Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH METODE PEMBELAJARAN KLINIK

(PENDIDIKAN KLINIK DALAM KEPERAWATAN)

OLEH :

KELOMPOK 1

AGNESIA M.B YUSUP 17061093

IRMA REGINA LINTJEWAS 17061001

DESIYANTI MANDIANGAN 17061104

INKA SINJAL 17061162

NAMIRA INDAH 17061063

SUWINGLIE MONDIGIR 17061101

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DELASALLE MANADO

2020

1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................ii
1. Latar Belakang.....................................................................................................ii
2. Tujuan...................................................................................................................ii
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................iii
1. Definisi..................................................................................................................iii
2. Keunggulan Pembelajaran Klinik......................................................................iii
3. Tantangan Pembelajaran Klinik........................................................................iii
4. Masalah Pembelajaran Klinik............................................................................iv
5. Metode Pembelajaran Di Klinik.........................................................................iv
A. Experensial.........................................................................................................v
B. Konferensi.........................................................................................................vi
C. Observasi (Ronde Keperawatan).....................................................................vii
D. Bed Side Teaching.............................................................................................ix
6. Evaluasi Praktik Keperawatan............................................................................x
BAB III PENUTUP........................................................................................................xii
Kesimpulan.................................................................................................................xii
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................xiii

2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan tinggi keperawatan merupakan tingkatan pendidikan
yang bertujuan menghasilkan perawatan professional. Proses pendidikan
ini dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu tahap akademik dan tahap
profesi. Proses pendidikan tahap profesi di Indonesia dikenal dengan
pembelajaran klinik dan lapangan, yang bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu yang dipelajari
dikelas (pada tahap akademik) ke praktik klinik. Program profesi
(pengalaman belajar klinik – PBK dan pengalaman belajar lapangan- PBL)
merupakan proses transformasi mahasiswa menjadi perawat professional.
Dengan kata lain, peserta didik dengan perilaku awal sebagai mahasiswa
keperawatan, setelah memperoleh PBK dan PBL dia akan memiliki
perilaku sebagai perawat professional. Dalam fase ini, peserta didik
mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya sebagai perawat
professional dalam masyarakat keperawatan dan lingkungan pelayanan
atau askep.

2. Tujuan
a) Mahasiswa mampu memahami tentang metode pembelajaran di klinik.
b) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan, kesalahan dan
evaluasi dari satu metode.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
Pembelajaran praktisi klinik adalah suatu bentuk pengalaman belajar
profesional yang menekankan pada pentingnya klien, mahasiswa dan
konteks situasional proses pembelajaran terjadi.

2. Keunggulan Pembelajaran Klinik


Belajar di lingkungan klinik memiliki banyak keunggulan.
Pembelajaran klinik berfokus pada masalah nyata dalam konteks praktik
profesional. Peserta didik termotivasi oleh kesesuaian kompetensi yang di
lakukan melalui partisipasi aktif pembelajaran klinik; sedangkan,
pemikiran, tindakan, dan sikap profesional di perankan oleh pembimbing
klinik (clinical instruction – CI). Lingkungan klinik merupakan wadah
bagi mahasiswa untuk belajar pemeriksaan fisik, argumentasi klinik,
pengambilan keputusan, empati, serta profesionalisme yang di ajarkan dan
di pelajari sebagai satu kesatuan.

3. Tantangan Pembelajaran Klinik


Tantangan dari pengajaran klinik adalah sebagai berikut :
 Di batasi oleh waktu.
 Berorientasi pada tuntutan klinik (jumlah klien dan mahasiswa).
 Meningkatnya jumlah mahasiswa.
 Jumlah klien yang sedikit (hari rawat inapnya pendek, ada klien yang
menolak inform consent).
 Lingkungan klinik terkadang kurang kondusif bagi pembelajaran
(sarana dan prasarana).
 Reward yang di terima oleh pembimbing klinik kurang memenuhi
standar.

