Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH BENCANA NON ALAM

PANDEMI COVID-19

OLEH KELOMPOK 6 :
AGNESIA M.B. YUSUP 17061093
GEBBY A. PURUKAN 17061112
JUANDY SAMBUAGA 17061038
DEBORA KEMUBAN 17061041
REGGINA ENTJAURAU 17061007

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LASALLE MANADO
TAHUN 2020

1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................................3
B. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................................................5
A. Konsep......................................................................................................................................5
1. Pengertian............................................................................................................................5
2. Penyebab...............................................................................................................................5
3. Klasifikasi.............................................................................................................................6
4. Bahaya Sekunder.................................................................................................................6
5. Kajian Resiko Bencana........................................................................................................7
B. Upaya Penanggulangan...........................................................................................................8
1. Pengurangan Resiko............................................................................................................8
2. Peringatan dini...................................................................................................................10
C. Konsep Pre Hospital..............................................................................................................10
1. Tahap tanggap bencana....................................................................................................10
2. Tahap upaya awal (initial action)......................................................................................11
3. Tahap Operasi Bencana....................................................................................................14
4. Tahap Operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat...............................................17
D. Konsep Tanggap darurat Saat Terjadi bencana.................................................................22
E. Manajemen Bencana.............................................................................................................27
1. Mitigation............................................................................................................................27
2. Preparedness.......................................................................................................................30
3. Response..............................................................................................................................32
4. Recovery..............................................................................................................................38
F. Konsep Upaya pemulihan pasca bencana............................................................................40
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................41
Kesimpulan......................................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................42

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Virus penyebab COVID-19 ini dinamakan SarsCoV-2. Virus corona
adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Penelitian
menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020).
Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus
konfirmasi 414.179 dengan 18.440 kematian (CFR 4,4%) dimana kasus
dilaporkan di 192 negara/wilayah. Diantara kasus tersebut, sudah ada beberapa
petugas kesehatan yang dilaporkan terinfeksi. Pada tanggal 2 Maret 2020,
Indonesia melaporkan kasus konfirmasi COVID19 sebanyak 2 kasus. Sampai
dengan tanggal 25 Maret 2020, Indonesia sudah melaporkan 790 kasus
konfirmasi COVID-19 dari 24 Provinsi yaitu: Bali, Banten, DIY, DKI Jakarta,
Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kep. Riau, Nusa Tenggara
Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, Lampung, Riau, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Wilayah
dengan transmisi lokal di Indonesia adalah DKI Jakarta, Banten (Kab.
Tangerang, Kota Tangerang), Jawa Barat (Kota Bandung, Kab. Bekasi, Kota
Bekasi, Kota Depok, Kab. Bogor, Kab. Bogor, Kab. Karawang), Jawa Timur
(kab. Malang, Kab. Magetan dan Kota Surabaya) dan Jawa Tengah (Kota
Surakarta) (Kemenkes, 2020).
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke
manusia melalui percikan batuk/bersin (droplet), tidak melalui udara. Orang

3
yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat
dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19.
Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci
tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika
batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan
hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapapun yang
menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu,
menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di
fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat (Kemenkes, 2020).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas mata kuliah Bencana dan untuk mengetahui
pengertian dari Covid-19, dan mengetahui bahaya Covid-19 bagi kehidupan
manusia, serta untuk mempelajari berbagai cara yang perlu dilakukan untuk
pencegahan penularan Covid-19, mempelajari cara-cara memutuskan rantai
penularan Covid-19, sehingga dapat menghentikan penyebaran atau
mengurangi kemungkinan perluasan Covid-19.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui pengertian dari Covid-19,
- Untuk mengetahui penyebab Covid-19 bagi kehidupan manusia
- Untuk mengetahui bahaya sekunder Covid-19
- Untuk mengetahui upaya penanggulangan
- Untuk mengetahui konsep pre hospital
- Untuk mengetahui Konsep Tanggap Darurat Saat Terjadi bencana
- Untuk mengetahui Manajemen Bencana
- Untuk mengetahui Konsep upaya pemulihan paska bencana

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep
1. Pengertian
Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu
coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease
2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok.
Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019. (WHO,2019)
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-
CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi
virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada
sistem pernapasan, infeksi paru- paru yang berat, hingga kematian. Severe acute
respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS- CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama
virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini
bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil,
maupun ibu menyusui.
World Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severe acute
respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) (WHO, 2020).

2. Penyebab

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Struktur coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di
permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen
utama virus dan merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini
berperan dalam penempelan dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein
S dengan reseptornya di sel inang) (Wang, 2020).

Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:


 Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita
COVID-19 batuk atau bersin

5
 Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah
menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19
 Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19

3. Klasifikasi
Sampai saat ini terdapat tujuh coronavirus (HCoVs) yang telah diidentifikasi, yaitu:

 HCoV-229E.
 HCoV-OC43.
 HCoV-NL63.
 HCoV-HKU1.
 SARS-COV (yang menyebabkan sindrom pernapasan akut).
 MERS-COV (sindrom pernapasan Timur Tengah).
 COVID-19 atau dikenal juga dengan Novel Coronavirus (menyebabkan wabah
pneumonia di kota Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, dan menyebar ke
negara lainnya mulai Januari 2020. Indonesia sendiri mengumumkan adanya
kasus covid 19 dari Maret 2020

4. Bahaya Sekunder
a. Secara Langsung
Orang dapat tertular COVID-19 dari orang lain yang terinfeksi virus ini.
COVID-19 dapat menyebar terutama dari orang ke orang melalui percikan-
percikan dari hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terinfeksi COVID-19
jika batuk, bersin atau berbicara. Percikan-percikan ini relative berat,
perjalanannya tidak jauh dan jatuh ke tanah dengan cepat. Orang dapat terinfeksi
COVID-19 jika menghirup percikan orang yang terinfeksi virus ini. Oleh karena
itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain.
b. Secara tidak langsung
Percikan-percikan ini dapat menempel di benda dan permukaan lainnya di
sekitar orang seperti meja, gagang pintu, dan pegangan tangan. Orang dapat
terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan tersebut, kemudian
menyentuh mata, hidung atau mulut mereka. Inilah sebabnya penting untuk
mencuci tangan secara teratur. Hampir semua alat dan benda yang ada dalam

6
kehidupan kita sehari-hari menjadi sarana penularan covid-19 contohnya adalah
virus dapat menyebar melalui uang kertas.

5. Kajian Resiko Bencana


Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk
memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu
potensi bencana yang ada. Potensi dampak negatif tersebut dihitung dengan
mempertimbangkan tingkat kerentanan dan kapasitas kawasan tersebut.
Potensi dampak negatif ini menggambarkan potensi jumlah jiwa, kerugian
harta benda, dan kerusakan lingkungan yang terpapar oleh potensi bencana .
Secara umum, risiko suatu bencana ditentukan dengan formulasi berikut:

R = H * (V/C)
di mana R : Risk atau risiko
H : Hazard atau ancaman bahaya
V : Vulnerability atau kerentanan
C : Capacity atau kapasitas

Dalam melakukan kajian risiko bencana (Risk), harus ditentukan pendekatan


dari tiga parameter pembentuknya, yaitu ancaman (hazard), kerentanan
(vulnerability), dan kapasitas (capacity) terkait bencana
Berkaitan dengan fenomena bencana Covid-19, definisi dari konsep Risiko
tersebut dapat diturunkan melalui beberapa parameter di bawah ini.
a. Ancaman bahaya atau hazard
Data berkaitan dengan ancaman terhadap fenomena Covid-19 dapat
diperoleh berdasarkan sumber Covid-19 terkait dengan informasi dan
lokasi dari jumlah terinfeksi (terkonfirmasi) Covid-19, jumlah orang
suspek, jumlah orang probable, jumlah orang kontak erat, dan jumlah
pelaku perjalanan yang selanjutnya diperhitungkan sebagai zona bahaya
sumber Covid-19.
Proses analisis ancaman bahaya ini dilakukan dengan melakukan plot
lokasi titik tengah atau center points pada setiap kelurahan/desa, yang
selanjutnya dilakukan proses interpolasi spline pada jumlah sumber Covid-
7
19 (terkonfirmasi, jumlah orang suspek, jumlah orang probable, jumlah
orang kontak erat, dan jumlah pelaku perjalanan) yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi sebaran bahaya sumber Covid-19 secara spasial.
Selanjutnya, proses standardisasi pengolahan data dilakukan dengan
mengkonversi hasil interpolasi menggunakan fungsi Fuzzy Set
Membership (FSM). Fungsi FSM ini digunakan agar setiap parameter
mempunyai batas keseragaman dan standar skala nilai yang sama. Pada
pendekatan fungsi FSM ini, setiap parameter yang terstandarisasi memiliki
nilai absolut yang terletak pada rentang nilai minimal 0 dan maksimal 1.
Hasil dari proses analisis ini selanjutnya diperhitungkan sebagai zona
bahaya sumber Covid-19.
b. Kerentanan atau vulnerability
Terdapat tiga parameter utama yang berkaitan dengan kerentanan terhadap
penyebaran Covid-19, yaitu zona kepadatan penduduk dan permukiman,
kepadatan kondisi akses jalan, dan lokasi strategis terhadap penyebar
Covid-19.

