanan
Surat pesanan adalah respons atau tanggapan positif atas surat penawaran yang
telah diterima. Surat pesanan ditulis/dibuat karena adanya minat setelah membaca surat
penawaran. Isi surat pesanan adalah menyebutkan macam dan jumlah barang yang
dipesan serta kesanggupan pembayaran.
c). Surat pengiriman barang
Merupakan surat yang dikirimkan bersamabarang yang dipesan. Dalam surat ini
ditegaskan kembali tentang macam dan jumlah barang yang dipesan beserta perincian
harga.
Surat niaga yang mungkin timbul setelah pengiriman barang adalah sebagai berikut:
 Surat pengaduan/klaim
Surat ini dibuat apabila ternyata ada kerusakan barang yang diterima, ketidakcocokan
antara barang yang dipesan dengan barang yang dikirim atau kekerungan jumlah
barang.
 Surat tanggapan pengaduan
Surat permintaan maaf sehubungan adanya kerusakan, ketidakcocokan atau
kekurangan jumlah barang. Dalam surat ini juga berisi kesanggupan penjual untuk
mengganti barang yang rusak atau member potongan harga.
 Surat penagihan
Surat yang timbul karena transaksi jual beli dilakukan secara kredit, sementara pihak
yang berutang belum melunasi utangnya setelah jatuh tempo yang disepakati.
 Surat penangguhan pembayaran hutang
Surat yang timbul karena pihak yang berutang belum bias membayar utangnya sesuai
waktu yang disepakati. Dalam surat ini, pihak yang berutang menyampaikan
permintaan maaf dan member alas an yang masuk akal mengapa belum bias
membayar utang.
Masih banyak lagi surat yang ada dalam kegiatan bisnis, seperti surat perjanjian
jual beli, surat perjanjian sewa, surat kerjasama, dan sebagainya.

Uji Kompetensi 14 :
Siswa diminta membuat beberapa jenis surat
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 48


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 49


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
3. Pencatatan Transaksi Barang/Jasa
 Penggolongan transaksi perusahaan
Transaksi yang terjadi dalam perusahaan selama satu periode tertentu terdiri atas
bermacam-macam transaksi, misalnya transaksi pemebelian barang, pembelian

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 50


perlengkapan, pembayaran utang, penjualan barang, penerimaan tagihan dan sebagainya.
Transaksi itu terjadi berulang-ulang.
Untuk perusahaan yang bergerak/menghasilkan jasa, yaitu menyediakan dan
menjual jasa, tidak memiliki persediaan barang dagangan. Perusahaan jasa hanya
menyediakan sarana berupa perlengkapan dan peralatan untuk melayani pihak lain yang
memerlukan. Penghasilan perusahaan jasa adalah berupa penerimaan dari pihak lain,
sebagai imbalan atau pembayaran atas jasa yang diserahkan perusahaan, termasuk dalam
golongan perusahaan jasa adalah konsultan, bengkel, servis, dan lain-lain.
Untuk perusahaan industri yang menghasilkan produk berupa barang, kegiatan
yang ada didalamnya adalah membeli bahan baku, mengolah bahan baku dalam proses
produksi, kemudian menjual hasil produksinya. Contoh : perusahaan tekstil, perusahaan
meubel, perusahaan genting dan sebagainya.
Semakin besar perusahaan, semakin banyak transaksi yang terjadi pada suatu
periode. Untuk itu perlu dibuat pencatatan transaksi yang teliti, cermat dan sistematis.
Untuk memudahkan membuat ringkasan dan penyusunan laporan keuangan, transaksi-
transaksi yang sejenis atau transaksi yang mengakibatkan perubahan pada pos yang sama,
dikelompokkan dan dicatat dalam suatu daftar khusus yang disebut perkiraan. Transaksi
yang mengakibatkan perubahan pada pos kas, baik itu penambahan atau pengurangan
uang kas dicatat pada perkiraan kas. Begitu pula transaksi yang mengakibatkan
perubahan utang, dicatat pada perkiraan utang. Dengan demikian, akan terdapat perkiraan
kas, piutang, utang, perlengkapan peralatan dan sebagainya.

 Transaksi perusahaan dan bukti transaksi


Transaksi adalah kejadian-kejadian atau suatu keadaan dalam perusahaan yang
harus diproses, mulai dari pencatatan transaksi sampai disajikan dalam bentuk laporan
keuangan. Transaksi yang terjadi pada perusahaan yang satu dengan perusahaan yang
lainnya pada umumnya sama. Transaksi-transaksi itu antara lain :
- Penerimaan uang tunai atau barang dari pemilik sebagai setoran modal
- Pembelian perlengkapan dan peralatan secara tunai atau secara kredit
- Pembayaran utang kepada kreditur
- Penjualan jasa atau barang secara tunai atau kredit
- Penerimaan tagihan dari debitur
- Pembayaran beban
Secara garis besar, kegiatan transaksi yang terjadi meliputi :
- Pembelian
- Pengeluaran uang
- Penjualan
- Penemrimaan uang

Bukti Transaksi
Bukti transaksi berisi keterangan secara rinci mengenai jenis barang atau jasa,
jumlah, ukuran dalam satuan uang serta pihak-pihak yang terkait dalam transaksi yang
bersangkutan. Selain itu, bukti transaksi juga menerangkan mengenai sifat transaski,
apakah secara tunai atau kredit.
Berikut ini beberapa contoh bukti transaksi :
Kuitansi

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 51


Bukti transaksi penerimaan uang untuk pembayaran sesuatu. Kuitansi dibuat dan
ditandatangani oleh pihak yang menerima uang dan diserahkan kepada pihak yang
melakukan pembayaran.
Cek
Surat perintah kepada bank dari orang yang menandatangani untuk membayarkanm
sejumlah uang yang tertulis dalam cek kepada pembawa atau orang yang namanya
disebut dalam cek.
Bilyet Giro
Surat perintah pemindahbukuan dari nasabah suatu bank kepada yang bersangkutan
untuk memindahkan sejumlah uang dari rekeningnya ke rekening penerima yang
namanya disebut dalam giro bilyet.
Faktur
Bukti transaksi pembelian atau penjualan secara kredit, faktur dibuat oleh pihak
penjual dan diserahkan kepada pembeli bersama-sama dengan barang yang dijual.
Nota kontan
Bukti transaksi pembelian atau penjualan yang dilakukan secara kontan. Informasi
yang ada pada nota kontan ini adalah nama perusahaan yang mengeluarkan nota,
nomor nota, tanggal transaksi, jenis barang, banyaknya, harga satuan dan total harga.
Nota kredit/debet
Bukti transaksi penerimaan kembali barang yang telah dijual atau bukti persetujuan
dari pihak penjual atas permohonan pembeli untuk pengurangan harga barang,
karena sebagian rusak atau tidak sesuai pesanan. Dengan demikian, nota kredit
dibuat oleh pihak penjual, sedangkan apabila barang yang diterima oleh pembeli
ternyata sebagian rusak atau tidak sesuai pesanan, maka pembeli dapat
menyampaikan nota kepada penjual yang berisi pengiriman kembali yang rusak atau
meminta pengurangan harga. Nota ini yang dinamakan nota debet.
Bukti memo
Bukti transaksi intern, berupa memo dari pejabat tertentu kepada bagian akuntansi
untuk melakukan pencatatan, misalnya bukti memo untuk mencatat terjadinya utang
gaji, penarika cek, dan sebagainya.

Uji Kompetensi 15 :
Siswa diminta mencari beberapa jenis bukti transaksi
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
4. Pencatatan transaksi keuangan
Transaksi keuangan adalah kejadian atau situasi yang mempengaruhi posisi
keuangan perusahaan dan oleh harus dicatat. Transaksi dalam perusahaan harus diukur.
Alat pengukur transaksi yang digunakan adalah satuan uang. Oleh karena itu, hanya

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 52


transaksi yang bernilai uang saja yang harus dicatat, misalnya membayar rekening
telepon sebesar Rp. 250.000,00, membeli barang dagangan tunai sebesar Rp.1.000.000,00
dan sebagainya.
Jumlah kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan akan selalu sama dengan sumber
pembelanjaan. Kekayaan disebut juga aktiva atau harta asset, sehingga dapat
digambarkan seperti berikut :
Aktiva = Sumber Pembelanjaan
Sumber pembelanjaan dapat dibagi menjadi dua, yakni dari kreditor dan dari
pemilik. Bagi perusahaan, diterimanya pembelanjaan dari kreditor mengakibatkan
timbulnya kewajiban untuk mengembalikan. Oleh karena itu, sumber pembelanjaan dan
kreditor disebut dengan kewajiban atau utang. Sumber pembelanjaan dari pemilik disebut
modal. Perusahaan tidak mempunyai kewajiban mengembalikan setoran modal pemilik,
namun sewaktu-waktu pemilik dapat menarik kembali setoran modalnya. Bahkan jika
perusahaan memperoleh laba, maka laba menjadi hak dari pemilik. Dari keterangan
tersebut dapat digambarkan perluasan persamaannya sebagai berikut :
Aktiva = Kewajiban + Modal

Sudah menjadi kebiasaan untuk menempatkan kewajiban sebelum modal, oleh


karena hak kreditor memang lebih didahulukan, semua transaksi usaha akan
mempengaruhi posisi keuangan, sehingga setiap transaksi dapat dinyatakan dalam bentuk
efeknya terhadap ketiga unsur dalam persamaan akuntansi.

