Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Tugas Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Manajemen Pelayanan Rumah


Sakit Semester V

Dosen Mata Ajar : Ns. Margiyati, M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK

1. Tri Cesar Hastyorini (15.105)


2. Tri Harjanta Janu W (15.106)
3. Tri Santoso (15.108)
4. Umi Sholikhah (15.110)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali
dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (yang didasarkan pada
mekanisme jaminan kesehatan sosial yang pertama kali
diselenggarakan di Jerman tahun 1883). Setelah itu banyak negara
lain menyelenggarakan JKN seperti Kanada (1961), Taiwan (1995),
Filipina (1997) , dan Korea Selatan (2000) (World Bank, 2007)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia
merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang kepesertaannya bersifat wajib (mandatory).
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan sebuah
Sistem Jaminan Sosial yang diberlakukan di Indonesia. Jaminan
Sosial ini merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial yang
diselenggarakan oleh Negara Republik Indonesia guna menjamin
warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang
layak, sebagaimana dalam Deklarasi PBB tentang Hak Asasi
Manusia (HAM) tahun 1948 dan konvensi ILO No. 102 tahun 1952
(Kemenkes RI, 2012)
Capaian penduduk yang memiliki Jaminan Kesehatan di
Indonesia tahun 2012 mencapai 64,58% dan targetnya adalah
80,10%. Untuk wilayah Jawa Tengah dengan jumlah penduduk
32.382.657, capaian penduduk yang memiliki Jaminan Kesehatan
adalah sebesar 17.097.750 (52,8%) dengan rincian Jamkesmas
14.150.983, Askes Sosial 2.047.571, TNI/POLRI 681.223, Integrasi
Jamkesda 43.504 (Dinkes, 2014)
Berdasarkan pengamatan, permasalahan yang terjadi pada
aspek kepesertaan saat ini, yaitu belum semua penduduk dicakup
jaminan kesehatan, data kepesertaan jaminan kesehatan secara
keseluruhan belum terintegrasi, dan pemahaman masyarakat
tentang jaminan kesehatan masih sangat beragam. Target kedepan
sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang SJSN yaitu semua
penduduk Indonesia wajib menjadi peserta Jaminan Kesehatan. 5
Berdasarkan latar belakang tersebut maka kelompok tertarik
untuk menyusun makalah berjudul Manajemen Pelayanan Rumah
Sakit Tentang Jaminan Kesehatan Nasional.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Untuk menjelaskan kepada masyarakat agar terlindung
dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tentang manfaat JKN
b. Untuk mengetahui tentang penyakit apa saja yang dapat
ditanggung oleh JKN
c. Untuk mengetahui JKN yang ada di Indonesia

C. MANFAAT PENULISAN
1. Mahasiswa mengetahui tentang manfaat JKN
2. Mahasiswa mengetahui tentang penyakit apa saja yang dapat
ditanggung oleh JKN
3. Mahasiswa mengetahui JKN yang ada di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL


1. Pengertian
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah sebuah
sistem jaminan sosial yang ditetapkan di Indonesia dalam
Undang-Undang nomor 40 tahun 2004. Jaminan sosial ini
adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang
diselenggarakan oleh negara Republik Indonesia guna
menjamin warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup
dasar yang layak, sebagaimana dalam deklarasi PBB tentang
HAM tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952
(Wikipedia).
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini
diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial
yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang
No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi
dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak (Kemenkes-
RI, 2014).

