Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Republik Indonesia dibentuk dengan tujuan untuk melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Pengalaman sejarah bangsa

melawan penjajah menunjukkan adanya benang merah perjuangan dalam

perlindungan Hak Asasi Manusia(HAM). Kemerdekaan memberikan makna

kebebasan diantaranya bebas dari rasa takut, bebas untuk berkumpul dan

berpendapat, bebas untuk memeluk agama dan kebebasan lainnya yang ada sebagai

hak kodrati manusia itu sendiri. Dengan lahirnya UU No.39 Tahun 1999 diharapkan

dapat membantu dalam penegakan dan perlindungan HAM di Indonesia.

Pengakuan ini tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

1948 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 25 Ayat (1) yaitu setiap orang berhak atas

derajat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan

keluarganya termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan

kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada

saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia

lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada

di luar kekuasaannya.1

Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkin setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan). Karena itu kesehatan merupakan dasar dari

1
diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa kesehatan, seseorang menjadi tidak

sederajat secara kondisional. Tanpa kesehatan, seseorang tidak akan mampu

memperoleh hak-haknya yang lain. Seseorang yang tidak sehat dengan sendirinya

akan berkurang haknya atas hidup, tidak bisa memperoleh dan menjalani

pekerjaan yang layak, tidak bisa menikmati haknya untuk berserikat dan

berkumpul serta mengeluarkan pendapat, dan tidak bisa memperoleh pendidikan

demi masa depannya.

Pada lingkup nasional, Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap

orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan. Pasal 9 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

menyatakan bahwa: Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan

meningkatkan taraf kehidupannya. Setiap orang berhak hidup tenteram, aman,

damai, bahagia, sejahtera, lahir dan batin.Setiap orang berhak atas lingkungan

hidup yang baik dan sehat.Jaminan atas hak memperoleh derajat kesehatan yang

optimal juga terdapat dalam pasal 4 UUNomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.1

Sejak Januari 2014, Puskesmas Pauh telah menerapkan sistem JKN.

Berdasarkan data puskesmas didapatkan dari total seluruh penduduk 68.884 orang

di wilayah kerja Puskesmas Pauh yang telah menjadi peserta JKN adalah sebanyak

27.543 orang pada bulan Januari tahun 2019. Disebabkan itu, penulis tertarik

untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengelolaan jaminan pelayanan kesehatan

masyarakat dan jaminan kesehatan nasional yang dilaksanakan di Puskesmas Pauh.

2
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas

Pauh?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengelolaan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat di

Puskesmas Pauh.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengelolaan sistem jaminan kesehatan nasional di

Puskesmas Pauh.

b. Mengetahui masalah dalam pengelolaan jaminan pelayanan kesehatan

masyarakat di Puskesmas Pauh.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk pada

berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Pauh Tahun 2018, serta diskusi

dengan kepala puskesmas, bendahara puskesmas serta bagian pencatatan dan

pelaporan puskesmas.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS)

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia

merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem

Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi

Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang

No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah

agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga

mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak

(Kemenkes-RI, 2014). Jaminan sosial ini dilaksanakan dengan asuransi sosial

yaitu suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal

dari iuran guna memberikan perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang

menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. 1,3

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS

adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

sosial. BPJS yang dimaksud terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan

kesehatan sedangkan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan

kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pension dan jaminan kematian.4

4
2.2 Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-

prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) seperti yang dijelaskan dalam

Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN adalah sebagai berikut:

1,3,4

1) Prinsip kegotongroyongan

Prinsip kegotongroyongan adalah prinsip kebersamaan yang berarti peserta

yang mampu dapat membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang

sehat membantu yang sakit atau beresiko tinggi. Hal ini dapat terwujud

karena kepersertaan SJSN yang bersifat wajib dan pembayaran iuran sesuai

dengan tingkat gaji, upah dan penghasilan sehingga dapat terwujud

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2) Prinsip nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).

Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya

kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah

dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan

sebesar-besarnya untuk kepentingan seluruh peserta.

3) Prinsip keterbukaan

Prinsip keterbukaan yang dimaksud adalah prinsip untuk mempermudah

akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap peserta.

4) Prinsip kehati-hatian

Prinsip kehati-hatian adalah prinsip pengelolaan dana yang berasal dari

iuran peserta secara cermat, teliti, aman dan tertib.

5) Prinsip akuntabilitas

14
Prinsip akuntabilitas maksudnya adalah prinsip pelaksanaan program dan

pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

15
6) Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan

yang berkelanjutan kepada peserta meskipun peserta berpindah pekerjaan

atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7) Prinsip kepersertaan wajib

Kepersertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta

sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepersertaan bersifat wajib bagi

seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan

ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program

yang semuanya dilakukan secara bertahap. Tahapan pertama dimulai dari

pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat

menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.

8) Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada

badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka

mengoptimalkan dana tersebut untuk digunakan sebesar-besarnya bagi

kepentingan dan kesejahteraan peserta.

9) Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial

Prinsip yang dimaksud adalah prinsip pengelolaan hasil berupa keuntungan

dari pemegang saham yang dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan

program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta jaminan sosial.

16
2.3 Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional

2.3.1 Kepesertaan

Kepersertaan dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional dijelaskan

dalam Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan yang kemudian dilakukan perbaikan penjelasan dalam

Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013. Kepersertaan Jaminan

Kesehatan bersifat wajib dan mencakup seluruh penduduk Indonesia.

Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap,

yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014 hingga mencakup seluruh

penduduk Indonesia paling lambat 1 Januari 2019. Beberapa

penjelasan lain mengenai kepesertaan berdasarkan Perpres tersebut

antara lain adalah:

1) Peserta

Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja

paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar

Iuran.