Sebagai ilustrasi, berikut ini contoh perusahaan angkutan yang didirikan oleh
Andi Sawitto dalam bentuk perusahaan perseorangan, yang diberi nama perusahaan taksi
SALAMA’E. Transaksi atau sekelompok transaksi yang terjadi selama bulan pertama
adalah sebagai berikut :
a) Pada tanggal 2 April 2011, Andi Sawitto menyetor Rp. 40.000.000,00 pada rekening
terpisah untuk pendirian perusahaan taksi SALAMA’E.
b) Pada tanggal 4 April 2011, perusahaan taksi SALAMA’E membeli mobil dan
peralatan lainnya secara tunai dengan harga Rp. 12.000.000,00.
c) Tanggal 6 April 2011, membeli secara kredit oli, minyak rem, dan bermacam-macam
perlengkapan seharga Rp. 650.000,00
d) Tanggal 15 April 2011, membayar utang sebesar Rp. 300.000,00
e) Pendapatan jasa taksi yang diterima sampai 30 April 2011 adalah Rp. 8.000.000,00
f) Biaya-biaya yang telah dikeluarkan samapai 30 April 2011 adalah :
Gaji Rp. 1.750.000
Bensin Rp. 500.000
Makanan dan minuman Rp. 250.000
Serba – serbi Rp. 500.000
Rp. 3.000.000
g) Tanggal 30 April 2011, perusahaan taksi SALAMA’E membayar cicilan pokok utang
sebesar Rp. 150.000,00
h) Tanggal 30 April 2011, Andi Sawitto mengambil Rp. 1.000.000,00 untuk pribadi,
maka pencatatan transaksinya adalah sebagai berikut :

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 53


Aktiva Kewajiban + Modal

Tgl Keterangan Kas Perlengkapan Kendaraan Utang Utang Modal


Bank Dagang Andi
Sawitto
2/4/11 a Modal awal 40.000.000 40.000.000
4//411 b -12.000.000 12.000.000
28.000.000 12.000.000 40.000.000
6/4/11 c Beli perlengkapan 650.000 650.000
28.000.000 650.000 12.000.000 650.000 40.000.000
15/4/11 d Melunasi utang - 300.000 -300.000
27.700.000 650.000 12.000.000 350.000 40.000.000
30/4/11 e Pend. Jasa taksi 8.000.000 8.000.000
35.700.000 650.000 12.000.000 350.000 48.000.000
30/4/11 f Biaya serba-serbi - 3.000.000 -3.000.000
32.700.000 650.000 12.000.000 350.000 45.000.000
30/4/11 g Penerimaancicilan utang 150.000 -150.000
32.550.000 650.000 12.000.000 200.000 45.000.000
30/4/11 h Prive Andi Sawitto 1.000.000 -1.000.000
31.550.000 650.000 12.000.000 200.000 44.000.000

Dari transaksi yang telah disusun diatas, maka langkah selanjutnya adalah
membuat neraca sebagai berikut :

Perusahaan Taksi SALAMA”E


Neraca
30 April 2011

Aktiva Kewajiban dan Modal


Aktiva lancar Kewajiban
Kas Rp. 31.550.000 Utang Bank Rp. –
Perlengkapan Rp. 650.000 Utang Dagang Rp. 200.000
Aktiva Lancar Rp. 32.200.000 Total Kewajiban Rp. 200.000

Aktiva Tetap Modal :


Kendaraan Rp. 12.000.000 Modal Andi Sawitto Rp.44.000.000
Total Aktiva Rp. 44.200.000 Ttl. Kewajiban + Modal Rp.44.200.000

Pendapatan dan biaya usaha dicatat sebagai penambahan dan pengurangan modal.
Pendapatan dan biaya tersebut dipilah-pilah dan dijadikan tersendiri dalam perhitungan
rugi laba.

Perusahaan Taksi SALAMA”E


Perhitungan Rugi Laba
30 April 2011
Pendapatan Jasa Rp. 8.000.000

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 54


Beban Usaha:
Gaji Rp. 1.750.000
Bensin Rp. 500.000
Makanan dan Minuman Rp. 250.000
Serba – serbi Rp. 500.000
Rp. 3.000.000
Laba Bersih Rp. 5.000.000
Perusahaan Taksi SALAMA”E
Laporan Penambahan Modal
30 April 2011
Modal Andi Sawitto 2 April 2011 Rp.40.000.000
Laba bersih sebulan Rp. 5.000.000
Pengambilan prive Rp. 1.000.000
Penambahan modal bersih Rp. 4.000.000
Modal Andi Sawitto 30 April 2011 Rp.44.000.000

Neraca, perhitungan rugi/laba dan laporan perubahan modal sebagai keseluruhan


laporan keuangan. Ini merupakan hasil akhir proses akuntansi. Laporan keuangan berisi
informasi yang diperlukan guna pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan
tetntang perusahaan yang bersangkutan.

Uji Kompetensi 16 :
Dengan bantuan guru siswa diminta membuat pencatatan transaksi keuangan
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 55


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 56


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
5. Pajak pribadi dan pajak usaha
a. Pengertian Pajak

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 57


Pajak adalah iuran dari rakyat untuk negara yang wajib dibayarkan, dapat
dipaksakan karena berdasarkan undang-undang dan pemerintah tidak memberikan balas
jasa secara langsung.
Dari uraia tersebut diambil kesimpulan bahwa dalam pajak terdapat cirri-ciri
tertentu, diantaranya adalah :
 Pajak dipungut berdasarkan undang-undang,
 Pajak dipungut oleh pemerintah
 Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah
 Pemungutan pajak dapat dipaksakan,
 Jasa timbal (kontra prestasi) tidak dapat ditunjukkan secara langsung.
b. Pajak Penghasilan
Tanggal 31 Desember 1983 dikeluarkan undang-undang baru yang mengatur
pajak penghasilan, yaitu UU No. 7 Tahun 1983. UU ini berlaku tahun 1984. Pada tahun
1991, UU tersebut diubah dengan UU No. 7 Tahun 1991. Kemudian, tahun 1994 diubah
kembali dengan UU No. 10 Tahun 1994.
Undang-undang pajak penghasilan mengatur pengenaan pajak penghasilan
terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak. Setiap subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
disebut wajib pajak. Sedangkan yang dimaksud tahun pajak adalah tahun takwin. Namun,
wajib pajak dapat menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwin,
sepanjang tahun buku tersebut meliputi waktu dua belas bulan.
Kemudian, siapakah yang disebut sebagai subjek pajak? Dalam penjelasan UU
pajak penghasilan disebutkan, bahwa subjek pajak meliputi berikut ini.
1). Orang pribadi (didalam negeri atau diluar negeri)
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak
2). Badan, yang terdiri dari PT, CV, BUMN,BUMD, kongsi, koperasi, yayasan,
lembaga dana pensiun, dan badan usaha lainnya.
3). Bentuk Usaha Tetap
Bentuk badan usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang tidak tertempat
tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka 12 bulan atau badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di
Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia yang
dapat berupa :
 Tempat kedudukan manajemen
 Cabang perusahaan
 Kantor perwakilan
 Gedung kantor
 Pabrik
 Bengkel
 Pertambangan dan penggalian sumber alam
 Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, dan kehutanan,
 Konstruksi, instalasi dan perakitan
 Agen asuransi
Pajak penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang berkewjiban pajaknya
melekat pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut
dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lainnya.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 58


Apakah yang dimaksud objek pajak? Objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam
bentuk apa pun. Penghasilan dalam undang-undang ini tidak memeperhatikan adanya
penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan seseorang.
Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada wajib pajak,
penghasilan dapat dikelompokkan menjadi berikut ini.
 Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas, seperti gaji,
honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, akuntan, pengacara, dan
sebagainya.
 Penghasilan dari usaha dan kegiatan
 Penghasilan dari modal, yang berupa harta bergerak ataupun harta tak bergerak,
seperti bunga, deviden, royalty, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak
dipergunakan untuk usaha, dan sebagainya.
 Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan sebagainya.