2. Dasar Hukum
a. Dasar hukum pertama dari Jaminan Sosial ini adalah UUD
1945 dan perubahannya tahun 2002, pasal 5, pasal 20,
pasal 28, pasal 34.
b. Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human
Rights tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952.
c. TAP MPR RI no X/MPR/2001 yang menugaskan kepada
presiden RI untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
d. UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN

3. Paradigma Jamsosmas
Sistem jaminan sosial nasional dibuat sesuai dengan
“paradigma tiga pilar” yang direkomendasikan oleh Organisasi
Perburuhan Internasional (ILO). Pilar-pilar itu adalah :
a. Program bantuan sosial untuk anggota masyarakat yang
tidak mempunyai sumber keuangan atau akses terhadap
pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan pokok
mereka. Bantuan ini diberikan kepada anggota masyarakat
yang terbukti mempunyai kebutuhan mendesak, pada saat
terjadi bencana alam, konflik sosial, menderita penyakit,
atau kehilangan pekerjaan. Dana bantuan ini diambil dari
APBN dan dari dana masyarakat setempat.
b. Program asuransi sosial yang bersifat wajib, dibiayai oleh
iuran yang ditarik dari perusahaan dan pekerja. Iuran yang
harus dibayar oleh peserta ditetapkan berdasarkan tingkat
pendapatan/gaji, dan berdasarkan suatu standar hidup
minimum yang berlaku di masyarakat.
c. Asuransi yang ditawarkan oleh sektor swasta secara
sukarela, yang dapat dibeli oleh peserta apabila mereka
ingin mendapat perlindungan sosial lebih tinggi daripada
jaminan sosial yang mereka peroleh dari iuran program
asuransi sosial wajib.
4. Prinsip Jamsosmas
Prinsip-prinsip Jaminan Sosial Masyarakat antara lain :
a. Prinsip Kegotong Royongan
Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme gotong
royong dari peserta yang mampu kepada peserta yang
kurang mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh
rakyat. Peserta yang beresido rendah membantu yang
beresiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang
sakit. Melalui prinsip kegotong royongan ini jaminan sosia
dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
b. Prinsip Nirbala
Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba
(nirbala) bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, akan
tetapi tujuan utama penyelenggaraan jaminan sosial adalah
untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
Dana amanat, hasil pengembangannya dan surplus
anggaran akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kepentingan peserta.
c. Prinsip Keterbukaan, Kehati-hatian, Akuntabilitas, Efisiensi
dan Efektifitas
Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan dan
mendasari suluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal
dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
d. Prinsip Portabilitas
Jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah NKRI.
e. Prinsip Kepesertaan Bersifat Wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat
menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun
kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat,
penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari
pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor
informal dapat menajdi peserta secara mandiri, sehingga
pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional dapat
mencakup seluruh rakyat.
f. Prinsip Dana Amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan
titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola
sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut
untuk kesejahteraan peserta.
g. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional
dalam Undang-Undang ini adalah hasil berupa dividen dari
pemegang saham yang dikembalikan untuk kepentingan
peserta jaminan sosial.

Dalam Undang-Undang ini diatur penyelenggaraan Sistem


Jaminan Sosial Nasional yang meliputi jaminan kesehtan,
jaminan kecelakaan kerja, jaminan pensiun, jaminan hari tua,
dan jaminan kematian bagi seluruh penduduk melalui iuran
wajib pekerja. Program-program jaminan sosial tersebut
diselenggarakan oleh beberapa Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial. Dalam Undang-Undang, Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial adalah transformasi yang telah berjalan dan
dimungkinkan membentuk badan penyelenggara baru sesuai
dengan dinamika perkembangan jaminan sosial.
Asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan
terhadap martabat. Asas manfaat merupakan asas yang
bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efisien
dan efektif. Asas keadilan merupakan asas yang yang bersifat
ideal. Ketiga asas tersebut dimaksudkan untuk menjamin
kelangsungan program dan hak peserta.

5. Tujuan JKN
Tujuan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah
agar semua penduduk terlindungi dalam sistem asuransi,
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak dalam rangka :
a. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan
kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas kesehatan yang
bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial.
b. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan kepada
peserta secara menyeluruh, terstandar, dengan sistem
pengelolaan yang terkendali mutu dan biaya.
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan
dan akuntabel. 

