DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. Amatullah Nabilah (PO.71.20.4.17.002)
2. Farah Nadhiah (PO.71.20.4.17.012)
3. Haidir Ali (PO.71.20.4.17.014)
4. Mutiara Agel Sepriani (PO.71.20.4.17.016)
5. Rahayu Dwi Putri (PO.71.20.4.17.021)
6. Rahma Kesuma W (PO.71.20.4.17.022)
7. Ratih Agustriani (PO.71.20.4.17.025)
8. Sissy Lestari (PO.71.20.4.17.030)
9. Yocie Ajeng Triditia AH (PO.71.20.4.17.038)
10. Yulisa Tri Hasanah (PO.71.20.4.16.039)
DOSEN PEMBIMBING
Dr. Pitri Noviadi, M.Kes.
NIP.197011301993031001
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga resume ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi resume agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam resume ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan resume ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kegiatan Deteksi Dini dan Respon di Wilayah................................................... 31
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Alur Pemeriksaan Diri COVID-19 ...................................................................... 23
Bagan 2.1 Alur Penanganan COVID-19 untuk Tenaga Medis............................................ 29
Bagan 2.2 Pedoman Alur Penanganan Cepat COVID-19 untuk Masyarakat .................... 30
Bagan 2.3 Pedoman Alur Penanganan Cepat COVID-19 untuk Masyarakat Pendatang .. 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tatalaksana Rujukan COVID-19 ..................................................................... 23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal tahun 2020 ini dunia dikejutkan dengan wabah virus corona
(COVID-19) yang menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. WHO
Semenjak Januari 2020 telah menyatakan dunia masuk kedalam darurat global
terkait virus ini. Ini merupakan fenomena luar biasa yang terjadi di bumi pada
abad ke 21, yang skalanya mungkin dapat disamakan dengan Perang Dunia
II, karena event-event skala besar (pertandingan-pertandingan olahraga
internasional contohnya) hampir seluruhnya ditunda bahkan dibatalkan.
Kondisi ini pernah terjadi hanya pada saat terjadi perang dunia saja, tidak
pernah ada situasi lainnya yang dapat membatalkan acara-acara tersebut.
Khusus di Indonesia sendiri Pemerintah telah mengeluarkan status
darurat bencana terhitung mulai tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020
terkait pandemi virus ini dengan jumlah waktu 91 hari. Langkah-langkah telah
dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menyelesaikan kasus luar biasa ini,
salah satunya adalah dengan mensosialisasikan gerakan Social Distancing.
Konsep ini menjelaskan bahwa untuk dapat mengurangi bahkan memutus
mata rantai infeksi Covid-19.
Karena meningkatnya jumlah kasus COVID-19 membuat pemerintah
Indonesia kewalahan, sehingga diberlakuakan sistem rujukan pasien COVID-
19. Pemerintah menyiapkan 132 rumah sakit rujukan infeksi virus corona di
34 provinsi. Penetapan rumah sakit tersebut berdasarkan Keputusan Mentri
Kesehatan RI No HK.01.07/MENKES/169/2020 tentang penetapan Rumah
Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging tertentu. Oleh
karena itu resume ini disusun untuk memberikan informansi mengenai
prosedur rujukan pasien COVID-19 sesuai dengan aturan yang telah di
tetepkan oleh pemerintah.
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
4
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal
yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi
kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit COVID-19?
2. Bagaimana konsep sistem rujukan?
3. Bagaimana sistem rujukan penanganan COVID-19?
C. Tujuan
1. Memenuhi tugas praktik klinik keperawatan komunitas
2. Mengetahui konsep umum penyakit COVID-19
3. Mengetahui konsep sistem rujukan
4. Mengetahui bagaimana sistem rujukan penanganan COVID-19
D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mengenai penyakit COVID-19
2. Menambah pengetahuan mengenai sistem rujukan secara umum
3. Menambah pengetahuan mengenai sistem rujukan penanganan COVID-
19
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Penyebab COVID-19
Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di
hewan.Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan
kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi,
kuda, kucing dan ayam.Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus
yang ditransmisikan dari hewan ke manusia.Banyak hewan liar yang dapat
membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular
tertentu.Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa
ditemukan untuk Coronavirus.Coronavirus pada kelelawar merupakan
sumber utama untuk kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan
Middle East respiratory syndrome (MERS) (PDPI,2020).
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya.Virus
tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah
menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk
virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.5
Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu
tropisnya (Wang, 2020). Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan
6
reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2).
ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru,
lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati,
ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri
vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi
gen dari RNA genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana
sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi
virus.Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015).
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian
bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus
hidupnya).Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah.Pada infeksi akut
terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh
beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan.Masa inkubasi
virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020).
7
4. Cara Penularan/Transmisi COVID-19
Infeksi coronavirus disebabkan oleh virus corona itu sendiri.
Kebanyakan virus corona menyebar seperti virus lain pada umumnya,
seperti:
a. Percikan air liur pengidap (bantuk dan bersin).
b. Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.
c. Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang
terkena percikan air liur pengidap virus corona.
d. Hasil penelitian negatif/belum terbukti bahwa ibu hamil dapat
menginfeksi virus kepada janinnya. Pemeriksaan virologi cairan amnion,
darah tali pusat, dan air susu ibu pada ibu yang positif COVID-19
ditemukan negatif. Jika ada maka peluang transmisi vertikal itu kecil.
e. Transmisi secara fekal-oral bisa terjadi. SARS-CoV-2 telah terbukti
menginfeksi saluran cerna berdasarkan hasil biopsi pada sel epitel gaster,
duodenum, dan rektum. Virus dapat terdeteksi di feses, bahkan ada 23%
pasien yang dilaporkan virusnya tetap terdeteksi dalam feses walaupun
sudah tak terdeteksi pada sampel saluran napas.
