ORGANISASI BADAN
PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL (BPJS)
KESEHATAN
3 JULY
NAMA PERUSAHAAN
Peserta Latsar Angk. 126
Ditulis oleh: Nama Anda
Kelompok 3, Sub Kelompok 1:
- dr. Munadya Hamzah
- Selvia Nugraha, S.IP
- Septriyana Marisa, S.T
- Silvana Y. Andi Aco, S.Ak
- Vedry Kurniawan, S.Sos.
1
A. Sejarah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Sebagai asuransi kesehatan utama yang diselenggarakan oleh negara, kini sebagian besar
masyarakat di Indonesia memiliki BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan ini resmi menjadi asuransi sejak
2014. Namun tak banyak yang tahu jika jaminan kesehatan milik negara ini sejak tahun-tahun
berdirinya Indonesia sudah ada. BPJS Kesehatan sendiri terbentuk pada 1 Januari 2014, sebagai
transformasi dari PT Askes (Persero).
Ide pembentukan BPJS Kesehatan dimulai saat pemerintah mengeluarkan UU Nomor 40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN). Kemudian pada tahun 2011 pemerintah
menetapkan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) serta
menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan,
sehingga PT Askes (Persero) pun berubah menjadi BPJS Kesehatan. Tapi perjalanan asuransi
kesehatan milik negara sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman Kolonial Belanda. Lalu, setelah RI
merdeka tepatnya pada tahun 1949, upaya menjamin kebutuhan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat itu tetap dilanjutkan.
Di awal Indonesia merdeka, peserta jaminan kesehatan yang dilakukan negara masih mencakup
PNS dan keluarganya saja. Kemudian, Menteri Kesehatan saat itu, Prof. G.A. Siwabessy mengajukan
gagasan agar segera diselenggarakan program asuransi kesehatan semesta (universal health
insurance) yang saat itu mulai diterapkan di banyak negara maju dan tengah berkembang pesat
Mudahnya, Siwabessy ingin Indonesia punya program asuransi kesehatan yang bisa diikuti
seluruh penduduk RI. Dirinya pun optimistis kelak pembangunan derajat kesehatan masyarakat di
Indonesia akan tercapai melalui suatu sistem tertentu. Perlahan, cita-cita Siwabessy menjadi
kenyataan.
Dimulai dari tahun 1968, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun
1968 dengan membentuk Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) yang
mengatur pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negara dan penerima pensiun beserta
keluarganya.
2
Selang beberapa waktu kemudian, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 dan
23 Tahun 1984. BPDPK pun berubah status dari sebuah badan di lingkungan Departemen Kesehatan
menjadi BUMN, yaitu menjadi PERUM HUSADA BHAKTI (PHB). Dari PHB peserta asuransi kesehatan
negara itu jadi bertambah. Saat itu jadi mencakup PNS, pensiunanPNS, veteran, perintis
kemerdekaan, dan anggota keluarganya. Pada tahun 1992, pemerintah kembali menerbitkan
kebijakan baru yakni Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 yang merubah PHB menjadi PT
Askes (Persero).
PT Askes (Persero) mulai menjangkau karyawan BUMN melalui program Askes Komersial. Pada
Januari 2005, PT Askes (Persero) dipercaya pemerintah untuk melaksanakan program jaminan
kesehatan bagi masyarakat miskin (PJKMM) yang selanjutnya dikenal menjadi program Askeskin
dengan sasaran peserta masyarakat miskin dan tidak mampu sebanyak 60 juta jiwa yang iurannya
dibayarkan oleh Pemerintah Pusat.
PT Askes (Persero) juga menciptakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU),
yang ditujukan bagi masyarakat yang belum ter-cover oleh Jamkesmas, Askes Sosial, maupun
asuransi swasta. Hingga saat itu, ada lebih dari 200 kabupaten/kota atau 6,4 juta jiwa yang telah
menjadi peserta PJKMU.
PJKMU adalah Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang pengelolaannya diserahkan kepada
PT Askes (Persero). Nah PT Askes diubah menjadi BPJS Kesehatan pada 2014. BPJS Kesehatan
ditunjuk menjadi pengelola jaminan kesehatan masyarakat secara luas. Melalui Program Jaminan
Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan,
seluruh penduduk Indonesia kini bisa terlindungi oleh jaminan kesehatan tersebut.
Adapun yang membedakan Askes dan BPJS Kesehatan adalah dari segi dana iuran dan hasil
pengembangannya. Dengan adanya UU SJSN, dana iuran dan hasil pengembangannya, seluruhnya
dibebankan kepada peserta untuk membiayai peningkatan manfaat jaminan sosial. Kecuali untuk
masyarakat yang tidak mampu, iuran jaminan sosialnya tetap dibayar oleh negara, sesuai dengan
amanat UUD 1945.
