Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOMPOK

BENCHMARKING NILAI-NILAI BerAKHLAK TERHADAP BADAN


PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL (BPJS) KESEHATAN

Nama Tutor : Andari Dwi Utami, M.H.

Angkatan : 19

Anggota Kelompok : 2 (Dua)

1. Erikson Malau, A.Md.KL

2. Dwi Purwita Sari, A.Md.Keb

3. Efrisawati, A.Md.Kes

4. Nurul Maulidina, A.Md.Keb

A. Sejarah Perjalanan Jaminan Sosial di Indonesia


Jaminan pemeliharaan kesehatan di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak zaman
kolonial Belanda. Dan setelah kemerdekaan, pada tahun 1949, setelah pengakuan
kedaulatan oleh Pemerintah Belanda, upaya untuk menjamin kebutuhan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, khususnya pegawai negeri sipil beserta keluarga, tetap
dilanjutkan. Prof. G.A. Siwabessy, selaku Menteri Kesehatan yang menjabat pada saat itu,
mengajukan sebuah gagasan untuk perlu segera menyelenggarakan program asuransi
kesehatan semesta (universal health insurance) yang saat itu mulai diterapkan di banyak
negara maju dan tengah berkembang pesat.
Pada 1968, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun
1968 dengan membentuk Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK)
yang mengatur pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negara dan penerima pensiun beserta
keluarganya. BPDPK pun berubah status dari sebuah badan di lingkungan Departemen
Kesehatan menjadi BUMN, yaitu PERUM HUSADA BHAKTI (PHB), yang melayani
jaminan kesehatan bagi PNS, pensiunan PNS, veteran, perintis kemerdekaan, dan anggota
keluarganya.
Pada tahun 1992, PHB berubah status menjadi PT Askes (Persero) . Pada Januari
2005, PT Askes (Persero) dipercaya pemerintah untuk melaksanakan program jaminan
kesehatan bagi masyarakat miskin (PJKMM) yang selanjutnya dikenal menjadi program
Askeskin dengan sasaran peserta masyarakat miskin dan tidak mampu sebanyak 60 juta
jiwa yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah Pusat.
PT Askes (Persero) juga menciptakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum
(PJKMU), yang ditujukan bagi masyarakat yang belum tercover oleh Jamkesmas, Askes
Sosial, maupun asuransi swasta. Hingga saat itu, ada lebih dari 200 kabupaten/kota atau 6,4
juta jiwa yang telah menjadi peserta PJKMU. PJKMU adalah Jaminan Kesehatan Daerah
(Jamkesda) yang pengelolaannya diserahkan kepada PT Askes (Persero). 
Langkah menuju cakupan kesehatan semesta pun semakin nyata dengan resmi
beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014, sebagai transformasi dari PT Askes
(Persero). Hal ini berawal pada tahun 2004 saat pemerintah mengeluarkan UU Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan kemudian pada tahun
2011 pemerintah menetapkan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara program
jaminan sosial di bidang kesehatan, sehingga PT Askes (Persero) pun berubah menjadi
BPJS Kesehatan.
Melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, negara hadir di tengah kita untuk memastikan
seluruh penduduk Indonesia terlindungi oleh jaminan kesehatan yang komprehensif, adil,
dan merata.

B. Visi
Menjadi badan penyelenggara yang dinamis, akuntabel dan terpercaya untuk mewujudkan
jaminan kesehatan yang berkualitas, berkelanjutan, berkeadilan dan inklusif.

C. Misi
1. Meningkatkan kualitas layanan kepada peserta melalui layanan terintegrasi berbasis
tekhnologi informasi.
2. Menjaag berkelanjutan program JKN-KIS dengan menyeimbangkan antara dana
jaminan sosial dan biaya manfaat yang terkendali.
3. Memberikan jaminan kesehatan yang berkeadilan dan inklusif mencakup seluruh
penduduk indonesia
4. Memperkuat engagement dengan meningkatkan sinergis dan kolaborasi pemangku
kepentingan dalam mengimplementasikan program JKN-KIS
5. Meningkatkan kapabilitas badan dalam menyelenggarakan program JKN-KIS secara
efesien dan efektif yang akuntabel, berkehati-hatian dengan prinsip tata kelola yang
baik, SDM yang produktif, mendorong tranformasi digital serta inovasi yang
berkelanjutan.
D. Fungsi dan Tugas
Mengacu kepada Undang-Undang nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial menjelaskan fungsi dan tugas BPJS Kesehatan sebagai berikut:
1. Fungsi:
BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Dijelaskan
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
bahwa Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi
sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
2. Tugas:
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS Kesehatan bertugas
untuk:
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.
b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.
c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.
e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.
f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
program jaminan sosial.
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta
dan masyarakat.