c. Pajak Penghasilan Menurut Pasal 21


Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 dikenakan bagi wajib pajak yang bekerja pada
instansi pemerintah dan swasta di dalam negeri. Penghasilan kena pajak dapat dihitung
dengan cara penghasilan neto dikurangi penghasilan tidak kena pajak (PTKP), sedangkan
untuk menghitung penghasilan neto adalah penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan,
iuran pensiun, atau iuran hari tua.
Berikut dikemukakan komponen yang menjadi dasar dalam perhitungan pajak
penghasilan, yaitu antara lain sebagai berikut.
 Biaya jabatan @ sebesar 5% dari penghasilan bruto atau maksimal Rp. 1.296.000.000
per tahun atau Rp. 108.000,00 per bulan
 Iuran pensiun atau tunjangan hari tua sebesar 5% dari penghasilan bruto atau
maksimal Rp. 432,00 per tahun atau Rp. 36.000,00 per bulan
 Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dengan ketentuan :
- Rp. 2.880.000,00 untuk diri wajib pajak pribadi
- Rp. 1.440.000,00 untuk wajib pajak yang kawin
- Rp. 1.440.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga yang sedarah (anak)
dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
- Rp. 2.880.000,00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami.
Berikut ini adalah tariff pajak yang berlaku.
1) Untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 25.000.000,00 5%
Di atas Rp. 25.000.000,00 sampai dengan Rp. 50.000.000,00 10%
Di atas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 100.000.000,00 15%
Di atas Rp. 100.000.000,00 sampai dengan Rp. 200.000.000,00 25%
Di atas Rp. 200.000.000,00 35%
2) Untuk wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk badan usaha tetap

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 59


Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 10%
Di atas Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 100.000.000,00 15%
Di atas Rp. 100.000.000,00 30%

Uji Kompetensi 17 :
Siswa diminta untuk mendiskusikan tentang “bolehkan kita tidak membayar
pajak? Mengapa?
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
SEMESTER II
BAB IV
MENGANALISIS ASPEK-ASPEK PERENCANAAN USAHA

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 60


KOMPETENSI : Merencanakan Usaha Kecil/Mikro
SUB KOMPETENSI : Perencanaan usaha yang dianalisis aspek pemasaran
MATERI PEMBELAJARAN:
1. Seni menjual dan teknik promosi
2. Penetapan harga jual
3. Kepuasan pelanggan
4. Negosiasi
5. Saluran dan jaringan distribusi

1. Seni menjual dan teknik promosi


a). Seni Menjual
Kegiatan jual beli sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu. Hanya saja, jual beli
yang dilakukan masih sangat sederhana, yaitu dengan cara saling menukar barang atau
yang kita kenal dengan istilah barter, karena pada waktu itu belum ada uang. Pertukaran
dengan barang akan terjadi apabila :
1). Kedua belah pihak saling membutuhkan
2). Kedua belah pihak saling menyetujui
3). Kedua belah pihak saling mendapat keuntungan
Dengan semakin berkembangnya peradaban manusia, teknologi dan perkembangan
zaman, maka kegiatan penjualan harus dilakukan dengan suatu seni, yaitu seni menjual
(salesmanship). Ini merupakan tuntutan dari dunia bisnis, mengingat persaingan antara
produk atau jasa dari perusahaan harus disiasati dengan keahlian para penjualnya dengan
menggunakan seni menjual.
Mempelajari dan menerapkan seni menjual di dalam setiap kegiatan penjualan
akan memudahkan para penjual melakukan tugas-tugasnya dengan cara yang positif dan
sehat. Keberhasilan penjualan merupakan kunci dari kehidupan perusahaan.
Seni menjual adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar bersedia membeli
barang atau jasa yang ditawarkan. Menurut Kho Hwat Yoe, ilmu menjual adalah suatu
seni dalam dagang dan hidup untuk dapat mempengaruhi orang-orang supaya berpikir,
merasakan dan melakukan kehendak kita, sehingga mereka merasa mendapat keuntungan
bila memiliki atau membeli barang yang kita tawarkan.
Menjual ialah suatu masalah perorangan yang sifatnya kreatif. Pekerjaan menjual
memerlukan keahlian yang tidak mungkin diganti dengan mesin. Dengan memiliki ilmu
menjual, penjual dapat melakukan tugas lebih baik dengan langganannya. Jadi, manfaat
ilmu menjual adalah :
a). Memperlancar tugas penjual dalam melakukan kegiatan dagang
b). Penjual dapat mengatasi segala macam dagang tantangan atau hambatan yang kadang
timbul di tengah kegiatan jual beli.
c). Membantu penjual dalam mengatasi persaingan yang makin ketat, baik dalam negeri
maupun luar negeri
d). Meningkatkan omset penjualan
Bagi penjual, dengan mempelajari dan memiliki ilmu menjual mereka akan lebih
mudah untuk memulai usahanya sampai puncak keberhasilan, dan dengan mempelajari
ilmu menjual, maka diharapkan segala rintangan dalam usaha/bisnis dapat disingkirkan.
Terdapat dua objek atau sasaran yang ingin dijangkau dari ilmu menjual :

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 61


a). Penjual
Sebelum melakukan penjualan barang/jasa, seorang penjual harus mengenali dan
mengetahui keadaan dirinya terlebih dahulu, yaitu yang menyangkut keadaan fisik,
seperti penglihatan, pendengaran, nada suara, gaya bicara serta penampilan, yang
kesemuanya itu akan memperlancar dan mempermudah penjualan dalam menghadapi
pelanggannya.
b). Barang atau jasa yang dijual
Untuk mempercepat proses terjadinya penjualan, maka sebelum melakukan
penjualan, penjual harus mengenali dan mengetahui dahulu seluk beluk barang atau jasa
yang akan dijual, yaitu antara lain sifat, guna dan spesifikasi dari barang/jasa yang
ditaearkannya,sehinggapenjual siap ketika suatu saat dihujani pertanyaan calon pembeli
mengenai barang/jasa yang ditawarkannya.
b). Teknik Promosi
a). pengertian promosi
Promosi adalah kegiatan dalam pemasaran yang dilakukan dengan cara
memperkenalkan barang kepada masyarakat dan bertujuan untuk meningkatkan
penjualan. Promosi merupakan salah satu alat untuk mempengaruhi konsumen baik
secara langsung maupun tidak langsung.
b). Tujuan Promosi
Adapun yang menjadi tujuan dilakukannya promosi antara lain :
Merubah tingkah laku dan pendapat konsumen
Mendorong konsumen agar lebih banyak menggunakan produk dan membeli
produk dalam jumlah besar, serta mengingatkan konsumen akan manfaat produk.
Untuk menarik konsumen merek lain yang bersaing dengan produk yang sedang
dipromosikan
Mempertahankan merek produk perusahaan.
c). Sasaran Promosi
Secara terperinci dapat disebutkan bahwa sasaran dari promosi adalah sebagai berikut:
Seluruh masyarakat konsumen agar mereka mau membeli produk
Para pembeli/pelanggan produk dari perusahaan tersebut
Para pemakai produk pada waktu sekarang
Masyarakat yang memiliki daya beli
Para distributor dan para agen yang bersedia menjualkan produknya
Pemerintah yang memerlukan produk dari perusahaan yang bersangkutan
Mereka yang mempunyai kekuasaan dan ia dapat memerintah untuk membelinya.
Apabila promosi dapat dilakukan dengan baik, maka diharapkan promosi dapat
memberi keuntungan berupa berikut ini :
Meningkatkan omzet penjualan produk
Mengingatkan para pembeli tentang barang yang akan dibeli
Produk menjadi lebih terkenal.
Meningkatkan produksi perusahaan
Meningkatkan laba perusahaan
d). Bentuk Promosi
Bentuk promosi yang baik paling efektif dilakukan dengan cara bauran promosi,
yaitu promosi yang membaurkan empat alat penting dalam promosi yaitu :
advertensi,personal selling, sales promotion dan publicity.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 62


Advertensi, yaitu alat promosi yang menggunakan media berupa radio, televisi,
surat kabar, majalah umum dan majalah khusus.
Personal selling, yaitu penyajian barang secara lisan dan bertatap muka kepada
satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan agar barang yang ditawarkan dapat
terjual. Dengan bertatap muka, diharapkan bisa menimbulkan komunikasi timbal
balik untuk membina hubungan yang baik antara produsen dengan konsumen.
Sales promotion, yaitu alat promosi yang dilakukan hampir sama dengan personal
selling dengan mendatangi para pelanggan untuk memperkenalkan produknya
dengan menggunakan beberapa alat seperti : kupon/voucher, premi,paket
harga,tawaran uang kembali,undian dan sebagainya.
Publicity, yaitu bentuk hubungan kemasyarakatan sehingga sering disebut public
relation dengan menggunakan alat-alat seperti jumpa pers, publisitas
produk,komunikasi perusahaan,pendekatan.
Dalam promosi ada beberapa yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan
didalam memilih jenis media yang akan digunakan, yaitu sebagai berikut :
1. Biaya
2. Produk
3. Pesan
4. Sifat media yang dituju

Uji Kompetensi 1 :
Siswa diminta mempraktekkan seni menjual dan teknik promosi dengan cara
menjual beberapa produk yang dihasilkannya.

