Anda di halaman 1dari 12

.

Dasar hukum jaminan sosial

Dasar hukum pertama dari Jaminan Sosial ini adalah UUD 1945 dan perubahannya tahun 2002, pasal 5,
pasal 20, pasal 28, pasal 34.

Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human Rights tahun 1948 dan konvensi ILO No.102
tahun 1952.

TAP MPR RI no X/MPR/2001 yang menugaskan kepada presiden RI untuk membentuk Sistem Jaminan
Sosial Nasional.

UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Beberapa Filosofi yang melandasi sistem jaminan sosial:

a. UUD Negara RI Tahun 1945 pada Pasal 28 H ayat 3 menetapkan,”Setiap orang berhak atas jaminan
sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.” Yang
berlandaskan kepada hak asasi manusia dan hak konstitusional setiap orang.

b. UUD Negara RI Tahun 1945 pada Pasal 34 ayat 2 menetapkan,” Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan.” Sebagai wujud tanggung jawab Negara dalam pembangunan
perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial.

c. UU No.40 Tahun 2004 pada Pasal 2 menetapkan, “Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan
berdasarkan asas kemanusiaan,asas manfaat, asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Berdasarkan asas 1kemanusiaan dan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia.

d. UU No.40 Tahun 2004 pada Pasal 3 menetapkan, “Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk
memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau
anggota keluarganya.” Menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kebutuhan dasar hidup adalah
kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. 1

1. Definisi

1. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

2. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh
beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial. 1

2. Tujuan.
SJSN merupakan program Negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. SJSN bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya
kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Melalui program
ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi hal-
hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit,
mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.

3. Asas

Asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat manusia. Asas manfaat
merupakan asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efisien dan efektif. Asas
keadilan merupakan asas yang bersifat ideal. Ketiga asas tersebut dimaksudkan utnuk menjamin
kelangsungan program dan hak peserta.2

4. Prinsip

1) Prinsip kegotongroyongan

Prinsip kegotongroyongan adalah prinsip kebersamaan yang berarti peserta yang mampu dapat
membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau beresiko tinggi.
Hal ini dapat terwujud karena kepersertaan SJSN yang bersifat wajib dan pembayaran iuran sesuai
dengan tingkat gaji, upah dan penghasilan sehingga dapat terwujud keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

2) Prinsip nirlaba

Prinsip nirlaba dalam ketentuan ini adalah prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan
hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta. 2

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk
mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil
pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan seluruh peserta.

3) Prinsip keterbukaan

Prinsip keterbukaan yang dimaksud adalah prinsip untuk mempermudah akses informasi yang lengkap,
benar, dan jelas bagi setiap peserta.

4) Prinsip kehati-hatian

Prinsip kehati-hatian adalah prinsip pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta secara cermat,
teliti, aman dan tertib. 2

5) Prinsip akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas maksudnya adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang
akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

6) Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada
peserta meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

7) Prinsip kepersertaan wajib

Kepersertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi.
Meskipun kepersertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan
kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program yang semuanya
dilakukan secara bertahap. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan
itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.

8) Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badanbadan penyelenggara
untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk digunakan sebesar-
besarnya bagi kepentingan dan kesejahteraan peserta.

9) Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial

Prinsip yang dimaksud adalah prinsip pengelolaan hasil berupa keuntungan dari pemegang saham yang
dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan
peserta jaminan sosial3

5. Jenis

Dalam Undang-Undang No.40 Tahun 2004, jenis program jaminan sosial yang diselenggarakan meliputi:

1. Jaminan kesehatan

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

2. Jaminan kecelakaan kerja

Program jaminan sosial yang diselenggrakan secara nasional dengan tujuan menjamin agar peserta
memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami
kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja. Manfaat jaminan Kecelakaan kerja (JKK) yang
berupa uang tunai diberikan sekaligus kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia atau pekerja yang
cacat sesuai dengan tingkat kecacatan7
3. Jaminan hari tua