8
mereka sendiri dengan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi
yang tepat.
c. Orang yang lebih tua, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah
ada sebelumnya (seperti asma, diabetes, penyakit jantung, atau tekanan
darah tinggi) tampaknya lebih rentan untuk menderita sakit parah.
d. Pasien COVID-19 dengan riwayat penyakit sistem respirasi akan
cenderung memiliki manifestasi klinis yang lebih parah.
9
dengan ISPA berat yang membutuhkan perawatan di RS dan tidak ada
penyebab lain berdasarkan gejala klinis yang meyakinkan.
d. Konfirmasi : Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan
tes positif melalui pemeriksaan CPR.
e. Kormodibitas : Penyakit penyerta yang menggambarkan kondisi bahwa
ada penyakit lain misalnya penyakit diabetes, hipertensi, kanker yang
dialami sel dari penyakit utamanya.
10
organ di tubuh bisa menjalankan fungsinya. Jika tidak ada oksigen,
maka organ tersebut akan rusak.
b. Gagal napas akut
Saat mengalami gagal napas, tubuh tidak bisa menerima cukup
oksigen dan tidak dapat membuang cukup banyak karbon
dioksida.Kondisi gagal napas akut terjadi pada kurang lebih 8% pasien
yang positif Covid-19 dan merupakan penyebab utama kematian pada
penderita infeksi virus corona.
c. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
ARDS adalah salah satu komplikasi corona yang cukup umum
terjadi.Menurut beberapa penelitian yang dilakukan di Tiongkok,
sekitar 15% - 33% pasien mengalaminya.
ARDS akan membuat paru-paru rusak parah karena penyakit
ini membuat paru-paru terisi oleh cairan. Akibatnya, oksigen akan
susah masuk, sehingga menyebabkan penderitanya kesulitan bernapas
hingga perlu bantuan ventilator atau alat bantu napas.
d. Kerusakan hati akut
Meski virus corona menyebabkan infeksi di saluran
pernapasan, tapi komplikasinya bisa menjalar hingga ke organ
hati.Orang dengan infeksi corona yang parah berisiko paling besar
mengalami kerusakan hati.
e. Kerusakan jantung
Covid-19 disebut bisa menyebabkan komplikasi yang
berkaitan dengan jantung. Gangguan jantung yang berisiko muncul
antara lain aritmia atau kelainan irama jantung, dan miokarditis atau
peradangan pada otot jantung.
f. Syok septik
Syok septik terjadi ketika respons tubuh terhadap infeksi
malah salah sasaran. Jadi, bukannya menghancurkan virus penyebab
penyakit, zat-zat kimia yang dibuat tubuh justru menghancurkan organ
yang sehat.Jika proses ini tidak segera berhenti, tekanan darah akan
11
turun drastis hingga pada tahap yang berbahaya dan menyebabkan
kematian.
g. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Penyakit ini akan membuat proses pembekuan darah
terganggu. Sehingga, tubuh akan membentuk gumpalan-gumpalan
darah yang tidak pada tempatnya. Hal ini bisa menyebabkan
perdarahan pada organ dalam atau gagal organ vital (gagalginjal,
gagal hati, gagal jantung, dan lainnya).Di Tiongkok, penyakit ini
umum dialami oleh pasien yang meninggal akibat infeksi Covid-19.
h. Kematian
.
8. Pemeriksaan Kesehatan COVID-19
Untuk mendiagnosis infeksi virus corona, dokter akan mengawali
dengan anamnesis atau wawancara medis. Di sini dokter akan menanyakan
seputar gejala atau keluhan yang dialami pasien. Selain itu, dokter juga akan
melakukan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan darah untuk membantu
menegakkan diagnosis.
Di Indonesia, untuk menguji apakah seseorang tertular virus corona,
bisa dengan rapid test atau swab test.
a. Rapid Test : Merupakan tes massal dan cepat yang berbasis spesimen
darah. Test ini bekerja dengan mengecek kondisi imunoglobin. Hasilnya
bisa keluar 15-20 menit.
b. Swab Test : Merupakan tes yang diambil dari sampel lendir pada hidung.
Lendir/dahak akan dicek di laboratorium dengan prosedur RT-PCR.
Hasil tes akan keluar minimal 24 jam. Namun, kelemahan rapid
test adalah bisa menghasilkan “false negative” yakni ketika hasil tes
tampak negatif meski sebenarnya positif.Ini terjadi jika rapid
test dilakukan kurang dari 7 hari setelah terinfeksi.
c. Ct-scan atau rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan di paru-
paru.
12
9. Pencegahan Penularan COVID-19
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah tertularnya virus ini
adalah:
a. Mencuci tangan secara teratur menggunakan air dan sabun atau handrub
berbasis alkohol. Mencuci tangan sampai bersih selain dapat membunuh
virus yang mungkin ada di tangan kita, tindakan ini juga me rupakan salah
satu tindakan yang mudah dan murah. Sekitar 98% penyebaran penyakit
bersumber dari tangan.
Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain :
1) Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan
antiseptik (handrub) atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik
(handwash). Rumah sakit akan menyediakan kedua ini di sekitar
ruangan pelayanan pasien secara merata.
2) Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60
detik.
3) 5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash
6 langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu:
1) Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
kedua telapak tangan secara lembut dengan arah memutar.
2) Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3) Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
b. Ketika batuk dan bersin, tutup hidung dan mulut Anda dengan tisu atau
lengan atas bagian dalam (bukan dengan telapak tangan).
Etika Batuk: (a) Gunakan masker, (b) Tutup mulut dan hidung dengan
lengan atas bagian dalam, (c) tutup mulut dan hidung dengan tisu, (d)
jangan lupa membuangnya di tempat sampah, (e) cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir.
c. Hindari kontak dengan orang lain atau bepergian ke tempat umum.
Physical distancing 1-2 meter.
13
d. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut (segitiga wajah). Tangan
menyentuh banyak hal yang dapat terkontaminasi virus. Jika kita
menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang terkontaminasi,
maka virus dapat dengan mudah masuk ke tubuh kita.
e. Gunakan masker penutup mulut dan hidung ketika Anda sakit atau saat
berada di tempat umum.
Cara penggunaan masker :
1) Tenaga medis menggunakan masker bedah atau masker N95
2) Masyarakat menggunakan masker kain dan harus diganti maksimal 4
jam sekali
3) Setelahnya cuci tangan hingga bersih
4) Jangan gunakan masker kain yang belum dicuci
Berikut rekomendasi WHO cara menggunakan masker yang tepat:
1) Cuci tangan dengan air dan sabun sebelum menggunakan masker
2) Pakai masker hingga menutupi hidung dan dagu
3) Pastikan tidak ada celah antara masker dan wajah
4) Selama menggunakan hindari untuk menyentuh masker. Segera cuci
tangan dengan air dan sabun jika memegang masker
5) Lepaskan masker dengan menyentuh tali pengait, jangan pegang
bagian penutup masker
6) Segera cuci tangan setelah melepas masker.
f. Buang tisu dan masker yang sudah digunakan ke tempat sampah dengan
benar, lalu cucilah tangan Anda.
g. Menunda perjalanan ke daerah/ negara dimana virus ini ditemukan.
h. Hindari bepergian ke luar rumah saat Anda merasa kurang sehat, terutama
jika Anda merasa demam, batuk, dan sulit bernapas. Segera hubungi
petugas kesehatan terdekat, dan mintalah bantuan mereka. Sampaikan
pada petugas jika dalam 14 hari sebelumnya Anda pernah melakukan
perjalanan terutama ke negara terjangkit, atau pernah kontak erat dengan
orang yang memiliki gejala yang sama. Ikuti arahan dari petugas
kesehatan setempat.
14
i. Selalu pantau perkembangan penyakit COVID-19 dari sumber resmi dan
akurat.
15
B. Konsep Sistem Rujukan
1. Definisi Sistem Rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara
timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara
horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama.
(Mochtar, 1998).
Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan wujud
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas-
tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik, baik
vertikal maupun horizontal, struktural maupun fungsional terhadap kasus-
kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan.
(Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2009).
Sistem rujukan adalah suatu jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik
atas masalah yang timbul baik vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani) maupun horizontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya secara rasional kepada yang lebih mampu).
2. Jenis rujukan
Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yakni :
a. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan
kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan
masyarakat (public health service). Rujukan kesehatan dibedakan atas
tiga macam yakni rujukan teknologi, sarana, dan operasional. Rujukan
kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau
specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah
rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya
pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan
16
(promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan
opersional (Syafrudin, 2009)
b. Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik
pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical service).
Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan
atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan
bahan pemeriksaan. Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu
pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang
timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan
medik antara lain:
1) Transfer of patient: Konsultasi penderita untuk keperluan
diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain-lain.
2) Transfer of specimen: Pengiriman bahan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
3) Transfer of knowledge / personal: Pengiriman tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
17
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan
operasional dan lain-lain.
2) Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik
yang lebih lengkap.
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau
mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan
tindakan, memberi pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi
dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut
masalah kesehatan masyarakat yang meluas, meliputi:
1) Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan
teknologi kesehatan.
2) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli
untuk penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar
biasa suatu penyakit serta penanggulangannya pada bencana
alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.
c. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan
pada saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan spesimen) bila terjadi
keracunan massal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.
d. Puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral
maupun lintas sektoral.
e. Bila rujukan di tingkat kabupaten atau kota masih belum mampu
menanggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat
18
6) Ketentuan rujuk balik.
b. Menurut UNFPA (dalam The Health Referral System in Indonesia),
karakteristik rujukan medis dinyatakan sebagai berikut:
1) Ketepatan dalam merujuk;
2) Pertimbangan kemampuan bayar pasien;
3) Kelayakan dan keterjangkauan fasilitas rujukan;
4) Kepatuhan terhadap kebijakan dan SOP rujukan;
5) Kelengkapan fasilitas kesehatan rujukan lebih baik dari pada
perujuk;
6) Melakukan rujukan balik dan juga feedback ke fasilitas perujuk.