Jawaban : Dalam Bentuk Peragaan

2. Penetapan harga jual


Nilai tukar barang adalah kemampuan suatu barang untuk ditukar dengan
sejumlah uang. Nilai yang dinyatakan dengan sejumlah uang disebut harga. Harga
memegang peranan yang sangat penting bila dibandingkan dengan kegiatan pemasaran
lainnya. Harga dapat mempengaruhi tingkat penjualan, tingkat keuntungan serta share
pasar yang dituju. Harga juga mampu mempengaruhi posisi persaingan dan dapat
mempengaruhi konsumen terhadap produk yang akan dibelanjakan.
Ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan dalam menentukan harga jual. Masalah
itu antara lain seperti berikut :
a. Masalah biaya
Biaya adalah merupakan dasar di dalam menetapkan harga, karena biaya berupa
pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan, sehingga produk selesai dibuat dan
siap untuk dipasarkan. Harga yang ditetapkan harus dapat menutupi biaya yang
telah dikeluarkan.
Cara penetapan harga jual berdasarkan pendekatan biaya dapat dilakukan dengan
berikut ini :
1). Metode penetapan harga biaya plus (cost plus pricing)
Misalnya :
Biaya produksi 100 barang adalah :

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 63


Biaya bahan baku Rp. 3.000.000,00
Biaya tenaga kerja Rp. 550.000,00
Biaya lain-lain (sewa,gaji pim-
Pinan, penyusutan peralatan) Rp. 450.000,00
Jumlah biaya Rp. 4.000.000,00
Keuntungan yang diinginkan 20% dari total biaya, sehingga harga seluruhnya :
Rp. 4.000.000,00 *(20% x Rp. 4.000.000,00)
Rp. 4.000.000,00 * Rp. 800.000,00
Rp. 4.800.000,00
Harga satuan Rp. 4.800.000,00 = Rp. 48.000,00
100
2). Metode penetapan harga mark up (mark up pricing)
Perusahaan menetapkan harga jual dengan cara menambah harga beli dari seorang
pedagang dengan suatu persentase tertentu.
Harga beli * mark up = harga jual
Biasanya besarnya mark up adalah keseluruhan biaya operasi dan keuntungan
yang diinginkan.
Contoh :
Harga beli barang dagangan Rp. 5.500.000,00
Biaya pengelolaan dan penjualan Rp. 150.000,00
Keuntungan yang diharapkan Rp. 450.000,00
Harga jual Rp. 5.500.000,00/* (Rp.150.000,00 * Rp. 450.000,00)
Rp. 6.100.000,00
b. Masalah permintaan
Sifat permintaan akan mempengaruhi penentuan harga dan volume penjualan.
Untuk beberapa produk, antara harga dengan volume penjualan berbanding
terbalik. Artinya, bila harga naik, mengakibatkan volume penjualan turun dan
sebaliknya, bila harga turun, maka volume penjualan meningkat.
c. Masalah persaingan
Harga jual beberapa produk sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada.
Masing-masing jenis produk dalam suatu jajaran produk mengalami persaingan
yang berlainan tingkatnya. Terdapat dua jenis penetapan harga berdasarkan
persaingan yaitu tingkat harga rata-rata industry dan berdasarkan harga
tender/pelelangan (pembeli memilih penjual yang danggap mempunyai harga
rendah)
d. Masalah pasar
Perusahaan yang menetapkan harga berdasarkan orientasi pasar harus berhati-hati
dalam menentukan biaya dan laba yang diharapkan. Perusahaan harus
memperhatikan permintaan terhadap produk, bauran pemasaran, reaksi para
pesaing, dan biaya promosi. Metode yang dapat digunakan di dalam penetapan
harga adalah sebagai berikut :
1. Penetapan harga dengan biaya rendah : harga satu unit produksi senilai dengan
biaya total unit produksi ditambah lana yang diinginkan
2. Harga didasarkan pada kondisi pasar yang bersaing : harga produk harus sama
dengan harga yang ditetapkan para pesaing

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 64


3. Harga didasarkan pada keseimbangan perkiraan permintaan dengan suplai :
penetapan harga melalui keseimbangan antara biaya dengan permintaan pasar.
Hal ini sangat baik bagi perusahaan yang ingin memaksimalkan harga.

Uji Kompetensi 2 :
Siswa diharapkan mampu mengerjakan soal dibawah ini :
1). Metode penetapan harga biaya plus (cost plus pricing)
Biaya produksi 50 barang adalah :
Biaya bahan baku Rp. 1.500.000,00
Biaya tenaga kerja Rp. 275.000,00
Biaya lain-lain (sewa,gaji pim-
Pinan, penyusutan peralatan) Rp. 225.000,00
Keuntungan yang diinginkan 20% dari total biaya.
Berapakah harga per satuannya ?
2). Metode penetapan harga mark up (mark up pricing)
Harga beli barang dagangan Rp. 2.750.000,00
Biaya pengelolaan dan penjualan Rp. 75.000,00
Keuntungan yang diharapkan Rp. 225.000,00
Berapakah harga jualnya ?
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 65


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

3. Kepuasan pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah penilaian pelanggan terhadap produk atau pelayanan
yang telah memberikan tingkat kenikmatan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu,
pelanggan tidak akan merasakan kepuasan apabila pelanggan member penilaian bahwa
harapannya belum terpenuhi. Harapan apa yang sebenarnya yang diinginkan pelanggan?
Harapan itu adalah berupa kemampuan perusahaan menyediakan produk, pelayanan,

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 66


harga dan aspek lain sesuai dengan yang diinginkan pelanggan atau yang melebihi
keinginan pelanggan.
Mengingat begitu pentingnya pelanggan bagi perusahaan, maka perlu kiranya
mendidik dan melatih karyawan, khususnya karyawan yang langsung berhubungan
dengan pelanggan untuk mengutamakan kepuasan pelanggan. Banyak cara yang
dilakukan oleh perusahaan untuk menanamkan dan membentuk sikap yang positif
terhadap pelanggan, di antaranya adalah dengan terus menerus mengkomunikasikan
kepada karyawan tentang harga seorang pelanggan buat perusahaan. Oleh karena itu,
kesalahan kecil apapun yang mengakibatkan larinya pelanggan ke perusahaan pesaing
merupakan kesalahan besar yang tidak dapat ditoleransi.
a). Prinsip Kepuasan Pelanggan
* Kepuasan pelanggan adalah suatu yang penting
* Pahamilah harapan pelanggan
* Pilihlah pelanggan dengan tepat melalui strategi segmentasi, kemudian bangun
kepuasan pelanggan
* Pelajarilah faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
* Pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang mau complain
* Dengarkan suara pelanggan
* Arti pentingnya karyawan dalam memuaskan pelanggan
* Kepemimpinan adalah teladan dalam kepuasan pelanggan
b). Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
* Kualitas produk : memiliki kualitas yang baik
* Harga : kualitas yang ditunjang dengan harga yang terjangkau
* Kualitas pelayanan : kualitas pelayanan yang harus menjadi keunggulan perusahaan
* Faktor emosional : rasa bangga, percaya diri yang menggunakan suatu produk yang
berhubungan dengan gaya hidup, seperti mobil, aksesoris,kosmetik, busana dll.
* Faktor kemudahan : pelanggan merasa puas apabila produk atau pelayanan relatif
mudah, nyaman dan efesien terhindar dari antrian yang panjang dan melelahkan.