Program jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social atau
tabungan wajib dengan tujuan untuk menjamin agar menerima uang tunai apabila memasuki masa
pensiun, mengalami cacat total, atau meninggal dunia. Manfaat diberikan sekaligus pada saat memasuki
masa pensiun, meninggal dunia atau menderita kecacatan total tetap. Besaran manfaat sesuai dengan
akumulasi iuran yang telah disetorkan ditambah hasil pengembangannya Meskipun demikian,
pembayaran manfaat dapat diberikan sebagian setelah membayar iuran selama sepuluh tahun4

.4. Jaminan pensiun

Program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk mempertahankan
derajat kehidupan yang layak pada saat peserta mengalami kehilangan atau berkurang penghasilannya
karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat tetap total12. Manfaat jaminan pensiun terdiri dari
pensiun hari tua, pensiun cacat, pensiun janda/duda, pensiun anak dan pensiun orang tua bagi peserta
yang tidak mempunyai anak4

45. Jaminan kematian

Program jaminan sosial yang diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk memberikan
santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia. Manfaat jaminan
kematian ditetapkan berdasarkan angka nominal dan diberikan tiga hari setelah klaim diterima dan
disetujui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

6. Sistem Jaminan Sosial Nasional yang Telah Ada

Menurut Mulyadi (2013:157), dalam kenyataannya meskipun masih dalam skala yang terbatas,
Pemerintah telah mencoba untuk melaksanakan misi yang dimaksud pada beberapa kelompok
masyarakat tertentu yang telah tersentuh oleh program asuransi sosial tersebut meliputi, masyarakat
pengguna dan korban kecelakaanlalu lintas, para tenaga kerja, para Pegawai Negeri Sipil, Para Anggota
Angkatan Bersenjata dan Kepolisian serta masyarakat miskin yang memerlukan pengobatan.

Berikut ini diuraikan tentang program-program asuransi sosial yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah:

1. PT Jasa Raharja (Persero)

Melaksanakan Program Asuransi Sosial dalm bidang pemberian santunan bagi korban kecelakaan lalu
lintas umum. Korban yang dimaksud disini meliputi baik pengguna kendaraan umum, maupun
masyarakat lainnya yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas. Untuk melaksanakan tugas ini,
Pemerintah telah menunjuk sebuah Badan Usaha Milik Negara, yaitu PT Jasa Raharja. Dasar penunjukkan
adalah Undang-Undang Nomor 33 tentang Kecelakaan Lalu Lintas dan Jalan Raya dan Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 1964 tentang santuanan bagi pengguna kendaraan umum.4

2. PT Askes (Persero) yang sekarang berganti nama menjadi BPJS Kesehatan


PT Askes merupakan Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk
Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta
keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa. PT Askes (Asuransi Kesehatan) yang dikelola
oleh PT Askes Indonesia (Persero), sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Askes Indonesia
berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.

3. PT Jamsostek (Persero) yang sekarang menjadi BPJS Ketenagakerjaan

PT Jamsostek (Persero)merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja
untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu dan penyelenggaraan nya menggunakan mekanisme
asuransi sosial. Sebagai Lembaga Negara yang bergerak dalam bidang asuransi sosial, PT Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Jamsostek) berganti nama menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
(BPJS) Ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan yang sebelumnya bernama Jamsostek (jaminan sosial
tenaga kerja), yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS,
berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sejak tanggal 1 Januari 2014.

4. PT Taspen (Persero) Taspen adalah singkatan dari Tabungan Asuransi Pegawai Negeri. Lembaga ini
berbentuk Perseroan Terbatas yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, dengan demikian maka
statusnya adalah Badan Usaha Milik Negara. PT Taspen bertugas memberikan santunan bagi para
Pegawai Negeri Sipil. Bagi pegawai negeri sipil yang telah memasuki usia pensiun akan mendapatkan
sejumlah uang yang disebut dengan uang pesangon pensiun dan menerima upah pensiun bulan dan
berakhir sampai yang bersangkutan meninggal dunia. PT Taspen (Persero) yang sekarang ini awalnya
bernama PN Taspen yang dibentuk5berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1963, tanggal
17 April 1963.