B. Upaya Penanggulangan
1. Pengurangan Resiko
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana telah menegaskan pentingnya peran serta masyarakat dalam
penanggulangan bencana “bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam penanggulangan
bencana”, dimana peran serta tersebut mencakup “pengambilan keputusan,
memberikan informasi, pengawasan, perencanaan, implementasi, dan
pemeliharaan program”, dan diantaranya terkait dengan “penyusunan
rencana mitigasi bencana untuk mengurangi risiko bencana”.
Selanjutnya, Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (Perka BNPB) Nomor 11 Tahun 2014 tentang peran serta
masyarakat dalam penanggulangan bencana, yang menegaskan pentingnya
peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan sistem penanggulangan
bencana, mulai dari tahap pra-bencana, tanggap darurat, pemulihan awal
dan pasca-bencana, yang dapat dilakukan secara mandiri atau bekerjasama,
dan mengutamakan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana. Terkait
8
dengan pengurangan risiko bencana, bentuk peran serta masyarakat di
antaranya mencakup pengenalan risiko bencana, perencanaan partisipatif
penanggulangan bencana, pengembangan budaya sadar bencana,
pengelolaan sistem peringatan dini, dan mitigasi bencana, serta pemantauan
pelaksanaan rencana aksi pengurangan risiko bencana.
Belajar dari upaya pengurangan risiko bencana alam berbasis
komunitas yang selama ini sudah diterapkan di Indonesia, dan telah
menjadi salah satu ikon keberhasilan Indonesia dalam pengurangan risiko
bencana alam secara global, maka dalam artikel ini akan ditelaah penerapan
pendekatan dan strategi pengurangan risiko bencana pandemik Covid-19
melalui basis komunitas lokal di tingkat desa dan kelurahan. Beberapa
kebijakan pengurangan risiko bencana berbasis komunitas yang telah
dilakukan oleh Pemerintah selama ini, di antaranya adalah melalui
Keluarga Tanggap Bencana (KATANA), Desa Tangguh Bencana
(Destana), Kampung Siaga Bencana (Kasiba), Pengurangan Risiko Bencana
Berbasis Komunitas (PRBBK), yang telah diimplementasikan di berbagai
daerah, terutama daerah-daerah yang dikategorikan rawan dan pasca
bencana. Selain itu, penerapan PRBBK yang telah diimplementasikan di
tingkat daerah dan desa rawan dan pasca bencana lebih dari satu dekade
terakhir tersebut, sejak lima tahun terakhir ini telah didukung melalui
kebijakan prioritas pemanfaatan dana desa yang dapat diarahkan untuk
pembangunan sarana dan prasarana serta peningkatan kapasitas masyarakat
desa dalam pengurangan risiko bencana di tingkat desa.
Sebenarnya dalam menghadapi bencana pandemik Covid-19 ini,
beberapa lembaga swadaya masyarakat yang merupakan mitra Pemerintah,
melalui kerja sama dengan Gugus Tugas Covid-19 telah mencoba
menerbitkan Buku Panduan RT Tangguh Covid-19, namun sosialisasi dan
diseminasinya yang masih sangat terbatas, belum dapat dijadikan panduan
yang dapat dijadikan acuan dalam mengurangi risiko bencana pandemik
Covid-19. Selain itu, materinya masih sangat fokus pada upaya peningkatan
kesadaran di tingkat masyarakat warga RT dalam menjalankan “social
distancing” untuk pencegahan warga RT terhadap Covid-19, dan belum
dapat dijadikan panduan dalam mencegah dan menangkal kejadian kasus
Covid-19 dalam lingkup yang lebih luas khususnya dalam mencari,
9
menemukan dan mengisolasi penderita Covid-19, sebagaimana arahan
World Health Organization (WHO) untuk search, find and isolate suspected
Covid-19.
Artikel ini difokuskan pada telaahan kondisi penanganan bencana
pandemik Covid- 19 dalam kerangka kebijakan status kedaruratan
kesehatan masyarakat yang menerapkan kebijakan pembatasan sosial
berskala besar, melalui pendekatan pengurangan risiko bencana pandemik
Covid-19 berbasis komunitas di tingkat desa dan kelurahan, dalam
mengupayakan percepatan penanganan dan sekaligus penuntasan bencana
pandemik Covid-19 yang lebih berdayaguna dan berhasilguna, untuk
memulihkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus ketahanan nasional.

2. Peringatan dini
Jika Anda merasa tidak sehat dengan kriteria: a. Demam 38 derajat Celcius,
dan Batuk/pilek istirahatlah yang cukup di rumah dan bila perlu minum
Bila keluhan berlanjut, atau disertai dengan kesulitan bernafas (sesak atau
nafas cepat), segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)
Pada saat melakukan kegiatan di luar Anda harus lakukan tindakan berikut:
a. Gunakan masker
b. Apabila tidak memiliki masker, ikuti etika batuk/bersin yang benar
dengan cara menutup mulut dan hidung dengan tisu atau punggung
lengan
c. Usahakan tidak menggunakan transportasi massal
d. Ada riwayat perjalanan 14 hari yang lalu ke negara terjangkit COVID-
19, ATAU
e. Merasa pernah kontak dengan penderita COVID-19,

C. Konsep Pre Hospital


1. Tahap tanggap bencana
Tahap tanggap bencana terhadap covid 19 adalah dimana bermula dari
Kegiatan mendeteksi dini dan respon dilakukan di pintu masuk dan wilayah
untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya OTG, ODP, PDP maupun kasus
konfimasi COVID-19 dan melakukan respon adekuat. Upaya deteksi dini
dan respon dilakukan sesuai perkembangan situasi COVID-19 dunia yang
10
dipantau dari situs resmi WHO atau melalui situs lain:
 Situs resmi WHO (https://www.who.int/) untuk mengetahui negara
terjangkit dan wilayah yang sedang terjadi KLB COVID-19.
 Sumber lain yang terpercaya dari pemerintah
www.infeksiemerging.kemkes.go.id, www.covid19.kemkes.go.id,
www.covid19.go.id dan lain-lain.
 Sumber media cetak atau elektronik nasional untuk mewaspadai rumor
atau berita yang berkembang terkait dengan COVID-19.

Kemudian tanggap dan Respon cepat di Pintu Masuk Negara Dalam


rangka implementasi International Health Regulation/ IHR (2005),
pelabuhan, bandara, dan Pos Lintas Batas Darat Negara (PLBDN)
melakukan kegiatan karantina, pemeriksaan alat angkut, pengendalian
vektor serta tindakan penyehatan. Implementasi IHR (2005) di pintu masuk
negara adalah tanggung jawab Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) beserta
segenap instansi di pintu masuk negara. Kemampuan utama untuk pintu
masuk negara sesuai amanah IHR (2005) adalah kapasitas dalam kondisi
rutin dan kapasitas dalam kondisi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
Meresahkan Dunia (KKMMD). Kegiatan di pintu masuk negara meliputi
upaya detect, prevent, dan respond terhadap COVID-19 di pelabuhan,
bandar udara, dan PLBDN. Upaya tersebut dilaksanakan melalui
pengawasan alat angkut, orang, barang, dan lingkungan yang datang dari
wilayah/ negara terjangkit COVID-19 yang dilaksanakan oleh KKP dan
berkoordinasi dengan lintas sektor terkait.

2. Tahap upaya awal (initial action)


Upaya awal yang dapat dilakukan dalam rangka kesiapsiagaan
menghadapi ancaman COVID-19 maupun penyakit dan faktor risiko
kesehatan yang berpotensi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM)
lainnya di pintu masuk (pelabuhan, bandar udara, dan PLBDN), diperlukan
adanya dokumen rencana kontinjensi dalam rangka menghadapi penyakit
dan faktor risiko kesehatan berpotensi KKM. Rencana Kontinjensi tersebut
dapat diaktifkan ketika ancaman kesehatan yang berpotensi KKM terjadi.

11
Rencana kontinjensi disusun atas dasar koordinasi dan kesepakatan
bersama antara seluruh pihak terkait di lingkungan bandar udara,
pelabuhan, dan PLBDN. Dalam rangka kesiapsiagaan tersebut perlu
dipersiapkan beberapa hal meliputi norma, standar, prosedur, kriteria
(NSPK), kebijakan dan strategi, Tim Gerak Cepat (TGC), sarana prasarana
dan logistik, serta pembiayaan. Secara umum kesiapsiagaan tersebut
meliputi:
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
 Membentuk atau mengaktifkan TGC di wilayah otoritas pintu
masuk negara di bandara/ pelabuhan/ PLBDN. Tim dapat terdiri
atas petugas KKP, Imigrasi, Bea Cukai, Karantina Hewan dan unit
lain yang relevan di wilayah otoritas pintu masuk negara yang
memiliki kompetensi yang diperlukan dalam pencegahan importasi
penyakit.
 Peningkatan kapasitas SDM yang bertugas di pintu masuk negara
dalam kesiapsiagaan menghadapi COVID-19 dengan melakukan
pelatihan/drill, table top exercise, dan simulasi penanggulangan
COVID-19.
 Meningkatkan kemampuan jejaring kerja lintas program dan lintas
sektor dengan semua unit otoritas di bandara/ pelabuhan/ PLBDN.

