Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN SUPERVISI

PESERTA DIDIK

RSUD PASAR REBO


JL. TB SIMATUPANG NO. 30 PASAR REBO JAKARTA TIMUR
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian

Pendidikan di Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai tempat


Pendidikan, penelitian dan pelayanan kesehatan terpadu dalam bidang
Pendidikan kedokteran, Pendidikan berkelanjutan dan Pendidikan
kesehatan lainnya secara multi profesi dengan mengutamakan tata
kelola klinis yang baik, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran
serta kesehatan lain yang berbasis bukti dengan memperhatikan aspek
etika profesi dan hukum kesehatan.

Supervisi adalah mengamati, mengawasi atau membimbing dan


menstimulir kegiatan-kegiatan peserta dengan maksud untuk
perbaikan. Supervisi dalam pendidikan diartikan sebagai bentuk
bimbingan professional yang diberikan kepada peserta didik
berdasarkan kebutuhan melalui siklus yang sistematis. Siklus
sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas
pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan objektif
tentang penampilan praktek yang nyata.

Supervisi ini menjadi tanggung jawab staf klinis yang mempunyai


kompetensi sebagai pendidik dan mendapatkan kewenangan dari
institusi pendidikan dan rumah sakit. Supervisi diperlukan untuk
memastikan asuhan pasien yang aman dan merupakan bagian proses
belajar bagi peserta pendidikan.

Peserta didik terbagi atas klinis dan non klinis serta non
kesehatan. Jika dikaji berdasarkan istilah dalam “klinis”, mengandung
makna: 1) pengobatan (klinis) dan 2) siklus, yaitu serangkaian kegiatan
yang merupakan daur ulang. Oleh karena itu makna yang terkandung
dalam istilah klinis merujuk pada untur-unsur khusus sebagai berikut:
1. Adanya hubungan tatap muka antara pengawas dan peserta didik
dalam proses supervisi
2. Terfokus pada tingkah laku yang sebenarnya dalam praktek
3. Adanya observasi secara cermat
4. Deskripsi pada observasi secara rinci
5. Pengawas dan peserta didik bersama-sama mencermati penampilan
peserta didik dalam menjalankan praktek
6. Mendorong peserta didik melihat kekurangannya dalam
melaksanakan praktek dan menemukan cara memperbaikinya.

1
Untuk Dokter Umum, dalam proses pendidikannya peserta didik
kedokteran mendapatkan pengecualian melakukan tindakan-tindakan
yang sebenarnya merupakan wewenang dokter. Pada pasal 35 Undang-
undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, wewenang
seorang dokter sebagai berikut:
1. Mewancarai pasien
2. Memeriksa fisik dan mental pasien
3. Menentukan pemeriksaan penunjang
4. Menegakkan diagnosa
5. Menentukan pelaksanaan dan pengobatan pasien
6. Melakukan tindakan kedokteran

Tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan oleh peserta didik


kedokteran selama masih memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Berbagai tindakan medis yang dilakukan merupakan bagian dari
proses Pendidikan yang dilakukan pada sarana atau institusi
Pendidikan.
2. Berbagai tindakan medis yang dilakukan berada dalam petunjuk dan
supervisi staf klinis.
3. Staf klinis yang ditunjuk memiliki kewenangan klinis dalam lingkup
kompetensi kewenangan yang di supervisi.

Peserta didik kedokteran dapat mengisi lembaran rekam medis,


termasuk menulis perintah untuk memberikan obat atau terapi dengan
persyaratan:
1. Peserta didik melakukan hal tersebut dalam lingkup wewenang dan
sepengetahuan dokter yang bertanggungjawab membimbing peserta
didik.
2. Dalam mengisi lembaran rekam medis atau menuliskan perintah
untuk memberikan obat atau terapi, peserta didik harus menuliskan
nama jelas serta menandatanganinya
3. Dokter yang berwenang harus turut menandatangani berbagai isian
lembaran rekam medis serta perintah tertulis yang dibuat oleh
peserta didik. Apabila dokter yang berwenang tidak berada di tempat,
dokter yang berwenang dapat memberikan instruksi melalui telepon
kepada tenaga medis yang berwenang yang berada di tempat untuk
turut menandatangani lembaran rekam medis tersebut.