Uji Kompetensi 4 :
Siswa diminta untuk menjelaskan bagaimana memberikan kepuasan kepada
Pelanggan.
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 67


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
4. Negosiasi
a). Pengertian Negosiasi
Negosiasi diartikan sebagai perundingan antara dua pihak yang berkepentingan
untuk mencapai kesepakatan. Negosiasi atau perundingan terjadi karena beberapa sebab,
antara lain sebagai berikut :
1. Ada pihak yang berkepentingan

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 68


2. Ada suatu masalah yang harus diperundingkan
3. Ada keinginan untuk mencapai kesepakatan dalam membagi hak atau kewajiban
4. Ada upaya untuk menghindarkan persengketaan di masa yang akan dating atau
menyelesaikan persengketaan yang telah terjadi.
5. Ada upaya menjaga kehormatan atau kedaulatan masing-masing pihak.
b). Strategi bernegosiasi
Strategi bernegosiasi adalah rencana mengenai berbagai persiapan dalam rangka
mengantisipasi berbagai masalah dan segala kemungkinan yang terjadi dalam suatu
pandangan. Ada beberapa strategi negosiasi yang dapat dipelajari, sebagai berikut:
1). Strategi menang-menang (win-win strategy)
Negosiasi yang berorientasi pada kemenangan kedua belah pihak. Dalam hal ini,
tentu saja dengan melihat substansi yang dinegosiasikan dengan menempatkan dan
menjunjung tinggi hak dan kewajiban para pihak yang bernegosiasi, serta
penyelesaian masalahnya didasari rasa manusiawi dan saling menghormati.
2). Strategi menang-kalah (win-lose strategy)
Strategi perundingan untuk memperoleh kemenangan mutlak dengan mengalahkan
orang lain, strategi ini didasarkan pada keinginan untuk mengalahkan pihak lain
dengan mengambil sesuatu yang menguntungkan dirinya dan merugikan orang
lain.strategi semacam ini hanya dapat menyelesaikan masalah sekali saja.
3). Strategi kalah-kalah (lose-lose strategy)
Strategi yang dipilih seseorang karena didasari oleh perasaan untuk melampiaskan
kemarahan dan cenderung tidak menggunakan akal fikiran yang sehat. Strategi ini
tidak menyelesaikan masalah justru sebaliknya menambah masalah dan
memperpanjang konflik, dan menjadikan kedua belah pihak yang kalah.

c). Negosiasi dalam jual beli


Di dalam kegiatan jual beli, pada umumnya materi yang diperbincangkan antara
pihak penjual dengan pihak pembeli meliputi :
1). Harga barang yang diperjualbelikan
2). Banyaknya barang yang diperjualbelikan
3). Waktu dan lamanya pengiriman
4). Cara pengiriman dan alat transportasi yang digunakan
5). Cara dan waktu pembayaran
6). Cara pengajuan klaim apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya
keterlambatan penyampaian barang, keterlambatan pembayaran, kerusakan barang,
serta ketidakcocokan barang yang dipesan dengan barang yang diterima
7). Asuransi dan ongkos pengiriman
8). Pembuatan surat kesepakatan atau perjanjian
9). Penentuan jangka waktu berlakunya perjanjian.

d). Persyaratan dalam negosiasi


Adapun persyaratan atau criteria yang harus dimiliki oleh seseorang yang ditunjuk untuk
melakukan negosiasi, antara lain :
1). Mempunyai wawasan luas dalam bidang yang akan dirundingkan
2). Mempunyai kemampuan berkomunikasi
3). Mempunyai kemampuan mengungkapkan/ mengekspresikan substansi permasalahan

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 69


4). Mempunyai kepercayaan diri yang kuat, tetapi tidak berlebihan
5). Sikap dan berpenampilan yang baik
6). Mempunyai kepandaian dalam mengambil keputusan
7). Selalu berpikir secara positif
8). Pandai mengendalikan emosinya.
Bila kriteria itu dipenuhi oleh kedua belah pihak yang berunding, maka
kesepakatan yang memuaskan dan saling menguntungkan akan cepat dihasilkan.

Uji Kompetnsi 4 :
Siswa diminta mempraktekkan negoisasi dalam kegiatan jual beli

Jawaban : Dalam Bentuk peragaan

5. Saluran dan jaringan distribusi


a). Pengertian distribusi
Pekerjaan penting yang harus dilakukan oleh perusahaan setelah produk dihasilkan
adalah menyebarkan produknya ke tangan konsumen. Kegiatan dalam menyebarkan
barang dan jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen inilah yang disebut distribusi.
Distribusi merupakan bagian dari kegiatan pemasaran, yang meliputi penjualan,
pembungkusan, pengepakan, pengangkutan dan pengiklanan.
Distribusi yang baik dan lancar akan mempengaruhi kelancaran proses produksi,
sebaliknya , jika kegiatan distribusi tidak berjalan lancar dengan baik, maka proses
produksi pun akan ikut terhambat. Demikian pentingnya kegiatan pendistribusian,
perusahaan harus memperhatikan secara matang dalam memilih cara saluran distribusi
yang tepat, sehingga perusahaan terjaga kelangsungan hidupnya.

b). Pokok-pokok saluran distribusi


Adapun pokok-pokok saluran distribusi yang akan dijalankan perusahaan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Secara langsung
Produk yang dihasilkan produsen disampaikan secara langsung ketangan
konsumen akhir tanpa perantara.

Produsen Konsumen

2) Secara semi langsung


Produk yang dihasilkan perusahaan disalurkan kepada konsumen melalui
saluran milik produsen sendiri

Produsen Retailer Konsumen

3) Secara tidak langsung


Pedagang eceran
Produk yang dihasilkan produsen disampaikan secara tidak langsung ke
tangan konsumen melainkan harus melalui lembaga-lembaga penyalur

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 70


Produsen Pedagang besar Pedagang eceran Konsumen

c). Alasan-alasan menggunakan saluran distribusi


Ada beberapa alasan mengapa perusahaan tidak mendistribusikan produknya sendiri
secara langsung kepada konsumen, sebagai berikut :
1. Jarak yang terlalu jauh antara produsen dan konsumen
2. Penghematan biaya dan waktu
3. Untuk pemenuhan kebutuhan konsumen
4. Produsen dapat berkonsentrasi dalam berproduksi

d). Macam-macam saluran distribusi


1. Distribusi intensif
Distribusi intensif diusahakan sebanyak mungkin agar dapat menjual produk
sebanyak-banyaknya dan lebih mendekati konsumen sehingga lebih mudah
mendapatkan barang. Barang yang disalurkan secara intensif adalah barang-barang
convenience goods, misalnya gula, minyak goring, beras, sabun mandi, dan
sebagainya.
2. Distribusi selektif
Jumlah distribusi selektif ditentukan secara terbatas, hal ini dikarenakan untuk
menekan biaya penjualan. Produk yang dijual bukanlah sembarang produk, melainkan
produk yang harganya relative mahal dan konsumennya adalah golongan tertentu.
Produk ini berupa produk consumers durable goods, yaitu produk pakai yang tahan
lama dan memerlukan pemeliharaan khusus. Contohnya mobil, motor dan barang
mewah.
Pihak produsen biasanya menggunakan penyaluran yang hanya menggunakan penjual
tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu.
3. Distribusi ekslusif
Distribusi produk hanya diberikan pada lembaga penyalur yang menjadi sales
representative dari produsen. Penyalur ekslusif harus berwibawa dan berkepribadian
baik karena diandalkan untuk menjadi wakil produsen. Untuk bias menjadi penyalur
eksklusif, terlebih dahulu harus meminta izin atau hak dari yang berwajib. Pada
umumnya, yang termasuk distribusi eksklusif dapat kita lihat pada penjualan produk
istimewa, seperti Komputer, photo kamera, kacamata dan sebagainya.
Oleh karena pentingnya saluran distribusi bagi perusahaan, maka di dalam
memilih saluran distribusinya hendaknya dilakukan secara hati-hati dan memakai
pertimbangan yang mantap. Sifat konsumen, banyak sedikitnya konsumen, kondisi
persaingan, serta kondisi perusahaan sendiri yang berkaitan dengan besar kecilnya
perusahaan dan keadaan keuangannya.

Uji Kompetensi 5 :
Siswa dapat menjawab pertanyaan dibawah ini :
1. Apa yang akan terjadi bila tidak ada saluran distribusi
2. Apa yang akan terjadi bila produsen salah memilih saluran distribusi
Jawaban :

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 71


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
BAB V
MENGANALISIS ASPEK-ASPEK PERENCANAAN USAHA

KOMPETENSI : Merencanakan Usaha Kecil/Mikro


SUB KOMPETENSI : Perencanaan usaha yang dianalisis aspek pemodalan
dan pembiayaan usaha:

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 72


MATERI PEMBELAJARAN:
1. Teknik dan prosedur permodalan usaha
2. Rencana anggaran biaya (RAB)
3. Proyeksi arus kas
4. Titik pulang pokok (BEP)
5. Laba/rugi
6. Net present value (NPV) dan internal rate of
return (IRR)