2) Pekerja

Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji,

upah, atau imbalan dalam bentuk lain.

3) Pemberi Kerja

Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan

hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau

penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

Peserta yang mengikuti program JKN terbagi dalam dua golongan

yaitu

17
1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan

meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

2. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir

miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas:

1. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a) Pegawai Negeri Sipil;

b) Anggota TNI;

c) Anggota Polri; d)

Pejabat Negara;

e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;

f) Pegawai Swasta; dan

g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf

f yang menerima Upah.

2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya,

yaitu:

a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan b)

Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan

penerima Upah.

c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b,

termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling

singkat 6 (enam) bulan.

18
3. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:

a) Investor;

b) Pemberi Kerja;

c) Penerima Pensiun;

d) Veteran;

e) Perintis Kemerdekaan; dan

f) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan

huruf e yang mampu membayar Iuran.

4. Penerima pensiun terdiri atas:

a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak

pensiun;

c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

d) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c;

dan

e) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun

sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf

d yang mendapat hak pensiun.

5. Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:

a) Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan

b) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari

Peserta, dengan kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau

tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan

c) Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia

25 (duapuluh lima)

19
tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

d) Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga

mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.

6. WNI di Luar Negeri

Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri

diatur dengan ketentuan peraturan perundang- undangan

tersendiri.

d. Prosedur pendaftaran peserta

Prosedur pendaftaran peserta JKN dijelaskan pada Perautan BPJS No.1

tahun 2014 dan secara ringkas dijelaskan pada website BPJS (2014) adalah

sebagai berikut:

1. Pendaftaran Bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI

Pendataan Fakir Miskin dan Orang Tidak mampu yang menjadi

peserta PBI dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan

Pemerintahan di bidang statistik (Badan Pusat Statistik) yang

diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Sosial.

Selain peserta PBI yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, juga

terdapat penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah

berdasarkan SK Gubernur/Bupati/Walikota bagi Pemda yang

mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.

2. Pendafataran Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU

a. Perusahaan / Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta

anggota keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan melampirkan

20
a) Formulir Registrasi Badan Usaha / Badan Hukum Lainnya

b) Data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya sesuai

format yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan.

b. Perusahaan / Badan Usaha menerima nomor Virtual Account (VA)

untuk dilakukan pembayaran ke Bank yang telah bekerja sama

(BRI/Mandiri/BNI)

c. Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS Kesehatan untuk

dicetakkan kartu JKN atau mencetak e-ID secara mandiri oleh

Perusahaan / Badan Usaha.

3. Pendaftaran bagi peserta pekerja bukan penerima upah / pbpu dan

bukan pekerja

a. Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja

1) Calon peserta mendaftar secara perorangan di Kantor BPJS

Kesehatan

2) Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dengan

melampirkan Fotokopi Kartu Keluarga (KK), Fotokopi

KTP/Paspor, dan Pasfoto 3 x 4 sebanyak 1 lembar. Untuk anggota

keluarga menunjukkan Kartu Keluarga/Surat Nikah/Akte

Kelahiran.

3) Setelah mendaftar, calon peserta memperoleh Nomor

Virtual Account (VA)

4) Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama

(BRI/Mandiri/BNI)

5) Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS

Kesehatan untuk dicetakkan kartu JKN.

21
b. Pendaftaran bukan pekerja melalui entitas berbadan hukum

(pensiunan BUMN/BUMD)

Proses pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola oleh

entitas berbadan hukum dapat didaftarkan secara kolektif melalui

entitas berbadan hukum yaitu dengan mengisi formulir registrasi dan

formulir migrasi data peserta.

e. Hak dan kewajiban Peserta

Hak dan kewajiban peserta dalam menjamin terselenggaranya Jaminan

Kesehatan yang mencakup seluruh penduduk Indonesia dijelaskan dalam

Peraturan BPJS No. 1 tahun 2014 adalah sebagai berikut :

a) Hak peserta

1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk

memperoleh pelayanan kesehatan dan sebagai identitas peserta;

2. Mendapatkan nomor virtual account yang digunakan untuk

pembayaran iuran;

3. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan

kewajiban serta prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku;

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan memilih fasilitas

kesehatan mana yang dikehendaki;

5. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan

atau tertulis ke Kantor BPJS Kesehatan.

b) Kewajiban peserta

1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang

besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

22
2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena

pernikahan, perceraian, kematian, kelahiran, pindah alamat atau

pindah fasilitas kesehatan tingkat pertama;

3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau

dimanfaatkan oleh orang yang tidak berhak;

4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

f. Masa berlaku kepesertaan

a) Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang

bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok peserta.

b) Status kepesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar Iuran atau

meninggal dunia (Kemenkes-RI, 2014).

2.3.2 Pembiayaan

1) Iuran

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara

teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk

program Jaminan Kesehatan (Perpres No. 12 tahun 2013 tentang

Jaminan Kesehatan).

2) Pembayar Iuran

a) Bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.

b) Bagi peserta PBI yang didaftarkan Pemerintah Daerah, iuran

dibayar Pemerintah Daerah.

c) Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh

Pemberi Kerja dan Pekerja.

d) Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan

Pekerja iuran dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.

e) Bagi anggota keluarga peserta, iuran dibayar oleh peserta

23
f) Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui

Peraturan Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan

perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak

(Perpres No. 111 tahun 2013).

3) Pembayaran Iuran

Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan

berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau

suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Setiap

Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan

iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan

iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala

(paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh)

jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya.

Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif

sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan

dibayar oleh Pemberi Kerja.

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan

Pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang

dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada

BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal.

BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran

JKN sesuai dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan

atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan

secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14

(empat belas) hari kerja sejak diterimanya.