E. Nilai-Nilai BerAKHLAK
1. Berorientasi Pelayanan
Orientasi pelayanan diartikan sebagai cakupan aktivitas organisasi yang didesain untuk
menciptakan dan memberikan pelayanan prima. Orientasi pelayanan merupakan pilihan
strategik untuk menyelenggarakan pelayanan prima.
BPJS Kesehatan mengajak fasilitas kesehatan untuk memperkuat komitmen dalam
peningkatan mutu layanan bagi peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Terlebih berbagai situasi dan dinamika yang mempengaruhi pengelolaan Program JKN
misalnya pemanfaatan layanan kesehatan pasca Pandemi Covid-19 serta percepatan
cakupan kepesertaan Program JKN menuju Universal Health Coverage (UHC), akses dan
kualitas layanan kesehatan menjadi tantangan tersendiri. Hal tersebut diungkapkan Direktur
Utama BPJS Kesehatan Ghufron Mukti dalam Pertemuan Nasional Fasilitas Kesehatan
tahun 2022
“Dengan tingginya angka pemanfaatan pelayanan kesehatan tentunya harus didukung
oleh mutu fasilitas kesehatan yang baik, diantaranya melalui akreditasi fasilitas kesehatan
baik FKTP  maupun FKRTL/RS. Dengan akreditasi, dilengkapi
dengan credentialing dan re-credentialing harapannya akan diperoleh standar layanan
Kesehatan dan meningkatkan keselamatan pasien.

2. Akuntabel
Akuntabel adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban organisasi
sehingga pengelolaan organisasi terlaksana secara efektif. BPJS Kesehatan mendapatkan
penghargaan “Badan Publik Informatif” dalam Anugrah Keterbukaan Informasi Publik
Tahun 2022 yang digelar Komisi Informasi Pusat RI.
Pencapaian ini merupakan hasil dari upaya seluruh Duta BPJS Kesehatan yang
konsisten menerapkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas dan tata kelola dalam
pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) serta dalam menghimpun,
mengelola dan menyediakan informasi yang dibutuhkan publik.

3. Kompeten
Kompeten adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan baik. Lebih
lanjut, kompeten atau competence adalah respons individu atau sosial terhadap kewajiban
untuk melakukan tugas dan kegiatan dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada BPJS
Kesehatan yang dituntut tidak hanya wajib memiliki pengetahuan dan wawasan terkait
pemahaman dasar dalam organisasi tetapi juga memiliki karakter yang selaras dengan tata
nilai organisasi. Bekerja sebagai BPJS Kesehatan adalah bagian dari wujud bela negara,
yang harus siap melayani dan memenuhi kebutuhan peserta maupun stakeholders Program
JKN-KIS. Berbekal kompetensi yang memadai, BPJS Kesehatan dapat memberikan
informasi secara lengkap dan jelas kepada masyarakat supaya tidak terjadi masalah yang
diakibatkan oleh ketidaktahuan mengenai prosedur dan ketentuan yang berlaku. BPJS
Kesehatan dapat berperan aktif mengajak masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat
dan bergotong-royong menyukseskan keberlangsungan program JKN-KIS.

4. Harmonis
Badan penyelenggara Jaminan Sosial atau yang lebih sering kita kenal dengan BPJS
sangat berperan penting dalam menyongsong Indonesia yang lebih kuat melalui program
JKN-KIS diharapkan seluruh masyarakat Indonesia memperoleh jaminan kesehatan yang
adil dan merata. Ini merupakan salah satu tindakan gotong royong untuk mewujudkan
Indonesia sehat.
Nilai gotong royong diwujudkan oleh BPJS Kesehatan melalui program Urun dana
(crowdfunding). Salah satu aksi yang terbukti ialah, para pegawai BPJS kesehatan atau
yang disebut duta BPJS kesehatan menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu
membayrkan peserta mandiri kelas 3 JKN-KIS yang kesulitan membayar iuran atau
menunggak dikarenakan kondisi ekonomi mereka yang kurang mampu. Aksi tersebut
tentunya menjadi bukti bahwa BPJS sangat memperhatikan dan perduli terhadap kemajuan
kesehatan di Indonesia dengan meringkan beban biaya masyarakat.