1.Teknik dan prosedur permodalan usaha


Pada umumnya, modal yang didapatkan dalam perusahaan berasal dari dua
sumber, yaitu sumber internal dan eksternal.
Modal yang berasal dari sumber internal adalah meliputi :
 Modal yang berasal dari pendiri/pemilik perusahaan
 Modal yang disetor oleh para pemegang saha
 Modal yang didapat dari laba/keuntungan operasional perusahaan, misalnya
keuntungan dari penjualan persediaan barang dagangan,
 Keuntungan dari penjualan surat berharga, dan sebagainya.
Fungsi dari modal sendiri pada perusahaan adalah untuk :
 Membiayai ongkos/biaya proses produksi
 Untuk menutup kerugian yang mungkin diderita
 Member kredit pada pihak lain
 Mempertahankan likuiditas.
Modal yang berasal dari eksternal meliputi semua pinjaman yang berasal dari luar
perusahaan, baik itu dari bank maupun lembaga keuangan bukan bank.
Modal yang ada dalam perusahaan diwujudkan dalam modal instasi dan modal kerja.
Modal investasi adalah modal yang memberikan jasa untuk produksi dalam jangka waktu
yang lama dan terdiri atas alat-alat produksi tahan lama. Contohnya : gedung, mesin, dan
sebagainya. Oleh karena kebutuhan modal investasi itu sifatnya terus-menerus,
dibutuhkan untuk menjalankan perusahaan, maka kebutuhan modal investasi sebaiknya
dibiayai dengan modal sendiri atau kredit jangka panjang.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan modal investasi adalah
sebagai berikut :
 Beberapa rencana dalam penetapan modal investasi yang perlu dibandingkan.
Dalam hal ini, rencana penetapan modal investasi tidak selalu dipenuhi semuanya,
melainkan harus diperbandingkan dulu satu sama lainnya.
 Tafsiran aliran kas yang akan dihasilkan oleh setiap rencana modal investasi.
 Resiko dari masing-masing rencana modal.
Pada umumnya, rencana penetapan modal investasi pada aktiva tetap (tanah,
gedung, alat-alat) yang sering dihadapi oleh seorang wirausahaan di dalam mengelola
usahanya dapat dikelompokkan menjadi berikut ini.
 Perusahaan , gedung, kantor, took, pabrik, gudang, dan sebagainya
 Perluasan tanah tempat ibadah, perumahan karyawan, tempat parker, dan
sebagainya.
 Pengenalan produk baru dengan menambah dan menggunakan mesin dan
peralatan

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 73


 Penggantian mesin-mesin atau peralatan yang rusak atau sudah habis masa unsur
ekonomisnya
Setiap rencana penetapan modal investasi terlebih dahulu harus ditaksir dengan
aliran kas yang akan ditimbulkannya. Aliran kas ini terdiri atas dua macam.
 Aliran kas keluar (bersih) yang diperlukan untuk biaya investasi
 Aliran kas masuk (bersih) yang merupakan hasil investasi
Sementara itu, yang dimaksud dengan modal kerja adalah modal yang tertanam
dalam aktiva lancar. Aktiva lancar adalah harta perusahaan dalam jangka paling lama
setahun dan dapat dicairkan lagi menjadi uang kas. Modal kerja selalu dibutuhkan selama
perusahaan beroperasi dan terus-menerus berputar di dalam kegiatan usaha.
Modal kerja dibedakan menjadi berikut ini.
 Gross working capital
Jumlah keseluruhan aktiva lancar
 Net working capital
Jumlah kelebihan aktiva lancar di atas jumlah utang lancar, atau jumlah aktiva
lancar dikurangi jumlah utang lancar.
Unsur-unsur modal kerja dalam perusahaan adalah berupa :
 Uang kas
 Piutang dagang
 Surat berharga
 Persediaan barang dagangan
Pengelolaan modal kerja dianggap baik jika para wirausahaan yang mengelola
usahanya atau bisnisnya dapat mengatur unsur-unsur modal kerja tersebut. Adapun cara
menghitung dan menetapkan modal kerja perusahaan adalah sebagai berikut :
 Berdasarkan jangka waktu keterlibatan
Modal dihitung berdasarkan keterikatan dana per komponen modal kerja sejak
ditanamkan sampai menjadi uang tunai dan siap untuk dipakai lagi
 Berdasarkan tingkat perputaran modal
Dengan cara menghitung terlebih dahulu tingkat perputaran macam-macam
komponen modal kerja.

Uji Kompetensi 6 :
Siswa dapat menjelaskan kerugian-kerugian apa yang terjadi bila
perusahaan kekurangan modal kerja.
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 74


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
2. Rencana anggaran biaya (RAB)
Wirausahaan tentu ingin mengelola usahanya dengan penuh kesungguhan agar
dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan rencana perusahaan. Untuk
melaksanakan rencana tersebut, maka perlu dibuat rencana anggaran biaya, yang meliputi
anggaran biaya produksi, pemasaran, biaya administrasi, dan biaya umum lainnya.
Rencana anggaran biaya adalah segala bentuk perencanaan mengenai aktivitas-
aktivitas perusahaan yang dinyatakan dalam satuan uang. Rencana anggaran biaya ini

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 75


perlu disusun secermat dan seteliti mungkin agar tidak terjadi kekurangan maupun
pemborosan.
Dalam hubungannya dengan penghasilan yang diperoleh perusahaan dalam suatu
periode tertentu, biaya dibedakan antara lain sebagai berikut:
a). Biaya yang manfaatnya habis digunakan untuk memperoleh penghasilan pada periode
saat terjadinya. Untuk biaya semacam ini digunakan istilah beban (expense).
b). Biaya yang manfaatnya akan digunakan untuk memperoleh penghasilan pada periode
yang akan dating atau biaya yang manfaatnya belum dapat dinikmati.
Oleh karena biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomis yang secara
langsung atau tidak langsung mempunyai hubungan dengan usaha memperoleh
penghasilan, maka biaya yang telah menjadi beban dalam suatu periode dapat
dihubungkan dengan jumlah penghasilan yang diperoleh dalam periode yang sama.

Penggolongan biaya
Data biaya merupakan alat dasar bagi manajemen perusahaan untuk kepentingan
perencanaan, pengawasan dan pengambilan keputusan. Untuk memenuhi kepentingan
tersebut, biaya digolongkan dan diklarifikasikan secara rinci sebagai berikut :
1). Penggolongan biaya atas dasar objek penggunaannya
 Biaya bahan baku, yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian bahan baku
yang dipakai dalam proses produksi
 Biaya advertensi, yaitu pengeluaran untuk keperluan advertensi
 Biaya lembur
 Biaya tenaga kerja
2). Penggolongan biaya atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan
 Biaya produksi
Biaya yang terjadi karena adnya proses produksi. Biaya produksi dikelompokkam
lagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik
(BOP)
 Biaya pemasaran
Biaya yang terjadi karena adanya usaha memperoleh pesanan dan memenuhi
pesanan, misalnya biaya promosi, gaji karyawan bagian penjualan, biaya angkut
barang, dan sebagainya
 Biaya administrasi dan umum
Biaya yang terjadi karena adanya pengaturan, pengawasan dan tata usaha
organisasi perusahaan yang bersangkutan, misalnya gaji direksi, gaji pegawai
bagian administrasi, gaji pegawai bagian akuntan, biaya telepon.

3). Penggolongan biaya atas dasar hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai
 Biaya langsungi mesin
Biaya yang terjadi karena ada sesuatu yang dibiayai, misalnya biaya produksi.
Biaya produksi dikelompokkan menjadi biaya produksi langsung (yang terdiri
atas biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung) dan biaya produksi tak
langsung (yang terdiri dari biaya bahan penolong, tenaga kerja tak langsung, dan

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 76


biaya tang langsung lainnya, seperti listrik, penyusutan, reparasi mesin dan
sebagainya.
 Biaya tak langsung
Disebut juga biaya overhead pabrik, yaitu biaya-biaya yang diperlukan untuk
pembuatan produk selain biaya lain dan biaya tenaga kerja langsung.
4). Penggolongan biaya atas dasar hubungannya dengan volume kegiatan
 Biaya tetap
Biaya yang tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan, misalnya biaya
penyusutan aktiva tetap, PBB, biaya sewa, dan asuransi
 Biaya variabel
Biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan,
misalnya biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, bahan bakar, dan
sebagainya
 Biaya semivariabel (mixed cost)
Biaya-biaya yang mempunyai unsur tetap dan variable, contohnya biaya
pengawasan.