(Karleanne Lony Primasari, 2015)
c. Menurut KEMENKES dalam Pedoman Sistem Rujukan Nasional,
yaitu sebagai berikut: (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2012)
1) Rujukan berdasarkan indikasi;
2) Prosedur rujukan pada kasus kegawatan;
3) Melakukan rujukan balik ke fasilitas perujuk;
4) Keterjangkauan fasilitas rujukan; dan
5) Rujukan pertama dari fasilitas primer
4. Prosedur Rujukan
Pada dasarnya, prosedur fasilitas pemberi pelayanan kesehatan pengirim
rujukan adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan kepada para pasien atau keluarganya tentang alasan rujuk
b. Melakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang dituju
sebelum merujuk;
c. Membuat surat rujukan dan juga melampirkan hasil diagnosis pasien
dan catatan medisnya;
d. Mencatat pada register dan juga membuat laporan rujukan;
e. Stabilisasi keadaan umum pasien, dan dipertahankan selama dalam
perjalanan;
f. Pendampingan pasien oleh tenaga kesehatan;
19
g. Menyerahkan surat rujukan kepada pihak-pihak yang berwenang di
fasilitas pelayanan kesehatan di tempat rujukan;
h. Surat rujukan pertama harus berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan
primer, kecuali dalam keadaan darurat; dan
i. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Askes, Jamkesmas,
Jamkesda, SKTM dan badan penjamin kesehatan lainnya tetap
berlaku. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
5. Manfaat rujukan
Dikutip dari Lestari (2013), Menurut Azwar (1996), beberapa manfaat
yang akan diperoleh ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan
terlihat sebagai berikut:
1. Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan
kesehatan (policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain
membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan;
20
memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan
kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia; dan
memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan.
2. Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa
pelayanan (health consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain
meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama secara berulang-ulang dan mempermudah masyarakat
dalam mendapatkan pelayanan, karena diketahui dengan jelas fungsi
dan wewenang sarana pelayanan kesehatan.
3. Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider), manfaat
yang diperoleh antara lain memperjelas jenjang karir tenaga
kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat
kerja, ketekunan, dan dedikasi; membantu peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang
terjalin; memudahkan dan atau meringankan beban tugas, karena
setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
21
C. Sistem Rujukan Penanganan COVID-19
Pemerintah menyiapkan 132 rumah sakit rujukan infeksi virus corona di 34
provinsi. Penetapan rumah sakit tersebut berdasarkan Keputusan Mentri
Kesehatan RI NoHK.01.07/MENKES/169/2020 tentang penetapan Rumah
Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging tertentu.
1. Ketentuan Rujukan Penanganan COVID-19
Sistem rujukan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
memperhatikan:
a. Merujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)
sesuai dengan kasus dan sistem rujukan yang telah ditetapkan oleh
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota sesuai peraturan yang berlaku.
b. Standar pelayanan:
1) Puskesmas menempatkan pasien yang akan dirujuk pada ruang
isolasi tersendiri yang terpisah.
2) Mendapat persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.
3) Melakukan pertolongan pertama atau stabilisasi pra rujukan.
4) Melakukan komunikasi dengan penerima rujukan melalui
pemanfaatan aplikasi SISRUTE (https://sisrute.kemkes.go.id/)
dan memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima
(tersedia sarana dan prasarana serta kompetensi dan tersedia
tenaga kesehatan). Rujukan Suspek PDP melalui Sisrute mengacu
pada user manual sebagaimana lampiran buku Juknis ini.
5) Membuat surat pengantar rujukan dan resume klinis rangkap dua.
6) Transportasi untuk rujukan sesuai dengan kondisi pasien dan
ketersediaan sarana transportasi.
7) Pasien yang memerlukan asuhan medis terus menerus didampingi
oleh tenaga Kesehatan yang kompeten dan membawa formulir
monitoring khusus untuk kasus COVID-19 sesuai dengan
Pedoman.
8) Pemantauan rujukan balik
c. Rujukan dilaksanakan dengan menerapkan PPI, termasuk desinfeksi
ambulans.
22
Gambar 2.1 Tatalaksana Rujukan COVID-19
23
3) Di RS rujukan, spesimen PDP diambil untuk pemeriksaan lab dan
pasien berada di ruang isolasi. Spesimen akan diberikan ke Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balilbankes) di
Jakarta. Hasil pemeriksaan pertama akan keluar dalam 24 jam.
- Jika negatif, akan dirawat dengan penyebab penyakit.
- Jika positif, dinyatakan sebagai penderita COVID-19. Sampel
akan diambil setiap hari. Akan dikeluarkan dari ruang
pemeriksaan isolasi jika pemeriksaan sampel 2x berturut-
turut hasilnya negatif.
d. Jika anda sehat, namun:
1) Memiliki riwayat perjalanan 14 hari yang lalu ke negara/daerah
terjangkit COVID-19, maka anda self-monitoring dan sel
isolation.
2) Merasa pernaah kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19,
segera lapor ke petugas kesehatan dan periksa ke fasilitas
kesehatan.
24
dilarang berdekatan, dilarang berkumpul dan beraktifitas di
rumah.
2. Apakah ada salah satu gejala (demam, batuk, sakit tenggorokan,
sesak)?
a) Jika ada gejala, maka harus mengatur penjadwalan untuk
pemeriksaan di fasilitas kesehatan terdekat
b) Jika tidak ada gejala, maka masyarakat melakukan
pencegahan berupa PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),
dilarang berdekatan, dilarang berkumpul, dan beraktifitas di
rumah.
25
4. Tatakelola Rujukan Penanganan COVID-19
Penanganan COVID-19 di Indonesia menggunakan Rapid Test
(RT) Antibodi dan/atau Antigen pada kasus kontak dari pasien positif. RT
Antibodi juga digunakan untuk deteksi kasus ODP dan PDP pada wilayah
yang tidak mempunyai fasilitas untuk pemeriksaan RT-PCR. Hasil
Pemeriksaan RT Antibodi tetap dikonfirmasi dengan menggunakan RT-
PCR.