2
Peserta didik yang menjalani kepaniteraan harus menaati peraturan
diatas beserta peraturan tambahan yang berlaku di masing-masing
unit.

B. TUJUAN

1. Menciptakan kesadaran pembimbing klinik tentang


tanggungjawabnya terhadap pelaksanaan kualitas pembelajaran.
2. Membantu pembimbing klinik untuk senantiasa memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Membantu pembimbing klinik untuk mengidentifikasi dan
menganalisis masalah yang muncul dalam proses pembelajaran.
4. Membantu pembimbing klinik untuk dapat menemukan cara
pemecahan masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran
5. Membantu pembimbing klinik untuk mengembangkan sikap positif
dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan.

3
BAB II
RUANG LINGKUP

Untuk penyelenggaraan Pendidikan di Rumah Sakit, para pihak harus


mendapat informasi lengkap tentang hubungan dan tanggung jawab
masing-masing antara Institusi Pendidikan dan Rumah Sakit sebagai lahan
pelaksanaan Pendidikan untuk peserta didik sehingga dapat ikut
bertanggung jawab terhadap seluruh proses penyelenggaraan Pendidikan di
Rumah Sakit yang harus konsisten dengan visi misi Rumah Sakit dan
komitmen pada mutu dan keselamatan pasien serta kebutuhan pasien.
Rumah Sakit mendapat informasi tentang output dengan kriteria-kriteria
yang diharapkan dari Institusi Pendidikan dan Pendidikan yang
dilaksanakan di Rumah Sakit untuk mengetahui mutu pelayanan dalam
penyelenggaraan Pendidikan di Rumah Sakit.

A. Komite Koordinasi Pendidikan


Dalam rangka melaksanakan koordinasi terhadap seluruh proses
pembelajaran di RSUD Pasar Rebo telah dibentuk Komite Koordinasi
Pendidikan. Komite ini bertanggung jawab untuk memonitor dan
mengevaluasi semua aspek terkait proses kegiatan pendidikan yang
berlangsung, memelihara dokumen yang dibutuhkan sesuai peraturan
perundang-undangan dan melaporkan serta memberi saran kepada
Komite Medik, Komite Keperawatan dan Komite Tenaga Kesehatan
lainnya serta kepada Direktur tentang berbagai masalah Pendidikan
kedokteran maupun tenaga kesehatan lain di RSUD Pasar Rebo.

B. Pembimbing Klinik/ Supervisor Klinik


Seluruh staf yang memberikan Pendidikan dan melakukan supervisi
kepada peserta didik telah mempunyai kompetensi dan kewenangan
klinis untuk dapat membimbing, mendidik dan memberikan
pembelajaran kepada peserta didik di rumah sakit. Mereka memiliki
STR, Surat Penugasan Kerja Klinis (SPKK) dan Rincian Kewenangan
Klinis (RKK), sertifikat pelatihan (CI/Preceptorship), dan memiliki
sertifikat pelatihan OSCE (bagi penguji).

C. Peserta Didik
Peserta Pendidikan di Rumah Sakit berasal dari berbagai institusi
seperti Institusi Kedokteran, Keperawatan, Kebidanan, Kefarmasian,
dan lainnya. Peserta didik terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

4
1. Peserta Didik Klinis
Peserta didik klinis terbagi 2 (kategori), yaitu:
a. Profesional Pemberi Asuhan (PPA), meliputi PPDS, Dokter Muda,
Profesi Ners, Profesi Fisioterapi
b. Non Profesional Pemberi Asuhan (PPA), meliputi DIII/ DIV
Keperawatan, DIII/DIV/S1 Penunjang kesehatan (Fisioterapi, Rekam
Medis, Gizi, Analis Kesehatan, Kesehatan Lingkungan dan Radiologi)

2. Peserta Didik Non Klinis


Peserta didik non klinis yaitu peserta pendidikan yang berasal dari
institusi diluar kesehatan.

Peserta Didik harus mempraktikan Teknik keselamatan pasien sesuai


ketentuan Rumah Sakit. Peserta didik hanya dapat melaksanakan asuhan
sesuai kewenangan yang diberikan berdasarkan jenjang kompetensi
Pendidikan dengan supervisi langsung dari DPJP/PPJP/Preseptor lain yang
mempunyai kewenangan klinis tersebut. Asuhan pasien tetap menjadi
tanggung jawab staf klinis. Peserta didik dapat berpartisipasi dalam
pelaksanaan tugas edukatif dan administratif.