24
4) Besaran Iuran

a. Iuran Peserta PBI

Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan

serta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah

sebesar Rp 19.225,00 (sembilan belas ribu dua ratus dua puluh

lima rupiah) per orang per bulan.

b. Iuran Peserta Bukan PBI

1. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima

Upah yang terdiri atas Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI,

Anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerintah

Non Pegawai Negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji

atau Upah per bulan.

2. Iuran sebagaimana dimaksud pada poin 1 (satu) dibayar

dengan ketentuan sebagai berikut:

a) 3% (tiga persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; dan

b) 2% (dua persen) dibayar oleh Peserta.

3. Kewajiban Pemberi Kerja dalam membayar iuran

sebagaimana dimaksud di atas, dilaksanakan oleh:

a) Pemerintah untuk Iuran Jaminan Kesehatan bagi

Pegawai Negeri Sipil Pusat, Anggota TNI, Anggota

Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerintah Non

Pegawai Negeri Pusat; dan

b) Pemerintah Daerah untuk Iuran Jaminan Kesehatan bagi

Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Pemerintah

Non Pegawai Negeri Daerah.

25
4. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima

Upah selain Peserta sebagaimana dimaksud di atas yang

dibayarkan mulai tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 30

Juni 2015 sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji

atau Upah per bulan dengan ketentuan:

a) 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; dan

b) 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh Peserta.

5. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta sebagaimana

dimaksud di atas yang dibayarkan mulai tanggal 1 Juli 2015

sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan

dengan ketentuan:

a) 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; dan

b) 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.

6. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja

BukanPenerima Upah dan Peserta bukan Pekerja serta

keluarga peserta:

a) Sebesar Rp 25.500 (dua puluh lima ribu lima ratus

rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di

ruang perawatan Kelas III.

b) Sebesar Rp 42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus

rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di

ruang perawatan Kelas II.

c) Sebesar Rp 59.500 (lima puluh sembilan ribulima ratus

rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di

ruang perawatan Kelas I.

26
7. Iuran Jaminan Kesehatan bagi penerima pensiun ditetapkan

sebsar 5% (lima persen) dari besaran pensiun pokok dan

tunjangan keluarga yang diterima perbulan dengan ketentuan:

a) 3% (tiga persen) dibayar oleh Pemerintah: dan

b) 2% (dua persen) dibayar oleh penerima pensiun

8. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran,

Perintis Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak

yatim piatu dari Veteran atau Perintis

Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5%

(lima persen) dari 45% (empat puluh lima

persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil

golongan ruang III/a dengan masa kerja 14 (empat

belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.

9. Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota keluarga

PesertaPenerima Upah ditetapkan sebesar 1% (satu persen)

dari Gaji atau Upah Peserta Pekerja Penerima Upah per

orang per bulan(Perpres No. 111 tahun 2013).

27
h. Cara Pembayaran Fasilitas kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan akan membayar

kepada Fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan Kapitasi. Untuk

Fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan

membayar dengan sistem paket Indonesia Case Base Groups (INA-

CBGs).

Kondisi geografis Indonesia menyebabkan tidak semua fasilitas

kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah

tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS

Kesehatan diberi wewenang untuk melakukan pembayaran dengan

mekanisme lain yang lebih berhasil guna.

Semua fasilitas kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama

dengan BPJS Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat

darurat, setelah keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien

dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan tersebut wajib merujuk ke

fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan akan

membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerjasama

setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara dengan tarif yang

berlaku di wilayah tersebut (Kemenkes-RI, 2014).

2.3.3 Pelayanan1

Pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu pelayanan

kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat non

medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas

Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus

memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat

28
Pertama. Bila Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,

maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan

tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang

memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta,

BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi, yang dapat berupa:

penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan

Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan

untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.

2.4 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu

manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis

meliputi akomodasi dan ambulans. Manfaat Akomodasi berupa

layanan rawat inap yang dibagi dalam tiga kelas yang diseuaikan dengan

kriteria peserta dan besarnya iuran. Ambulans hanya diberikan untuk

pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang

ditetapkan oleh BPJS Kesehatan. Pelayanan kesehatan diberikan pada

tingkat pertama dan bila diperlukan dapat dilakukan rujukan pada

fasilitas kesehatan tingkat lanjut. Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang

dijamin dan tidak dijamin oleh Jaminan Kesehatan nasional antara lain

dijelaskan dalam Perpres No.111 tahun 2014 adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan

non spesialistik yang mencakup:

1. Administrasi pelayanan;

2. Pelayanan promotif dan preventif;

3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

29
4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non

operatif;

5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

6. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;

7. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat

pratama; dan

8. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.

b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,meliputi pelayanan

kesehatan yang mencakup:

1. Administrasi pelayanan;

2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh

dokter spesialis dan

3. Subspesialis;

4. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah

sesuai dengan indikasi medis;

5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;

6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan

indikasi medis;

7. Rehabilitasi medis;

8. Pelayanan darah;

9. Pelayanan kedokteran forensik klinik;

10. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di fasilitas

kesehatan;

11. Perawatan inap non intensif; dan

12. perawatan inap di ruang intensif.

c. Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi:

1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur

sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku;


30
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan

yang tidak bekerja sama dengan BPJS kesehatan, kecuali

dalam keadaan darurat;

3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan

kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat

kecelakaan kerja atau hubungan kerja;

4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan

kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang

ditanggungoleh program jaminan kecelakaan lalu lintas;

5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;

6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;

8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);

9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat

dan/atau alkohol;

10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau

akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;

11. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk

akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan

31
efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health

technology assessment);

12. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai

percobaan (eksperimen);

13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;

14. Perbekalan kesehatan rumah tangga;

15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap

darurat, kejadian luar biasa/wabah;

16. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang

dapat dicegah (preventableadverse events); dan

17. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan

manfaat jaminan kesehatan yang diberikan.