Uji Kompetensi 7 :
Siswa memberikan pendapat tentang mengapa bisa terjadi pendapatan tidak
dapat menutup total biaya yang dikeluarkan ? bagaimana cara mengatasinya!
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
3. Proyeksi arus kas
a). Pengertian arus kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid, berarti bahwa semakin besar jumlah kas
yang dimiliki oleh suatu perusahaan, akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya.
Tetapi, suatu perusahaan yang mempunyai tingkat likiuditas tinggi karena adanya kas
dalam jumlah yang besar, berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 77


mencerminkan adanya over investement di dalam kas dan berarti pula bahwa perusahaan
kurang efektif dalam mengelola kas.
Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi
dan keuntungan yang diperoleh lebih besar. Tetapi, bila perusahaan hanya mengejar
keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas, akhirnya perusahaan itu dalam
keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa kas sangat berperan dalam
menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, kas harus direncanakan
dan diawasi dengan baik, baik penerimaannya maupun penggunaannya.
Penerimaan dan pengeluaran kas ada yang bersifat rutin atau terus menerus dan
ada pula yang bersifat insidentil atau tidak terus menerus. Penerimaan kas dalam suatu
perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari hal-hal berikut ini.
1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap
2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh
pemilik perusahaan dalam bentuk kas
3. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka panjang maupun jangka pendek
serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas
4. Adanya penerimaan aktiva lancar selain kas yang dimbangi dengan adanya
penerimaan kas, misalnya penurunan piutang karena adanya penerimaan
pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan
secara tunai.
5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga.deviden dan investasinya,
sumbangan, pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode sebelumnya
dan sebagainya.
Pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:
a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka
panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya.
b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas
perusahaan oleh pihak perusahaan.
c. Pelunasan atau pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun jangka
panjang
d. pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi, yang
meliputi upah dan gaji, pembelian peralatan kantor, pembayaran sewa,bunga,
premi asuransi, advertensi dan sebagainya.
e. Pembayaran deviden, pajak, denda-denda, dan sebagainya
Aliran kas masuk dan keluar akan terjadi secara terus menerus dalam perusahaan atau
akan berlangsung selamanya.

b).Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kas minimal


Seperti halnya barang dagangan dan piutang, maka kas pun juga perlu mempunyai
persediaan minimal (Safety cash balance) atau persediaan besi kas. Yang dimaksud
persediaan besi kas adalah jumlah minimal dari kas yang harus dipertahankan oleh
perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansialnya sewaktu-waktu. Persediaan kas

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 78


minimal ini berbeda-beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Hal ini
tergantung pada beberapa faktor, yaitu antara lain seperti berikut :
1). Perimbangan antara aliran kas masuk dan aliran kas keluar.
2). Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan.
3). Adanya hubungan yang baik dengan Bank

c). Budget Kas


Budget kas adalah perkiraan posisi keuangan kas pada suatu periode tertentu yang
akan dating. Dengan menyusun budget kas, akan dapat diketahui kapan perusahaan akan
dalam defisit kas atau surplus kas, sehingga perusahaan dapat merencanakan penentuan
sumber dana yang akan digunakan untuk menutup defisit tersebut. Sebaliknya, bila
sebelumnya diketahui akan terdapat surplus kas yang besar, maka jauh sebelumnya dapat
direncanakan penggunaan kelebihan dana tersebut secara efisien. Pada dasarnya budget
kas dibedakan dalam dua bagian yaitu perkiraan penerimaan kas dan perkiraan
pengeluaran kas.

Uji Kompetensi 8 :
Siswa dapat menjelaskan pertanyaan dibawah ini :
1. Apa yang dimaksud kas
2. Apa yang mempengaruhi besarnya arus kas minimal
3. Jelaskan yang dimaksud dengan budget kas
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
4).Titik pulang pokok (BEP)
Titik pulang pokok atau break event point (BEP) adalah titik keseimbangan antara
jumlah hasil penjualan dengan jumlah biaya produksi. Analisis BEP ini digunakan untuk
mencari hubungan antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan, dan volume penjualan.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 79


Dengan kata lain, analisis BEP merupakan pendekatan perencanaan keuntungan yang
berorientasi pada hubungan antara biaya dan penghasilan produksi.
Unsur-unsur dalam penghitungan analisis BEP seperti berikut ini :
a. Penggolongan biaya dalam perusahaan menjadi biaya tetap dan biaya variabel
b. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah sebanding dengan volume/
penjualan
c. Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah, meskipun terdapat perubahan
volume produksi
d. Selama periode pelaksanaan analisis harga jual per unit tidak berubah
e. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Jika perusahaan
memproduksi lebih dari satu produk, penghasilan dari penjualan masing-masing
produk atau tetap konstan.

Ada beberapa cara dalam penghitungan BEP. Diantaranya sebagai berikut :


Rumus perhitungannya adalah :

FC
BEP (Q) =
P – VC

Keterangan :
BEP (Q) = Jumlah unit produk yang dihasilkan/dijual
FC = Fixed cost/biaya tetap
VC = Variable cost/biaya variabel
P = Price per unit/harga jual per unit

Contoh :
PT Sawitto Indah memproduksi sepatu olahraga
Biaya tetap : Rp. 36.000.000,00
Biaya variabel : Rp. 4.000,00 per unit
Harga variabel : Rp. 10.000,00 per unit
Berapakah BEP(Q)-nya?
Jawab :
36.000.000,00
BEP =
10.000 – 4.000
36.000.000,00
BEP =
6.000
= 6.000 unit

Berdasarkan contoh tersebut, berarti kontribusi ke biaya tetap adalah Rp. 6.000,00
(harga Rp. 10.000,00 dikurangi biaya variabel Rp. 4.000,00). Dengan demikian, untuk
biaya tetap sebesar Rp.36.000.000,00 harus dapat menjual produk minimal 6.000 unit.

Uji Kompetensi 9 :

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 80


Siswa dapat menyelesaikan soal dibawah ini :
PT Cempaka memproduksi Kue Karasa dengan perincian sebagai berikut:
Biaya tetap Rp. 18.000.000,Biaya variabel Rp. 2.000,00 per bungkus,Harga
variabel Rp. 6.000,00 per bungkus, Berapakah BEP(Q)-nya
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
5. Laba/Rugi
Laporan laba/rugi adalah laporan yang disusun secara sistematis tentang
penghasilan yang diperoleh dari beban-beban yang terjadi dalam kegiatan usaha
perusahaan pada periode tertentu. Laporan laba/rugi berisi informasi mengenai sumber

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 81


dari mana penghasilan diperoleh dan beban apa yang menjadi tanggungan perusahaan
dalam periode yang bersangkutan.
Penghasilan suatu perusahaan digolongkan menjadi dua golongan, yaitu sebagai berikut:
a). Golongan usaha pokok
Penghasilan yang didapat dari kegiatan utama yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk
perusahaan perdagangan, kegiatan utamanya adalah membeli dan menjual, sehingga
penghasilan usaha berasal dari hasil penjualan barang dagangan.
b). Dari kegiatan di luar usaha pokok
Penghasilan yang berasal dari kegiatan yang bersifat sampingan atau terjadinya
sewaktu-waktu, misalnya usaha salon yang juga kemudian menyewakan busana
nasional.
Adapun beban-beban tanggungan perusahaan dapat digolongkan menjadi 2 golongan,
yaitu sebagai berikut :
1. Beban usaha
Beban yang berhubungan dengan kegiatan usaha pokok atau terjadi sehubungan
dengan usaha memperoleh penghasilan yang pokok. Dalam perusahaan, beban
usaha terdiri atas harga pokok penjualan, beban usaha penjualan, beban
administrasi dan umum.
2. Beban di luar usaha
Beban yang tidak ada hubungan dengan kegiatan usaha pokok. Misalnya beban
bunga atau kerugian dari penjualan peralatan kantor yang sudah tidak dapat
digunakan lagi.
Laporan rugi/laba dapat disajikan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut :
a. Single step
Dalam bentuk ini, penghasilan usaha di luar usaha disusun dalam satu kelompok.
Begitu pula beban-beban usaha dan di luar usaha. Laba atau rugi bersih dihitung
dengan cara mengurangi total penghasilan dengan total beban.
Bagan bentuk single step.
PT SAWITTO INDAH
LAPORAN LABA/RUGI
Desember 2010
Penghasilan
Penghasilan usaha (hasil usaha) Rp. XXXXX
Penghasilan diluar usaha Rp. XXXXX
Total penghasilan Rp. XXXXX
Beban-beban
Harga pokok penjualan Rp. XXXXX
Beban usaha Rp. XXXXX
Beban di luar usaha Rp. XXXXX(+) .
Total beban Rp. XXXXX
Pendapatan bersih sebelum pajak Rp. XXXXX

b. Multiple step
Dalam bentuk ini, baik penghasilan maupun beban dipisah secara terperinci,
antara penghasilan dan beban usaha dengan penghasilan dan beban di luar usaha.
Bagan multiple step.