6. Manfaat JSN
Manfaat program Jamsosnas tersebut cukup komprehensif,
yaitu meliputi jaminan hari tua, asuransi kesehatan nasional,
jaminan kesehatan kerja, dan jaminan kematian. Program ini
akan mencakup seluruh warga negara Indonesia tidak peduli
apakah mereka termasuk pekerja sektor formal, sektor informal,
atau wiraswastawan.

a. Jaminan Hari Tua


Program jaminan hari tua (JHT) adalah sebuah program
manfaat pasti (defined benefit) yang beroprerasi
berdasarkan asas membayar sambil jalan (pay-as-you-
go). Manfaat pasti program ini adalah suatu presentas
rata-rata pendapatan tahun sebelumnya, yaitu antara
60% hingga 80% dari UMR daerah dimana penduduk
tersebut bekerja. Setiap pekerja akan memperoleh
pensiun minimun pasti sejumlah 70% dari UMR
setempat.
b. Jaminan Kesehatan
Program Jaminan Kesehatan Sosial Nasional (JKSN)
ditujukan untuk memberikan manfaat pelayanan
kesehatan yang cukup komprehensif, mulai dari
pelayanan preventif seperti imunisasi dan Keluarga
Berencana hingga pelayanan penyakit katastropik seperti
penyakit jantung dan gagal ginjal. Baik institusi
pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta dapat
memberikan pelayanan untuk program tersebut selama
mereka menandatangani sebuah kontrak kerja sama
dengan pemerintah.
c. Jaminan Kecelakaan Kerja
Jaminan Kecelakaan Kerja diselenggarakan dengan
tujuan menjamin agra peserta memperoleh manfaat
pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila
seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau
menderita penyakit akibat kerja.
d. Jaminan Kematian
Diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan
santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris
peserta yang meninggal dunia.
7. Masalah Kesehatan Yang Ditanggung Oleh JKN
Adapun pelayanan kesehatan yang bisa didapat di fasilitas
kesehatan tingkat pertama, sebagai berikut:
a. Mendapat pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan
melakukan konsultasi medis
b. Mendapat tindakan medis yang tidak masuk dalam bidang
kompetensi dokter spesialis
c. Mendapat transfusi darah sesuai kebutuhan medis
d. Mendapat pemeriksaan penujang diagnostik laboratorium
tingkat pertama
e. Mendapat pelayanan rawat inap tingkat pertama sesuai
dengan indikasi medis

Jika kondisi pasien membutuhkan penanganan kesehatan


tingkat lanjut maka fasilitas kesehatan tingkat pertama akan
merujuk pasien ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, yakni
rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.Adapun
layanan kesehatan yang bisa didapat di rumah sakit adalah
sebagai berikut:

a. Mendapat pemeriksaan diri; Pengobatan, dan; Melakukan


konsultasi medis dengan dokter spesialis.
b. Mendapat tindakan medis dari dokter spesialis sesuai
dengan indikasi medis.
c. Mendapat rehabilitasi medis serta transfusi darah.
d. Mendapat pelayanan rawat inap di ruang non intensif
maupun di ruang intensif.

Namun demikian, tidak semua pelayanan kesehatan


dijamin oleh JKN, misalnya :
a. Pelayanan kesehatan yang tidak mengikuti prosedur yang
ditetapkan
b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan
yang tidak bekerjasama dengan BPJS
c. Pelayanan kesehatan di luar negeri
d. Pelayanan kesehatan untuk mendapatkan keturunan
e. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kecantikan
f. Gangguan kesehatan atau penyakit akibat ketergantungan
obat dan/atau alkohol
g. Pengobatan alternatif.

B. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)


1. Pengertian BPJS
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan) merupakan Badan Usaha Milik Negara
yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
seluruh rakyat Indonesia, terutama untukPegawai Negeri
Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran,
PerintisKemerdekaan beserta keluarganya dan Badan
Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan
(dahulu bernama Jamsostek) merupakan program
pemerintah dalam kesatuanJaminan Kesehatan
Nasional(JKN)yang diresmikan pada tanggal 31
Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi
sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS
Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.
BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes
(Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh PT Askes
Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011
teang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS
Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.