Kemudian melalui keputusan Menteri Keuangan Nomor KEP/749/MK/IV/II/1970 tanggal 18 Nopember,


status badan hukumnya berubah menjadi Perum Taspen. Terakhir status badan hukum menjadi PT
Taspen (Persero) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981

5. PT ASABRI (Persero)

ASABRI, merupakan singkatan dari Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Organisasi usaha
ini berbentuk Perseroan Terbatas yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah, dengan demikian
statusnya merupakan Badan Usaha Milik Negara. PT Asabri menjalankan fungsi, tugas, dan tanggung
jawab sebagai asuransi sosial khususnya bagi seluruh anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
dan anggota Kepolisian Republik Indonesia, termasuk seluruh Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di
lingkungan organisasi tersebut.5

.7. Organ/Kelembagaan SJSN

Agar SJSN mampu berjalan maka dibentuk dua organ SJSN, yaitu Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN)
dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)5
1. Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN)

DJSN adalah dewan yang dibentuk dengan UU SJSN untuk perumusan kebijakan umum dan sinkronisasi
penyelenggaraan SJSN. DJSN bertanggung jawab terhadap Presiden.

Keanggotaan DJSN sebanyak 15 (lima belas) orang terdiri dari empat unsur, yaitu :

 Pemerintah (5 orang)

 Organisasi pemberi kerja (2 orang)

 Organisasi pekerja (2 orang)

 Tokoh/ahli yang memahami bidang jaminan sosial (6 orang).

2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

BPJS adalah badan hukum yang dibentuk dengan UU BPJS untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial. UU No. 24 Tahun 2011 membentuk dua BPJS, yaitu :

 BPJS Kesehatan, berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

 BPJS Ketenagakerjaan, berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan


kematian, jaminan hari tua, dan jaminan pensiun.

BPJS bertanggungjawab kepada Presiden. Organ BPJS terdiri dari Dewan Pengawas dan Direksi. Anggota
Direksi BPJS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Presiden menetapkan Direktur Utama.

BPJS diawasi oleh pengawas internal dan pengawas eksternal. Pengawasan internal dilaksanakan oleh
organ BPJS, yaitu Dewan Pengawas dan sebuah unit kerja di bawah Direksi yang bernama Satuan
Pengawas Internal.Pengawasan eksternal dilaksanakan oleh badan-badan di luar BPJS, yaitu DJSN,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

MANFAAT JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan
kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans.6

Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis.

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:

a. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor
risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan HepatitisB
(DPTHB), Polio, dan Campak.

c. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi bekerja sama
dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat
kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan
mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada manfaat yang tidak dijamin
meliputi: a. Tidak sesuai prosedur; b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan
BPJS; c. Pelayanan bertujuan kosmetik; d. General checkup, 7pengobatan alternatif; e. Pengobatan untuk
mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi; f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan g.
Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri/ Bunuh
Diri/Narkoba. 7

I. KEPESERTAAN

Beberapa pengertian:

• Peserta

adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang
telah membayar Iuran.

• Pekerja

adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain.

• Pemberi Kerja
adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga
kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah,
atau imbalan dalam bentuk lainnya.

Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai
berikut:

a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang
terdiri atas:

1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:8

8. Permasalah Terkait Program Jaminan Sosial

Setidaknya DJSN mencatat lima permasalahan yang masih menjadi pekerjaan rumah yang harus
diselesaiakan ditahun berikutnya.

a. Tingkat kepesertaan masih rendah terutama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan. Pihaknya mengungkapkan masih banyak perusahaan-perusahaan yang malas
mendaftarkan jaminan sosial ketenagakerjaan para karyawannya.

b. Permasalahan kedua yakni ada upaya penarikan dana Jaminan Hari Tua (JHT) sebelum waktu. Bahkan,
Taufik mengungkapkan penarikan dana JHT ini dilakukan secara disengaja atau menjadi modus saat
terjadi situasi keuangan yang tidak baik.

c. Permasalahan yang ketiga yaitu potensi resiko program Jaminan Pensiun (JP). Misalnya, pekerja baru
membayar iuran BPJS Ketenagakerjaan selama setahun, namun terjadi kecelakaan dan meninggal. Maka
BPJS harus membayar pensiun bulanan tersebut sampai dengan janda atau duda yang meninggal dunia
atau menikah lagi.