5
BAB III
TATA LAKSANA

A. Tingkatan Supervisi
Penetapan tingkat supervisi peserta didik dilakukan oleh staf klinis
yang memberikan Pendidikan klinis. Setelah melakukan evaluasi
kompetensi peserta didik yang menggunakan perangkat evaluasi
Pendidikan yang dibuat oleh institusi Pendidikan.

Untuk setiap peserta didik klinis dilakukan pemberian kewenangan


klinis untuk menentukan sejauh mana kewenangan yang diberikan
secara mandiri atau dibawah supervisi. Untuk staf medis yang belum
mendapatkan kewenangan mandiri maka metode, frekuensi supervisi
dan supervisor yang ditunjuk di dokumentasikan di arsip kredensial
individu tersebut. Direktur Rumah Sakit melaksanakan, melakukan
monitor serta mengambil tindakan untuk memperbaiki program budaya
keselamatan di seluruh area Rumah Sakit termasuk melibatkan peserta
didik. Minimal 1 (satu) kali setahun dilakukan pemantauan atau survey
atas hal ini.

Ada 4 (empat) tingkatan yang disesuaikan dengan kompetensi dan juga


kewenangan peserta didik sebagai berikut:
1. Supervisi Tinggi
Kemampuan asesmen peserta didik belum shahih sehingga
keputusan dalam membuat diagnosis dan rencana asuhan harus
dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP). Begitu
pula tindakan medis dan operatif hanya boleh dilakukan oleh DPJP.
Pencatatan pada rekam medis harus dilakukan oleh DPJP.
Peserta didik yang tergolong dalam level ini antara lain:
- Pendidikan Profesi Dokter (Koas)
- Pendidikan Profesi Keperawatan, Kebidanan, dan Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) lainnya.
Profesi : Ners dan Dietisien
Strata 1 : Kedokteran, Keperawatan, dan Gizi
Diploma IV : Keperawatan, Kebidanan, Gizi, Fisioterapi, dll
Diploma III : Keperawatan, Kebidanan, Gizi, dll

2. Supervisi Moderat Tinggi


Kemampuan asesmen peserta didik sudah dianggap shahih namun
kemampuan membuat keputusan belum sehingga rencana asuhan

6
yang dibuat peserta didik harus di supervisi oleh DPJP. Tindakan
medis dan operatif dapat dikerjakan peserta didik dengan supervisi
langsung (onsite) oleh DPJP. Pencatatan pada rekam medis oleh
peserta didik dan di verifikasi dan di validasi oleh DPJP.
Peserta didik yang tergolong dalam level ini adalah Pendidikan
Profesi Dokter (PPDS/ Dokter Residen).

3. Supervisi Moderat
Kemampuan asesmen peserta didik sudah shahih namun
kemampuan membuat keputusan belum sehingga keputusan
rencana asuhan yang dibuat peserta didik harus mendapatkan
persetujuan DPJP sebelum dijalankan, kecuali pada kasus gawat
darurat. Tindakan medis dan operatif dapat dikerjakan peserta didik
dengan supervisi tidak langsung oleh DPJP (dilaporkan settelah
pelaksanaan). Pencatatan pada rekam medis oleh peserta didik
dengan verifikasi dan validasi oleh DPJP.
Peserta didik yang tergolong dalam level ini adalah Pendidikan
Profesi Dokter (PPDS/ Dokter Residen).

4. Supervisi Rendah
Kemampuan asesmen dan kemampuan membuat keputusan sudah
shahih sehingga dapat membuat diagnosa dan rencana asuhan,
namun karena belum mempunyai legitimasi tetap harus melapor ke
DPJP. Tindakan medis dan operatif dapat dikerjakan peserta didik
dengan supervisi tidak langsung oleh DPJP. Pencatatan pada rekam
medis oleh peserta didik dengan validasi oleh DPJP.
Peserta didik yang tergolong dalam level ini adalah Pendidikan
Profesi Dokter (PPDS/ Dokter Residen).