2. Sejarah Singkat
a. 1968 – Pemerintah Indoenesia mengeluarkan kebijakan
yang secara jelas mengatur pemerliharaan kesehatan
bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun (PNS dan
ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan
Keputusan Presiden No 230 Th 1968. Menteri Kesehatan
RI yaitu Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan
Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI
saat itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai
cikal-bakal Asuransi Kesehatan Nasional.
b. 1984 – Untuk lebih meningkatkan program jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi peserta dan agar dapat
dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah No 22 Th 1984 tentang
Pemeliharaan Kesehatan bagi PNS, Penerima Pensiun
(PNS, ABRI, dan Pejabat Negara) beserta anggota
keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah No 23 Th
1984, status badan penyelenggara diubah menjadi
Perusahaan Umum Husada Bakti.
c. 1991 – berdasarkan Peraturan Pemerintah No 69 Th
1991, kepesertaan program jaminan pemeliharaan
kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti ditambah
dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta
anggota keluarganya. Disamping itu, perusahaan
diijinkan memperluas jangkauan kepesertaannya ke
badan dan usaha lainnya sebagai peserta sukarela.
d. 1992 – Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 6 Th 1992
status Perum diubah menjadi PT Persero dengan
pertimbangan fleksibilitas pengelolaan keuangan,
kontribusi kepada Pemerintah dapat dinegosiasi untuk
kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen
lebih mandiri.
e. 2005 – PT Askes (Persero) diberi tugas oleh Pemerintah
melalui Depkes RI, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan
RI No 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan No
56/MENKES/SK/I/2005, sebagai Penyelenggara Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
(PJKMM/ASKESKIN)
f. 2014 – Mulai tanggal 1 Januari 2014, PT Askes
Indonesia (Persero) berubah nama menjadi BPJS
Kesehatan sesuai dengan UU No 24 th 2011 tentang
BPJS.

3. Dasar Penyelenggaraan
a. UUD 1945
b. UU No. 23/1992 tentang Kesehatan
c. UU No 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN)
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1241/MENKES/S/SK/XI/2004 dan Nomor
56/MENKES/SK/I/2005
4. Prinsip Penyelenggaraan
a. Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia
dengan azas gotong royong sehingga terjadi subsidi
silang.
b. Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial
c. Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
d. Program diselenggarakan dengan prinsip nirbala
e. Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam
pelayanan kepada peserta
5. Kepesertaan Wajib BPJS

Setiap warga negara Indonesia dan warga asing yang sudah


berdiam di Indonesia selama minimal enam bulan wajib menjadi
anggota BPJS. Ini sesuai pasal 14 UU BPJS.
Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai
anggota BPJS. Sedangkan orang atau keluarga yang tidak
bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota
keluarganya pada BPJS. Setiap peserta BPJS akan ditarik iuran
yang besarnya ditentukan kemudian. Sedangkan bagi warga
miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui program
Bantuan Iuran.
Menjadi peserta BPJS tidak hanya wajib bagi pekerja di
sektor formal, namun juga pekerja informal. Pekerja informal
juga wajib menjadi anggota BPJS Kesehatan. Para pekerja
wajib mendaftarkan dirinya dan membayar iuran sesuai dengan
tingkatan manfaat yang diinginkan.
Jaminan kesehatan secara universal diharapkan bisa dimulai
secara bertahap pada 2014 dan pada 2019, diharapkan seluruh
warga Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan tersebut.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan BPJS Kesehatan
akan diupayakan untuk menanggung segala jenis penyakit
namun dengan melakukan upaya efisiensi.

