Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

“PEMERIKSAAN LABORATORIUM COVID-19”

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

PROGRAM SARJANA TERAPAN

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES RI TANJUNGKARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai
Pemeriksaan Laboratorium Covid-19.

Dengan tulisan ini kami harapkan pembaca mampu untuk memahami


pembelajaran mengenai Pemeriksaan Laboratorium Covid-19, kami sadar materi
kuliah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa
menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya.

November 2020
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 3
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Coronavirus ............................................................................................................. 4
2.2 Manifestasi Klinis ................................................................................................... 6
2.3 Pemeriksaan Umum COVID-19 ............................................................................ 5
2.4 Pemeriksaan Antibodi Rapid Test Metode Imunokromatografi ............................. 11
2.5 pemeriksaan Antigen Rapid Tes Metode Imunokromatografi ................................ 13
2.6 Pemeriksaan TCM dan PCR SARS-CoV2.............................................................. 14

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 18
3.2 Saran......................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-
CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19
antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak
napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14
hari.
Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Pada tanggal 31
Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada
tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis
baru coronavirus. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan kejadian
tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan
pada tanggal 11 Maret 2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai
pandemi.
Berkaitan dengan kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular,
Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang
Wabah Penyakit Menular, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991
tentang Penangulangan Wabah Penyakit Menular, dan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
Untuk itu dalam rangka upaya penanggulangan dini wabah COVID-19,
Menteri Kesehatan telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1
HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel Coronavirus
(Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit Yang Dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangannya. Penetapan didasari oleh pertimbangan
bahwa Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) telah dinyatakan
WHO sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
Selain itu meluasnya penyebaran COVID-19 ke berbagai negara dengan
risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas penduduk,
memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit tersebut. Peningkatan
jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara
dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO melaporkan
11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Case
Fatality Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2
Maret 2020. Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah
Indonesia. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020 Kementerian Kesehatan
melaporkan 70.736 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 3.417 kasus
meninggal (CFR 4,8%).
Dilihat dari situasi penyebaran COVID-19 yang sudah hampir menjangkau
seluruh wilayah provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah
kematian semakin meningkat dan berdampak pada aspek politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di
Indonesia, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Keputusan Presiden
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Keputusan Presiden tersebut
menetapkan COVID-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) dan menetapkan KKM COVID-
19 di Indonesia yang wajib dilakukan upaya penanggulangan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Selain itu, atas pertimbangan penyebaran
COVID-19 berdampak pada meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta
benda, meluasnya cakupan wilayah terdampak, serta menimbulkan implikasi
pada aspek sosial ekonomi yang luas di Indonesia, telah dikeluarkan juga
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana

2
Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai
Bencana Nasional.
Tingginya kasus COVID-19 di dunia khususnya di Indonesia bergantung
pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dalam setiap kasus yang ada,
oleh karena itu di dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang
pemeriksaa laboratorium COVID-19.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan COVID-19?
1.2.2 Bagaimana manifestasi klinis dari COVID-19?
1.2.3 Apa saja pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada pemeriksaan
COVID-19?
1.2.4 Bagaimana terapi dan monitoring yang tepat untuk pasien COVID-19?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari COVID-19.
1.3.2 Mengetahui manifestasi klinis dari COVID-19.
1.3.3 Mengetahui jenis pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada
pemeriksaan laboratorium COVID-19.
1.3.4 Mengetahui jenis terapi dan monitoring yang tepat untuk pasien
COVID-19.

3
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Coronavirus

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan


tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga
Coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan
serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha
coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus.
Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering
pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200m.5 Semua virus ordo Nidovirales
memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki
genom RNA sangat panjang.12 Struktur coronavirus membentuk struktur
seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus. Protein S atau
spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan
merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam
penempelan dan masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan
reseptornya di sel inang).

Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat


diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu
56℃ selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik,
formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam
menonaktifkan virus. Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan
4
bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit
pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan
seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus
zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak
hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vector untuk
penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang
merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada
kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute respiratory
syndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS).2,5,13,16
Namun pada kasus SARS, saat itu host intermediet (masked palm civet atau
luwak) justru ditemukan terlebih dahulu dan awalnya disangka sebagai host
alamiah. Barulah pada penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa luwak
hanyalah sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda (horseshoe bars)
sebagai host alamiahnya.
Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia
ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan oral.
Berdasarkan penemuan, terdapat tujuh tipe Coronavirus yang dapat
menginfeksi manusia saat ini yaitu dua alphacoronavirus (229E dan NL63)
dan empat betacoronavirus, yakni OC43, HKU1, Middle East respiratory
syndrome-associated coronavirus (MERS-CoV), dan severe acute respiratory
syndrome-associated coronavirus (SARSCoV). Yang ketujuh adalah
Coronavirus tipe baru yang menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan,
yakni Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV). Isolat 229E dan OC43
ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu. NL63 dan HKU1 diidentifikasi
mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan penyakit akut
laringotrakeitis (croup).
Virus SARS-CoV-2 merupakan Coronavirus, jenis baru yang
menyebabkan epidemi, dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada
tanggal 31 Desember 2019.1 Analisis isolat dari saluran respirasi bawah
pasien tersebut menunjukkan penemuan Coronavirus tipe baru, yang diberi
nama oleh WHO COVID-19. Pada tanggal 11 Februari 2020, WHO memberi
nama penyakitnya menjadi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).3

5
Coronavirus tipe baru ini merupakan tipe ketujuh yang diketahui di manusia.
SARS-CoV-2 diklasifikasikan pada genus betaCoronavirus.5,18 Pada 10
Januari 2020, sekuensing pertama genom SARS-CoV-2 teridentifikasi dengan
5 subsekuens dari sekuens genom virus dirilis. Sekuens genom dari
Coronavirus baru (SARS-CoV-2) diketahui hampir mirip dengan SARS-CoV
dan MERS-CoV. Secara pohon evolusi sama dengan SARS-CoV dan MERS-
CoV tetapi tidak tepat sama. Kejadian luar biasa di Wuhan mirip dengan
kejadian luar biasa SARS di Guangdong pada tahun 2002. Keduanya terjadi di
musim dingin. Apabila dibandingkan dengan SARS, Pneumoni COVID-19
cenderung lebih rendah dari segi angka kematian. Angka kematian SARS
mencapai 10% dan MERS 37%.5 Namun, saat ini tingkat infektivitas virus
pneumoni COVID-19 ini diketahui setidaknya setara atau lebih tinggi dari
SARS-CoV. Hal ini ditunjukkan oleh R0-nya, dimana penelitian terbaru
menunjukkan R0 dari virus pneumoni SARSCoV- 2 ini adalah 4,08. Sebagai
perbandingan, R0 dari SARS-CoV adalah 2,0. Coronavirus jenis baru ini
bersifat letal namun tingkat kematian masih belum pasti, serta saat ini masih
dapat dicegah dan dikontrol.
1.2 Manifestasi Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat.
Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan
kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue,
mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain.
Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis
metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi
dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan,
bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis
baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut
sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.

6
Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi:
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk,
dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit
kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut
usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas
atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan
demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki
gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak
ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat
ditandai dengan batuk atau susah bernapas. atau tampak sesak disertai
napas cepat atau takipneu tanpa adanya
tanda pneumonia berat.
Definisi takipnea pada anak:
 < 2 bulan : ≥ 60x/menit
 2-11 bulan : ≥ 50x/menit
 1-5 tahun : ≥ 40x/menit. 26
c. Pneumonia berat
Pada pasien
dewasa
 Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran
napas.
 Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: >30x/menit),
distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar.
d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah
diketahui kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan
kondisi hipoksemia. Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri
(PaO₂) dibagi fraksi oksigen inspirasi (FIO₂) kurang dari< 300 mmHg. 26

7
Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks seperti foto
toraks, CT Scan toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat
ditemukan: opasitas bilateral, tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar
atau kolaps paru atau nodul. Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan oleh gagal jantung atau kelebihan cairan, dibutuhkan
pemeriksaan objektif lain seperti ekokardiografi untuk mengeksklusi
penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak ada faktor risiko. Penting
dilakukan analisis gas darah untuk melihat tekanan oksigen darah dalam
menentukan tingkat keparahan ARDS serta terapi.
e. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek
infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda
disfungsi organ perubahan status mental, susah bernapas atau frekuensi
napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin berkurang, frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan darah rendah,
kulit mottling atau terdapat bukti laboratorium koagulopati,
trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau hiperbilirubinemia.
f. Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum
adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥
65 mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L.26
1.3 Pemeriksaan Umum COVID-19

A. Pemeriksaan fisis
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau beratnya
manifestasi klinis.
a. Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran
b. Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat,
tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat.
c. Saturasi oksigen dapat normal atau turun.
- Dapat disertai retraksi otot pernapasan
- Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris
statis dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah

8
konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial dan ronki
kasar.
B. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya:
1. Pemeriksaan radiologi:
Foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks. Pada pencitraan dapat
menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau
kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass. Pada stage awal, terlihat
bayangan multiple plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas
menunjukkan di perifer paru dan kemudian berkembang menjadi
bayangan multiple ground-glass dan infiltrate di kedua paru. Pada
kasus berat, dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan “white-lung”
dan efusi pleura (jarang).