b. Sarana dan Prasarana


 Tersedianya ruang wawancara, ruang observasi, dan ruang karantina
untuk tatalaksana penumpang. Jika tidak tersedia maka menyiapkan
ruang yang dapat dimodifikasi dengan cepat untuk melakukan
tatalaksana penumpang sakit yang sifatnya sementara.
 Memastikan alat transportasi (ambulans) penyakit menular ataupun
peralatan khusus utk merujuk penyakit menular yang dapat
difungsikan setiap saat untuk mengangkut ke RS rujukan. Apabila
tidak tersedia ambulans khusus penyakit menular, perujukan dapat
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip pencegahan infeksi
(menggunakan Alat Pelindung Diri/ APD lengkap dan penerapan
disinfeksi)

12
 Memastikan fungsi alat deteksi dini (thermal scanner) dan alat
penyehatan serta ketersediaan bahan pendukung.
 Memastikan ketersediaan dan fungsi alat komunikasi untuk
koordinasi dengan unit-unit terkait.
 Menyiapkan logistik penunjang pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan antara lain obat-obat suportif (life-saving), alat
kesehatan, APD, Health Alert Card (HAC), dan melengkapi logistik
lain, jika masih ada kekurangan. • Menyiapkan media komunikasi
risiko atau bahan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dan
menempatkan bahan KIE tersebut di lokasi yang tepat. •
Ketersediaan pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19
untuk petugas kesehatan, termasuk mekanisme atau prosedur tata
laksana dan rujukan pasien.

c. Deteksi dini dan respon dilakukan untuk memastikan wilayah bandara,


pelabuhan dan PLBDN dalam keadaan tidak ada transmisi. Berikut
upaya deteksi dan respon yang dilakukan di pintu masuk negara:
Pengawasan Kedatangan Alat Angkut
1) Meningkatkan pengawasan alat angkut khususnya yang berasal dari
wilayah/negara terjangkit, melalui pemeriksaan dokumen kesehatan
alat angkut dan pemeriksaan faktor risiko kesehatan pada alat
angkut.
2) Memastikan alat angkut tersebut terbebas dari faktor risiko
penularan COVID-19.
3) Jika dokumen lengkap dan/atau tidak ditemukan penyakit dan/ atau
faktor risiko kesehatan, terhadap alat angkut dapat diberikan
persetujuan bebas karantina.
4) Jika dokumen tidak lengkap dan/ atau ditemukan penyakit dan/ atau
faktor risiko kesehatan, terhadap alat angkut diberikan persetujuan
karantina terbatas, dan selanjutnya dilakukan tindakan
kekarantinaan kesehatan yang diperlukan (seperti disinfeksi,
deratisasi, dsb).

13
5) Dalam melaksanakan upaya deteksi dan respon, KKP berkoordinasi
dengan lintas sektor terkait lainnya, seperti Dinkes, RS rujukan,
Kantor Imigrasi, dsb.

d. Pengawasan Kedatangan Barang


Meningkatkan pengawasan barang (baik barang bawaan maupun barang
komoditi), khususnya yang berasal dari negara-negara terjangkit,
terhadap penyakit maupun faktor risiko kesehatan, melalui pemeriksaan
dokumen kesehatan dan pemeriksaan faktor risiko kesehatan pada
barang (pengamatan visual maupun menggunakan alat deteksi).

e. Pengawasan Lingkungan Meningkatkan pengawasan lingkungan


pelabuhan, bandar udara, PLBDN, dan terbebas dari faktor risiko
penularan COVID-19.

f. Komunikasi risiko Melakukan penyebarluasan informasi dan edukasi


kepada pelaku perjalanan dan masyarakat di lingkungan pelabuhan,
bandar udara, dan PLBDN. Dalam melaksanakan upaya deteksi dan
respon, KKP berkoordinasi dengan lintas sektor terkait lainnya, seperti
Dinkes di wilayah, RS rujukan, Kantor Imigrasi, Kantor Bea dan Cukai,
maupun pihak terkait lainnya, serta menyampaikan laporan kepada
Dirjen P2P, melalui PHEOC apabila menemukan pasien dalam
pengawasan dan upaya-upaya yang dilakukan.

3. Tahap Operasi Bencana


Secara umum kegiatan penemuan kasus COVID-19 di pintu masuk negara
diawali dengan penemuan pasien demam disertai gangguan pernanapasan
yang berasal dari negara/wilayah terjangkit.
Berikut kegiatan pengawasan kedatangan orang:
1) Meningkatkan pengawasan terhadap pelaku perjalanan (awak/personel,
penumpang) khususnya yang berasal dari wilayah/negara terjangkit,
melalui pengamatan suhu dengan thermal scanner maupun thermometer
infrared, dan pengamatan visual.
2) Melakukan pemeriksaan dokumen kesehatan pada orang.
14
3) Jika ditemukan pelaku perjalanan yang terdeteksi demam dan
menunjukkan gejala-gejala pneumonia di atas alat angkut, petugas KKP
melakukan pemeriksaan dan penanganan ke atas alat angkut dengan
menggunakan APD yang sesuai
4) Pengawasan kedatangan orang dilakukan melalui pengamatan suhu
tubuh dengan menggunakan alat pemindai suhu massal (thermal
scanner) ataupun thermometer infrared, serta melalui pengamatan visual
terhadap pelaku perjalanan yang menunjukkan ciri-ciri penderita
COVID-19.
5) Jika ditemukan pelaku perjalanan yang terdeteksi demam melalui
thermal scanner/thermometer infrared maka pisahkan dan lakukan
wawancara dan evaluasi lebih lanjut.
6) Tatalaksana terhadap pelaku perjalanan dilakukan sesuai dengan kriteria
kasus dan kondisi.

Jika memenuhi kriteria PDP maka dilakukan:


1) Tatalaksana sesuai kondisi pasien: - Gejala ringan: Isolasi diri di rumah -
Gejala sedang: Rujuk ke RS Darurat - Gejala berat: Rujuk ke RS
Rujukan (lihat Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/169/2020
tentang Penetapan RS Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi
Emerging Tertentu) dengan menggunakan ambulans penyakit infeksi
dengan menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
2) Melakukan tindakan penyehatan terhadap barang dan alat angkut
3) Mengidentifikasi penumpang lain yang berisiko (kontak erat/OTG)
4) Terhadap kontak erat (dua baris depan belakang kanan kiri) dilakukan
observasi menggunakan formulir (lampiran 2)
5) Melakukan pemantauan terhadap petugas yang kontak dengan pasien.
Pencacatan
6) Pemberian HAC dan komunikasi risiko 7) Notifikasi ≤ 24 jam ke Ditjen
P2P melalui PHEOC ditembuskan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
dilakukan pencatatan menggunakan formulir notifikasi HAC dan
penemuan kasus ke Dinas Kesehatan dimaksudkan untuk koordinasi
pemantauan kontak erat/OTG.

15
Bila memenuhi kriteria ODP maka dilakukan:

1) Tatalaksana sesuai diagnosis yang ditetapkan


2) Orang tersebut dapat dinyatakan laik/tidak laik melanjutkan perjalanan
dengan suatu alat angkut sesuai dengan kondisi hasil pemeriksaan
3) Pemberian HAC dan komunikasi risiko mengenai infeksi COVID-19,
informasi bila selama masa inkubasi mengalami gejala perburukan
maka segera memeriksakan ke fasyankes dengan menunjukkan HAC
kepada petugas kesehatan. Selain itu pasien diberikan edukasi untuk
isolasi diri di rumah dan akan dilakukan pemantauan dan pengambilan
spesimen oleh petugas kesehatan.
4) KKP mengidentifikasi daftar penumpang pesawat. Hal ini dimaksudkan
bila pasien tersebut mengalami perubahan manifestasi klinis sesuai
definisi operasional PDP maka dapat dilakukan pemantauan terhadap
kontak erat
5) Notifikasi ≤ 24 jam ke Dinkes Prov dan Kab/Kota menggunakan
formulir notifikasi HAC dan penemuan kasus (lampiran 1) untuk
dilakukan pemantauan di tempat tinggal Pada penumpang dan kru
lainnya yang tidak berisiko dan tidak bergejala juga dilakukan
pemeriksaan suhu menggunakan thermal scanner, pemberian HAC,
notifikasi ke wilayah dan komunikasi risiko. Kegiatan surveilans
merujuk pada kegiatan surveilans bagi pelaku perjalanan dari
area/negara terjangkit atau dari area/negara dengan transmisi lokal
COVID-19.
Dini di wilayah dilakukan melalui peningkatan kegiatan surveilans rutin dan
surveilans berbasis kejadian yang dilakukan secara aktif maupun pasif. Kegiatan ini
dilakukan untuk menemukan adanya indikasi OTG, ODP, dan PDP COVID-19 yang
harus segera direspon. Adapun bentuk respon dapat berupa verifikasi, rujukan kasus,
investigasi, notifikasi, dan respon penanggulangan. Bentuk kegiatan verifikasi dan
investigasi adalah penyelidikan epidemiologi. Sedangkan, kegiatan respon
penanggulangan antara lain identifikasi dan pemantauan kontak, rujukan, komunikasi
risiko dan pemutusan rantai penularan.