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 82


PT SAWITTO INDAH
LAPORAN LABA/RUGI
31 Desember 2010
Penghasilan usaha
Penjualan kotor (Bruto) Rp. XXXXX
Potongan penjualan Rp. XXXXX
Retur penjualan Rp. XXXXX(+)
Rp.(XXXXX)
Penjualan bersih (netto) Rp. XXXXX
Harga pokok penjualan Rp.(XXXXX)
Laba kotor atas penjualan Rp. XXXXX
Beban usaha
Beban penjualan Rp. XXXXX
Beban administrasi Rp. XXXXX(+)
Total beban dari usaha Rp. (XXXXX)
Laba bersih dari usaha Rp. XXXXX

Penghasilan dan beban di luar usaha


Penghasilan Rp. XXXXX
Beban Rp. XXXXX
Rp.XXXX(+/-)
Pendapatan bersih sebelum pajak Rp. XXXXX
Uji Kompetensi 10 :
Siswa diminta untuk membuat laporan rugi laba dalam bentuk single step dan
multiple step.
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 83


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
6. Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR)
a). Net Present Value (NPV)
Dana yang ada dalam perusahaan besarnya ditanamkan dalam aktiva lancar dan
aktiva tetap. Penanaman dana ke dalam dua aktiva tersebut mempunyai tujuan atau

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 84


harapan yang sama. Perusahaan mengadakan investasi dalam aktiva lancar (persediaan
dagangan, piutang, dan lain-lain) adalah dengan harapan perusahaan akan dapat
memperoleh kembali dana yang telah diinvestasikan dalam aktiva tersebut. Demikian
juga bila perusahaan menginvestasikan dananya dalam aktiva tetap, harapannya sama,
yaitu ingin memperoleh kembali dana yang telah ditanamkan dalam aktiva tetap tersebut.
Yang menjadi perbedaan adalah waktu/ cepat atau lambatnya perputaran dana,
yaitu investasi dalam aktiva lancar diharapkan dana akan diterima kembali dalam waktu
dekat dan secara langsung sekaligus (satu hari, satu minggu atau paling lama satu tahun).
Sebaliknya, investasi dalam aktiva tetap (mesin, gedung, kendaraan dan sebagainya) dana
yang diterima kembali oleh perusahaan secara keseluruhan dalam beberapa tahun dan
kembali serangsur-angsur melalui depresiasi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan perbedaan terletak pada soal “waktu dan
cara perputaran” dana yang tertanam di dalamnya. Oleh karena menanamkan dana dalam
bentuk aktiva tetap mengalami perputaran dana yang lama atau kembalinya dana dalam
waktu beberapa tahun, maka pengambilan keputusan untuk menginvestasikan dananya
dalam bentuk aktiva harus dirancang sematang mungkin, hal ini dikarenakan :
a. Dana yang dikeluarkan akan terikat waktu yang panjang
b. Pencernaan yang kurang tepat bias mengakibatkan over under investment
c. Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut (membeli mesin,gedung, kendaraan)
biasanya meliputi jumlah yang besar.
d. Kesalahan dalam pengambilan keputusan pengeluaran dana tersebut akan
mempunyai akibat yang panjang dan berat dan tidak diperbaiki tanpa adanya
kerugian.
Perusahaan harus jeli dalam menginvestasikan dananya dalam bentuk aktiva tetap.
Untuk mengoptimalkan dana yang ada, penting kiranya perusahaan menyusun usul-usul
investasi. Usul-usul investasi itu meliputi berikut ini :
a. Investasi penggantian, yaitu mengganti aktiva yang sudah rusak dengan yang baru
b. Investasi penambahan kapasitas, misalnya menambah jumlah mesin atau
pembukaan pabrik baru.
c. Investasi penambahan jenis produk baru, yaitu menghasilkan produk baru di
samping produk yang sudah ada.
d. Investasi lain-lain, misalnya investasi untuk memasang alat pemanas, alat
pengatur udara (AC), pemasangan musik.
Pada umumnya, jumlah investasi yang diajukan perusahaan lebih banyak daripada
besarnya dana yang tersedia. Sehubungan dengan itu, maka perlu diadakan penilaian
terhadap usup-usul investasi yang diajukan, untuk kemudian dibuat rangking atas dasar
criteria tertentu. Akhirnya, berdasarkan ukuran yang ditetapkan, akan dipilih usul-usul
proyek mana yang dapat diterima, mana yang ditolak dan mana yang ditunda
pelaksanaannya.
Ada beberapa metode penilaian proyek investasi atau metode menyusun rangking
usul-usul investasi. Salah satunya adalah metode net present value (NPV) atau sering
disebut metode present value (PV). Dalam metode ini, pertama-tama yang dihitung
adalah nilai sekarang (present value) dari aliran kas yang merupakan hasil dari investasi
baru yang diharapkan atas dasar discount rate tertentu. Kemudian, jumlah present value
(PV) dari keseluruhan aliran kas masuk selama usianya dikurangi dengan PV dari
junmlah investasinya. Selisih antara PV dan aliran kas masuk dengan PV dari

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 85


pengeluaran modal dinamakan nilai sekarang neto (net present value). Apabila jumlah PV
dari keseluruhan aliran kas masuk yang diharapkan lebih besar dari pada PV dari
investasinya, maka usul investasinya dapat diterima. Sebaliknya, kalau jumlah PV dari
keseluruhan aliran kas masuk lebih kecil daripada PV dari investasinya, yang ini berarti
NPV-nya negative, maka usul investasi tersebut seharusnya ditolak.
Sebagai contoh, apabila suatu perusahaan mempunyai jumlah investasi Rp.
45.000,00, discount rate yang digunakan 10%. Aliran kas masuk yang telah dihitung
selama 5 tahun = Rp. 22.500,00, maka :
PV dari aliran kas = 2,487 x Rp. 22.500,00 = Rp. 55.958,00
PV dari investasi = Rp. 45.000,00
Net present value = Rp. 10.958,00
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan NPV positif, maka usul investasi diterima. 2.487
adalah discount factor (DF) terdapat dalam table.

b). Internal Rate of Return (IRR)


Metode penilaian usul-usul investasi yang lain adalah internal rate of return
(IRR). Internal rate or return didefinisikan sebagai tingkat bunga yang akan menjadikan
jumlah nilai sekarang dan aliran kas masuk yang diharapkan akan diterima sama dengan
jumlah nilai sekarang dari penerimaan modal. Pada dasarnya, internal rate of return harus
dicari dengan trial and error atau dengan cara serba coba-coba.
Pertama-tama kita menghitung PV dari aliran kas masuk suatu investasi dengan
menggunkan tingkat bunga yang kita pilih menurut kehendak kita. Kemudian,
perhitungan itu dibandingkan dengan jumlah PV dari investasinya. Kalau PV dari kas
masuk lebih besar daripada PV dari investasinya, kita harus menggunakan tingkat bunga
yang lebih tinggi lagi, sebaliknya, kalau PV dari aliran kas masuk lebih kecil dari PV dari
investasinya, maka kita harus menggunakan tingkat bunga yang lebih rendah. Demikian
seterusnya, sampai kita menemukan tingkat bunga yang menjadikan PV dari aliran kas
masuk sama besarnya dengan internal of return dari usul investasi tersebut.

Uji Kompetensi 11 :
Siswa dapat menjelaskan kembali tentang Net Present Value (NPV) dan
Internal Rate of Return (IRR)
Jawaban :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 86


………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI

BAB I MENGANALISIS PELUANG USAHA

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 87


1. Peluang dan resiko usaha 1
2. Faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan usaha 5
3. Pemanfaatan peluang secara kreatif dan inovatif 8
BAB II MENGANALISIS ASPEK-ASPEK PERENCANAAN USAHA
(Analisis perencanaan usaha dilihat organisasi sederhana dan produksi
1. Tujuan dan sasaran usaha 10
2. Bentuk-bentuk badan usaha 12
3. Struktur organisasi sederhana 15
4. Produk barang dan jasa 17

5. Pengelolaan persediaan 19
6. Menghitung kebutuhan dan persediaan bahan baku 21
7. Proses produksi 24
8. Penyimpanan hasil produksi 26
9. Merancang aliran proses produksi 27
BAB III MENGANALISIS ASPEK-ASPEK PERENCANAAN USAHA
(Analisis perencanaan usaha dengan aspek administrasi usaha)
1. Perizinan usaha 29
2. Surat menyurat 31
3. Pencatatan transaksi barang/jasa 33
4. Pencatatan transaksi keuangan 35
5. Pajak pribadi dan pajak usaha 38
BAB IV MENGANALISIS ASPEK-ASPEK PERENCANAAN USAHA
(Perencanaan usaha yang dianalisis aspek pemasaran)
1. Seni menjual dan tekhnik promosi 41
2. Penetapan harga jual 43
3. Kepuasan pelanggan 45
4. Negoisasi 46
5. Saluran dan jaringan distribusi 47
BAB V MENGANALISIS ASPEK-ASPEK PERENCANAAN USAHA
(Perencanaan usaha yang dianalisis aspek permodalan dan pembiayaan usaha)
1. Tekhnik dan prosedur permodalan usaha 50
2. Rencana anggaran biaya (RAB) 52
3. Proyeksi arus kas 53
4. Titik pulang pokok (BEP) 55
5. Laba/rugi 56
6. Net present value (NPV) dan internal rate of return (IRR) 58

Kewirausahaan/Suriani, S.Pd, MM./2016 Page 88

Anda mungkin juga menyukai