Di fasilitas kesehatan, pasien akan dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
a. Kelompok OTG
Kelompok pertama merupakan orang yang tidak memilki
gejala, namun memiliki riwayat kontak erat dengan orang yang positif
COVID-19 yang disebut Orang Tanpa Gejala (OTG). Kelompok ini
akan melalui pemeriksaan RT antibodi, jika pemeriksaan pertama
menunjukkan hasil:
1) Bila dengan rapid test pertama hasilnya non reaktif → dilakukan
karantina mandiri sesuai dengan protokol isolasi diri dalam
penanganan kasus COVID-19 → pemeriksaan ulang rapid test
dilakukan pada hari ke-10. Bila pada pemeriksaan rapid test
kedua hasilnya positif, dilakukan pengambilan spesimen (swab
nasofaring-orofaring, sputum) untuk dilakukan pemeriksaan RT-
PCR 2 kali berturut-turut di laboratorium yang dapat melakukan
RT-PCR.
2) Bila hasil pertama rapid test reaktif → karantina mandiri sesuai
dengan protokol isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-19
→ dilakukan pengambilan spesimen (swab nasofaring-orofaring,
sputum) untuk dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan RT-
PCR 2 kali berturut-turut di laboratorium yang dapat melakukan
RT-PCR. Bila OTG yang terkonfirmasi positif kemudian
menunjukkan gejala selama masa karantina:
a) Gejala ringan → isolasi diri di rumah
b) Gejala sedang → isolasi di RS darurat
26
c) Gejala berat → isolasi di RS rujukan
b. Kelompok ODP
Kelompok kedua merupakan orang yang terklasifikasi sebagai
Orang Dalam Pemantauan (ODP). Kelompok ini akan melalui
pemeriksaan RT antibodi dan jika pemeriksaan pertama menunjukkan
hasil:
1) Bila hasil pertama rapid test non reaktif → isolasi diri di rumah,
sesuai dengan protokol isolasi diri dalam penanganan kasus
COVID-19 → pemeriksaan ulang rapid test dilakukan pada hari
ke-10
2) Bila hasil pertama rapid test reaktif → isolasi diri di rumah sesuai
dengan protokol isolasi diri dalam penanganan kasus COVID-19
→ dilakukan pengambilan spesimen (swab nasofaring-orofaring,
sputum) untuk dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan RT-
PCR 2 kali berturut-turut di laboratorium yang dapat melakukan
RT-PCR.
Bila ODP yang terkonfirmasi positif mengalami gejala
perburukan:
a) Gejala sedang → isolasi di RS darurat
b) Gejala berat → isolasi di RS rujukan
Isolasi di RS darurat dapat juga dilakukan pada pasien dengan usia
> 60 tahun atau pada pasien yang kondisi rumahnya tidak
memungkinkan untuk dilakukan isolasi mandiri.
c. Kelompok PDP
Kelompok ketiga merupakan orang yang terklasifikasi sebagai
Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Kelompok ini akan melalui
pemeriksaan RT antibodi dan jika pemeriksaan pertama menunjukkan
hasil:
1) Bila hasil rapid test pertama non reaktif:
a) Gejala ringan → isolasi diri di rumah
27
b) Gejala sedang → isolasi di RS darurat
c) Gejala berat → isolasi di RS rujukan
Pemeriksaan ulang rapid test hari ke 10
2) Bila hasil rapid test pertama reaktif → dilakukan pengambilan
spesimen (swab nasofaring-orofaring, sputum) untuk dilakukan
konfirmasi dengan pemeriksaan RT-PCR 2 kali berturut-turut di
laboratorium yang dapat melakukan RT-PCR.
Bila PDP terkonfirmasi positif mengalami gejala perburukan:
a) Gejala ringan menjadi sedang → isolasi di RS darurat
b) Gejala sedang menjadi berat → isolasi di RS rujukan
28
Bagan 2.2 Alur Penanganan COVID-19 untuk Tenaga Medis
29
Bagan 2.3 Pedoman Alur Penanganan Cepat COVID-19 untuk Masyarakat
30
Sedangkan untuk alur penanganan masyarakat pendatang, dapat melalui prosedur
sebagai berikut.
Bagan 2.4 Pedoman Alur Penanganan Cepat COVID-19 untuk Masyarakat Pendatang
31
5. Upaya Deteksi Dini dan Respon di Wilayah
Tabel 2.1 Kegiatan Deteksi Dini dan Respon di Wilayah
32
4. Membangun dan 9. Melakukan komunikasi segera ke fasyankes
memperkuat jejaring kerja risiko baik kepada pasien, 8. Identifikasi kontak
surveilans dengan keluarga dan masyarakat 9. Pengambilan spesimen dan
pemangku kewenangan, berkoordinasi dengan
lintas sektor dan tokoh Dinkes setempat terkait
masyarakat pengiriman spesimen.
Fasyankes 1. Melakukan pemantauan dan 1. Tatalaksana sesuai kondisi 1. Tatalaksana sesuai kondisi
lain (RS, analisis kasus ILI dan 2. Koordinasi dengan RS pasien
Klinik) pneumonia dan ISPA Berat rujukan 2. Notifikasi kasus dalam
2. Mendeteksi kasus dengan 3. Rujuk pasien ke RS rujukan waktu 1x24 jam ke Dinkes
demam dan gangguan dengan memperhatikan Kab/Kota
pernafasan serta memiliki prinsip PPI 3. Melakukan komunikasi
riwayat bepergian ke 4. Notifikasi 1x24 jam ke risiko baik kepada pasien,
wilayah/negara terjangkit Puskesmas/Dinkes keluarga dan pengunjung
dalam waktu 14 hari Kesehatan Setempat lainnya
sebelum sakit 5. Mengidentifikasi kontak erat 4. Edukasi pasien untuk isolasi
(menunjukkan HAC) yang berasal dari pengunjung diri di rumah. Bila gejala
3. Melakukan komunikasi maupun petugas kesehatan mengalami perburukan
risiko termasuk 6. Berkoordinasi dengan segera ke
penyebarluasan media KIE puskesmas/dinkes setempat fasyankes/identifikasi
mengenai COVID-19 terkait pemantauan kontak kontak.