3
C. Fungsi dan Tugas BPJS Kesehatan
Mengacu kepada Undang-Undang nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial menjelaskan fungsi dan tugas BPJS Kesehatan sebagai berikut:
BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Dijelaskan dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional bahwa Jaminan kesehatan
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan
tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS Kesehatan bertugas untuk:
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.
3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.
4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.
6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
program jaminan sosial.
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan
masyarakat.
4
3. Compliance (Kepatuhan)
Kepatuhan dari setiap Warga Negara Indonesia terhadap perundang-undangan untuk
mendaftarkan dirinya dan anggota keluarga menjadi peserta Program JKN-KIS serta mengikuti
prosedur pelayanan kesehatan yang berlaku.
5
Adaptif
Ditengah Perkembangan Teknologi Yang Semakin Cepat BPJS Terus Berbenah diri dan selalu
menyesuaikan dengan perkembangan zaman hal ini dicerminkan BPJS Kesehatan telah
mengembangkan layanan telekonsultasi melalui Mobile JKN untuk menghubungkan dokter di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dengan peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS). Layanan telekonsultasi tersebut saat ini telah dimanfaatkan oleh sekitar
10.000 dokter FKTP dan jumlahnya terus bertambah.
BPJS tengah mengembangkan uji coba telemedisin antara FKTP dengan Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) atau rumah sakit di sejumlah wilayah Indonesia. Dengan adanya
telemedisin tersebut, dokter spesialis bisa melakukan transfer ilmu kepada dokter layanan primer
(telementoring), sehingga dokter layanan primer dapat semakin optimal dalam memberikan layanan
kesehatan bagi pasien JKN-KIS secara berkesinambungan.
Berbagai macam inovasi yang diberikan oleh BPJS Kesehatan untuk memudahkan layanan bagi
peserta JKN-KIS. Misalnya, sistem antrean online yang sudah diimplementasikan pada 16.568 FKTP,
dan telah terimplementasi di 95 persen rumah sakit serta terintegrasi dengan Mobile JKN
Kolaboratif
Kolaborasi BPJS Kesehatan Dengan Pemerintah Sehinga lahirnya INPRES 1 Tahun 2022 Tentang
Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
BPJS Kesehatan dan Universitas Indonesia (UI) melakukan kolaborasi untuk dapat mencetak
Sumber Daya Manusia (SDM) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terbaik bagi bangsa dengan
melakukan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama mengenai peningkatan kualitas SDM.
pengembangan Sumber Daya Manusia dapat dilakukan bukan hanya dengan meningkatkan
kompetensi pegawai, namun juga melalui rekrutmen yang berkualitas.
Kolaborasi ditempuh BPJS Kesehatan dengan bekerja sama dengan Kementerian Agraria dan
Tata Ruang, bentuk kolaborasi yang sedang ditempuh BPJS Kesehatan adalah ketentuan kepesertaan
sebagai syarat administrasi pelayanan publik pada sektor transaksi jual beli tanah.
Kolaborasi selanjutnya adalah kerja sama dengan Polri dalam penerapan aturan serupa bagi
pemohon surat izin mengemudi (SIM). Namun ketentuan tersebut masih dalam tahap pembahasan.
F. Kesimpulan
Kesimpulan dari benchmarking terhadap organisasi BPJS kesehatan adalah BPJS Kesehatan
terus berinovasi untuk meningkatkan layanan kepada peserta, salah satunya dengan memberikan
kemudahan peserta berinteraksi dengan dokter melalui pengembangan sistem informasi patient
dokter relationship, memiliki sistem manajemen dengan fungsi pelaksanaan dan
pertanggungjawaban yang baik dan optimal sehingga pengelolaan lembaga organisasi dapat
terlaksana secara efektif dan efisien.
6
Melalui program Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, hadir
di tengah kita untuk memastikan seluruh penduduk Indonesia terlindungi jaminan kesehatan yang
komprehensif, adil, dan merata. Setelah membedah organisasi Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan, diharapkan kami sebagai peserta angkatan 126 kelompok 1 mampu
menginternalisasikan dan menerapkan nilai berakhlak ini khususnya dalam instansi dan organisasi.
G. Lampiran
Berikut kami lampirkan link video sebagai bahan kami dan dalam melaksanakan tugas
benchmarking terhadap organisasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=lGio8YR93pA
https://www.youtube.com/watch?v=UfLpM46-tjs