16
Kegiatan penemuan kasus COVID-19 wilayah dilakukan melalui penemuan orang
sesuai definisi operasional. Penemuan kasus dapat dilakukan di puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) lain. Bila fasyankes menemukan orang yang
memenuhi kriteria PDP maka perlu melakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Tatalaksana sesuai kondisi pasien: - Gejala ringan: Isolasi diri di rumah - Gejala
sedang: Rujuk ke RS Darurat - Gejala berat: Rujuk ke RS Rujukan (lihat
Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/169/2020 tentang Penetapan RS Rujukan
Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu) dengan menggunakan
ambulans penyakit infeksi dengan menerapkan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI).
2) Memberikan komunikasi risiko mengenai penyakit COVID-19
3) Fasyankes segera melaporkan dalam waktu ≤ 24 jam ke Dinkes Kab/Kota
setempat. Selanjutnya Dinkes Kab/Kota melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi
yang kemudian diteruskan ke Ditjen P2P melalui PHEOC.
4) Melakukan penyelidikan epidemiologi menggunakan formulir penyelidikan
epidemiologi,mengidentifikasi kontak erat menggunakan formulir dan
pemantauan kontak erat menggunakan formulir
5) Dilakukan pengambilan spesimen berkoordinasi dengan Dinkes setempat untuk
pengiriman dengan menyertakan formulir pengiriman specimen.

4. Tahap Operasi tanggap darurat dan pemulihan darurat


Tahap operasi tanggap darurat dilakukan segera pada saat dampak buruk
yang terjadi saat bencana pandemic non alam covid 19 berdasarkan
protocol kesehatan terdiri beberapa kategori :
 Orang Tanpa Gejala (OTG)
Kegiatan surveilans terhadap OTG dilakukan selama 14 hari sejak
kontak terakhir dengan kasus positif COVID-19. Terhadap OTG
dilakukan pengambilan spesimen pada hari ke-1 dan ke-14 untuk
pemeriksaan RT PCR. Dilakukan pemeriksaan Rapid Test apabila tidak
tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR, apabila hasil pemeriksaan
pertama menunjukkan hasil:
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan
menerapkan PHBS dan physical distancing; pemeriksaan ulang pada
10 hari berikutnya. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka
17
dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2
hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu
melakukan pemeriksaan RT PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah karantina mandiri dengan
menerapkan PHBS dan physical distancing; Pada kelompok ini juga
akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali
selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang
mampu melakukan pemeriksaan RT PCR. Apabila OTG yang
terkonfirmasi positif menunjukkan gejala demam (≥38⁰C) atau
batuk/pilek/nyeri tenggorokan selama masa karantina maka:
a. Jika gejala ringan, dapat dilakukan isolasi diri di rumah
b. Jika gejala sedang, dilakukan isolasi di RS darurat
c. Jika gejala berat, dilakukan isolasi di RS rujukan Kegiatan
surveilans terhadap OTG dilakukan berkala untuk
mengevaluasi adanya perburukan gejala selama 14 hari.
Petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan melalui
telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian) dan
dicatat pada formulir pemantauan harian (lampiran 2).
Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh
dan skrining gejala harian. Pemantauan dilakukan oleh petugas
kesehatan layanan primer dan berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan setempat. Orang tanpa gejala yang tidak
menunjukkan gejala COVID-19, ditetapkan melalui surat
pernyataan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.
 Orang Dalam Pemantauan (ODP)
Kegiatan surveilans terhadap ODP dilakukan selama 14 hari sejak mulai
munculnya gejala. Terhadap ODP dilakukan pengambilan spesimen pada hari
ke-1 dan ke-2 untuk pemeriksaan RT PCR. Pengambilan spesimen dilakukan
oleh petugas laboratorium setempat yang berkompeten dan berpengalaman
baik di fasyankes atau lokasi pemantauan. Jenis spesimen. Pengiriman
spesimen disertai formulir pemeriksaan ODP/PDP. Jika tidak tersedia fasilitas
pemeriksaan RT PCR, dilakukan pemeriksaan Rapid Test. Apabila hasil
pemeriksaan Rapid Test pertama menunjukkan hasil:

18
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah; pemeriksaan
ulang pada 10 hari berikutnya. Jika hasil pemeriksaan ulang positif, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari
berturut-turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu melakukan
pemeriksaan RT PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah isolasi diri di rumah; Pada
kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan RT PCR
sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut,di Laboratorium pemeriksa
yang mampu melakukan pemeriksaan RT PCR. .
Apabila ODP yang terkonfirmasi menunjukkan gejala perburukan maka:
a. Jika gejala sedang, dilakukan isolasi di RS darurat
b. Jika gejala berat, dilakukan isolasi di RS rujukan Kegiatan surveilans
terhadap ODP dilakukan berkala untuk mengevaluasi adanya
perburukan gejala selama 14 hari. Petugas kesehatan dapat melakukan
pemantauan melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala
(harian) dan dicatat pada formulir pemantauan harian. Pemantauan
dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala
harian. Pemantauan dilakukan oleh petugas kesehatan layanan primer
dan berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Orang dalam
pemantauan yang sudah dinyatakan sehat yang tidak memiliki gejala
terkait COVID-19, ditetapkan melalui surat pernyataan yang diberikan
oleh Dinas Kesehatan
 Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Kegiatan surveilans terhadap PDP dilakukan
selama 14 hari sejak mulai munculnya gejala. Terhadap PDP dilakukan
pengambilan spesimen pada hari ke-1 dan ke-2 untuk pemeriksaan RT PCR.
Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium setempat yang
berkompeten dan berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi pemantauan.
Jenis spesimen. Pengiriman spesimen disertai formulir pemeriksaan ODP/PDP
Jika tidak tersedia fasilitas pemeriksaan RT PCR, dilakukan pemeriksaan
Rapid Test.
Apabila hasil pemeriksaan Rapid Test pertama menunjukkan hasil:
a. Negatif, tatalaksana selanjutnya adalah sesuai kondisi: ringan (isolasi diri
di rumah), sedang (rujuk ke RS Darurat), berat (rujuk ke RS Rujukan);
pemeriksaan ulang pada 10 hari berikutnya. Jika hasil pemeriksaan ulang
19
positif, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan RT PCR sebanyak 2 kali
selama 2 hari berturut turut, di Laboratorium pemeriksa yang mampu
melakukan pemeriksaan RT PCR.
b. Positif, tatalaksana selanjutnya adalah adalah sesuai kondisi: ringan
(isolasi diri di rumah), sedang (rujuk ke RS Darurat), berat (rujuk ke RS
Rujukan); Pada kelompok ini juga akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan
RT PCR sebanyak 2 kali selama 2 hari berturut-turut, di Laboratorium
pemeriksa yang mampu melakukan pemeriksaan RT PCR.
Apabila PDP yang terkonfirmasi menunjukkan gejala perburukan maka:
a. Jika gejala ringan berubah menjadi sedang, dilakukan isolasi di RS
darurat
b. Jika gejala sedang berubah menjadi berat, dilakukan isolasi di RS
rujukan Kegiatan surveilans terhadap PDP ringan dan PDP sedang
dilakukan berkala untuk mengevaluasi adanya perburukan gejala
selama 14 hari. Petugas kesehatan dapat melakukan pemantauan
melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian) dan
dicatat pada formulir pemantauan harian. Pemantauan dilakukan
dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan skrining gejala harian.
Pemantauan dilakukan oleh petugas kesehatan layanan primer dan
berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Orang dalam
pemantauan yang sudah dinyatakan sehat yang tidak memiliki gejala
terkait COVID-19, ditetapkan melalui surat pernyataan yang diberikan
oleh Dinas Kesehatan
 Pelaku Perjalanan dari Negara/ Wilayah dengan Transmisi Lokal COVID-19
Pelaku perjalanan dari negara/ wilayah transmisi lokal maka harus melakukan
karantina mandiri di rumah selama 14 hari sejak kedatangan dan bagi warga
negara asing harus menunjukkan alamat tempat tinggal selama di karantina
dan informasi tersebut harus disampaikan pada saat kedatangan di bandara.
Selama masa karantina diharuskan untuk tinggal sendiri di kamar yang
terpisah, menghindari kontak dengan anggota keluarga lainnya, dan tidak
boleh melakukan aktivitas di luar rumah. Terhadap dua kelompok pelaku
perjalananan ini diberikan HAC dan petugas kesehatan harus memberikan
edukasi jika dalam 14 hari timbul gejala, maka segera datangi fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat dan membawa HAC. Kegiatan surveilans
20
terhadap pelaku perjalanan yang tidak bergejala dilakukan melalui
pemantauan HAC yang diberikan di pintu masuk negara. Petugas pintu masuk
negara diharapkan melakukan notifikasi ke Dinas Kesehatan setempat sesuai
dengan alamat yang tertera di HAC. Dinas Kesehatan yang menerima
notifikasi dapat meningkatkan kewaspadaan dan diharapkan melakukan
komunikasi risiko kepada pelaku perjalanan dengan memanfaatkan teknologi
seperti telepon, pesan singkat dan lain-lain.

