Nomor :
Revisi Ke :
Berlaku Tgl :
KEPALA
PUSKESMAS
PANDUAN PELAYANAN POLI MATA
BAB I
DEFINISI
BAB II
RUANG LINGKUP
Miopi adalah jenis kelainan refraksi di mana benda yang dekat terlihat jelas, sedangkan benda
yang jauh terlihat kabur. Dalam kasus miopi, cahaya difokuskan di depan retina, tidak tepat di retina.
Hipermetropi adalah jenis kelainan refraksi di mana benda yang jauh terlihat lebih jelas daripada
benda yang dekat. Tetapi, gejala hipermetropi yang dialami mungkin berbeda dari orang ke orang.
Sesetengah orang tidak menyadari gangguan dalam penglihatan mereka, terutama saat mereka muda.
Untuk orang-orang dengan hipermetropi menonjol, benda yang jauh dan dekat mungkin sama-sama
terlihat kabur.
Astigmatism atau silindris adalah kelainan refraksi di mana cahaya tidak difokuskan secara
merata pada retina, yaitu lapisan sel yang peka terhadap cahaya di bagian belakang mata. Ini dapat
menyebabkan benda-benda tampak kabur dan membujur
Presbiopi mulai terjadi pada sebagian besar orang dewasa di atas 40 tahun, saat mereka
mengalami kesulitan secara bertahap untuk fokus pada benda-benda dekat. Gejala ini sering
memengaruhi kegiatan dekat seperti membaca dan merajut. Presbiopi terjadi saat lensa alami
kehilangan kekenyalan perlahan-lahan seiring bertambahnya usia. Kekenyalan lensa inilah yang
membolehkan mata kita fokus pada jarak yang berbeda-beda.
Pemeriksaan Refraksi merupakan suatu rangkaian pemeriksaan dengan menggunakan berbagai
jenis lensa yang bertujuan untuk mencapai tajam penglihatan terbaik, baik penglihatan jarak jauh maupun
jarak dekat. Terdapat dua jenis pemeriksaan refraksi yaitu pemeriksaan secara objektif dan pemeriksaan
secara subjektif. Pemeriksaan refraksi objektif menggunakan alat autorefraktometer keratometer yang
dapat digunakan dengan metode manual atau otomatis.
Hasil pengukuran dari autorefraktometer keratometer dapat diperhalus dengan beberapa metode
pemeriksaan refraksi subjektif untuk peresepan kacamata atau alat bantu optik lainnya. Pemeriksaan
refraksi lainnya adalah Refinement atau refraksi subjektif yang melibatkan partisipasi atau reaksi pasien
untuk menentukan koreksi refraktif yang memberikan tajam penglihatan terbaik. Alat-alat yang digunakan
dalam pemeriksaan refraksi subjektif yaitu trial lens dan trial frame juga snellen chart. Penentuan kelainan
refraksi sferis lebih mudah dibandingkan menentukan kelainan refraksi astigmatisme yang lebih kompleks
dan menggunakan berbagai teknik pemeriksaan refraksi subjektif lain seperti cross cylinder dan fogging
BAB III
TATA LAKSANA
Semua hasil visus dan refraksi di dokumentasikan dalam rekam medis dan buku laporan kunjungan
pasien poli mata. Untuk memenuhi tujuan ketepatan pasien, petugas poli mata harus membaca kembali
nama pasien,alamat ,umur ,no index, tanggal lahir dan semua hasil visus dan refraksi yang di periksa.
Langkah – langkah yang dilakukan sebagai berikut :
1. Petugas melakukan anamnesa pasien
2. Petugas melakukan pemeriksaan posisi bola mata apakah ada juling atau tidak
3. Petugas melakukan pemeriksaan secara obyektif menggunakan autorefraktometer keratometer
4. Petugas melakukan pengukuran jarak antar pupil
5. Petugas melakukan pengecekan visus tanpa koreksi monokuler dimulai dari mata kanan kemudian
mata kiri dan mencatat pada dokumen pemeriksaan
6. Petugas memeriksa visus monokuler pasien dengan kacamata lama, jika pasien menggunakan
kacamata sebelumnya dan mencatat hasil visus pada dokumen pemeriksaan
7. Petugas memasangkan trial frame yang sudah di set sesuai dengan jarak pupil
8. Petugas memasangkan lensa occluder pada trial frame sebelah kiri yang berfungsi untuk menutup
mata kiri
9. Petugas melakukan pemeriksaan refraksi subyektif dimulai dari mata kanan pasien terlebih dulu
kemudian mata kiri
10. Petugas memasangkan lensa spheris plus (+) pada visus terakhir yang dapat dibaca pasien,
apabila dengan penambahan spheris plus (+) pandangan pasien menjadi lebih baik, maka dilanjutkan
penambahan lensa spheris plus (+) hingga visus dapat mencapai 6/6 atau visus terbaiknya
11. Petugas memberikan lensa koreksi dengan spheris minus (-) sampai mendapatkan visus
terbaiknya, apabila dengan penambahan spheris (+) pandangan pasien menjadi lebih buruk
12. Petugas memberikan lensa cylinder minus (-) dengan acuan axis dari refraktometer
13. Petugas meminta pasien untuk membaca huruf pada kartu Snellen di bagian terakhir pasien
dapat membaca hingga visus terbaik (6/6)
14. Setelah selesai melakukan pemeriksaan kedua mata, petugas melakukan penyeimbangan beban
akomodasi dengan cara melakukan pemburaman sementara
15. Petugas memberikan lensa spheris plus (+) pada kedua mata
pasien secara bersamaan dan meminta pasien untuk membandingkan lebih jelas
mana antara sebelum atau setelah diberikan tambahan lensa spheris plus (+) tersebut
16. Petugas meminta pasien untuk melihat garis lantai dan objek sekelilingnya serta petugas
menanyakan apakah objek nampak wajar dan penglihatan menjadi lebih jelas
17. Petugas melakukan modifikasi ukuran apabila pasien merasa kurang nyaman dengan ukuran
hasil pemeriksaan
18. Petugas meminta pasien duduk kembali dan membaca huruf pada kartu snellen, petugas
memberikan penjelasan kepada pasien apabila dengan perubahan ukuran visus menjadi menurun
19. Petugas memberikan lensa tambahan untuk baca sesuai tabel usia dan meminta pasien untuk
membaca pada kartu baca
20. Petugas melakukan pencatatan pada dokumen pemeriksaan