2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah


- Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan
orofaring).

9
- Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila
menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal).
Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2, (sequencing
bila tersedia). Ketika melakukan pengambilan spesimen gunakan
APD yang tepat. Ketika mengambil sampel dari saluran napas atas,
gunakan swab viral (Dacron steril atau rayon bukan kapas) dan
media transport virus. Jangan sampel dari tonsil atau hidung. Pada
pasien dengan curiga infeksi COVID-19 terutama pneumonia atau
sakit berat, sampel tunggal saluran napas atas tidak cukup untuk
eksklusi diagnosis dan tambahan saluran napas atas dan bawah
direkomendasikan. Klinisi dapat hanya mengambil sampel saluran
napas bawah jika langsung tersedia seperti pasien dengan intubasi.
Jangan menginduksi sputum karena meningkatkan risiko transmisi
aerosol.
Kedua sampel (saluran napas atas dan bawah) dapat
diperiksakan jenis patogen lain. Bila tidak terdapat RT-PCR
dilakukan pemeriksaan serologi. Pada kasus terkonfirmasi infeksi
COVID-19, ulangi pengambilan sampel dari saluran napas atas dan
bawah untuk petunjuk klirens dari virus. Frekuensi pemeriksaan 2-
4 hari sampai 2 kali hasil negative dari kedua sampel serta secara
klinis perbaikan, setidaknya 24 jam. Jika sampel diperlukan untuk
keperluan pencegahan infeksi dan transmisi, specimen dapat
diambil sesering mungkin yaitu harian.
3. Bronkoskopi
4. Pungsi pleura sesuai kondisi
5. Pemeriksaan kimia darah
Darah perifer lengkap
- Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung jenis
limfosit menurun.
- Pada kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.
- Analisis gas darah

1
- Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot
meningkat)
- Fungsi ginjal
- Gula darah sewaktu
- Elektrolit
- Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, Ddimer
meningkat.
- Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
- Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas
(sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur darah untuk
bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan
menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah)26
7. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan
penularan).
C. Diagnosis banding
1. Pneumonia bacterial
Gejala umum yang muncul diantaranya batuk, batuk berdahak, atau
memberat seperti muncul dahak purulen, dahak berdarah, dengan atau
tanpa adanya nyeri dada. Pada umumnya tidak bersifat infeksius, dan
bukan penyakit infeksius.
2. SARS/MERS
Jenis virus baru ini memiliki kemiripan dengan virus SARS dan MERS
namun analisis genetik menunjukkan serupa tetapi tidak sama. Virus
jenis baru ini sudah mengalami evolusi. Studi menunjukkan virus baru
ini kemampuan penyebaran dan patogenisitasnya lebih rendah
daripada SARS.
3. Pneumonia Jamur
4. Edema paru kardiogenik (gagal jantung)
1.4 Pemeriksaan Antibodi Rapid Test Metode Imunokromatografi
a. Cara Pengambilan Spesimen

1
Pengambilan darah menggunakan tabung vakum dengan prinsip
closed system, yaitu darah dari vena secara langsung dialirkan ke tabung
vakum. Bila tidak memungkinkan, menggunakan jarum suntik dengan
kewaspadaan dan kehati-hatian.
b. Spesimen
Spesimen yang digunakan sesuai dengan petunjuk kit reagen yang
digunakan, diantaranya:
 Spesimen whole blood.
 Dapat menggunakan antikoagulan EDTA, heparin, atau sitrat
 Spesimen langsung diperiksa
 Spesimen serum atau plasma
 Serum didapat dari darah tanpa antikoagulan
 Plasma didapat dari darah EDTA, heparin, atau sitrat.
 Sentrifugasi segera dilakukan untuk mencegah hemolisis.
 Perlu kewaspadaan dalam penggunaan sentrifus, mengingat pada
proses sentrifugasi dapat terjadi percikan aerosol yang membahayakan.
 Hal yang dapat dilakukan:
- Menggunakan tabung vakum tertutrup
- Menunggu sentrifus harus berhenti sempurna
- Sentrifus didiamkan 10 menit sebelum membuka tutup sentrifus
- Bila tidak segera diperiksa maka penyimpanan mengikuti petunjuk
dalam kit reagen yang digunakan
- Spesimen darah kapiler, dapat menggunakan lancet. (Kapiler
digunakan sebagai pilihan terakhir karena sensitivitas rendah).
c. Pelaporan
Waktu pembacaan hasil sesuai dengan waktu yang disarankan kit reagen.
Hasil samar diinterpretasi sebagai hasil reaktif. Pelaporan untuk kit reagen
dengan deteksi Anti SARS-CoV-2 IgM dan IgG:
Pelaporan:
Hasil Deteksi Antibodi; Reaktif
1. Anti SARS-CoV-2 IgM reaktif, anti SARS-CoV-2 IgG non reaktif,
2. Anti SARS-CoV-2 IgM non reaktif, anti SARS-CoV-2 IgG reaktif,

1
3. Anti SARS-CoV-2 IgM dan IgG reaktif atau
4. Anti SARS-CoV-2 Antibodi total reaktif
Hasil deteksi antibodi: Non reaktif
1. Anti SARS-CoV-2 IgM dan IgG non reaktif
2. Anti SARS-CoV-2 Antibodi total non reaktif
1.5 Pemeriksaan Antigen Rapid Test Metode Imunokromatografi
a. Alat dan bahan pengambilan specimen:
1. Formulir pengambilan spesimen, sesuai Lampiran 7 Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)
Kemenkes revisi 05.
2. Swab dakron atau flocked swab, viscous, rayon
3. Tongue spatel
4. Parafilm
5. Plastik klip
6. Marker atau label
b. Cara pengambilan spesimen swab nasofaring.
1. Gunakan APD sesuai standar
2. Gunakan swab yang terbuat dari dakron/rayon steril dengan
tangkai plastic atau jenis flocked swab (tangkai lebih lentur).
3. Pastikan tidak ada obstruksi (hambatan pada lubang hidung).
4. Masukkan secara perlahan swab ke dalam hidung, pastikan posisi swab
pada septum bawah hidung, secara perlahan-lahan ke bagian
nasofaring.
5. Swab kemudian dilakukan gerak memutar secara perlahan.
c. Cara pengambilan spesimen sputum
a) Pasien berkumur terlebih dahulu dengan air, kemudian pasien diminta
mengeluarkan dahaknya dengan cara batuk yang dalam.
b) Sputum ditampung pada wadah steril yang anti bocor.
Catatan: Tidak disarankan pengambilan sampel sputum dengan cara
induksi karena dapat menimbulkan risiko infeksi tambahan bagi
petugas kesehatan.
Penyimpanan:

1
- Sebaiknya pemeriksaan dilakukan secepat mungkin
- Bila diperlukan penyimpanan maka dapat disimpan pada lemari es
(2-8⁰C).
- Spesimen stabil hingga 24 jam, atau dalam VTM stabil hingga 7
hari.
- Pemakaian VTM atau UTM harus disesuaikan dengan insert kit
karena beberapa reagen tidak kompatibel terhadap VTM atau
UTM, sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan
c) Prosedur pemeriksaan
Menyesuaikan dengan insert kit yang digunakan.

1.6 Pemeriksaan TCM dan PCR SARS-CoV2


A. Spesimen yang digunakan tergantung pada insert kit alat TCM dan PCR
yang digunakan, dapat berupa:
a) Swab nasofaring
b) Swab orofaring
c) Sputum
d) Aspirat saluran napas bagian bawah
e) Bronchoalevolar lavage (BAL)

1
f) Aspirat nasofaring atau aspirat nasal.
Sebelum kegiatan pengambilan spesimen dilaksanakan, harus
memperhatikan kewaspadaan universal (universal precaution) untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit, meliputi:
1. Selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum dan
sesudah tindakan.
2. Pemasangan APD level 3 sesuai Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Kemenkes revisi 04,
sebagai berikut:
a. Mengganti baju dengan baju kerja
b. Menggunakan pelindung sepatu (shoe cover)
c. Memakai sarung tangan dalam
d. Mengenakan jubah (gown) lengan panjang dan sekali pakai yang
terbuat dari kain yang telah teruji ketahanannya.
e. Memakai respirator partikulat seperti N95 sertifikasi NIOSH, EU
FFP2 atau setara. Ketika mengenakan respirator partikulat
disposable, periksa selalu kerapatannya (fit test).
B. Prosedur pemeriksaan Metode TCM
Pada pemeriksaan metode TCM dilakukan secara otomatis dan terintegrasi
menggunakan realtime PCR dengan cartridge sekali pakai, sehingga
kontaminasi silang antara spesimen dapat diminimalkan.
a. Pada VTM atau UTM yang sudah terdapat spesimen dicampur
sebentar dengan membolak-balik tabung dengan cepat sebanyak 5
kali. Lakukan semua manipulasi berikut ini dalam BSC (Biological
Safety Cabinet) level 2a (minimal). BSC diletakkan dalam ruangan
yang bertekanan negatif (Biological Safety Level 2).
b. Buka tutup cartridge
c. Keluarkan pipet yang disediakan dari wadahnya
d. Dengan pipet yang disediakan, spesimen ditransfer ke ruang
spesimen (sample chamber), pastikan spesimen di dalam pipet tidak
ada gelembung udara. Lalu buang pipet di tempat sampah infeksius.
Catatan: pastikan memasukkan keseluruhan volume spesimen di
dalam pipet ke dalam sample chamber. Hasil false negative dapat
1
disebabkan salah satunya karena kurangnya spesimen yang
dimasukkan ke dalam cartridge.
e. Tutup cartridge dipastikan tertutup, dan cartridge dimasukkan ke
dalam alat, untuk dilakukan pemrosesan spesimen secara otomatis,
dan real-time untuk deteksi RNA virus SARS-CoV-2.
f. Interpretasi hasil TCM
N2 E SPC Interpretasi Hasil Pelaporan
+ + ± SARS-CoV-2 Positif
Terdeteksi
+ - ± SARS-CoV-2 Positif
Terdeteksi
- + ± Presumptive positive Belum dapat
SARS-CoV-2 disimpulkan
- - ± SARS-CoV-2 Tidak Negatif
Terdeteksi
- - - Hasil invalid Invalid

C. Metode PCR (dilakukan dalam BSC 2a dalam ruangan dengan tekanan


negatif/Biological Safety Level 2)
a. Tahapan yang harus dilakukan adalah persiapan spesimen, ekstraksi
RNA, sintesis cDNA dan amplifikasi menggunakan one step reverse
transcriptase PCR.
b. Masing-masing langkah pada pemeriksaan PCR dilakukan berdasarkan
cara kerja dari reagen yang digunakan.
c. Target gen SARS-Cov-2 yang digunakan berbeda-beda berdasarkan
reagen yang tersedia dan sebelumnya sudah diadakan optimalisasi
kondisi PCR sebelum mengerjakan spesimen pasien.
d. Di Indonesia Balitbangkes menggunakan target gen N1, N2 dan RnP
(Ribonuclease P) sebagai gen kontrol internal. Beberapa BTKL di
Indonesia menggunakan target gen yang direkomendasikan oleh
Balitbangkes, atau menggunakan target gen sesuai dengan reagen
yang direkomendasikan oleh Balitbangkes.

1
e. Interpretasi hasil PCR

N1 N2 RnP Interpretasi Pelaporan


+ + ± Terdeteksi Positif
Hanya satu ± Belum dapat Belum dapat
yang positif disimpulkan disimpulkan
- - + Tidak terdeteksi Negatif
- - - Hasil invalid Invalid
f. Hasil pemeriksaan TCM dan PCR positif maupun negative
seharusnya disampaikan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan sebagai Laboratorium Rujukan Nasional Penyakit New-
Emerging sesuai dengan surat edaran Kementerian Kesehatan
Republik INDONESIA Nomor HK.02.01/MENKES/234/2020 yang
ditetapkan pada 7 April 2010.

1
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-
CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat
seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19
antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak
napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14
hari.
Pemeriksaan laboratorium yang valid menjadi salah satu indicator penting
dalam penentuan perjalanan klinis pasien, pemeriksaan tersebut melliputi
pemeriksaan fisis, pemeriksaan diagnosis pembanding dan lain sebagainya,
namun untuk deteksi awal biasanya dilakukan pemeriksaan Antibody dan
Antigen rapid test, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan TCM atau PCR untuk
pemeriksaan lebih lanjut (konfirmasi positif).
1.2 Saran

Pemeriksaan laboratorium hendaknya mendapat perhatian khusus untuk


mendeteksi keberadaan penyakit COVID-19 ini, dalam setiap pemeriksaan
laboratorium juga hendaknya tetap memerhatikan protocol pemeriksaan guna
mencegah terjadinya penularan lebih lanjut.

Sebelum melakukan pemeriksaan agar hendaknya melakukan pemeriksaan


kesediaan alat dan lain sebagainya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Coronavirus Disease (Covid-19i). Juli 2020.

PDPI. 2020. Pneumonia Covid-19 Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia.

PDS PatKLin. 2020. Panduan Tatalaksana Pemeriksaan Antibodi Rapid Test.

PDS PatKLin. 2020. Panduan Tatalaksana Pemeriksaan Antigen Rapid Test.

PDS PatKLin. 2020. Panduan Tatalaksana Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler


(TCM) dan Polymerase Chain Reaction (PCR) Sars-Cov-2.

Anda mungkin juga menyukai