4
4. Masalah Pembelajaran Klinik
Masalah utama dalam pembelajarn klinik adalah sebagai berikut :
 Belum jelasnya tujuan yang ingin di capai.
 Lebih cenderung untuk fokus pada aspek pengetahuan berdasar fakta
daripada pengembangan sikap serta keterampilan memecahkan
masalah.
 Peserta didik lebih banyak melakukan observasi pasif di bandingkan
partisipasi aktif.
 Supervisi yang belum adekuat dan kurangnya masukan dari
pembimbing klinik.
 Kesempatan untuk berdiskusi masih kurang.
 Kurangnya penghargaan terhadap privasi dan harga diri klien.

Berbagai prinsip mengajar yang baik dapat diintegrasikan ke dalam


pengajaran klinik, salah satu hal penting yang perlu di lakukan adalah
perencanaan. Fungsi perencanaan adalah memberikan panduan pada
pembimbing dan mahasiswa dalam struktur dan konteks seperti kerangka
kerja untuk refleksi dan evaluasi.

5. Metode Pembelajaran Di Klinik


Metode pembelajaran merupakan salah satu metode mendidik
peserta didik di klinik, yang memungkinkan pendidik memilih dan
menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik
individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran.
Jenis metode pembelajaran klinik/lapangan yang biasanya digunakan
adalah eksperinsial, konferensi, observasi, ronde keperawatan dan bed side
teaching.

5
A. Experensial
 Pengertian Experensial
Suatu metode yang dipergunakan pembimbing akademik
dalam membatu peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan
mengambil keputusan terhadap kasus yang terjadi dengan pasien
atau keluarga pasien.

 Kegunaan dari metode eksperinsial adalah sebagai berikut :


1. Membantu menganalisis situasi klinik melalui proses
identifikasi masalah.
2. Menentukan tindakan yang akan diambil.
3. Mengimplementasikan pengetahuan ke dalam masalah klinik.
4. Menekankan hubungan antara pengalaman belajar lalu dan
pengalaman terhadap masalalu lalu.
5. Berasal dari teori kognitif yang dipadukan dengan teori
proses informasi dan teori pengambilan keputusan.
6. Kegiatan pada metode ini meliputi :
 situasi penyelesaian masalah.
 membantu peserta didik meningkatkan sikap professional.
 mampu menerapkan masalah konseptual keperawatan
dalam kurikulum berdasarkan masalah actual.
7. Menggambarkan secara tertulis kejadian atau peristiwa
dengan tujuan :
 menanggulangi masalah yang terdapat di klinik ;
 mengidentifikasi data relevan yang menunjang masalah ;
 mengajukan hipotesis yang relevan ;
 merencanakan tindakan keperawatan yang tepat ;
 menerapkan teori ke dalam praktek.
8. Situasi pengambilan keputusan.

6
9. Merupakan situasi penyelesaian masalah yang memerlukan
pengambilan keputusan.
10. Peserta didik melakukan :
 Pengujian data yang ada.
 Pengidentifikasian alternatif tindakan.
 Penentuan prioritas tindakan.
 Pembuatan keputusan.
11. Melengkapi situasi pengambilan keputusan secara
indidvidual atau kelompok.
12. Berdiskusi dan menggali proses berpikir dalam menanggapi
situasi.

 Proses Insiden
Keguanaan dari proses insiden adalah sebagai berikut :
a. Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan reflektif
berdasarkan kejadian klinik/insiden.
b. Insiden berasal dari pengalaman praktik aktual atau
dikembangkan secara hipotetikan.
c. Bisa dalam bentuk insiden terkait klien, staf atau tatanan praktik.

B. Konferensi
Keguanaan dari metode konferensi adalah sebagai berikut :
1. Dirancang melalui diskusi kelompok
2. Meningkatkan pembelajaran penyelesaian masalah dalam
kelompok, melalui analisis kritikal, pemilihan alternatif
pemecahan masalah, dan pendekatan kreaktif.
3. Memberikan kesempatan mengemukakan pendapat dalam
menyelesaikan masalah.
4. Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar.
5. Memberi kesempatan terjadi peer review, diskusi kepedulian,
issue, dan penyelesaian masalah oleh disiplin lain.
6. Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber.