“Biasanya mereka kalau nikah ga bilang-bilang sampai ada anaknya, dan ini kejadiannya sudah sangat
banyak,” lanjutnya.

d. Selanjutnya permasalah tunggakan iuran yang besar. Banyaknya peserta BPJS Kesehatan yang
menunggak iuran juga berkontribusi pada terjadinya defisit BPJS Kesehatan.

Terakhir permasalahan tunggakan iuran BPJS Kesehatan yang besar juga menjadi fokus perhatian kerja
DJSN.
pengembangan infrastruktur dan layanan kesehatan. Menurut Ansyori pembenahan mutlak dilakukan
karena jaminan kesehatan merupakan hak setiap warga negara Indonesia. Bahkan menjadi hak tenaga
kerja asing yang bekerja di Indonesia minimal 6 bulan. Minimnya fasilitas kesehatan yang melayani
peserta JKN akan berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan. Oleh karenanya jumlah infrastruktur
yang tersedia untuk melaksanakan program JKN seperti fasilitas kesehatan jumlahnya harus sepadan
dengan bertambahnya peserta.

Pelaksanaan

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Toggle navigation

BERANDALIPUTAN/BERITAPELAKSANAAN SJSN MASIH MENGALAMI KENDALA

Pelaksanaan SJSN Masih Mengalami Kendala

11 November 2016, 14:16 WIB Oleh: Satria 2436 0 PDF Version

Pelaksanaan SJSN Masih Mengalami Kendala (www.cermati.com)

Pusat Kebijakan Pembiayaan dan Manajemen Asuransi Kesehatan (KP-MAK) Fakultas Kedokteran UGM
mengadakan Forum Diskusi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Forum tersebut menghadirkan beberapa
narasumber ahli yakni Prof. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D., Ahmad Ansyori, S.H., M.Hum., CLA., dan
Dra.Siti Badriyah, Apt., M.Kes. Forum Diskusi JKN oleh KP-MAK yang diadakan pada Rabu (9/11) ini
membahas isu-isu terkait JKN mulai dari pembayaran iuran peserta JKN, cakupan kepesertaan JKN,
hingga pemahaman hak dan kewajiban peserta JKN.

Pada sesi pertama diskusi, Ahmad yang juga merupakan anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN)
menyampaikan materi terkait Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Ahmad membuka pemaparannya
dengan sebuah pertanyaan tentang perlu tidaknya SJSN. Selanjutnya, Ahmad juga menjelaskan tentang
landasan filosofis SJSN yang salah satunya adalah hak konstitusional yang tertulis pada UUD 1945 Pasal
28 H ayat (3). Pada peraturan tersebut ditulis bahwa “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai menusia yang bermanfaat.”

“SJSN adalah wujud tanggung jawab negara untuk menjamin hak konstitusi setiap warga negara atas
jaminan sosial,” kata Ahmad.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya, SJSN tetap mengalami beberapa kendala dan tantangan. Dalam
diskusi tersebut Ahmad juga memaparkan berbagai kendala dan tantangan dalam pelaksanaan SJSN.
Salah satu tantangan dalam pelaksanaan SJSN adalah terkait kepersertaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Jumlah peserta JKN sebesar 169 juta atau setara dengan 65,5% dari jumlah penduduk Indonesia.
Namun, dari jumlah tersebut 89 juta diantaranya merupakan Peserta Penerima Upah (PPU) dan Peserta
Bukan Penerima Upah (PBPU) yang belum menjadi peserta.

