OLEH :
RINI ANGGRAENI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah anugrah yang tidak bisa digantikan dengan uang. Orang yang
dalam sekejap kekayaan yang dimiliki seseorang dapat hilang untuk mengobati
penyakit yang dideritanya.Begitu pula dengan resiko kecelakaan dan kematian. Suatu
peristiwa yang tidak kita harapkan namun bias terjadi kapan saja sebab kecelakaan
Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak
kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang miskin dan tidak mampu, adalah tanggung
jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945 Perubahan, Pasal 34 ayat 2
memberikan jaminan sosial menyeluruh bagi setiap orang dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang
sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga
2
ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses
atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan amanat UUD 1945 yang
mewajibkan negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu, sesuai dengan martabat
kemanusiaan. Program ini akan diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) yang merupakan penyatuan dari beberapa BUMN yang ditunjuk, yaitu PT. Jamsostek,
PT. Askes, PT. Taspen, dan PT. Asabri. Dalam penyelenggaraannya, BPJS terdiri atas BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan Dalam APBN 2013, Pemerintah telah mengalokasikan
anggaran untuk persiapan pelaksanaan SJSN, antara lain berupa penyertaan modal negara,
peningkatan kapasitas puskemas dan rumah sakit milik Pemerintah. Selain itu, Pemerintah
pelayanan kesehatan, serta anggaran sosialisasi, edukasi dan advokasi kepada masyarakat
tentang SJSN dan BPJS. Mulai 2014, Pemerintah menanggung iuran bagi masyarakat miskin
3
dan kurang mampu (yang disebut sebagai Penerima Bantuan Iuran atau PBI) untuk menjamin
keikutsertaan mereka dalam program ini. Dengan berbagai kebijakan tersebut, alokasi belanja
publik diiringi dengan sosialisasi yang intensif dan menjangkau segenap lapisan
kesehatan nasional agar sesuai dengan prinsip-prinsip jaminan sosial yang universal,
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah
antara lain sebagai berikut : Bagaimana Penegertian dan tujuan JKN, Mengetahui
C. TUJUAN PENULISAN
4
1. Untuk mengetahui Latar Belakang dan tujuan JKN
2. Untuk Mengetahui Prinsip pelaksanaan program JKN
3. Untuk Mengetahui prinsip Kepesertaan JKN
5
BAB II
PEMBAHASAN
Program JKN ini adalah merupakan salah satu program khusus yang berasal
dari Pemerintah Indonesia yang akan membawa angin segar bagi seluruh lapisan
masyarakat dan rakyat Indonesia. Tentunya tujuan serta manfaat dari program ini
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Sedangkan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk
jaminan yang diselenggarakan BPJS. Jaminan kesehatan yang diberikan bukan hanya
pada saat memiliki penyakit kronis seperti jantung atau kanker namun juga termasuk
6
kesehatan ini dapat diterima diberbagai rumah sakit, baik milik pemerintah maupun
swasta apabila telah menandatangani kontrak. Dimana mutu pelayanan yang diberikan
merata terhadap setiap orang tidak bergantung pada besarnya iuran, sehingga rakyat
Seperti yang telah kita kenal bahwa jaminan asuransi kesehatan adalah seperti
Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) yang kesemuanya itu masuk dalam
Semua warga negara Indonesia wajib menjadi peserta JKN termasuk warga
negara asing yang sudah tinggal di Indonesia lebih dari 6 bulan dan wajib membayar
iuran kepada BPJS, bagi yang tidak mampu iuran dibayarkan pemerintah (PBI) yang
pesertanya ditetapkan pemerintah. Konsep iuran BPJS bagi pekerja maupun PNS
Dasar landasan dan dasar hukum dari jaminan kesehatan nasional ini adalah
Undang - undang No 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional ( SJSN ) ,
Peran Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Pembiayaan Kesehatan diantaranya dalam
7
pembiayaan operasional fasilitas kesehatan akan dibiayai dari hasil pendanaan jaminan
kesehatan, namun pada masa transisi untuk fasilitas sistem pelayanan kesehatan daerah
Sedangkan ASKES yang dibawahi pusat akan tetap menjadi tanggung jawab
kesehatan. (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 19) .Manfaat jaminan kesehatan yang bisa
diperoleh dari sistem ini adalah bersifat pelayanan perseorangan yang mencakup
daripada pelayanan preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk obat dan bahan medis
prosedur pelayanan. Seperti halnya dalam mengikuti sistem rujukan yang berjenjang,
adapun fasilitas kesehatan yang digunakan dalam JKN meliputi fasilitas primer,
sekunder dan tersier, baik milik pemerintah maupun swasta yang bekerjasama dengan
BPJS, manfaatnya terdiri dari medis dan non medis serta pelayanan ambulans.
8
B. Pelaksanaan Program JKN?
JKN secara nasional diijalankan berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip
equitas. Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN, maka Jaminan Kesehatan
1. Gotong royong. Dengan kewajiban semua peserta membayar iuran maka akan
terjadi prinsip gotong royong dimana yang sehat membantu yang sakit, yang kaya
untung. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga
manajemen ini mendasari seluruh pengelolaan dana yang berasal dari iuran
tinggal atau pekerjaan, selama masih di wilayah Negara Republik Indonesia tetap
9
5. Kepesertaan bersifat wajib. Agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat
6. Dana Amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan
peserta.
sesuai dengan kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran yang
prosentase tertentu dari upah bagi yang memiliki penghasilan dan pemerintah
dan Manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya
diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu
besarnya biaya premi bagi peserta. Promotif dan preventif yang diberikan
10
dalam konteks upaya kesehatan perorangan (personal care). Manfaat pelayanan
mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
penyakit tertentu.
Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif namun masih
ada yang dibatasi, yaitu kaca mata, alat bantu dengar (hearing aid), alat bantu gerak
(tongkat penyangga, kursi roda dan korset). Sedangkan yang tidak dijamin meliputi:
11
f. Pasien Bunuh Diri /Penyakit Yg Timbul Akibat Kesengajaan Untuk Menyiksa Diri
c. Pembiayaan
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur
oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan
(pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan). Tarif Kapitasi adalah
Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatankepada
yang diberikan.
Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-
2. Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan
Pekerja.
3. Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran
12
4. Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan Presiden
dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi,
persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu
(bukan penerima upah dan PBI). Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari
membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala
(paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari
libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran
iuran JKN dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib
membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan palinglambat tanggal 10
(sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat
dilakukan diawal.
dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan
Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
13
Iuran premi kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan pekerjainformal. Besaran iuran bagi pekerja bukan penerima upah itu
adalah Rp25.500 per bulan untuk layanan rawat inap kelas III, Rp42.500 untuk kelas II
membayar dengan sistem paket INA CBGs. Mengingat kondisi geografis Indonesia,
tidak semua Fasilitas Kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu
wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil.
Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS
Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan gawat
daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan tersebut
BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin
kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif yang
d. Pelayanan
I. Jenis Pelayanan
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu
14
non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan
Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus
dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam
Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat
tenaga kesehatan atau penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai
menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik
15
Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional
merupakan bagian dari sistem kendali mutu dan biaya. Kegiatan ini merupakan
dilakukan oleh:
a. DJSN
C. KEPESERTAAN JKN
maka kepesertaan bersifat wajib. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
Peserta JKN terdiri dari Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta Non
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
1. Kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu ditetapkan oleh Menteri Sosial setelah
16
2. Hasil pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu yang dilakukan oleh lembaga
3. Data terpadu yang ditetapkan oleh Menteri Sosial dirinci menurut provinsi dan
kabupaten/kota dan menjadi dasar bagi penentuan jumlah nasional PBI Jaminan
Kesehatan
Untuk tahun 2014, peserta PBI JKN berjumlah 86,4 juta jiwa yang datanya mengacu
pada Basis Data Terpadu (BDT) hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS)
yang dilaksanakan pada tahun 2011 oleh BPS dan dikelola oleh Sekretariat Tim
Namun demikian, mengingat sifat data kepesertaan yang dinamis, dimana terjadi
kematian, bayi baru lahir, pindah alamat, atau peserta adalah PNS, maka Menteri
Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 149 tahun 2013 yang memberikan
jumlahnya sama dengan jumlah peserta yang diganti. Adapun peserta yang dapat
kesehatan lainnya. Disamping itu, sifat dinamis kepesertaan ini juga menyangkut
17
perpindahan tingkat kesejahteraan peserta, sehingga banyak peserta yang dulu terdaftar
sebagai peserta Jamkesmas saat ini tidak lagi masuk ke dalam BDT.
Yang dimaksud dengan Peserta Non PBI dalam JKN adalah setiap orang yang tidak
tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu, yang membayar iurannya secara
sendiri ataupun kolektif ke BPJS Kesehatan. Peserta Non PBI JKN terdiri dari :
1. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang yang
bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah, antara lain Pegawai
Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah
Non Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, dan Pekerja lain yang memenuhi
2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap orang yang
bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain pekerja di luar hubungan kerja
3. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang tidak
bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara lain Investor,
Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis kemerdekaan, dan bukan pekerja
penambahan data Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu untuk dicantumkan sebagai
18
PBI Jaminan Kesehatan karena memenuhi kriteria Fakir Miskin dan Orang Tidak
Mampu. Kemudian pada ayat 2 disebutkan bahwa Perubahan data PBI Jaminan
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diverifikasi dan divalidasi oleh
Kesehatan pada Fasiitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat
sejak 1 Januari 2014 menjelaskan tentang Penjaminan terhadap bayi baru lahir
1. Bayi baru lahir dari peserta PBI secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan.
Bayi tersebut dicatat dan dilaporkan kepada BPJS Kesehatan oleh fasilitas
2. Bayi anak ke-1 (satu) sampai dengan anak ke-3 (tiga) dari peserta pekerja
3) Anak ke-4 (empat) atau lebih dari peserta penerima upah, dijamin hingga hari ke-
19
1. Apabila bayi sebagaimana dimaksud dalam huruf c tidak didaftarkan hingga
hari ke-7 (tujuh) sejak kelahirannya, mulai hari ke-8 (delapan) bayi tersebut tidak
A. Hak Peserta
kesehatan;
2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur
B. Kewajiban Peserta
1.Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya
BAB III
PENUTUP
20
A. KESIMPULAN
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
kesehatan,
Manfaat jaminan kesehatan yang bisa diperoleh dari sistem ini adalah bersifat
rehabilitatif termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
21
2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial _______2012, Peraturan Pemerintah
Nomor 101 Tahun 2012 Tentang Penerima
Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan _______2013, Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentan Jaminan
Kesehatan Nasional, Republik Indonesia _______2012, Peta Jalan Menuju
Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019,
Republik Indonesia Kemenkes. 2013, Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Pusat Informasi JKN http://www.jamkesindonesia.com/jkn/detail/prinsip
22