7
7. Meningkatkan kemampuaan memformulasikan idea.
8. Adanya kemampuan konstribusi peserta didik.
9. Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dengan kelompok.
10. Kemampuan menggali perasaan, sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi praktik.
11. Mengembangkan keterampilan beragumentasi.
12. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan.

Jenis konferensi adalah sebagai berikut :


 pre dan post konferensi,
 peer review,
 issue dan
 multidisiplin.

C. Observasi (Ronde Keperawatan)


Manfaat dari observasi adalah sebagai berikut :
 Mendapatkan pengalaman
 Mengembangkan perilaku baru untuk pembelajaran masa
mendatang.
 Kegiatannya meliputi : observasi lapangan, fieldrip, demonstrasi
dan ronde keperawatan.

 Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik
yang memungkinkan peserta didik menstranfer dan
mengaplikasikan pengetahuan teoritis kedalam praktik
keperawatan langsung.

1. Tujuan
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis.
b. Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan
berasal dari masalah klien.

8
c. Meningkatkan pola pikir sistematis.
d. Meningkatkan validitas data klien.
e. Menilai kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
f. Meningkatkan kemampuan membuat jastifikasi, menilai
hasil kerja, dan memodifikasi Renpra.
2. Karakteristik
a. Klien dilibatkan langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan peserta didik
c. Peserta didik dan pembimbing melakukan diskusi
d. Pembimbing memfasilitasi kreaktifitas pesrta didik adanya
ide-ide baru.
e. Pembimbing klinik membantu mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengatasi masalah.

3. Kelemahan
Klien dan keluarga merasa kurang nyaman dan privacy
terganggu

4. Tujuan Ronde Keperawatan


a. Menumbuhkan cara berpikir kritis
b. Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan
berasal dari masalah klien.
c. Meningkatkan pola pikir sistematis
d. Meningkatkan validitas data klien
e. Menilai kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
f. Menilai kemampuan membuat justifikasi
g. Menilai kemampuan menilai hasil kerja
h. Menilai kemampuan memodifikasi rencana keperawatan.

5. Peran/tugas Peserta Didik


a. Menjelaskan data demografi

9
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menentukan tindakan selanjutnya
f. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil

6. Peran Pembimbing
a. Membantu peserta didik untuk belajar.
b. Mendukung dalam proses pembelajaran
c. Memberikan justifikasi
d. Memberikan Reinforcement
e. Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan.
f. Mengarahkan dan mengoreksi.
g. Mengintegrasikan teori, dan konsep yang telah dipelajari.

7. Masalah
a. Berorientasi pada prosedur keperawata
b. Persiapan sebelum praktik kurang memadai
c. Belum ada keseragaman tentang hasil ronde
keperawatan.
d. Belum ada kesepakatan tentang rmodel ronde
keperawartan.

D. Bed Side Teaching


1. Pengertian
Bed Side Teaching merupakan metode mengajar pada peserta didik,
dilakukan disamping tempat tidur klien meliputi kegiatan
mempelajari kondisi klien dan asuhan keperawatan yang
dibutuhkan oleh klien.

10
2. Manfaat
Agar pembimbing klinik dapat mengajarkan dan mendidik peserta
didik untuk menguasai keterampilan prosedural, menumbuhkan
sikap profesional, mempelajari perkembangan biologis/fisik,
melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung.

3. Prinsip
a. Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik peserta
didik dan klien.
b. Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)
c. Diskusi pada awal dan paska demonstrasi didepan klien
dilakukan seminimal mungkin.
d. Lanjutkan dengan redemonstrasi
e. Kaji pemahaman peserta didik sesegera mungkin terhadap apa
yang didapatnya saat itu.
f. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum
pernah diperoleh peserta didik sebelumnya, atau apabila
peserta didik menghadapi kesulitan menerapkan.