6. Dasar Hukum BPJS


a. Undang-Undang No 24 t 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
b. Undang-Undang No 40 th 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional, Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52
BAB III

CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN

AKSI DAMAI DOKTER INDONESIA BERSATU GARA GARA PROGAM


JAMINAN KESEHATAN NASIONAL YANG CARUT MARUT 

Gerakan moral Dokter Indonesia bersatu (DIB) mengadakan aksi


damai dengan tema “Reformasi JKN Berkeadilan” tanggal 29 Februari
2016 bertempat di Bundaran HI dan istana Merdeka. Peserta aksi terdiri
dari mahasiswa kedokteran, internsip, dokter umum, dokter gigi dan
dokter spesialis dari berbagai daerah. Melalui aksi ini DIB ingin mengajak
segenap komponen masyarakat bersama-sama mendorong pemerintah
melakukan perbaikan mendasar pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang sampai saat ini masih mengalami banyak masalah.
Harapan masyarakat yang begitu tinggi pada program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN ) ternyata tidak sebanding dengan kondisi
sebenarnya di lapangan. Pelaksanaan JKN masih jauh dari konsep ideal
seperti yang dirancang sejak awal. Berbagai keluhan dirasakan peserta
maupun penyedia layanan kesehatan. Pemahaman masyarakat pada
sistem asuransi JKN yang masih minim seringkali menimbulkan gesekan
antara peserta dan penyedia layanan kesehatan. Disamping itu, peserta
JKN terus bertambah namun tidak disertai dengan penambahan fasilitas
dan jumlah tenaga kesehatan yang memadai sehingga daftar antrian
menjadi panjang. Contoh kasus pasien Bedah di RS Pemerintah harus
menunggu 4-6 bulan untuk mendapatkan jadwal operasi.
Keberhasilan JKN sepatutnya menjadi tanggung jawab bersama.
Tidak hanya dibebankan pada penyedia layanan kesehatan saja, tapi juga
didukung penuh oleh pemangku kebijakan, terutama Pemerintah. Apabila
negara belum sepenuhnya hadir dalam menjamin kesehatan rakyatnya,
sesuai dengan amanah UUD 1945 dan UU Kesehatan No. 36 tahun 2009,
maka tujuan mulia JKN mustahil terwujud.
Pemerintah sebaiknya mulai sadar diri dan fokus melakukan
perbaikan dari hulu ke hilir. Persoalan klasik seperti anggaran untuk saat
ini merupakan urgensi yang harus segera dipenuhi. Selain itu sarana dan
prasarana terutama di daerah pelosok juga mulai harus dibangun, dengan
turut melibatkan pemerintah daerah. Bahan baku obat yang masih
mengandalkan impor dan pajak PPnBM alat kesehatan juga menjadi
biang tingginya biaya layanan kesehatan. Oleh sebab itu Pemerintah
harus turut mendorong berkembangnya industri farmasi dalam negeri dan
menghapus PPnBM alat kesehatan sebagai satu upaya mendukung
suksesnya JKN.
JKN juga harus dilepaskan dari kepentingan atau pencitraan politik
penguasa yang hanya untuk menarik simpati rakyat melainkan kembali
pada tujuan awal yaitu untuk menyehatkan seluruh rakyat Indonesia.
Dokter Indonesa Bersatu (DIB) melakukan aksi damai karena
keprihatinan terhadap sektor kesehatan Indonesia dinilai terbengkalai dan
tidak menjadi prioritas pemerintah. Kondisi sektor kesehatan saat ini kami
nilai tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun tahun yang lalu, bahkan
saat ini telah terjadi krisis bidang kesehatan yang berpotensi mengganggu
sendi-sendi kehidupan bernegara.
Dokter Indonesia di Era JKN bekerja dalam keadaan terjepit, disatu
sisi dokter harus bisa memberikan layanan sesuai standar layanan medis
berbasis bukti terbaru (EBM=Evidence Base Medicine), namun layanan
yang bisa di berikan terbatasi oleh rendahnya anggaran kapitasi dan tarif