 Jika ditemukan satu kasus konfirmasi COVID-19 di suatu daerah maka


dinyatakan sebagai KLB di daerah tersebut.
Langkah penyelidikan epidemiologi untuk kasus COVID-19 sama dengan
penyelidikan KLB pada untuk kasus Mers. Tahapan penyelidikan
epidemiologi secara umum meliputi:
1. Konfirmasi awal KLB Petugas surveilans atau penanggung jawab
surveilans puskesmas/Dinas Kesehatan melakukan konfirmasi awal untuk
memastikan adanya kasus konfirmasi COVID-19 dengan cara wawancara
dengan petugas puskesmas atau dokter yang menangani kasus.
2. Pelaporan segera, mengirimkan laporanke dinkes kab/kota dalam waktu
<24jam
3. Melakukan persiapan penyelidikan
4. Melakukan penyelidikan
Identifikasi kasus
Identifikasi kontak erat
Pengambilan specimen
5. Pengolahan dan analisa data
6. Penyusunan laporan
 Melakukan pelacakan kontak erat dengan
3 komponen identifikasi kontak, pencatatan detil kontak, dan tindak lanjut
kontak.
 Pemulihan darurat dapat berupa langkah-langkah pemerintah dalam memutus
mata rantai penyebaran covid-19
- Psbb
- Edukasi cuci tangan, memakai masker, hindari keramaian dsb.
- Mengikuti segalah bentuk protocol pemerintah
21
- Dan new normal dimana terjadi pemulihan ekonomi maupun kesadaran
masyarakat dalam memutus rantai covid-19 saat masa new normal.

D. Konsep Tanggap darurat Saat Terjadi bencana


a. protokol acara resmi penanganan covid-19
Organisasi Kesehatan Dunia telah menyatakan Covid-19 sebagai pandemi,
dan Indonesia merupakan salah satu negara yang terpapar dengan jumlah
kasus dan korban jiwa terus bertambah. Di tengah situasi krisis ini, peran
pemerintah pusat sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi yang
akurat, selain juga melakukan tugas sebagai pembinaan dan pengawasan
kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah
lebih baik. Namun di sisi lain, sebagai pembuat kebijakan bagi pemerintah
pusat dan pelaksanaan kebijakan bagi pemerintah daerah yang
bersinggungan langsung khususnya yang bertugas di lapangan, sehingga
sangat rentan terpapar penyakit yang dipicu infeksi Covid-19 dan bisa
menjadi penular ke orang lain, termasuk kepada keluarga. Apalagi bila
dikaitkan dengan banyaknya acara resmi yang diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah. Dengan latar belakang ini, sebagai organisasi yang
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan, kami
menyusun Protokol Acara Resmi agar penyelenggaraan pemerintahan
dapat berjalan dengan lancar serta pencegahan penularan Covid-19 dapat
dilakukan.
b. protokol di tempat publik penanganan covid-19
Langkah-langkah pencegahan Covid-19 pada tempat publik:
1. Pastikan seluruh area umum dalam keadaan bersih dengan cara
melakukan pembersihan
2. menggunakan desinfektan minimal 3 kali sehari, terutama pada waktu
3. aktivitas padat (pagi, siang dan sore hari) di setiap lokasi representatif
(pegangan pintu, tombol lift, pegangan eskalator, ll). Deteksi suhu
tubuh disetiap titik pintu masuk tempat umum.Jika suhu tubuh
masyarakat terdeteksi ≥ 380 C, dianjurkan untuk segera
memeriksakan kondisi tubuh ke fasilitas pelayanan kesehatan dan
tidak diperkenankan untuk memasuki tempat umum. Pastikan ruang
isolasi tersedia di acara besar (contoh: konser, seminar, dll).
22
Memastikan ada pos pemeriksaan kesehatan, ruang transit dan
petugas kesehatan di setiap acara besar. Jika pada saat acara, ada
peserta yang sakit segera dilakukan pemeriksaan, jika kondisinya
memburuk, pidahkan ke ruang transit dan segera rujuk ke RS rujukan.
4. Menyediakan pos kesehatan di pusat perbelanjaan dan pasar
tradisional.
5. MempromosikanGerakanMasyarakatSehat(Germas)dengancaramema
sangposter mengenai pentingnya cuci tangan dan tata cara cuci tangan
yang benar.
6. Pastikan tempat umum memiliki akses untuk cuci tangan dengan
sabun dan air atau pencuci tangan berbasis alkohol.
7. Tempatkan dispenser pembersih tangan di tempat-tempat strategis dan
mudah diPedoman Umum Menghadapi jangkau masyarakat di tempat
umum serta dan pastikan dispenser ini diisi ulang secara teratur.
8. Memperbaharui informasi tentang Covid-19 secara reguler dan
menempatkan di area yang mudah dilihat oleh pengunjung.
Menyediakan media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
mengenai pencegahan dan pengendalian Covid-19 di lokasi strategis
di setiap tempat umum
c. Protokol Layanan Pertanahan
Untuk mencegah, dan meminimalisir penyebaran dan mengurangi risiko
COVID-19 di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional dan khususnya masyarakat luas pada umumnya,
Layanan Pertanahan mulai dari tanggal 17 Maret 2020 sampai dengan
tanggal 3 April 2020 perlu diatur sebagai berikut :
1. Pelayanan Pertanahan khusus untuk layanan Hak Tanggungan, Roya,
Informasi dan SKPT dilayani dengan menggunakan Layanan
Elektronik (HT-el).
2. Proses pendaftaran layanan pemeliharaan data dan informasi
pertanahan lainnya dilayani melalui Aplikasi Layanan Loket Online
yang sudah tersedia di masing-masing Kantor Pertanahan. Dokumen
persyaratan disampaikan sesuai perjanjian dengan Kantor
Pertanahan.

23
3. Untuk pelayanan yang belum tersedia di Layanan Elektronik dan
Aplikasi Layanan Loket Online, yang berkas permohonan yang
bersifat sangat segera dan harus ditangani secara khusus, dikirim di
dalam map plastik khusus serta dilampirkan scan dari masing-masing
dokumen dari berkas yang dikirim.
4. Layanan yang harus ke lapangan dan berinteraksi dengan pemohon
disesuaikan dengan kondisi daerah setempat, dalam rangka
mengurangi resitensi terjadinya penyebaran virus Covid-19.
5. Kegiatan yang melibatkan pengumpulan masyarakat seperti
penyuluhan, sosialisasi dan sejenisnya agar dibatasi.

d. Protokol Pencegahan dan Kontrol Terhadap Populasi Tertentu


(anak-anak)
1. Jangan pergi ke tempat-tempat ramai, dan jangan menghadiri pesta.
2. Kenakan topeng saat pergi keluar, dan ingat untuk mengingatkan orang tua Anda dan
kakek-nenek untuk melakukannya.
3. Pertahankan jadwal teratur dan diet sehat. Cuci tangan Anda dengan saksama sebelum
makan dan setelah buang air besar. Ikuti lebih banyak latihan di rumah bersama orang
tua Anda.
4. Tutupi mulut dan hidung Anda dengan handuk kertas atau siku saat bersin atau batuk.
5. Dengarkan orang tua Anda dan cari perawatan medis segera jika Anda demam atau
sakit.
f. Protokol Pencegahan dan Kontrol Terhadap Populasi Tertentu
(Pelajar)
1. Siswa yang datang dari daerah epidemi tinggi harus tinggal di rumah atau di
tempatyang ditunjuk untuk pengamatan medis selama 14 hari setelah meninggalkan
daerah tersebut.
2. Semua siswa harus tinggal di rumah seperti yang diperintahkan oleh sekolah; hindari
mengunjungi kerabat dan teman, menghadiri pesta makan malam, dan pergi ke
tempat-tempat umum yang ramai, terutama tempat-tempat yang tidak berventilasi.
3. Siswa disarankan untuk melakukan pemantauan kesehatan sehari-hari dan melaporkan
hasilnya kepada orang relatif sesuai dengan persyaratan masyarakat atau sekolah.

24
4. Di akhir liburan, siswa tanpa gejala yang mencurigakan dapat kembali ke sekolah
dengan normal. Mereka yang memiliki gejala yang mencurigakan harus segera
memberi tahu sekolah Anda dan mencari perawatan medis tepat waktu, dan kembali
ke sekolah setelah pemulihan.

g. Protokol Pencegahan dan Kontrol Terhadap Populasi Tertentu (Perawat)


Selama periode epidemi, panti jompo disarankan untuk menerapkan manajemen
tertutup pada prinsipnya, melarang pengunjung dari luar, menjaga penghuni di panti
jompo, tidak menerima penghuni baru. Mereka yang harus keluar harus diawasi
dengan ketat setelah kembali.
1. Tindakan Pencegahan Harian
a. Pastikan bahwa staf dan penghuni memahami pengetahuan yang relevan, hindari
berbagi barang-barang pribadi, perhatikan ventilasi, dan lakukan tindakan disinfeksi.
Catatan kesehatan harus dibuat untuk penghuni dan staf, dan pemeriksaan pagi hari
harus dilakukan setiap hari.
b. Staf dengan gejala yang mencurigakan harus segera pergi ke rumah sakit untuk
pemeriksaan medis dan tidak diizinkan untuk kembali bekerja sampai dugaan infeksi
2019-nCoV dan penyakit menular lainnya telah dikeluarkan.
c. Tetapkan sistem pendaftaran pengunjung, dan tolak pengunjung dengan gejala
mencurigakan dari infeksi 2019-nCoV. Semua pengunjung harus mengenakan masker
bedah.
d. Jaga udara dalam ruangan tetap segar. Pertahankan ventilasi setidaknya selama 30
menit setiap setengah hari; peralatan ventilasi mekanis harus dilengkapi jika
membuka jendela tidak mungkin. Perhatikan untuk menghindari perbedaan suhu yang
berlebihan saat membuka jendela di musim dingin. Dorong lansia untuk sering
mencuci tangan, dan menjaga kebersihan lingkungan.
e. Mempersiapkan ruang isolasi jika perawatan isolasi lansia dengan gejala yang
mencurigakan. Mereka yang memiliki gejala yang mencurigakan harus diisolasi pada
waktunya untuk menghindari menulari orang lain.