kepada pengunjung erat 5. Melakukan pemantauan
7. Mencatat dan melaporkan harian
hasil pemantauan kontak 6. Pengambilan spesimen dan
33
secara rutin dan berjenjang berkoordinasi dengan
menggunakan form Dinkes setempat terkait
8. Melakukan komunikasi pengiriman specimen.
risiko baik kepada pasien,
keluarga dan pengunjung
Rumah Sakit 1. Melakukan surveilans ISPA 1. Tatalaksana sesuai kondisi 1. Tatalaksana sesuai kondisi
Rujukan Berat dan kluster pasien pasien.
pneumonia 2. Isolasi di rumah sakit 2. Notifikasi 1x24 jam ke
2. Mendeteksi kasus dengan 3. Notifikasi 1x24 jam ke Dinas Dinas Kesehatan Setempat
demam dan gangguan Kesehatan Setempat terkait pemantauan pasien
pernafasan serta memiliki 4. Pengambilan spesimen dan 3. Melakukan komunikasi
riwayat bepergian ke berkoordinasi dengan Dinkes risiko baik kepada pasien,
wilayah/negara terjangkit setempat terkait pengiriman keluarga, Edukasi pasien
dalam waktu 14 hari spesimen untuk isolasi diri di rumah.
sebelum sakit 5. Melakukan komunikasi Bila gejala mengalami
(menunjukkan HAC) risiko baik kepada pasien, perburukan segera ke
3. Melakukan komunikasi keluarga dan pengunjung fasyankes/identifikasi
risiko termasuk 6. Melakukan pemantauan kontak
penyebarluasan media KIE kontak erat yang berasal dari 4. Pengambilan spesimen dan
mengenai COVID-19 keluarga pasien, pengunjung, berkoordinasi dengan
kepada pengunjung petugas kesehatan Dinkes setempat terkait
7. Mencatat dan melaporkan pengiriman specimen.
hasil pemantauan kontak
secara rutin dan berjenjang
34
Dinas 1. Melakukan pemantauan dan 1. Notifikasi 1x24 jam secara 1. Tatalaksana sesuai kondisi
Kesehatan analisis kasus ILI dan berjenjang ke Dinkes pasien
Kab/Kota pneumonia melalui Sistem Provinsi/PHEOC 2. Notifikasi 1x24 jam ke
Kewaspadaan Dini dan 2. Melakukan penyelidikan Dinkes Provinsi Koordinasi
Respon (SKDR) dan ISPA epidemiologi berkoordinasi dengan puskesmas terkait
Berat dengan Puskesmas pemantauan kasus
2. Memonitor pelaksanaan 3. Koordinasi dengan 3. Melakukan pemantauan (cek
surveilans COVID-19 yang puskesmas terkait kondisi kasus setiap hari,
dilakukan oleh puskesmas pemantauan kontak jika terjadi perburukan
3. Melakukan surveilans aktif 4. Melakukan mobilisasi segera rujuk RS rujukan)
COVID-19 rumah sakit sumber daya yang 4. Mencatat dan melaporkan
untuk menemukan kasus dibutuhkan bila diperlukan hasil pemantauan secara
4. Melakukan penilaian risiko termasuk logistik rutin dan berjenjang
di wilayah laboratorium 5. Melakukan komunikasi
5. Membangun dan 5. Berkoordinasi dengan RS risiko baik kepada pasien,
memperkuat jejaring kerja rujukan dan laboratorium keluarga dan masyarakat
surveilans dengan lintas dalam pengambilan dan 6. Edukasi pasien untuk isolasi
program dan sektor terkait pengiriman spesimen diri di rumah. Bila gejala
6. Melakukan komunikasi mengalami perburukan
risiko pada masyarakat segera ke
7. Mencatat dan melaporkan fasyankes/identifikasi
hasil pemantauan kontak kontak
secara rutin dan berjenjang 7. Berkoordinasi dengan
fasyankes dan laboratorium
35
dalam pengambilan dan
pengiriman spesimen
8. Membuat surat pengantar
pengiriman spesimen
Dinas 1. Melakukan pemantauan dan 1. Notifikasi 1x24 jam secara 1. Tatalaksana sesuai kondisi
Kesehatan analisis kasus ILI dan berjenjang ke Dinkes pasien
Provinsi pneumonia melalui Sistem 2. Provinsi/PHEOC 2. Notifikasi 1x24 jam ke
Kewaspadaan Dini dan 3. Melakukan penyelidikan Dinkes Provinsi
Respon (SKDR) dan ISPA epidemiologi berkoordinasi 3. Koordinasi dengan
Berat dengan Puskesmas puskesmas terkait
2. Memonitor pelaksanaan 4. Koordinasi dengan pemantauan kasus
surveilans COVID-19 puskesmas terkait 4. Melakukan pemantauan (cek
3. Meneruskan notifikasi pemantauan kontak kondisi kasus setiap hari,
laporan dalam pengawasan 5. Melakukan mobilisasi jika terjadi perburukan
COVID-19 dari KKP ke sumber daya yang segera rujuk RS rujukan)
Dinkes yang bersangkutan dibutuhkan bila diperlukan 5. Mencatat dan melaporkan
4. Melakukan surveilans aktif termasuk logistik hasil pemantauan secara
COVID-19 untuk laboratorium rutin dan berjenjang
menemukan kasus 6. Melakukan penilaian risiko 6. Melakukan komunikasi
5. Melakukan penilaian risiko 7. Berkoordinasi dengan RS risiko baik kepada pasien,
di wilayah dan laboratorium dalam keluarga dan masyarakat
6. Membuat Surat pengambilan dan pengiriman 7. Edukasi pasien untuk isolasi
Kewaspadaan yang spesimen diri di rumah. Bila gejala
ditujukan bagi Kab/Kota 8. Melakukan komunikasi mengalami perburukan
36
7. Membangun dan risiko pada masyarakat segera ke
memperkuat jejaring kerja 9. Mencatat dan melaporkan fasyankes/identifikasi
surveilans dengan lintas hasil pemantauan kontak kontak
program dan sektor terkait secara rutin dan berjenjang 8. Melakukan umpan balik dan
10. Melakukan umpan balik dan pembinaan teknis di
pembinaan teknis di Kab/Kota.