B. Prosedur Supervisi
1. Peserta didik melakukan registrasi pelaksanaan praktik.
2. Unit diklat/komkordik mengkategorikan tingkat supervisi peserta
didik berdasarkan kompetensi yang dimiliki dan
mensosialisasikannya kepada peserta didik.
3. Unit diklat/komkordik melakukan pengecekan atas orientasi yang
diterima peserta didik.
4. Bagi peserta didik yang pertama kali melaksanakan praktik klinik di
RSUD Pasar Rebo akan diberikan pin sesuai dengan tingkat
supervisi.
5. Supervisi peserta didik dengan tingkat supervisi tinggi sampai
rendah dilakukan oleh staf klinis/ DPJP/ Pembimbing klinik yang

7
memberikan Pendidikan klinis setelah melakukan evaluasi
kompetensi peserta didik menggunakan perangkat evaluasi
Pendidikan yang dibuat institusi Pendidikan.
6. Peserta didik jenjang DIII, DIV baik keperawatan atau nakes lainnya
tidak melakukan pelayanan mandiri pada pasien.

Selanjutnya terdapat konversi penetapan kompetensi yang diberikan


oleh mitra atau Rumah Sakit kepada peserta didik sebagai berikut:

Tingkat Warna
No Kategori Peserta Didik Gambar Pin
Supervisi Pin
1. PPA PPDS
(Profesional
Pemberi
Asuhan)
- Mandiri Rendah Biru

- Senior Moderat Hijau

- Madya Moderat Kuning


Tinggi

- Junior Tinggi Merah

Dokter Muda Tinggi Merah


Profesi Ners Tinggi Merah
Profesi Tinggi Merah
Fisioterapi

8
Tingkat Warna
No Kategori Peserta Didik Gambar Pin
Supervisi Pin
2 Non PPA DIII/ DIV -
Keperawatan
Penunjang - Hitam
kesehatan
DIII/DIV/S1
(Fisioterapi,
Rekam Medis,
Gizi, Analis
Kesehatan,
Kesehatan
Lingkungan
dan Radiologi)

Selain itu adanya pemberian pin kompetensi ini bertujuan untuk


mengetahui tingkat level supervisi setiap jenis Pendidikan peserta didik.

C. Pengisian/ Pencatatan pada Rekam Medis


Tidak semua peserta didik yang memiliki wewenang dan hak dalam
pengisian/ pencatatan rekam medis. Peserta didik yang memiliki hak
dalam pengisian/pencatatan rekam medis hanyalah peserta didik
dengan tingkat supervisi rendah, moderat dan moderat tinggi (Dokter
Muda, Profesi Ners dan Profesi Fisioterapi) dan peserta didik non PPA
(DIII/DIV/S1 Fisioterapi, Rekam Medis, Gizi, Analis Kesehatan,
Kesehatan Lingkungan dan Radiologi) tidak memiliki hak dalam
pengisian/ pencatatan rekam medis.

D. Evaluasi Terhadap Peserta Didik


1. Bed side teaching
2. Mini clinical evaluation exercise for trainee
3. Direc observation of prosedure and supervision
4. Case base discussion
5. Portofolio dan Log Book

9
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Dokumentasi supervisi di dokumentasikan dalam form penyerahan pin


supervisi peserta didik klinis dan format supervisi oleh pembimbing
klinik.
2. Dokumentasi supervisi residen di rekam medis berupa tanda tangan
verifikasi DPJP.

10
BAB V
PENUTUP

Demikian panduan supervisi peserta didik di RSUD Pasar Rebo ini di


susun dengan harapan dapat di jadikan panduan oleh peserta didik dan
bagian terkait serta pihak institusi Pendidikan agar pelaksanaan
pendidikan lebih terarah dan mempunyai daya ungkit yang besar terhadap
pelaksanaan tugas-tugas pelayanan guna memenuhi tuntutan masyarakat
akan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu.

Semoga dengan panduan ini dapat memberikan manfaat dan dapat


diterapkan denga baik. Komitmen, dukungan, kritik dan sarap dari seluruh
komponen Rumah Sakit sangat kami harapkan demi kesempurnaan
pelaksanaan Pendidikan klinis yang akan datang.

11

Anda mungkin juga menyukai