2.5 Lembaga Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional

JKN diselenggarakan oleh BPJS yang merupakan badan hukum publik

milik Negara yang bersifat non profit dan bertanggung jawab kepada Presiden.

BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi. 1,8 Dewan Pengawas terdiri atas

7 (tujuh) orang anggota: 2 (dua) orang unsur Pemerintah, 2(dua) orang unsur

Pekerja, 2 (dua) orang unsur Pemberi Kerja, 1 (satu) orang unsur Tokoh

Masyarakat. Dewan Pengawas tersebut diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden.

32
Direksi terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur

profesional. Direksi sebagaimana dimaksud diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden. 1,8

A. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Dewan Pengawas

Dalam melaksanakan pekerjaannya, Dewan Pengawas mempunyai fungsi,

tugas, dan wewenang pelaksanaan tugas BPJS dengan uraian sebagai

berikut:

1. Fungsi Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan atas

pelaksanaan tugas BPJS.

2. Dewan Pengawas bertugas untuk:

a. melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja

Direksi;

b. melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan

pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi;

c. memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi

mengenai kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; dan

d. menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jaminan Sosial

sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan

kepada DJSN.

3. Dewan Pengawas berwenang untuk

a. menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS;

b. mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;

33
c. mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS;

d. melakukan penelaahan terhadap data dan informasi mengenai

penyelenggaraan BPJS; dan

e. memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai

kinerja Direksi.

B. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Direksi

Dalam menyelenggarakan JKN, Direksi BPJS mempunyai fungsi, tugas,

dan wewenang sebagai berikut:

1. Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional

BPJS yang menjamin Peserta untuk mendapatkan Manfaat sesuai

dengan haknya.

2. Direksi bertugas untuk:

a. melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi;

b. mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan; dan

c. menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas

untuk melaksanakan fungsinya.

3. Direksi berwenang untuk:

a. melaksanakan wewenang BPJS;

b. menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi,

tata kerja organisasi, dan sistem kepegawaian;

34
c. menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS termasuk

mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai BPJS

serta menetapkan penghasilan pegawai BPJS;

d. mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan Pengawas

dan Direksi;

e. menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa

dalam rangka penyelenggaraan tugas BPJS dengan

memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan

efektivitas; melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS paling

banyak Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dengan

persetujuan Dewan Pengawas;

f. melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari

Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) sampai dengan

Rp500.000.000.000 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan

Presiden; dan

g. melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari

Rp500.000.000.000 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

20
BAB 3

ANALISIS SITUASI

3.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Pauh terletak di Jalan Irigasi Pasar Baru Kelurahan Cupak Tangah

Kecamatan Pauh, berjarak sekitar + 8 Km dari pusat kota sebelah timur Kota

Padang. Jumlah kelurahan sebanyak 9 Kelurahan yang terbagi menjadi 52 RW

dan 176 RT dengan luas wilayah + 146,29 Km2, adapun batas wilayah wilayah

kerja Puskesmas Pauh adalah sebagai berikut :

a. Sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Solok

b. Sebelah barat berbatas dengan Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan

Kuranji

c. Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Koto Tangah

d. Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Lubuk Kilangan dan Kecamatan

Lubuk Begalung

Batas wilayah tersebut dapat juga kita lihat melalui peta wilayah kerja seperti

terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1.
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

KEC. KOTO TANGAH


U LAMBUNG BUKIT

KAB. SOLOK

KEC. KURANJI

LIMAU MANIS

KAPALO KOTO

CUPAK
TANGAH
BINUANG KP.
DALAM
LIMAU MANIS SELATAN

KEC.

PADANG
PISANG KOTO LUAR
KEC. LUBUK KILANGAN
PIAI TANGAH
TIMUR

KEC. LUBUK
BEGALUNG

21
3.2 Keadaan Demografi

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) diperoleh data kependudukan

sebagai berikut :

Tabel.3.1
Jumlah Penduduk menurut Kelurahan
No Kelurahan Penduduk KK RW RT

1 Pisang 9.062 1.799 7 23

2 Binuang Kampung Dalam 6.345 1.067 5 18

3 Piai Tangah 4.102 835 4 12

4 Cupak Tangah 9.830 3.234 6 21

5 Kapalo Koto 8.878 2.176 4 15

6 Koto Luar 8.255 1.651 6 25

7 Lambung Bukit 3.579 720 4 13

8 Limau Manis Selatan 10.620 2.086 8 31

9 Limau Manis 7.777 1.901 8 18

Jumlah 68.448 15.467 52 176

Dari tabel diatas terlihat jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan Limau

Manis Selatan, namun tidak menentukan bahwa kelurahan tersebut paling padat

karena luas wilayahnya cukup besar, seperti terlihat pada tabel berikut.