5. Loyal
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan melaporkan, pendapatan iuran
BPJS kesehatan mencapai Rp144 triliun pada 2022. Jumlah itu meningkat 0,47% dari tahun
sebelumnya yang sebesar Rp143,32 triliun.
Melihat trennya, pendapatan iuran BPJS Kesehatan terpantau meningkat setiap
tahunnya. Sejak dibentuk pertama kali pada 2014, pendapatan iuran BPJS Kesehatan pun
telah meningkat 253,63%. Secara rinci, pendapatan iuran yang berasal dari penerima
bantuan iuran (PBI) sebesar Rp62,5 triliun pada 2022. Sementara, pendapatan iuran yang
berasal dari non-PBI tercatat sebesar Rp81,5.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan, kenaikan
pendapatan iuran ini seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan kepatuhan peserta mandiri
dalam pembayaran iuran. Hal itu pun mendorong jumlah peserta BPJS Kesehatan terus
tumbuh, dan meningkat meningkatnya pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.

6. Adaptif
Adaptif bermakna erat dengan semangat dan kemampuan berinovasi, kreatif serta
proaktif menghadapi perubahan. Pelayanan kepada masyarakat telah berubah menjadi lebih
mudah dan bersifat digitalisasi. BPJS juga mempermudah masyarakat untuk melakukan
pendaftaran peserta JKN-KIS.
BPJS terus melakukan berbagai inovasi untuk mempermudah masyarakat
mendapatkan akses layanan kesehatan. Salah satunya adalah aplikasi yang terus
dikembangkan yaitu Mobile JKN. Melalui aplikasi BPJS Kesehatan, Peserta JKN-KIS bisa
mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan tanpa harus keluar rumah. Dengan aplikasi
tersebut, peserta JKN-KIS dapat menikmati fasilitas dari ragam fitur yang lengkap dan
mudah.
Aplikasi Mobile JKN juga memudahkan Peserta JKN-KIS yang ingin memindahkan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), dengan hanya mengakses aplikasi lalu setelah
selesai ada keterangan dapat digunakan tanggal satu bulan berikutnya. BPJS juga
memudahkan peserta JKN-KIS yang berobat dalam pengurusan administrasi, dengan hanya
membawa atau menunjukkan kartu identitas KTP pada petugas pendaftaran/ loket
administrasi.
7. Kolaboratif
Kolaborasi adalah penggabungan berbagai orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Sewindu mengelola dan memberikan layanan kepada peserta Program Jaminan Kesehatan
Nasional, BPJS Kesehatan ditempa dengan berbagai dinamika perubahan dan tantangan
demi mewujudkan keberlangsungan program serta peningkatan kualitas layanan. Salah satu
hal yang dilakukan adalah melalui koloborasi dengan stakeholder dan penerapan digitalisasi
layanan kesehatan khususnya dilakukan di fasilitas kesehatan. BPJS Kesehatan
mengungkapkan kolaborasi yang dilakukan BPJS Kesehatan semakin intensif. Kolaborasi
ini diharapkan memantapkan kerjasama dalam meningkatkan pelayanan kepada peserta
melalui pengembangan dan inovasi digital. BPJS Kesehatan juga bersinergi dengan
Kementerian Kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan seperti Perhimpunan Seluruh
Rumah Sakit Indonesia (PERSI) untuk mendorong penerapan digitalisasi di fasilitas
kesehatan. penerapan digitalisasi layanan bisa menjadi nilai tambah baik bagi rumah sakit
maupun BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan sangat terbuka menerima masukan dari
stakeholder terkait maupun mitra fasilitas kesehatan untuk bersama-sama mengembangkan
sistem digitaliasi agar dapat memberikan kemudahan dan manfaat lebih kepada peserta
JKN. Upaya yang dilakukan PERSI adalah membangun sinergi bersama termasuk BPJS
Kesehatan dalam hal penetapan indikator kualitas layanan. Dengan adanya penetapan
indikator kualitas layanan, misalnya waktu respon layanan, penggunaan teknologi informasi
dan ada penghargaan dari BPJS Kesehatan, PERSI melihat sudah ada peningkatan rumah
sakit dalam mengoptimalkan layanan. Direktur RS Bali Mandara dr. Ketut Suarjaya
mengungkapkan waktu tunggu layanan pasien rawat jalan saat ini sudah semakin pendek.
Hal tersebut dilakukan karena kolaborasi yang apik antara BPJS Kesehatan dan rumah sakit
dalam menerapkan digitalisasi. 

Anda mungkin juga menyukai