h. Protokol Karantina Mandiri


1. Pengaturan Ruang Hidup
a. Orang dengan gejala yang mencurigakan perlu tinggal di kamar tunggal yang
berventilasi baik dan menolak semua kunjungan.
25
b. Anggota keluarga harus tinggal di kamar yang berbeda. Menginap setidaknya satu
meter dan tidurlah di tempat tidur terpisah jika kondisinya tidak memungkinkan.
Orang dengan gejala yang mencurigakan harus menghindari kegiatan, membatasi
ruang hidup, dan memastikan ruang bersama (seperti dapur dan kamar mandi)
berventilasi baik (menjaga jendela tetap terbuka).
2. Pengaturan Pengasuh
Yang terbaik adalah memiliki anggota keluarga biasa yang sehat dan bebas dari
penyakit kronis untuk merawat pasien.
3. Pencegahan Penularan
Anggota keluarga yang hidup dengan orang-orang yang memiliki gejala yang
mencurigakan harus mengenakan masker bedah medis yang sesuai dengan wajah.
Jaga kebersihan tangan setiap saat dan hindari kontak langsung dengan sekresi tubuh,
dan jangan berbagi benda apa pun yang dapat menyebabkan infeksi kontak tidak
langsung.
4. Perawatan Kontaminan
Sarung tangan bekas, handuk kertas, masker, dan limbah lainnya harus ditempatkan di
kantong sampah khusus di kamar pasien dan ditandai sebagai kontaminan sebelum
dibuang.
5. Orang dengan salah satu dari gejala berikut harus segera berhenti karantina mandiri
a. Kesulitan bernapas (termasuk meningkatnya sesak dada,
b. Gangguan kesadaran (termasuk kelesuan, bicaar tidak jelas, ketidakmampuan
karantina rumah dan mencari perawatan medis pada waktunya. Sesak napas dan
terengah-engah setelah kegiatan) untuk membedakan antara siang dan malam).
c. Diare. Demam dengan suhu tubuh lebih tinggi dari 39°C.
d. Anggota keluarga lainnya mengembangkan gejala yang diduga infeksi 2019-nCoV.
i. Hal yang dapat dilakukan untuk membantu menangani Corona
Yang paling kasihan orang miskin, penjual keliling yang kehilangan pembeli, warung
samping sekolah yang sepi, toko kelontong. Pada saat yang sama mereka yang paling
rentan terkena dampak karena tidak punya pilihan social distancing dan berkurangnya
penghasilan dengan drastis . Pekerja pabrik yang dihadapkan pada pilihan yang
terkadang

26
E. Manajemen Bencana

1. Mitigation
 Mendidik orang untuk tinggal di rumah saat sakit atau ketika mereka
telah melakukan kontak dekat dengan seseorang dengan COVID-19
 Ajarkan dan perkuat praktik kebersihan tangan dan etika pernapasan
 Ajarkan dan perkuat penggunaan kain penutup wajah untuk melindungi
orang lain (jika perlu)
 Pastikan persediaan yang memadai mudah tersedia (mis., Sabun,
pembersih tangan dengan setidaknya 60% alkohol, handuk kertas)
untuk mendukung perilaku hidup sehat
 Poskan tanda atau poster dan promosikan perpesanan tentang perilaku
yang mencegah penyebaran

Pertahankan Lingkungan yang Sehat

27
 Mengintensifkan pembersihan dan disinfeksi permukaan yang sering
disentuh
 Pastikan sistem ventilasi beroperasi dengan baik dan meningkatkan
sirkulasi udara luar
 Pastikan semua sistem air aman digunakan
 Ubah tata letak untuk mempromosikan jarak sosial setidaknya 6 kaki
antara orang - terutama bagi orang yang tidak tinggal bersama
 Pasang penghalang dan panduan fisik untuk mendukung jarak sosial
jika perlu
 Tutup ruang komunal, atau penggunaan terhuyung-huyung dan
bersihkan dan disinfeksi di antara penggunaan
 Batasi pembagian objek, atau bersihkan dan disinfeksi di antara
penggunaan
Pertahankan bekerja dengan Sehat
 Lindungi orang dengan risiko lebih tinggi untuk penyakit parah dari
COVID-19
 Untuk mengatasi stres , dorong orang untuk mengambil istirahat dari
berita, merawat tubuh mereka, meluangkan waktu untuk bersantai dan
berhubungan dengan orang lain, terutama ketika mereka memiliki
kekhawatiran
 Pertahankan kesadaran akan peraturan lokal atau negara bagian
 Susun atau putar penjadwalan
 Buat grup statis atau "kohort" individu dan hindari pencampuran antar
kelompok
 Kejar peristiwa virtual. Pertahankan jarak sosial di setiap acara tatap
muka , dan batasi ukuran kelompok sebanyak mungkin
 Batasi pengunjung yang tidak penting, sukarelawan, dan kegiatan yang
melibatkan kelompok atau organisasi eksternal, terutama dengan
mereka yang bukan dari daerah setempat
 Pertimbangkan opsi untuk perjalanan yang tidak penting sesuai dengan
peraturan negara bagian dan local
 Tentukan titik kontak COVID-19
 Menerapkan kebijakan cuti yang fleksibel dan tanpa hukuman

28
 Pantau absensi dan buat rencana cadangan staf
 Latih staf tentang semua protokol keselamatan
 Pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan harian seperti
pemeriksaan suhu atau pengecekan gejala
 Dorong mereka yang berbagi fasilitas untuk juga mematuhi strategi
mitigasi
 Memberlakukan sistem komunikasi untuk:

- Individu yang melaporkan sendiri gejala COVID-19 , tes positif


untuk COVID-19, atau paparan terhadap seseorang dengan
COVID-19
- Memberitahu otoritas kesehatan setempat tentang COVID-19 kasus
- Memberitahu individu (karyawan, pelanggan, siswa, dll.) Tentang
paparan COVID-19 sembari menjaga kerahasiaan sesuai dengan
undang-undang privasi
 Memberitahu individu (misalnya, karyawan, pelanggan, siswa)
tentang penutupan fasilitas apa pun

Bersiaplah untuk Ketika Seseorang Sakit

 Bersiaplah untuk mengisolasi dan membawa mereka yang sakit ke


rumah mereka atau ke fasilitas perawatan kesehatan dengan aman
 Dorong individu yang sakit untuk mengikuti panduan CDC untuk
merawat diri sendiri dan orang lain yang sakit
 Beri tahu pejabat kesehatan setempat tentang semua kasus COVID-
19 sambil menjaga kerahasiaan sesuai dengan Undang-Undang
Penyandang Disabilitas Amerika (ADA)ikon eksternal.
 Beri tahu mereka yang telah melakukan kontak dekat dengan
seseorang yang didiagnosis dengan COVID-19 dan menyarankan
mereka untuk tinggal di rumah dan memantau sendiri gejala-
gejalanya , dan mengikuti panduan CDC jika gejalanya berkembang.
 Sarankan orang yang sakit ketika akan aman bagi mereka untuk
kembali berdasarkan kriteria CDC untuk menghentikan isolasi di
rumah

29
 Tutup area yang digunakan oleh seseorang yang sakit. Tunggu> 24
jam sebelum dibersihkan dan disinfektan. Pastikan penggunaan dan
penyimpanan disinfektan Daftar N yang disetujui EPA aman dan
benarikon eksternal, termasuk menyimpan produk secara aman jauh
dari anak-anak.