Kab/Kota 9. Berkoordinasi dengan RS
rujukan dan laboratorium
dalam pengambilan dan
pengiriman spesimen
10. Membuat surat pengantar
pengiriman spesimen
Pusat 1. Melakukan pemantauan dan 1. Menerima notifikasi adanya 1. Menerima notifikasi adanya
analisis kasus ILI dan pasien dalam pengawasan orang dalam pemantauan
pneumonia melalui SKDR dari KKP/Dinkes dari KKP/Dinkes
dan ISPA Berat Kab/Kota/Provinsi Kab/Kota/Provinsi
2. Melakukan analisis situasi 2. Menerima dan menganalisis 2. Menerima laporan hasil
secara berkala terhadap laporan hasil pemantauan pemantauan
perkembangan kasus 3. Melakukan penyelidikan 3. Melakukan penyelidikan
COVID-19 epidemiologi bersama epidemiologi bersama
3. Melakukan penilaian risiko Dinkes Kab/Kota/Provinsi Dinkes Kab/Kota/Provinsi
nasional 4. Melakukan mobilisasi 4. Melakukan umpan balik dan
4. Membuat Surat sumber daya yang pembinaan teknis di
Kewaspadaan yang dibutuhkan bila diperlukan Prov/Kab/Kota
37
ditujukan bagi Provinsi dan 5. Melakukan dan melaporkan 5. Melakukan komunikasi
Unit Pelayanan Teknis hasil pemeriksaan spesimen risiko pada masyarakat baik
(UPT) kasus COVID-19 melalui media cetak atau
5. Melakukan komunikasi 6. Melakukan umpan balik dan elektronik
risiko pada masyarakat baik pembinaan teknis di
melalui media cetak atau Kab/Kota/Provinsi
elektronik 7. Melakukan notifikasi ke
6. Membangun dan WHO jika ditemukan kasus
memperkuat jejaring kerja probabel atau konfirmasi
surveilans dengan lintas
program dan sektor terkait
38
6. Peran Berbagai Sektor Dalam Penanganan COVID-19
a. Puskesmas
1) Melakukan komunikasi terkait COVID-19 kepada masyarakat
2) Melakukan surveilans aktif/pemantauan terhadap OTG, ODP dan
PDP di wilayahnya
3) Melakukan pemeriksaan Rapid Test dan pengambilan spesimen
untuk konfirmasi RT-PCR
4) Membangun dan memperkuat kerja sama surveilans dengan tokoh
masyarakat dan lintas sektor
5) Memberitahukan kepada RT/RW apabila ada keluarga yang
menjalani karantina rumah agar mereka mendapatkan dukungan
dari masyarakat di sekitarnya.
6) Memonitor keluarga yang memiliki anggota keluarga yang lanjut
usia atau memiliki penyakit komorbid.
7) Mengajak para tokoh masyarakat agar melakukan disinfeksi
tempat-tempat umum yang banyak dikunjungi masyarakat.
8) Notifikasi/pelaporan kasus 1x24 jam secara berjenjang ke Dinkes
Kab/Kota/Provinsi dan PHEOC.
39
c. Dinas Kesehatan
1) Melakukan pemantauan dan analisis kasus ILI dan pneumonia
melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) dan ISPA
Berat
2) Memonitor pelaksanaan surveilans COVID-19 yang dilakukan
oleh puskesmas
3) Melakukan surveilans aktif COVID-19 rumah sakit untuk
menemukan kasus
4) Melakukan penyelidikan epidemiologi dan pelacakan kontak
kasus
5) Melakukan penilaian risiko di wilayah
6) Berkoordinasi dengan Fasyankes dalam pengambilan dan
pengiriman spesimen ke Laboratorium pemeriksa.
7) Membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan
lintas program dan sektor terkait
8) Notifikasi/pelaporan kasus 1x24 jam secara berjenjang ke Dinkes
Kab/Kota/Provinsi dan PHEOC.