InaCBGs. Dokter di PPK1 tidak bisa optimal dalam bekerja karena
modalitas pemeriksaan yang bisa dilakukan sangat terbatas,
menyesuaikan dengan anggaran kapitasi yang terbatas. Akibatnya jumlah
rujukan meningkat, padahal kasusnya seharusnya masih bisa di tangani di
PPK1. Di Rumah Sakit kesenjangan tarif InaCBGs yang sangat besar
antar kelas RS mengakibatkan timbulnya disparitas standar layanan yang
juga besar. Masyarakat diperkotaan yang memiliki RS besar dapat
menikmati layanan yang baik karena tarifnya lebih besar, sementara
masyarakat di pedesaan dengan memiliki RS kecil terpaksa mendapat
terapi seadanya karena tarif yang kecil. Rendahnya tarif juga memaksa
dokter Indonesia melakukan fraud agar tarif naik dan biaya perawatan
tertutupi atau terpaksa merujuk pasien ke PPK3 walau sebenarnya masih
mampu menangani.
Overload pasien di banyak RS pemerintah di era JKN juga
seharusnya dapat terhindarkan dengan jika pihak swasta dilibatkan lebih
banyak. Namun banyak RS Swasta masih enggan bertisipasi dalam JKN
karena tarif rendah yang disamakan dengan RS Pemerintah. Padahal
untuk PPK1 pemerintah mau memberikan kapitasi yang lebih besar untuk
klinik mandiri / swasta karena biaya operasi lebih besar. Seharusnya
Pemerintah juga konsisten dan mau memberikan tarif InaCBGs yang lebih
besar untuk RS Swasta. Dengan demikian mereka dapat berpartisipasi
penuh dalam JKN.Semuanya permasalahan diatas berujung
membengkaknya biaya yang harus dikeluarkan BPJS, pelayanan
substandar, tingginya angka rujukan dan bahkan berpotensi besar
meningkatkan hilangnya nyawa manusia yang tidak ternilai harganya.
Carut marut ini menjadi realitas yang harus mau diakui dan dibenahi
sehingga dokter dapat memberikan layanan sesuai standar layanan medis
dan tidak merugikan masyarakat.
A. Krisis terus meningkatnya permasalahan kesehatan Indonesia.
Permasalahan kesehatan Indonesia terus berkembang tidak
terkendali. Kini penyakit non infeksi perupakan kelompok penyakit yang
paling banyak menyita anggaran BPJS dalam JKN. Salah satu faktor
risiko penyakit tidak menular yang dibiarkan berkembang tidak terkendali
di Indonesia adalah merokok. Saat ini harga rokok di Indonesia
merupakan salah satu yang terendah di Dunia. Kini 67% pria dewasa di
Indonesia adalah perokok. Konsekuensi tingginya prevalensi perokok di
Indonesia adalah meningkatnya beragam penyakit tidak menular seperti
penyakit jantung, stroke, dan keganasan yang tidak hanya mengakibatkan
kematian prematur namun menelan biaya yang sangat besar untuk
ditanggulangi.
B. Krisis penyebaran dokter yang tidak merata
Selama ini terdapat disparitas yang sangat besar dalam
penyebaran dokter di Indonesia. Dokter Indonesia lebih memilih untuk
hidup di daerah perkotaan dan enggan bertugas ke daerah. Ikatan Dokter
Indonesia berpandangan alasan besar dokter enggan bekerja di daerah
adalah rendahnya penghargaan / insentif yang diberikan. Era otonomi
daerah juga melahirkan raja-raja kecil yang dengan seenaknya menindas
dokter dan tenaga kesehatan lainnya dengan upah yang minim, serta
menunda dan memotong pembayaran jasa medis. Akibatnya beberapa
daerah terpaksa harus di blacklist sehingga kekurangan dokter.
C. Krisis kurangnya dokter spesialis.
Dokter spesialis di Indonesia jumlahnya selalu kurang. Biaya
pendidikan yang mahal dan keterbatasan kursi peserta pendidikan
spesialis mengakibatkan sangat sedikit dokter umum yang bisa
meneruskan pendidikan spesialisasi. Pemerintah berkewajiban
menerapkan berbagai solusi agar pendidikan spesialis dapat segera
memenuhi kebutuhan dokter spesialis di Indonesia.