2. Preparedness
Perawat memiliki peran penting dalam dunia kesehatan, perawat
merupakan salah satu profesi yang sangat berpengaruh terhadap kesembuhan
klien. Perawat merupakan sebuah profesi pengabdian kepada masyarakat,
perawat akan memberikan sebuah asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh
klien tanpa memandang latar belakang kliennya.
Untuk itu, dikatakan profesi yang mulia. Dalam menghadapi dunia
globalisasi, perawat mendapatkan sebuah tuntutan untuk mampu lebih siap
dalam segala aspek. Perawat dituntut untuk memiliki skill dan juga pengetahuan
yang luas untuk mampu menjadi perawat handal dan profesional dalam
menghadapi tantangan dalam dunia kesehatan.
Dalam kondisi pandemic saat ini, peran perawat sangat dibutuhkan untuk
menjadi garda terdepan dalam merespons dan merawat pasien yang terkena
virus Covid-19. Berbagai keahlian perlu dikembangkan dalam menghadapi kondisi
tersebut, mulai dari ilmu pengetahuan, keterampilan, hingga sikap yang
profesional.
Perawat tidak boleh bersikap acuh dan harus bekerja secara maksimal serta
bertanggung jawab karena profesi keperawatan bukan profesi yang main-main.
Perawat harus mampu bekerja secara profesional untuk memberikan
penanganan yang efektif hingga terciptanya kesembuhan. Dengan keefektifan
pelayanan yang diberikan maka akan menciptakan manfaat serta meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat Indonesia sehingga mampu melawan dan
menghilangkan virus Covid-19 ini.
Upaya untuk selalu mengembangkan keahliannya dalam menghadapi situasi
seburuk apapun merupakan hal yang manantang bagi seorang perawat. Tenaga
keperawatan yang profesional sangat perlu diberikan fondasi sedini mungkin
untuk mampu menjalankan profesinya. Profesi sendiri merupakan sebuah

30
pekerjaan yang sangat membutuhkan adanya pendidikan, keterampilan, dan
persiapan khusus (Berman, 2016).
Sedangkan profesional atau profesionalisme merupakan sebuah bentuk
tanggung jawab dalam bertindak lebih, bukan hanya sebatas untuk memenuhi
tanggung jawab dalam diri sendiri melainkan kepada ketentuan hukum dan
peraturan yang ada di masyarakat (Arens et al., 2008). Dengan demikian,
profesionalisme sangat berhubungan erat dengan profesi. Sama halnya dengan
profesi keperawatan, yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme
dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Membahas mengenai kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal


tentunya sangat berkaitan pula dengan kualitas tenaga keperawatan,
perawat merupakan tenaga kesehatan yang akan berinteraksi langsung
dengan kliennya. Perawat memiliki kedudukan penting dalam
menghasilkan pelayanan kesehatan yang efektif di rumah sakit karena
perawat menerapkan pelayanan keperawatan berdasarkan pendekatan
biopsikososial-spiritual selama seharian penuh. Artinya? kepuasan klien
berada di tangan perawat.

Salah satu upaya dalam memberikan pelayanan keperawatan yang


berkualitas adalah dengan melaksanakan pendidikan yang dapat
memberikan pembelajaran yang berkualitas pula. 

Pada dasarnya pendidikan keperawatan merupakan langkah awal yang


harus ditempuh oleh setiap calon perawat. Pendidikan keperawatan mampu
mengajarkan sebuah keterampilan, bentuk penumbuhan, pembinaan terhadap
sikap profesionalisme, serta sebuah ilmu pengetahuan. Seorang perawat yang
telah menempuh pendidikan tinggi diharapkan mampu memahami akan tugas
dan tanggung jawab besar yang kelak akan dihadapi.
Saat ini pemerintah telah menetapkan dan mengatur jenjang pendidikan
keperawatan dalam UU No. 38 Tahun 2014 BAB III tentang pendidikan tinggi
keperawatan. Pendidikan tinggi yang dimaksud dapat meliputi pendidikan vokasi,
akademik, dan profesi. Pendidikan tingginya dapat berupa universitas, institut,
sekolah tinggi, politeknik, dan akademi. Pendidikan keperawatan profesional
harus menempuh minimal dua tahapan pendidikan, yaitu pendidikan akademik

31
dengan gelar sarjana keperawatan (S.Kep) dan dilanjutkan dengan pendidikan
profesi dengan gelar Ners (Ns).

3. Response

1. Orang Tanpa Gejala (otg)


a. Isolasi dan Pemantauan
 Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
 Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP
 Kontrol di FKTP setelah 14
hari karantina untuk
pemantauan klinis
b. Non-farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang
perlu dikerjakan (leaflet untuk dibawa ke
rumah) :
 Pasien :
- Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali
sehari, pagi dan malam hari
- Selalu menggunakan masker jika
keluar kamar dan saat berinteraksi
dengan anggota keluarga
- Cuci tangan dengan air mengalir
dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
- Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
- Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
- Menerapkan etika batuk (Diajarkan
oleh tenaga medis)
- Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun

32
- Berjemur matahari minimal sekitar
10-15 menit setiap harinya
- Pakaian yg telah dipakai sebaiknya
dimasukkan dalam kantong plastik /
wadah tertutup yang terpisah
dengan pakaian kotor keluarga
yang lainnya sebelum dicuci dan
segera dimasukkan mesin cuci
- Ukur dan catat suhu tubuh tiap jam
7 pagi dan jam 19 malam.

- Segera berinformasi ke petugas


pemantau/FKTP atau keluarga jika
terjadi peningkatan suhu tubuh >
38oC
 Lingkungan/kamar:
- Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
- Membuka jendela kamar secara berkala
- Bila memungkinkan menggunakan
APD saat membersihkan kamar
(setidaknya masker, dan bila
memungkinkan sarung tangan dan
goggle.
- Cuci tangan dengan air mengalir
dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
- Bersihkan kamar setiap hari , bisa
dengan air sabun atau bahan
desinfektasn lainnya
 Keluarga:
- Bagi anggota keluarga yang
berkontak erat dengan pasien
sebaiknya memeriksakan diri ke
FKTP/Rumah Sakit.
- Anggota keluarga senanitasa pakai masker

33
- Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
- Senantiasa mencuci tangan
- Jangan sentuh daerah wajah kalau
tidak yakin tangan bersih
- Ingat senantiasa membuka jendela
rumah agar sirkulasi udara tertukar
- Bersihkan sesering mungkin daerah
yg mungkin tersentuh pasien
misalnya gagang pintu dll
c. Farmakologi
 Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid,
dianjurkan untuk tetap melanjutkan
pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila
pasien rutin meminum terapi obat
antihipertensi dengan golongan obat ACE-
inhibitor dan Angiotensin Reseptor
Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter
Spesialis Penyakit Dalam ATAU Dokter
Spesialis Jantung
 Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;
- Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-
8 jam oral (untuk 14 hari)

- Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam


oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung
vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30
hari),
- Dianjurkan multivitamin yang
mengandung vitamin C,B, E, Zink

2. Gejala Ringan
a. Isolasi dan Pemantauan
 Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
 Ditangani oleh FKTP, contohnya
34
Puskesmas, sebagai pasien rawat jalan
 Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis

c. Non Farmakologis
Edukasi terkait tindakan yang harus
dilakukan (sama dengan edukasi tanpa
gejala).

c. Farmakologis
 Vitamin C dengan pilihan:
- Tablet Vitamin C non acidic 500
mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari)
- Tablet isap vitamin C 500 mg/12
jam oral (selama 30 hari)
- Multivitamin yang mengandung vitamin c 1-2 tablet
/24 jam (selama 30 hari),
- Dianjurkan vitamin yang komposisi
mengandung vitamin C,B, E, zink
 Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral
(untuk 5 hari) ATAU
Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada 200
mg) 400 mg/24 jam/oral (untuk 5 hari)
 Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk
5 hari) dengan alternatif Levofloxacin
750 mg/24 jam (5 hari)
 Pengobatan simtomatis seperti paracetamol bila demam

 Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus : Oseltamivir


75 mg/12 jam/oral ATAU
Favipiravir (Avigan) 600mg/12 jam /
oral (untuk 5 hari)

3. GEJALA SEDANG
a. Isolasi dan Pemantauan
 Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang

35
Perawatan Covid-19/ Rumah Sakit
Darurat Covid-19
 Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang
Perawatan Covid-19/ Rumah Sakit
Darurat Covid-19 selama 14 hari

b. Non Farmakologis
 Istirahat total, intake kalori adekuat,
control elektrolit, status hidrasi,
saturasi oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer
Lengkap berikut dengan hitung jenis,
bila memungkinkan ditambahkan
dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati
dan ronsen dada secara berkala.
c. Farmakologis
 Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam
100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drips Intravena (IV)
selama perawatan
 Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral
(untuk 5-7 hari) ATAU
Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada 200
mg) hari pertama 400 mg/12 jam/oral,
selanjutnya 400 mg/24 jam/oral (untuk
5-7 hari)
 Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau
per oral (untuk 5- 7 hari) dengan
aternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam
per iv atau per oral (untuk 5-7 hari)
 Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
 Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam

36
oral ATAU Favipiravir (Avigan
sediaan 200 mg) loading dose 1600
mg/12 jam/oral hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)

4. BERAT

a. Isolasi dan Pemantauan


 Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit
Rujukan atau rawat secara kohorting
b. Non Farmakologis
 Istirahat total, intake kalori adekuat,
kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi
cairan), dan oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah
Perifer Lengkap beriku dengan hitung
jenis, bila memungkinkan
ditambahkan dengan CRP, fungsi
ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH,
D-dimer.
 Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
 Monitor tanda-tanda sebagai berikut;
- Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,
- Saturasi Oksigen dengan pulse
oximetry ≤93% (di jari),
- PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg,
- Peningkatan sebanyak >50% di
keterlibatan area paru-paru pada
pencitraan thoraks dalam 24-48
jam,
- Limfopenia progresif,
- Peningkatan CRP progresif,
- Asidosis laktat progresif.
 Monitor keadaan kritis
- Gagal napas yg membutuhkan
ventilasi mekanik, shock atau gagal
Multiorgan yang memerlukan
perawatan ICU.
- Bila terjadi gagal napas disertai
ARDS pertimbangkan penggunaan
ventilator mekanik (alur gambar 1)
- 3 langkah yang penting dalam
pencegahan perburukan penyakit,
yaitu sebagai berikut
37
o Gunakan high flow nasal canulla
(HFNC) atau non-invasive
mechanical ventilation (NIV)
pada pasien dengan ARDS atau
efusi paru luas. HFNC lebih
disarankan dibandingkan NIV.
(alur gambar 1)