40
3) Menyiapkan pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas,
Klinik, dan Laboratorium) yang memadai sesuai kemampuan
daerah untuk melakukan deteksi dan perawatan pasien
4) Menyediakan sumber daya yang memadai untuk penanggulangan
COVID-19 termasuk penyediaan anggaran, SDM, dan fasilitas
lain yang diperlukan
5) Mengawasi dan melakukan tindakan perbaikan dalam hal
penerapan kekarantinaan kesehatan, pembatasan interaksi dan
kontak fisik, serta prinsip kewaspadaan umum pencegahan
penyakit menular
6) Menggalang kerjasama berbagai komponen dalam
penanggulangan COVID-19 termasuk antar unsur pemerintahan,
dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi massa dan
kemasyarakatan, serta berbagai komponen bangsa lain yang ada
di daerah
7) Melakukan edukasi kepada masyarakat melalui media massa dan
media sosial
8) Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan: petugas medis,
petugas kesehatan non-medis
41
3) Mendorong kesiapan dan partisipasi masyarakat untuk melakukan
upaya kebersihan personal dan kebersihan rumah sebagai bagian
dari perwujudan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
4) Mendorong dan mengawasi masyarakat dalam melaksanakan
pembatasan kontak fisik pada berbagai sarana yang ada seperti di
tempat-tempat keramaian, pasar lokal/desa, tempat ibadah, sarana
olahraga, dan sarana rekreasi
5) Memanfaatkan Anggaran Dana Desa/Kelurahan untuk
memberikan dukungan yang kepada masyarakat yang terdampak
COVID-19 baik sebagai penderita maupun akibat sosial ekonomi
lainnya
6) Melaporkan kepada Pemerintah Daerah terkait hal-hal yang
dipandang perlu apabila ada hal-hal yang dianggap berpotensi
meningkatkan penularan COVID-19
42
2) Membantu pembangunan lumbung pangan atau bantuan bahan
makanan di wilayah-wilayah rawan atau zona merah, yaitu
dengan temuan kasus COVID-19 positif dan memiliki populasi
kelompok rentan yang tinggi
3) Berpartisipasi mendukung kebijakan PEMDA setempat
4) Mendukung upaya penyediaan logistik-logistik yang dibutuhkan
masyarakat maupun tenaga kesehatan
5) Mengedukasi dan mendukung masyarakat umum agar ikut
berperan aktif menyediakan kebutuhan-kebutuhan kelompok
rentan dan masyarakat marginal
6) Untuk organisasi keagamaan dapat membantu dalam:
a) Merumuskan muatan edukasi COVID-19 berbasis agama
b) Mendorong para tokohnya untuk turut serta memberikan
edukasi kepada masyarakat terkait penanggulangan COVID-
19
7) Selain poin-poin diatas, organisasi profesi dapat membantu
dalam:
a) Menyediakan saluran komunikasi bagi masyarakat yang ingin
berkonsultasi secara online
b) Memberikan dukungan dan edukasi kepada masyarakat
supaya masyarakat mampu melewati masa kegawatdaruratan
COVID-19 ini dengan tenang dan tepat.
g. Relawan
1) Membantu menyebarkan informasi akurat kepada masyarakat
2) Membantu mengedukasi dan memberikan dukungan psikologi
untuk mengurangi kepanikan masyarakat selama wabah COVID-
19
3) Membantu dalam mengorganisir dan mengarahkan masyarakat
yang memerlukan informasi terkait alur tes maupun alur tindakan
di masyarakat maupun di rumah sakit.
43
4) Membantu dalam memantau dan memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh OTG maupun ODP yang melaksanakan
karantina rumah
5) Membantu dalam menyalurkan kebutuhan pokok masyarakat,
khususnya untuk OTG dan ODP dalam karantina rumah maupun
kelompok rentan.
6) Untuk relawan medis, dapat memberikan dukungan kepada para
dokter, perawat, pekerja rumah sakit, petugas ambulans, dll.
Relawan medis yang terlatih jika dibutuhkan dapat melakukan
edukasi pencegahan dan rapid test kepada kelompok OTG di
fasilitas umum dengan menggunakan APD (masker dan sarung
tangan non steril sekali pakai) dan hasil tes dilaporkan melalui
mekanisme pelaporan. Hal ini dilakukan sebagai upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi.
44
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan
penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang
serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar
biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19).
Pemerintah menyiapkan 132 rumah sakit rujukan infeksi virus corona
di 34 provinsi. Penetapan rumah sakit tersebut berdasarkan Keputusan Mentri
Kesehatan RI NoHK.01.07/MENKES/169/2020 tentang penetapan Rumah
Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging tertentu.
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) masyarakat tanpa tatap
muka ditujukan pada masyarakat yang ingin tahu dan masyarakat yang
mencari informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan COVID-19. Alur
pemeriksaan diri yang dapat dilakukan, yaitu: Masyarakat dapat menghubungi
call center di BNPB (117), Kementerian Kesehatan (119 ext 9), dan kanal
informasi lainnya (misal, DKI 112, telemedicine Gojek-Halodoc, dan
sebagainya).
B. Saran
Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan bukti-bukti baru
terkait pandemi COVID-19 maka kebijakan atau pedoman yang telah ada
akan disesuaikan dengan hal tersebut, maka Puskesmas dan Dinas Kesehatan
harus aktif mengikuti perkembangan perubahan ini dari sumber-sumber yang
resmi agar dapat segera disesuaikan dengan protokol pelayanan yang akan
diberikan. Semoga niat baik dan perjuangan kita bersama, dapat mempercepat
negara kita keluar dari situasi pandemi COVID-19.
45
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, J.T, et al. April 2020. Definisi Dan Jalur Penularan Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) Atau COVID-19.
Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume 9, No.1, April 2020: 57-6.
scholar.goggle.co.id. Diakses pada tanggal 25 Juni 2020.
Kemenkes RI. 2020. Media Informasi Resmi Terkini Penyakit Infeksi Emerging
COVID-19. kemenkes go id. Diakses pada tanggal 25 Juni 2020.
46