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan masalah tersebut dapat disimpulkan bahwa


melalui aksi Dokter Indonesia Beraksi ingin mengajak segenap
masyarakat bersama-sama mendorong pemerintah melakukan perbaikan
mendasar pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang sampai
saat ini masih mengalami banyak masalah. Harapan masyarakat yang
begitu tinggi pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN ) ternyata
tidak sebanding dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Pelaksanaan
JKN masih jauh dari konsep ideal seperti yang dirancang sejak awal.
Berbagai keluhan dirasakan peserta maupun penyedia layanan
kesehatan. Pemahaman masyarakat pada sistem asuransi JKN yang
masih minim seringkali menimbulkan gesekan antara peserta dan
penyedia layanan kesehatan. Disamping itu, peserta JKN terus bertambah
namun tidak disertai dengan penambahan fasilitas dan jumlah tenaga
kesehatan yang memadai sehingga daftar antrian menjadi panjang.
Contoh kasus pasien Bedah di RS Pemerintah harus menunggu 4-6 bulan
untuk mendapatkan jadwal operasi.
Keberhasilan JKN sepatutnya menjadi tanggung jawab bersama.
Tidak hanya dibebankan pada penyedia layanan kesehatan saja, tapi juga
didukung penuh oleh pemangku kebijakan, terutama Pemerintah.
Pemerintah sebaiknya mulai sadar diri dan fokus melakukan perbaikan
dari hulu ke hilir. Selain itu sarana dan prasarana terutama di daerah
pelosok juga mulai harus dibangun, dengan turut melibatkan pemerintah
daerah. Bahan baku obat yang masih mengandalkan impor dan pajak alat
kesehatan juga menjadi biang tingginya biaya layanan kesehatan. Oleh
sebab itu Pemerintah harus turut mendorong berkembangnya industri
farmasi dalam negeri dan menghapus PPnBM alat kesehatan sebagai
satu upaya mendukung suksesnya JKN.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan sebuah Sistem
Jaminan Sosial yang diberlakukan di Indonesia. Jaminan Sosial ini
merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan
oleh Negara Republik Indonesia guna menjamin warga negaranya untuk
memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak.
Program bantuan sosial untuk anggota masyarakat yang tidak
mempunyai sumber keuangan, program asuransi sosial yang bersifat
wajib, dibiayai oleh iuran yang ditarik dari perusahaan dan pekerja ,
asuransi yang ditawarkan oleh sektor swasta secara sukarela.
Manfaat dari asuransi adalah Jaminan Hari Tua, Jaminan
Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian. Setiap
perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS.
Sedangkan orang atau keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan
wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada BPJS. Setiap
peserta BPJS akan ditarik iuran yang besarnya ditentukan kemudian.
Sedangkan bagi warga miskin, iuran BPJS ditanggung pemerintah melalui
program Bantuan Iuran.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta: Kemenkes RI; 2013.

BPJS Kesehatan. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional BPJS


Kesehatan. Jakarta: BPJS Kesehatan; 2014.

Dinas Kesehatan Propinsi DKI - FK UGM, 2014. Pengembangan Sistem


Rujukan Pelayanan Primer Terpadu di Puskesmas Propinsi DKI
Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, Buku Saku FAK BPJS Kesehatan, Sekretariat


Jenderal, Jakarta 2013

Murti B., Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta


2000

Pohan IS. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian


dan Penerapan. Jakarta: Penerbit EGC; 2007.

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Jaminan_Sosial_Nasional ( diunduh
pada Rabu, 11 Oktober 2017 pukul 05.06 WIB )

Anda mungkin juga menyukai