4. Recovery
a. Kebijakan Manajemen dalam Pencegahan Penularan COVID-19
1) Pihak manajemen agar senantiasa memantau dan memperbaharui
perkembangan informasi tentang COVID-19 di wilayahnya. (Secara berkala
dapat diakses di http://infeksiemerging.kemkes.go.id. dan kebijakan
Pemerintah Daerah setempat).
2) Pembentukan Tim Penanganan Covid-19 di tempat kerja yang terdiri dari
Pimpinan, bagian kepegawaian, bagian K3 dan petugas Kesehatan yang
diperkuat dengan Surat Keputusan dari Pimpinan Tempat Kerja.
3) Pimpinan atau pemberi kerja memberikan kebijakan dan prosedur untuk
pekerja melaporkan setiap ada kasus dicurigai Covid-19 (gejala demam atau
batuk/pilek/nyeri tenggorokan/sesak nafas) untuk dilakukan pemantauan oleh
petugas kesehatan.
4) Tidak memperlakukan kasus positif sebagai suatu stigma.
5) Pengaturan bekerja dari rumah (work from home). Menentukan pekerja
esensial yang perlu tetap bekerja/datang ke tempat kerja dan pekerja yang
dapat melakukan pekerjaan dari rumah.

b. Jika ada pekerja esensial yang harus tetap bekerja selama PSBB berlangsung:
1) Di pintu masuk tempat kerja lakukan pengukuran suhu dengan menggunakan
thermogun, dan sebelum masuk kerja terapkan Self Assessment Risiko Covid-19
untuk memastikan pekerja yang akan masuk kerja dalam kondisi tidak terjangkit
Covid-19.
2) Pengaturan waktu kerja tidak terlalu panjang (lembur) yang akan mengakibatkan
pekerja kekurangan waktu untuk beristirahat yang dapat menyebabkan penurunan
sistem kekebalan/imunitas tubuh.
3) Untuk pekerja shift :
- Jika memungkinkan tiadakan shift 3 (waktu kerja yang dimulai pada malam
hingga pagi hari) b) Bagi pekerja shift 3 atur agar yang bekerja terutama pekerja
berusia kurang dari 50 tahun.

38
- Mewajibkan pekerja menggunakan masker sejak perjalanan dari/ke rumah, dan
selama di tempat kerja.
- Mengatur asupan nutrisi makanan yang diberikan oleh tempat kerja, pilih buah-
buahan yang banyak mengandung vitamin C seperti jeruk, jambu, dan sebagainya
untuk membantu mempertahankan daya tahan tubuh. Jika memungkinkan
pekerja dapat diberikan suplemen vitamin C.
- Memfasilitasi tempat kerja yang aman dan sehat,
- Memastikan seluruh area kerja bersih dan higienis dengan melakukan
pembersihan secara berkala menggunakan pembersih dan desinfektan yang
sesuai (setiap 4 jam sekali). Terutama pegangan pintu dan tangga, tombol lift,
peralatan kantor yang digunakan bersama, area dan fasilitas umum lainnya.
a. Menjaga kualitas udara tempat kerja dengan mengoptimalkan sirkulasi udara dan
sinar matahari masuk ruangan kerja, pembersihan filter AC.
Sarana cuci tangan
- Menyediakan lebih banyak sarana cuci tangan (sabun dan air mengalir).
- Memberikan petunjuk lokasi sarana cuci tangan - Memasang poster edukasi cara
mencuci tangan yang benar.
- Menyediakan handsanitizer dengan konsentrasi alkohol minimal 70% di tempat-
tempat yang diperlukan (seperti pintu masuk, ruang meeting, pintu lift, dll)
b. Physical Distancing dalam semua aktifitas kerja. Pengaturan jarak antar pekerja
minimal 1 meter pada setiap aktifitas kerja (pengaturan meja kerja/workstation,
pengaturan kursi saat di kantin, dll).
c. Mengkampanyekan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) melalui Pola
Hidup Sehat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tempat kerja sebagai
berikut:
- Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Mendorong pekerja mencuci tangan saat tiba
di tempat kerja, sebelum makan, setelah kontak dengan pelanggan/pertemuan
dengan orang lain, setelah dari kamar mandi, setelah memegang benda yang
kemungkinan terkontaminasi.
- Etika batuk Membudayakan etika batuk (tutup mulut dan hidung dengan lengan
atas bagian dalam) dan jika menggunakan tisu untuk menutup batuk dan pilek,
buang tisu bekas ke tempat sampah yang tertutup dan cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir setelahnya.

39
- Olahraga bersama sebelum kerja dengan tetap menjaga jarak aman, dan anjuran
berjemur matahari saat jam istirahat. - Makan makanan dengan gizi seimbang. -
Hindari penggunaan alat pribadi secara bersama seperti alat sholat, alat makan,
dan lain lain.

F. Konsep Upaya pemulihan pasca bencana


a. lakukan kalkulasi
Presiden Joko Widodo menyatakan, pandemic COVID-19 berdampak pada
defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) maka dari itu
Jokowipun meminta pada menteri coordinator Perekonomian Airlangga
Hartarto, Menteri keuangan sri mulyani hingga menteri PPN/kepala
Bappenas Suharto Monoarfa untuk melakukan kalkulasi dengan cermat.
Agar prosedur APBN 2020 bisa terjaga. Sehingga APBN 2020 bisa dijaga,
dipercaya dan tetap kredibel.
b. semua lakukan program pemulihan ekonomi
Jokowi mengatakan, pemerintah sudah menyusun berbagai skema
pemulihan ekonomi Nasional dimasa pandemic COVID_19. Mulai dari
subsidi bunga untuk UMKM, penempatan dana untuk Bank-bank yang
terdampak restrukturisasi, penjaminan kredit modal kerja, penyertaan
modal segera terhadap BUMN, dan investasi pemerintah untuk modal kerja.
Menurut dia, pemerintah dan pelaku usaha harus bersama-sama
mengeksekusi program pemulihan ekonomi agar berjalan dengan baik. Dia
mengingatkan agar program tersebut dilakukan secara proposional dan hati-
hati.
Agara pelaku usaha, korporasi tetap mampu berjalan. PHK masih dapat kita
cegak, sector keuangan bisa tetap stabil dan roda ekonomi bisa kita jaga.

c. semua berbagi beban


Sharing pain harus menjadi acuan bersama antara pemerintah, BI (Bank
Indonesia), OJK (Otoritas Jasa Keuangan), perbankan, dan pelaku usaha
harus betul-betul bersedia memikul beban bergotong royong.
Jokowi ingin program pemulihan ekonomi nasional dapat memberikan
manfaat nyata kepada pelaku usaha. Khususnya di sector padat raya. Agar
mereka mampu beroperasi dan mencegah PHK yang Masif dan mampu
mempertahankan daya beli para kariawan.

d. tahan laju pertumbuhan ekonomi


Jokowi meminta jajarannya untuk menahan laju ekonomi Indonesia di
kuartal II, III dan IV tahun ini. Agar laju pertumbuhan ekonomi Indonesia
tidak terkoreksi lebih dalam lagi.
Menurut jokowi pemerintah telah merancang berbagai skema pemulihan
ekonomi. Jokowi meminta agar program pemulihan tersebut segera

40
dieksekusi agar pertumbuhan ekonomi tidak merosot dikuartal II, III, dan
IV.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah
virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut
COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan,
infeksi paru- paru yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS- CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis
baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik
bayi, anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui.

41
DAFTAR PUSTAKA

https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa-for-public#:~:text=Apa
%20itu%20COVID%2D19%3F,%2C%20Tiongkok%2C%20bulan%20Desember
%202019.

https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/non-who-publications/2015-
training-on-disasater-risk-reduction--bahasa.pdf?sfvrsn=c9bba3c1_2

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://covid19.go.id/p/protokol/pedoman-
pencegahan-dan-pengendalian-coronavirus-disease-covid-19-revisi-ke-
5&ved=2ahUKEwjeh5X03_DrAhXYQ30KHTeOCt4QFjABegQIBRAB&usg=A
OvVaw2ER0vKyDI4QuqN_EbO3CqW
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://farmasetika.com/2020/07/13/menkes-
revisi-pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-covid-
19/amp/&ved=2ahUKEwjeh5X03_DrAhXYQ30KHTeOCt4QFjAGegQIChAK&
usg=AOvVaw1qVBsHT-RbT0cQMmiaVvxB&ampcf=1

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://covid19.kemkes.go.id/protokol-covid-
19/kmk-no-hk-01-07-menkes-413-2020-ttg-pedoman-pencegahan-dan-
pengendalian-covid-
19/&ved=2ahUKEwiClbbH4PDrAhULfisKHXGmDAsQFjACegQIChAO&usg=
AOvVaw2ZOFqtO6N6a6Bc3GLNo-Hg

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://bpbd.bantenprov.go.id/upload/deni/Produk
%2520Hukum/Per%2520BNPB/8-
11.pdf&ved=2ahUKEwingvCX_vHrAhWE6XMBHVrlChIQFjAFegQIAxAB&u
sg=AOvVaw1uQ1oxz55fTc4XS2X2oWpS

42

Anda mungkin juga menyukai