22
Tabel.3.2
Perbandingan Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan
Kepadatan Penduduk menurut Kelurahan
Laju pertumbuhan
No Kelurahan Luas Penduduk Kepadatan
penduduk (%)
1 Pisang 3,99 9.062 2.271 2,49
2 Binuang Kp. Dalam 2,97 6.345 2.136 1,83
3 Piai Tangah 4,97 4.102 825 0,83
4 Cupak Tangah 2,99 9.830 3.288 3,58
5 Kapalo Koto 35,83 8.878 248 4,63
6 Koto Luar 18,92 8.255 436 2,05
7 Lambung Bukit 38.80 3.579 92 1,65
8 Limau Manis Selatan 12,96 10.620 819 3,26
9 Limau Manis 24,86 7.777 313 3,91
Jumlah 146,29 68.448 468 2,92

Luas wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah 146,29 Km 2, didiami oleh 68.448

jiwa, maka rata - rata tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Pauh adalah 468

jiwa/Km2. Tabel diatas menunjukan bahwa Kelurahan Cupak Tangah adalah

kelurahan dengan kepadatan tertinggi diantara 9 kelurahan tersebut. Laju

pertumbuhan penduduk Kecamatan Pauh adalah 2,92 % pertahun, dengan jumlah

penduduk laki -laki lebih banyak 0,40 % dari penduduk perempuan seperti

terlihat pada tabel berikut :

23
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah Total Sex Ratio
(Th) Lk Pr

0–4 3.160 3.035 6.195 104,12


5–9 2.933 2.900 5.833 101,14
10 – 14 2.699 2.637 5.336 102,35
15 – 19 4.305 4.336 8.641 99,29
20 – 24 5.770 5.211 10.991 110,73
25 – 29 2.760 2.579 5.339 107,02
30 – 34 2.457 2.513 4.970 97,77
35 – 39 2.249 2.311 4.560 97,32
40 – 44 2.091 1.998 4.089 104,65
45 – 49 1.661 1.733 3.394 95,85
50 – 54 1.563 1.462 3.025 106,91
55 – 59 1.189 1.195 2.384 99,50
60 – 64 783 764 1.547 102,49
65 – 69 437 433 870 100,92
70 – 74 243 312 555 77,88
75 + 257 472 729 54,45

3.3 Ketenagaan

Tersedianya SDMK yang bermutu dapat menjamin terselenggaranya

pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

tinggi-tingginya. Untuk itu perencanaan kebutuhan SDMK yang mengawali aspek

manjemen SDMK secara keseluruhan harus disusun sebagai acuan dalam

menentukan pengadaan yang meliputi pendidikan dan pelatihan SDMK,

pendayagunaan SDMK, termasuk peningkatan kesejahteraannya, dan pembinaan

serta pengawasan mutu SDMK.

24
Tabel.3.4
Ketenagaan di Puskesmas Pauh Tahun 2018

No Jenis Ketenagaan Jumlah


1 Dokter 4
2 Dokter Gigi 2
3 Sarjana Kesmas 1
4 Sarjana Keperawatan 1
5 Rekam Medik 2
6 D3 Keperawatan 8
7 D4 Kebidanan 4
8 D3 Kebidanan 18
9 D1 Kebidanan 2
10 S1 Gizi 1
11 D3 Gizi 2
12 D3 Perawat Gigi 2
13 D3 Kesling 2
14 Perawat ( SPK ) 4
15 Analis Kesehatan 2
16 Ass. Apoteker 1
17 Apoteker 1
18 S1 Pengelola Keuangan 0
19 S1 Pengentri Data (IT) 0
20 SMA 4
Jumlah 61

3.4 Sarana dan Prasarana Puskesmas

Puskesmas dan jaringannya merupakan sarana penyelenggara pelayanan

kesehatan dasar dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Semakin banyak jumlah ketersediaannya maka semakin mempermudah

masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Sementara itu rumah

bersalin, klinik, praktek dokter/dokter gigi, praktek bidan, apotek dan toko obat

25
merupakan sarana pelayanan kesehatan swasta yang juga memberikan pelayanan

kesehatan dasar pada masyarakat.

Tabel.3.5
Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2017

No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah


1 Rumah Sakit Pemerintah 1
2 Rumah Sakit Swasta 2
3 Klinik Bersalin 5
4 Klinik Umum 1
5 Puskesmas Rawat Inap 1
6 Puskesmas Keliling 1
7 Puskesmas Pembantu 4
8 Praktek Dokter/Spesialis 5
9 Praktek Dokter Gigi 2
10 Praktek Bidan 5
11 Apotek 3
12 Toko Obat 5

Untuk menunjang pelayanan kesehatan, Puskesmas Pauh didukung oleh

prasarana yang cukup memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas, namun

masih terdapat berbagai kekurangan yang akan diupayakan pengadaannya pada

tahun mendatang melalui perencanaan tingkat puskesmas.

26
Tabel. 3.6
Jumlah dan Kondisi Prasarana di Puskesmas Pauh Tahun 2018
No Jenis Prasarana Jml Kondisi
Baik Rusak Rusak Rusak

Ringan Sedang Berat


1 Sistem Sanitasi
Sarana Air Bersih 1 1
IPAL -
TPS 1 1
Incenerator 1 1
-
2 Sistem Kelistrikan
PLN 2 2
Genset 1 1
3 Sistem Komunikasi
Telepon

Wifi 1 1
1 1
4 SistemTransportasi
Ambulance 1 1
Motor 7 5 2

Puskesmas sebagai ujung tombak upaya kesehatan masyarakat didukung

oleh kertersediaan sumber daya berbasis masyarakat, seperti terlihat pada tabel

berikut.

27
Tabel. 3.7
Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) di wilayah kerja
Puskesmas Pauh Tahun 2018
No Jenis Sarana Jumlah
1. Posyandu Balita 72
2. Posyandu Lansia 10
3. Posbindu ( Pos Pembinaan Terpadu ) 13
4. Poskeskel (Pos Kesehatan Kelurahan ) 5
Poskeskel Koto Luar
Poskeskel Cupak Tangah
Poskeskel Kapalo Koto
Poskeskel Limau Manis Selatan
Poskeskel Pisang
5. Puskesmas Pembantu ( Pustu ) 4
Pustu Jawa Gadut (Kel. Limau Manis)
Pustu Ulu Gadut (Kel. L.Manis Selatan)
Pustu Batu Busuk (Kel. Lambung Bukit)
Pustu Piai ( Kel. Piai Tangah )

3.5 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi


Penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh dengan strata dan rasial yang relatif

homogen dengan akar budaya yang kuat dan kental dengan sendirinya menjadi

potensi dan kekuatan dalam pembangunan termasuk kesehatan.Potensi keninik

mamakan yang masih dilakoni masyarakat menjadi panutan dalam melakukan

perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Dari segi

kepercayaan, mayoritas kepercayaan penduduk adalah Islam dengan komposisi 99

% Islam, sisanya katolik, Protestan, Budha dan lain lain.

Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan kanak-

kanak dasar sampai dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja Puskesmas Pauh

28
menyebabkan semakin banyak penduduk yang mengenyam pendidikan dan

diharapkan semakin kritis dengan berbagai dampak pembangunan.

Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh boleh dikata bervariasi

mulai dari petani ± 46 % , dengan kemampuan terbatas sampai ke kelompok

mampu dan mapan. Swasta 24 % , PNS 17 % , ABRI ± 5 %, sisanya bekerja di

sektor informal lainnya. Namun kelompok dengan pendapatan rendah dan tidak

menentu secara signifikan rawan dengan kesehatan yaitu keluarga miskin

ternyata menduduki proporsi yang cukup besar yaitu 22,4 % dari total penduduk

wilayah kerja Puskesmas Pauh.

3.6 Gambaran Khusus


Sistem JKN merupakan jaminan yang berupa perlindungan kesehatan

agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Sistem JKN telah

diterapkan di seluruh Indonesia sejak tanggal 1 Januari 2014, termasuk

Puskesmas Pauh.3

Puskesmas Pauh telah memasukkan system JKN ke dalam sistem pelayanan

kesehatan masyarakat. Sistem JKN yang diterapkan oleh Puskesma Pauh

merupakan suatu system pembiayaan pelayanan kesehatan per kapita. Bagi

pengguna BPJS yang telah memilih Puskesmas Pauh sebagai fasilitas kesehatan

tingkat pertama (FKTP), maka anggaran dana dari BPJS disalurkan sebesar Rp.

6000,- tiap peserta.6

29
Tabel 3.8 Jumlah peserta jaminan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Pauh Bulan Januari-Desember Tahun 2018

Bulan Jumlah Peserta


Januari 27.798
Februari 27.781
Maret 27.975
April 27.961
Mei 27.877
Juni 27.951
Juli 27.681
Agustus 27.757
September 27.670
Oktober 27.626
November 27.435
Desember 27.976

Tabel 3.8 menunjukkan bahwa terlihat perubahan jumlah peserta dari bulan ke

bulan. Hal ini disebabkan oleh adanya kelahiran bayi, kematian peserta atau hal

lain yang menyebabkan masuk dan keluarnya peserta JKN seperti peserta yang

mengganti FKTP-nya ke fasilitas kesehatan lain. Data kepesertaan JKN di

Puskesmas Pauh pada bulan Januari Tahun 2019 adalah sebannyak 27.543 Orang

peserta.2 Berikut adalah tabel kunjungan puskesmas Pauh.

30
Tabel.3.9 Kunjungan Sehat Puskesmas Pauh Tahun 2018

No Bulan Konseling/Kunj Home Penyuluhan Senam Kunj. Jumlah


Sehat Visit Prolanis Prolanis Posyandu

1 Jan 2387 603 154 61 4649 7854


2 Feb 2362 853 188 61 4887 8351
3 Mar 2764 754 146 32 4469 8165
4 Apr 2621 887 146 60 4575 8289
5 Mei 2522 985 131 65 4377 8080
6 Juni 2592 952 150 58 4506 8258
7 Juli 2242 1034 134 62 4594 8066
8 Agust 2695 802 198 70 4858 8623
9 Sept 3063 838 137 62 4797 8897
10 Okt 2707 959 137 70 4515 8388
11 Nov 2760 889 212 58 4778 8697
12 Des 2779 980 130 50 4744 8683
TOTAL 100351

Tabel 3.10 Laporan Kunjungan Peserta Jaminan Kesehatan Puskesmas Pauh


Januari S/D Desember 2018

No Bulan Umum BPJS Jumlah


1 Januari 1431 2911 4342
2 Februari 1102 2311 3413
3 Maret 1242 2460 3702
4 April 1063 2488 3551
5 Mai 1070 2377 3447
6 Juni 805 2031 2836
7 Juli 954 2426 3380
8 Agustus 942 2531 3473
9 September 714 2091 2805
10 Oktober 1102 2548 3650
11 November 843 2802 3645

31
12 Desember 800 2157 2957
Jumlah 12.068 29.133 41.201

Tabel 3.9 dan 3.10 menunjukkan jumlah kunjungan peserta JKN/BPJS dan

umum selama tahun 2018 di Puskesmas Pauh. Jumlah kunjungan sehat terbanyak

terdapat pada bulan September 2018 yaitu sebanyak 8897 kunjungan dan paling

sedikit pada bulan Januari 2018 yaitu sebanyak 7854 kunjungan. Sedangkan

jumlah kunjungan sakit terbanyak pada bulan Januari 2018 yaitu 4342 kunjungan

dan paling sedikit pada bulan September 2018 yaitu 2805 kunjungan. Proporsi

kunjungan lebih banyak oleh peserta BPJS daripada peserta umum.

Angka kontak peserta merupakan salah satu indicator dasar pembayaran

kapitasi. Berikut adalah tabel angka kontak peserta BPJS di Puskesmas Pauh

Tabel 3.11 Angka Kontak Peserta BPJS Puskesmas Pauh Tahun 2018

Bulan Kunj Sehat Kunj Sakit Total Kunj Jumlah Peserta Kunjungan per mil
Jan 2387 2911 5298 27798 191
Feb 2362 2311 4673 27781 168
Mar 2764 2460 5224 27975 187
Apr 2621 2488 5109 27961 183
Mei 2522 2377 4899 27877 176
Juni 2592 2031 4623 27951 165
Juli 2242 2426 4668 27681 169
Agust 2695 2531 5226 27757 188
Sept 3063 2091 5154 27670 186
Okt 2707 2548 5255 27626 190
Nov 2760 2802 5562 27435 203
Des 2779 2157 4936 27976 176

32
Rata-rata 2625 2428 5052 27791 182
Tabel 3.11 menunjukkan angka kontak peserta BPJS terbanyak adalah pada

bulan November 2018 yaitu 203 per mil dan paling sedikit pada bulan Juni 2018

yaitu sebanyak 165 per mil. Rata-rata angka kontak peserta BPJS di Puskesmas

Pauh telah mencapai indicator karena telah melebihi 150 per mil.

BPJS Kesehatan dalam ketentuan Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan

(KBKP) mengatur berapa harga kapitasi yang diberikan pada puskesmas.

Kapitasi yang sudah didapatkan puskesmas tersebut akan dipotong jika tidak

memenuhi indicator berikut :9

a. Kunjungan peserta minimal 150/mil peserta (15%)

b. Rujukan non spesialistik <5%

c. Kunjungan berulang penyakit kronik (kegiatan prolanis) >50%

Data mengenai rujukan non spesialistik dan kunjungan berulang penyakit

kronis atau PROLANIS tidak ditampilkan karena sistem pencatatan dan

pelaporannya langsung menggunakan aplikasi pelayanan primer (P-Care),

sehingga indikator yang dapat dianalisis hanya jumlah kunjungan. Sebagai

puskesmas rawat inap, Puskesmas Pauh memiliki IGD ( Instalasi Gawat Darurat )

dan fasilitas rawat inap untuk pasien bersalin. Berikut tabel kunjungan pasien IGD

dan pasien bersalin di Puskesmas Pauh tahun 2017.

33
Tabel. 3.11
Jumlah Pasien IGD Puskesmas Pauh Tahun 2017
No Bulan BPJS Umum TOTAL
1 Januari 132 72 204
2 Februari 88 49 137
3 Maret 150 57 207
4 April 167 58 225
5 Mei 157 63 220
6 Juni 155 20 175
7 Juli 185 41 226
8 Agustus 242 69 311
9 September 226 83 309
10 Oktober 299 75 374
11 November 189 55 244
12 Desember 192 63 255
TOTAL 2887

Tabel.3.12
Kunjungan Persalinan Puskesmas Pauh Tahun 2017

NO BULAN BPJS / KIS UMUM TOTAL


1 Januari 6 6
2 Februari 6 6
3 Maret 9 2 11
4 April 11 11
5 Mei 8 1 9
6 Juni 2 2
7 Juli 4 4
8 Agustus 7 7
9 September 3 1 4
10 Oktober 5 5

34
11 November 5 1 6
12 Desember 9 9
Total 80

Sejak tahun 2014 pengadaan obat obatan puskesmas sebagian besar berasal

dari BPJS (JKN), sementara yang berasal dari APBD hanya sekitar 25 % saja

itupun termasuk obat yang tidak ada pengadaannya di BPJS. Sedangkan

pengadaan obat program seperti obat TB, vaksin imunisasi, vaksin rabies

langsung ke program masing – masing kecuali vitamin A dan ATS diadakan

lewat pengadaan obat puskesmas. Berikut 10 pemakaian obat terbanyak selama

tahun 2018 di Puskesmas Pauh. 2

Tabel.3.12

10 Pemakaian Obat Terbanyak Puskesmas Pauh Tahun 2018

NO NAMA OBAT SATUAN JUMLAH


1 Parasetamol 500 Mg Tablet 137.319
2 Ctm 4 Mg Amoksisilin Tablet 116.467
3 500 Mg Tablet 90.262
4 Dexamethason 0,5 Mg Tablet 62.720
5 Metformin 500 Mg Tablet 43.400
6 Antasid Tablet 41.750
7 Asam Mefenamat 500 Mg Tablet 41.242
8 Ambroxol 30 Mg Tablet 39.951
9 Kalsium Laktat 500 Mg Tablet 34.388
10 Thiamin Hcl 50 Mg Tablet 25.092

35
Pemanfaatan dana di Puskesmas Pauh menggunakan pola pengelolaan

keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Dana BLUD ini terbagi

menjadi dana Bantauan Operasional Kesehatan (BOK) dan dana JKN. Dana

BOK ini digunakan untuk upaya pelayanan kesehatan dan manajemen Puskesmas

seperti transport lokal yang bertujuan untuk membiayai perjalanan petugas

kesehatan promotif dan preventif ke luar gedung, perjalanan kader, membiayai

rapat/lokakarya atau perjalanan dinas lainnya, pembelian atau belanja barang

yang mendukung kegiatan pelayanan puskesmas seperti fotokopian, alat tulis

kantor maupun konsumsi rapat.

Pengelolaan dana JKN di puskesmas pauh dilakukan secara kapitasi maupun

non kapitasi. Peserta JKN/BPJS yang terdaftar di Puskesmas Pauh sebanyak

27.543 peserta dengan kapitasi sebanyak Rp.6000,- per peserta sehingga dana

kapitasi yang diperoleh oleh puskesmas Pauh berjumlah sebanyak

Rp.165.258.000,- tiap bulannya. Pada Puskesmas pauh, dana ini digunakan

sebanyak 40% untuk jasa pelayanan dan 60% untuk biaya operasional.

36
BAB 4

PEMBAHASAN

Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah diterapkan di Indonesia sejak

tanggal 1 Januari 2014, termasuk pada Puskesmas Pauh. Jumlah kepesertaan BPJS di wilayah

kerja Puskesmas Pauh berubah-ubah tiap bulannya. Berdasarkan diskusi dengan kepala

puskesmas Pauh, hal ini disebabkan oleh adanya kelahiran bayi, kematian peserta atau hal

lain yang menyebabkan masuk keluarnya peserta JKN ke Puskesmas Pauh seperti pindah

domisili maupun berpindah ke praktik dokter klinik. Perubahan jumlah peserta ini wajar

dan tidak mengganggu pelayanan di Puskesmas.1,3

Pelayanan kesehatan peserta BPJS dapat berjalan apabila hak dan kewajiban peserta

terpenuhi. Hak peserta BPJS berupa menerima kartu identitas, memperoleh informasi,

pelayanan kesehatan dan menyampaikan keluhan. Sedangkan kewajiban peserta BPJS adalah

membayar iuran, melaporkan perubahan data dan menaati prosedur yang telah ditentukan.

Berdasarkan penuturan kepala puskesmas, masih ada pasien yang berobat dengan kartu BPJS

yang tidak aktif sehingga mempengaruhi proses perujukan pasien ke FKRTL. Hal ini

disebabkan karena masih adanya peserta yang menunggak pembayaran iuran karena

permasalahan ekonomi. Oleh karena itu, puskesmas membuat kebijakan yaitu tetap

memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS yang tidak aktif sebanyak 1 kali.8

Total jumlah peserta BPJS di kecamatan Pauh pada Januari 2019 adalah 27.543

peserta atau sekitar 40% dari keseluruhan penduduk Pauh. Angka ini belum

37
dapat menunjukkan cakupan universal BPJS di wilayah kecamatan Pauh karena belum

mencapai 100%. Namun pencapaian sulit dinilai oleh puskesmas karena adanya fasilitas

kesehatan selain puskesmas yang menyelenggarakan BPJS dan adanya kemungkinan

peserta yang lebih memilih meregistrasikan pengobatan di pelayanan kesehatan lainnya.

Hal ini juga dibuktikan dengan adanya pasien terdaftar sebagai pasien umum.

Sistem JKN masih relatif baru bagi sebagian masyarakat. Masyarakat pada umumnya

banyak yang tidak mengetahu alur pelayanan BPJS sehingga diperlukan waktu yang lebih

lama dan mendatangkan keluhan dari masyarakat. Kepala puskesmas Pauh

menyampaikan bahwa masih banyaknya keluhan masyarakat mengenai keterbatasan waktu

dan jadwal pelayanan terutama pelayanan speialistik dikarenakan adanya pemakaian sistem

kuota dalam perujukan pasien sehingga terkadang memerlukan antrian untuk pemenuhan

layanan. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi lebih lanjut mengenai pelayanan BPJS ini.

Puskesmas Pauh telah mencapai semua indikator Kapitasi Berbasis Komitmen

Pelayanan. Berdasarkan penuturan kepala puskesmas Pauh, pembayaran klaim kapitasi di

Puskesmas Pauh mencapai 100%. Penghitungan capaian 100% tersebut menggunakan

aplikasi pelayanan primer (P-Care). Dana kapitasi tersebut akan digunakan 40% untuk jasa

pelayanan dan 60% untuk biaya operasional.

38
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pengelolaan jaminan kesehatan masyarakat di Puskesmas Pauh sudah relatif

baik baik dari segi kepesertaan, pembiayaan dan pelayanan.

2. Kepesertaan BPJS di Puskesmas Pauh mencakup kurang lebih 40% dari

seluruh masyarakat Kecamatan Pauh. Namun, masih terdapat pasien yang

mendaftar dengan status BPJS tidak aktif maupun umum.

3. Pemanfaatan dana BPJS di Puskesmas Pauh menggunakan pola pengelolaan

keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) berupa 40% untuk jasa

pelayanan dan 60% untuk biaya operasional.

4. Indikator pelayanan BPJS di Puskesmas Pauh telah mencapai target sehingga

pembayaran klaim kapitasi oleh BPJS kepada Puskesmas 100%.

5. Sosialisasi mengenai pelayanan BPJS di Puskesmas Pauh masih kurang

sehingga masih menimbulkan beberapa keluhan dari peserta.

5.2 Saran

1. Dilakukan pendataan ulang dan berkala mengenai kepesertaan penduduk di

wilayah kerja Puskesmas Pauh baik yang terdaftar di Puskesmas Pauh,

terdapaftar di FKTP lain maupun yang belum terdaftar sebagai peserta JKN.

2. Meningkatkan sosialisai mengenai JKN dan prosedur pelayanan Puskesmas

berdasarkan JKN kepada penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pauh, baik dalam

gedung maupun luar gedung.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Buku Pegangan Sosialisasi


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.
2. Puskesmas Pauh. Laporan Tahunan Puskesmas Pauh Tahun 2018. Padang:
Puskesmas Pauh. 2018
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahum 2018 tentang Jaminan
Kesehatan.
6. Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 5 Tahun 2018
tentang Tata Cara Penagihan, Pembayaran dan Pencatatan Iuran Jaminan
Kesehatan dan Pembayaran Denda Akibat Keterlambatan Pembayaran Iuran
Jaminan Kesehatan
7. Peraturan Bersama Sekretaris Jenderal Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia dan Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
Nomor HK.01.08/III/980/2017 Nomor 2 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan
pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
9. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015 tentang Norma Penetapan
besaran Kapitasi dan Pembayaran Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen
Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

40

Anda mungkin juga menyukai