4. Persiapan
a. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan keterampilan
teknik prosedural dan interpersonal.
b. Koordinasi dengan staff diklinik agar tidak mengganggu
jalannya rutinitas perawatan klien.
c. Melengkapi peralatan atau fasilitas yang akan digunakan.

6. Evaluasi Praktik Keperawatan


Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan
penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat
dalam merancang suatu sistem pembelajaran.

11
Evaluasi belajar mengajar merupakan bagian integral dalam proses
pendidikan. Karena itu harus dilakukan oleh setiap pendidik sebagai
bagian dari tugasnya dalam merancang sistem pembelajaran. Setiap
merancang sistem pembelajaran, sebaiknya telah  ditetapkan terlebih
dahulu tujuan-tujuan yang ingin dicapai yang akan dituangkan dalam
rumusan rencana evaluasi. Evaluasi 10 atau penilaian tidak hanya
dilakukan terhadap hasil belajar tetapi juga dilakukan terhadap proses
pengajaran itu sendiri.
Banyak keuntungan yang didapat apabila evaluasi telah
direncanakan sebelumnya dan dikelola dengan baik. Keuntungan-
keuntungan itu antara lain:
 Memberikan kemudahan dalam mengkaji ulang
model atau rancangan pembelajaran yang telah disusun.
 Membantu dalam mengumpulkan informasi tentang
pemahaman peserta didik terhadap suatu materi dan memberikan waktu
yang cukup untuk merancang tes sehingga tes yang dilakukan tidak
terkesan asal-asalan. 

Pengelolaan evaluasi pembelajaran klinik adalah pelaksanaan


evaluasi terhadap pembelajaran di klinik. Pembelajaran di klinik tidak
sama dengan pembelajaran di kelas atau pun di laboratorium. Mahasiswa
yang melaksanakan praktik biasanya terbagi menjadi kelompok-kelompok
kecil dengan jumlah 8-12 mahasiswa untuk setiap bagian. Masing-masing
bagian melaksanakan praktik klinik selama tiga sampai dengan empat
minggu, tergantung kompetensi yang harus dicapai mahasiswa dan bobot
SKS yang harus ditempuh pada setiap bagian. Pelaksanaan evaluasi
pembelajaran klinik ada kecenderungan dilaksanakan pada minggu
terakhir di setiap siklusnya.
Pengelolaan evaluasi pada setiap bagian bisa saja berbeda, akan
tetapi prinsip, syarat, alat dan model evaluasi sebaiknya dipahami
instruktur klinik. Sehingga evaluasi yang dilaksanakan benar-benar
mampu menilai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi

12
bukan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif atau keberuntungan.
Baik buruknya hasil evaluasi akan menjadi indikator suatu institusi,
bahkan turut menentukan apakah suatu program masih layak
dipertahankan seandainya berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan
adalah kurang memuaskan. Oleh karena itu baik tidaknya pengeloaan
evaluasi ikut menentukan penguasaan mahasiswa terhadap kompetensi
yang harus dicapainya dan berdampak pada mutu suatu institusi.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pengalaman belajar klinik dan lapangan merupakan proses pembelajaran
yang penting diberikan kepada peserta didik untuk mempersiapkan mereka
menjadi perawat profesional pemula. Melalui pengalaman belajar klinik dan
lapangan diharapkan dapat membentuk kemampuan akademik dan profesional,
mampu mengembangkan ketrampilan dalam memberikan pelayanan atau asuhan
keperawatan profesional, serta dapat berorientasi dengan peran profesionalnya.

Untuk mencapai tujuan dari BK atau PBL, secara efektif, diperlukan


berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar dan fasilitas
belajar serta komunikasi profesional yang kondusif, baik di rumah sakit
pendidikan maupun dikomunitas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan


Sistem. Bumi Aksara : Jakarta
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Keperawatan
Profesional. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Keperawatan
Profesional. Edisi ke-2. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam & Ferry E. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

15

Anda mungkin juga menyukai