Anda di halaman 1dari 19

SISTEM KESEHATAN NASIONAL &

SISTEM JAMINAN SOSIAL


NASIONAL

KELOMPOK 2
1. Atika Suri
2. Dina Puyang Sari
3. Ersa Aliefia Arianti
4. Mia Pebriani
5. Rahayu Dwi Putri
6. Rahmalia Ayu Pratiwi
SISTEM KESEHATAN NASIONAL

A. Pengertian Kebijakan
Menurut PBB (1975) pengertian kebijakan adalah
pedoman untuk bertindak. Pedoman itu dapat
sederhana atau kompleks, umum, luas atau sempit,
kabur atau jelas, longgar atau terperinci, public atau
privat, kualitatif, atau kuantitatif.
B. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk
dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan
yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia
dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka
mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang 2
setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan
berdasarkan pada :
1. Perikemanusiaan
2. Pemberdayaan dan kemandirian
3. Adil dan merata
4. Pengutamaan dan manfaat
Tiga Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan Tahun 2005-2025 merupakan arah
pembangunan kesehatan yang berkesinambungan.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan Tahun 2005-2025 dan SKN merupakan
dokumen kebijakan pembangunan kesehatan sebagai
acuan dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan
memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan
kesehatan dasar (primary health care) yang meliputi :
1) Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata
2) Pemberian pelayanan kesehatan yang berpihak
kepada rakyat
3) Kebijakan pembangunan kesehatan
4) Kepemimpinan.
C. Landasan Hukum SKN
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila
2. Landasan konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya :
a. Pasal 28, setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya
b. Pasal 28 H ayat (1), setiap orangberhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan dan ayat (3), setiap
orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat;
c. Pasal 34 ayat (2) & (3)
d. Pasal 28 B ayat (2)
D. Subsistem SKN
Dalam penyusunan Sistem Kesehatan Nasional,
terdapat 6 subsistem yang saling berkaitan satu sama
lain yang meliputi :
1. Subsistem Upaya Kesehatan
2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
3. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
4. Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Makanan
5. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan
6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

A. Pengertian Sistem Jaminan Sosial Nasional


Jaminan sosial adalah salah satu bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
yang layak. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah
suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan
sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan
jaminan sosial.
Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya
merupakan program Negara yang bertujuan memberi
kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap
penduduk diharakan dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidup yang layak apabila tejadi hal-hal yang
dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya
pendapatan, karena menderita sakit, mengalami
kecelakaan, kehilangan pekerjaan,memasuki usia
lanjut, atau pensiun.
Indonesia telah menjalankan beberapa program jaminan
sosial.
1. Undang- Undang yang secara khusus mengatur jaminan
sosial bagi tenaga kerja swasta adalahUndang-Undang
Nomor 3 tahun 1992 tenang Jaminan Tenaga
Kerja(JAMSOSTEK), yang mencakup program jam
inan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua dan jaminan kematian.
2. Untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) , telah dikembangkan program Dana
Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) yang dibentuk
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
1981 dan program Asuransi Kesehatan (ASKES) yang
diselenggarakan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 yang
bersifat wajib bagi
PNS/Penerima Pensiun/Perintis Kemerdekaan/Veteran dana anggota
keluarganya.
3. Untuk prajurit Tentara
Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Republik Indonesia
(POLRI), dan PNS Departemen Pertahanan/TNI/POLRI
beserta keluarganya telah
dilaksanakan program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ASABRI) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 67
Tahun 1991 yang merupakan perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 44 Tahun 1971.
B. Prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional
1. Prinsip kegotong royongan
2. Prinsip nirlaba
3. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas,
efesiensi, dan efektivitas.
4. Prinsip portabilitas
5. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
6. Prinsip dana amanat
7. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasi
onal dalam Undang-Undang
C. Dasar Hukum Jamsosnas
Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of
Human Rights tahun 1948 dan konvensi ILO No.102
tahun 1952. TAP MPR RI no X/MPR/2001 yang
menugaskan kepada presiden RI untuk membentuk
Sistem Jaminan Sosial Nasional. UU No.40 tahun
2004 tentang SJSN.

D. Asas Jamsosnas
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan
berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan
asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
E. Tujuan Jamsosnas
Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk
memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup
yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota
keluarganya.

F. Manfaat Jamsosnas
Manfaat program Jamsosnas yaitu meliputi jaminan hari
tua, asuransi kesehatan nasional, jaminan kecelakaan
kerja, dan jaminan kematian. Program ini akan mencakup
seluruh warga negara Indonesia, tidak peduli apakah
mereka termasuk pekerja sektor formal, sektor informal,
atau wiraswastawan.
F. Paradigma Jamsosnas
Sistem jaminan sosial nasional dibuat sesuai dengan
“paradigma tiga pilar” yang direkomendasikan oleh
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). Pilar-pilar itu
adalah :
Pilar Pertama menggunakan meknisme bantuan sosial
(social assistance) kepada penduduk yang kurang mampu,
baik dalam bentuk bantuan uang tunai maupun
pelayanan tertentu, untuk memenuhi kebutuhan dasar
yang layak. Pembiayaan bantuan sosial dapat bersumber
dari Anggaran Negara dan atau dari Masyarakat.
Mekanisme 4 bantuan sosial biasanya diberikan kepada
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yaitu
masyarakat yang benar-benar membutuhkan, umpamanya
penduduk miskin, sakit, lanjut usia, atau ketika terpaksa
menganggur.
Pilar Kedua menggunakan mekanisme asuransi sosial
atau tabungan sosial yang bersifat wajib atau compulsory
insurance, yang dibiayai dari kontribusi atau iuran yang
dibayarkan oleh peserta. Dengan kewajiban menjadi
peserta, sistem ini dapat terselenggara secara luas bagi
seluruh rakyat dan terjamin kesinambungannya dan
profesionalisme penyelenggaraannya.
Pilar Ketiga menggunakan mekanisme asuransi sukarela
(voluntary insurance) atau mekanisme tabungan sukarela
yang iurannya atau preminya dibayar oleh peserta (atau
bersama pemberi kerja) sesuai dengan tingkat risikonya
dan keinginannya. Pilar ketiga ini adalah jenis asuransi
yang sifatnya komersial, dan sebagai tambahan setelah
yang bersangkutan menjadi peserta asuransi
sosial. Penyelenggaraan asuransi sukarela dikelola secara
komersial dan diatur dengan UU Asuransi.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito W. 2008.Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta:


PT.Raja Grafindo Persada.
Azwar A. 1996. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi
Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara.
Fakultas Ilmu Keperawatan UI. 1997. Pendidikan sarjana
keperawatan. Jakarta: FIK-UI.
Hamid AY. 1995. Peranan Perawat Dalam Menunjang
Keberhasilan Hubungan Dokter-Pasien. Kongres Obstetri dan
Ginekologi Indonesia IX. Jakarta 27 Nopember.
Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan DEPDIKBUD RI. Studi
penataan fakultas, jurusan dan program studi bidang ilmu
kesehatan. Jakarta: KIK DEPDIKBUD RI, 1991.

Anda mungkin juga menyukai