Selain terkait masalah kepesertaan, Ahmad juga menyoroti kendala terkait pelayanan, iuran, dan belanja
JKN. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) misalnya, belum mampu menangani 155 penyakit non-
spesialistik. Hal tersebut menyebabkan tingkat rujukan yang tinggi. Selain itu, tidak tersedianya obat
turut menambah beban biaya peserta. Ahmad menganjurkan perlu adanya perbaikan sistem oleh
Kementrian Kesehatan terkait pengadaan dan pendistribusian obat. Dari segi iuran, Ahmad mengatakan
bahwa besarnya iuran perlu segera dievaluasi dengan memperhitungkan tarif faskes (InaCBG’S) yang
wajar serta proyeksi pencapaian kepesertaan.

implementasi SJSN di lapangan.Ia mengakui SJSN masih memiliki beberapa kekurangan. Fasilitias
kesehatan, anggaran dan pemerataan memang masih menjadi problem utama. Selain itu, fasilitias
kesehatan dibeberapa tempat masih kurang memadahi. Terkadang, saat dokter yang menangani sudah
baik, akan tetapi fasilitas kesehatan penunjang kesehatan kurang memadahi bahkan tidak ada. (Humas
UGM/Catur)

DIAHHHH

1. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh
beberapa badan penyelenggaraan jaminan sosial guna menjamin warga negaranya untuk memenuhi
kebutuhan hidup dasar yang layak.

2. TUJUAN JAMSOSNAS

Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar
hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.

3. Jaminan sosial di Indonesia diselenggarakan melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diatur
dalam UU No. 40 Tahun 2004

4. ASAS SJSN

Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

[4/11 22.32] Diah Tecil:


5. MANFAAT JAMSOSNAS

1. Jaminan Kesehatan

2. JAMINAN KECELAKAAN KERJA

3. JAMINAN HARI TUA

4. Jaminan Pensiun

5. JAMINAN KEMATIAN

KIBELLL

[4/11 21.34] Kibelll: Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah sebuah sistem jaminan sosial yang ditetapkan
di Indonesia dalam Undang-Undang nomor 40 tahun 2004. Jaminan sosial ini adalah salah satu bentuk
perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara Republik Indonesia guna menjamin
warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana dalam deklarasi PBB
tentang HAM tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952.

[4/11 21.35] Kibelll: 1. Dasar hukum pertama dari Jaminan Sosial ini adalah UUD 1945 dan perubahannya
tahun 2002, pasal 5, pasal 20, pasal 28, pasal 34.

2. Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human Rights tahun 1948 dan konvensi ILO No.102
tahun 1952.

3. TAP MPR RI no X/MPR/2001 yang menugaskan kepada presiden RI untuk membentuk Sistem Jaminan
Sosial Nasional.

4. UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN

5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

[4/11 21.36] Kibelll: Program jaminan hari tua (JHT) adalah sebuah program manfaat pasti (defined
benefit) yang beroperasi berdasarkan asas “membayar sambil jalan” (pay-as-you-go). Manfaat pasti
program ini adalah suatu persentasi rata-rata pendapatan tahun sebelumnya, yaitu antara 60% hingga
80% dari Upah Minimum Regional (UMR) daerah di mana penduduk tersebut bekerja. Setiap pekerja
akan memperoleh pensiun minimum pasti sejumlah 70% dari UMR setempat.

[4/11 21.36] Kibelll: Program Jaminan Kesehatan Sosial Nasional (JKSN) ditujukan untuk memberikan
manfaat pelayanan kesehatan yang cukup komprehensif, mulai dari pelayanan preventif seperti
imunisasi dan Keluarga Berencana hingga pelayanan penyakit katastropik seperti penyakit jantung dan
gagal ginjal. Baik institusi pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta dapat memberikan
pelayanan untuk program tersebut selama mereka menandatangani sebuah kontrak kerja sama dengan
pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai