Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN

COVID-19

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat
Darurat
Dosen Pembimbing: Sri Wulan Megawati, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh:

Nelis Siti Aisyah 191FK03108


Dela Lorenza 191FK03110
Puji Nabila 191FK03112
Sinta Faujian Astuti 191FK03113
Tia Priliantini 191FK03114
Kelas : 3C (Kelompok H2)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKT KENCANA

MEI 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan, sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN COVID-19” ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Bandung, Mei 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan ................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 4
2.1 Definisi Covid-19 .............................................................................. 4
2.2 Epidemiologi Covid-19 ...................................................................... 4
2.3 Manifestasi Klinis Covid-19 ................................................................ 5
2.4 Patofisiologi Covid-19 ........................................................................ 5
2.5 Pemeriksaan Penunjang Covid-19 ...................................................... 6
2.6 Penatalaksanaan Covid-19 .................................................................. 7
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................ 11
3.1 Asuhan Keperawatan Covid-19 ......................................................... 13
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 17
4.1 Penutup .............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir 2019 lalu, dunia dihebohkan dengan adanya virus baru yang berkembang.
Di Wuhan, Tiongkok adalah kota yang dikenal sebagai tempat penyebaran virus ini
untuk pertama kalinya. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), Corona virus
adalah suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau
menusia. Beberapa jenis corona virus diketahui menyebabkan infeksi saluran nafas
pada manusia mulai dari batuk pilek hingga yang lebih serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Servere Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Corona virus jenis baru yang ditemukanmenyebabkan penyakit COVID-19.
Orang dapat tertular COVID-19 dari orang lain yang terinfeksi virus ini. COIVD-
19 dapat menyebar terutama dari orang ke orang melalui percikan-percikan dari
hidung atau mulut yang keluar saat orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin,
atau berbicara. Percikan-percikan ini relatif berat, perjalanannya tidak jauh dan jatuh
ke tanah dengan cepat. Orang dapat terinfeksi COVID-19 jika menghirup percikan
orang yang terinfeksi virus ini. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga jarak
minimal satu meter dari orang lain. Percikan-percikan ini dapat menempel di benda
dan permukaanlainnya di sekitar orang seperti meja, gagang pintu, dan pegangan
tangan. Orang dapat terinfeksi dengan menyentuh benda atau permukaan tersebut,
kemudian menyetuh mata, hidung, atau mulut mereka. Inilah sebabnya penting untuk
mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air besrih mengalir, atau
membersihkannya dengan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol. WHO terus
mengkaji perkembangan penelitian tentang cara penyebaran COVID-19 dan akan
menyampaikan temuan-temuan terbaru.
Virus corona disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona 2
(SARS-CoV-2), atau yang sering disebut virus Corona. Virus ini memiliki tingkat
mutasi yang tinggi dan merupakan patogen zoonotik yang dapat menetap pada
manusia dan binatang dengan presentasi klinis yang sangat beragam, mulai dari
asimptomatik, gejala ringan sampai berat, bahkan sampai kematian.
Penyakit ini dilaporkan memiliki tingkat mortalitas 4% di Asia Tenggara.
Beberapa faktorrisiko dapat memperberat keluaran pasien, seperti usia >50 tahun,
pasien imunokompromais, hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus,

1
penyakit paru, dan penyakit jantung.
COVID-19 dapat dicurigai pada pasien yang memiliki gejala saluran pernapasan,
seperti demam >380C, batuk, pilek, sakit tenggorokan yang disertai dengan riwayat
bepergianke daerah dengan transmisi lokal atau riwayat kontak dengan kasus probabel
atau kasus konfirmasi COVID-19. Hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien
COVID-19 tidak spesifik, tetapi limfopenia, peningkatan laktat dehidrogenase, dan
peningkatan aminotransferase, umumnya sering ditemukan.
Penemuan ground glass opacification (GGO) bilateral, multilobar dengan
distribusi periferal atau posterior merupakan karakteristik penampakan COVID-19
pada pemeriksaan pencitraan CT scan toraks nonkontras. Walaupun kurang spesifik,
namun ultrasonography (USG) dan Rontgen toraks juga dapat membantu menegakkan
diagnosis COVID-19.Diagnosis COVID-19 dapat dikonfirmasi dengan terdeteksinya
viral RNA pada pemeriksaan nucleic acid amplification test (NAAT) dan tes serologi
dari spesimen saluran pernapasan bawah.
Sampai saat ini, belum terdapat terapi antiviral spesifik dan vaksin dalam
penanganan COVID-19. Akan tetapi, beberapa terapi, seperti remdesivir,
klorokuin/hidroksiklorokuin, lopinavir-ritonavir, dan tocilizumab, sudah ditemukan
memiliki efikasi dalam penanganan COVID-19 dan sudah masuk dalam uji coba
klinis obat. Pasien COVID-19 dengan infeksi ringan umumnya hanya disarankan
isolasi di rumah dan menggunakan obat yang dijual bebasuntuk meredakan gejala.
Pada pasien dengan infeksi berat, disarankan untuk dirawat inap dan terkadang
diperlukan tindakan intubasi dan ventilasi mekanik apabila terjadi gagal napas
atau acute respiratory distress syndrome.

2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Covid 19 ?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi Covid 19 ?
1.2.3 Bagaimana manifestasi klinis Covid 19 ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi Covid 19 ?
1.2.5 Bagaimana pemeriksaan penunjang Covid 19 ?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan Covid 19 ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Covid 19
1.3.2 Untuk mengetahui epidemiologi Covid 19
1.3.3 Untuk mengetahui manifestasi klinis Covid 19
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi Covid 19
1.3.5 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Covid 19
1.3.6 Untuk mengetahui penatalaksaan Covid 19

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Covid 19
Corona Virus Disease 2019 adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan
oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2
merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit
yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute RespiratorySyndrome (SARS) (Burhan et al., 2020).

2.2 Epidemiologi
Secara epidemiologi, prevalensi coronavirus disease 2019 (COVID-19)
meningkatsecara cepat di seluruh dunia. Selain itu, World Health Organization (WHO)
juga sudah menetapkan penyakit COVID-19 sebagai pandemi global.
• Global
Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan, Cina.
Setelah itu, dalam beberapa minggu, virus ini menyebar ke seluruh bagian negara Cina
dan dalam kurun waktu 1 bulan menyebar ke negara lainnya, termasuk Italia,
Amerika Serikat, dan Jerman. Sampai tanggal 30 April 2020, COVID-19 sudah
ditemukan di 213 negara, dengan totalkasus konfirmasi sebesar 3.018.681 kasus.
Amerika Serikat merupakan negara dengan kasus COVID-19 terbanyak dengan total
kasus konfirmasi 983.457, diikuti dengan Spanyol 210.773 kasus, dan Italia 201.505
kasus.
• Indonesia
Kasus COVID-19 pertama di Indonesia dikonfirmasi pada tanggal 2 Maret 2020
berjumlah 2 orang. Sampai 30 April 2020, kasus COVID-19 di Indonesia sudah
mencapai 8.882 kasus konfirmasi.
• Mortalitas
Sampai tanggal 30 April 2020, jumlah mortalitas akibat COVID-19 adalah sebesar
207.973 kasus. Di Indonesia, jumlah kematian akibat COVID-19 adalah sebesar 792
kasus. Indonesia merupakan negara dengan tingkat mortalitas tinggi di Asia Tenggara,
yaitu 7,8%. Tingkat mortalitas COVID-19 diperkirakan sebesar 6,9% di seluruh
dunia.

4
2.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang luas, mulai dari
tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia, pneumonia berat, ARDS,
sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau sedang, 13,8%
mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan kritis.
Berapa besar proporsi infeksi asimtomatik belum diketahui. Viremia dan viral load
yang tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang asimptomatik telah dilaporkan.
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut salurannapas
atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam, fatigue, batuk (dengan atau
tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit
kepala. Pasien tidak membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus
pasien juga mengeluhkan diare dan muntah. Pasien COVID-19 dengan pneumonia
berat ditandai dengan demam, frekuensi pernapasan >30x/menit, distres pernapasan
berat, atau saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen. Pada pasien geriatri dapat
muncul gejala-gejala yang atipikal.
Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 menunjukkan gejala-
gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk, bersin, dan sesak napas.
Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala tersering adalah demam, batuk kering, dan
fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah batuk disertai dahak, sesaknapas,
sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah,kongesti
nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti konjungtiva. Lebihdari 40%
demam pada pasien COVID-19 memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C,sementara
34% mengalami demam suhu lebih dari 39°C (Susilo et al., 2020).

2.4 Patofisiologi
Patofisiologi Corona Virus Disease 2019diawali dengan interaksi protein
spike virus dengan sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan
terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi severe acute
respiratory syndrome virus corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen,
insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan
outbreak di kemudian hari.
Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)
menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang ditemukan

5
pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor
masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan
sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding domain
(RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus
dan sel inang. Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam
sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab
dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan
mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengkodekan pembentukan
protein struktural dan tambahan (Kumar and Al Khodor, 2020).
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein
nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus.
Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang
terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan
menginfeksi mukosa traktus respiratorius bawah, memicu serangkaian respons imun
dan menginduksi sitokin, menyebabkan perubahan komponen imun seperti leukosit
darah tepi dan limfosit. Biomarker paling berpotensi menyebabkan inflamasi dan
kerusakan pada paru adalah IL-6 yang kemudian menyebabkan gejala pada pasien
antara lain sputum yang berlebihan 33,4% pada Covid ringan, 37,8% pada Covid
berat, dan batuk 67,8% (Sukmana and Yuniarti, 2020)

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan bagi pasien yang dicurigai
mengalami penyakit COVID-19 menurut buku Pedoman Tatalaksana COVID-19
(2020):
a. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks
Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral,
konsolidasisubsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan
groundglass. Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil dengan
perubahan intertisial yang jelas menunjukkan di perifer paru dan kemudian
berkembang menjadi bayangan multipleground-glass dan infiltrate di kedua
paru. Pada kasus berat, dapatditemukan konsolidasi paru bahkan “white-lung”
dan efusi pleura.
b. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah

6
1. Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring danorofaring)
2. Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan
endotrakeal tube dapat berupa aspiratendotrakeal)
3. Untuk pemeriksaan RT-PCR SARS-CoV-2, (sequencing bila tersedia),
pengambilan spesimen gunakan APD yang tepat.
4. Ketika mengambil sampel dari saluran napas atas, gunakan swab viral
(Dacronsteril atau rayon bukan kapas) dan media transport virus. Jangan
sampel dari tonsil atau hidung.

2.6 Penatalaksanaan
Menurut Buku Pedoman Tatalaksana COVID-19 (2020) berikut penatalaksanaan
pada pasien dengan COVID-19 :
a) Derajat ringan
1. Isolasi dan Pemantauan
Isolasi mandiri di rumah/ fasilitas karantina selama maksimal 10 hari sejak
muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan
pernapasan. Jika gejala lebih dari 10 hari, maka isolasi dilanjutkan hingga
gejala hilang ditambah dengan 3 hari bebas gejala. Isolasi dapat dilakukan
mandiri di rumah maupun di fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah.
b) Farmakologis
1. Vitamin C diberikan dengan pilihan: tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-
8jam oral (untuk 14 hari) atau tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral
(selama 30 hari). Jenis multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet
/24 jam (selama 30 hari), sangat dianjurkan jenis vitamin yang komposisi
mengandung vitamin C, B, E, zink.
2. Vitamin D diberikan jenis suplemen: 400 IU-1000 IU/hari (tersedia dalam
bentuk tablet, kapsul,tablet, effervescent, tablet kunyah, tablet hisap,
kapsul lunak, serbuk, sirup). Sedangkan yang jenis lain Vitamin D 1000-
5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000
IU).
3. Azitromisin 1 x 500 mg perhari selama 5 hari
4. Antivirus : Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5- 7 hari
(terutama bila diduga ada infeksi influenza) atau Favipiravir (Avigan

7
sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan
selanjutnya 2 x 600 mg(hari ke 2-5)
5. Pengobatan simtomatis seperti parasetamol bila demam.
6. Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern
Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat
dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan
perkembangan kondisi klinis pasien.
7. Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
c) Derajat sedang (Isolasi dan Pemantauan)
• Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah
Sakit DaruratCOVID-19
• Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah
Sakit DaruratCOVID-19
d) Non Farmakologis
1. Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigen
2. Pemantauan laboratorium darah perifer lengkap berikut dengan hitung
jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal,
fungsi hati dan foto toraks secara berkala.
e) Farmakologis
1. Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan

2. Diberikan terapi farmakologis berikut:

Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau sebagai
alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada infeksi bakteri:
dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari). Dapat ditambah
salah satu antivirus Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600
mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5).
Remdesivir 200 mg IV drip dapat diberikan (hari ke-1) dilanjutkan 1x100
mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke2-10)

3. Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP

• Pengobatan simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).


8
• Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
f) Derajat berat atau kritis
1. Isolasi dan Pemantauan
a. Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara
kohorting Pengambilan swab untuk PCR dilakukan
2. Non Farmakologis
a. Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi
(terapi cairan), dan oksigen.
b. Pemantauan laboratorium darah perifer lengkap beriku dengan hitung
jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal,
fungsi hati, Hemostasis, LDH, D-dimer.
c. Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
d. Monitor tanda-tanda vital antara lain : takipnea, frekuensi napas ≥
30x/min, saturasi oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari),
PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg, peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan
area paru-paru pada pencitraan thoraks dalam 24-48 jam,limfopenia
progresif, peningkatan CRP progresif, asidosis laktat progresif.
e. Monitor keadaan kritis seperti : gagal napas yg membutuhkan ventilasi
mekanik, syok atau gagal multiorgan yang memerlukan perawatan
ICU, bila terjadi gagal napas disertai ARDS pertimbangkan
penggunaan ventilator mekanik. Tiga langkah yang penting dalam
pencegahan perburukan penyakit, yaitu sebagai berikut: pertama
gunakan High Flow Nasal Cannula (HFNC) atau Non-Invasive
Mechanical Ventilation (NIV) pada pasien dengan ARDS atau efusi
paru luas (HFNC lebih disarankan dibandingkan NIV), kedua
pembatasan resusitasi cairan, terutama pada pasien dengan edema
paru, ketiga posisikan pasien sadar dalamposisi tengkurap (awake
prone position).
3. Farmakologis
a. Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam
1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan
b. Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
c. Vitamin D jenis suplemen yang dosisnya 400 IU-1000 IU/hari (tersedia

9
dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet
hisap, kapsullunak, serbuk, sirup) atau jenis obat dengan dosis 1000-
5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah
5000 IU).
d. Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5- 7 hari) atau
sebagai alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada
infeksi bakteri: dosis 750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7
hari).
e. Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi
bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinis, fokus
infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan kultur
darah harus dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-
hatian khusus) patut dipertimbangkan.
f. Antivirus : jenis antivirus yang dipakai Favipiravir (Avigan sediaan
200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya
2 x 600 mg (hari ke 2-5) . Atau bisa juga diberikan Remdesivir 200 mg
IV drip (hari ke-1) dilanjutkan1x100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari
ke 2-10) Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP (lihat
halaman 66-75).
g. Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau
kortikosteroid lain yang setara seperti hidrokortison pada kasus berat
yang mendapat terapioksigen atau kasus berat dengan ventilator.
h. Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
i. Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman
tatalaksanasyok yang sudah ada.
j. Obat suportif lainnya dapat diberikan sesuai indikasi.

10
BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS
Seorang wanita berusia 59 Tahun, dibawa ke UGD sebuah rumah sakit oleh tim PSC 119,
dikarenakan jatuh dari kamar mandi dan tidak sadarkan diri, pasien riwayat perjalanan pulang
dari bisnisnya di Singapore 2 minggu yang lalu, pada pemeriksaan fisik didapatkan data :
A. Primary Survey
1. Airway (A)
Terdapat bunyi stridor RR: 34 x/menit, HR: 118 x/menit, saturasi O2 80%.
2. Breathing (B)
Klien terpasang rebreathing mask 10 L, perubahan irama dan frekuensi nafas,
pergerakan dinding dada simetris, ada retraksi dinding dada, pH: 7, 28, pCO2: 29,4
mmHg, pO2: 76 mmHg, saturasi O2: 80%.
3. Circulation (C)
Konjungtiva klien tampak anemi, tidak ada sianosis, tidak ada suara bruit pada
leher, nadi karotis teraba lemah, akral hangat CRT > 2 detik
4. Disability (D)
Kesadaran klien sopor GCS 6 (E2V2M2), pupil isokor, reflek cahaya positif kanan
dan kiri, kekuatan otot dan ROM tidak terkaji karena klien mengalami penurunan
kesadaran.
B. Survey Sekunder
1. Exposure (E)
Terdapat hematom di dahi
2. Fluid, faranheit (F)
Tidak ada udem pada klien, turgor kulit > 2 detik, klien terpasang infus asering
500 ml/24 jam, RL 500 ml/24 jam, terpasang DC dengan jumlah urine 2000 ml,
terpasang NGT untuk melihat cairan (tidak ada cairan pada saat pengkajian),
terpasang cup nilai 4 mmHg, kulit tampak berkeringat (diaporesis), akral teraba
hangat
3. Get vital sign (G)
TD: 80/60 mmHg, HR: 118 x/menit, saturasi O2: 80%, RR: 34 x/menit, Suhu:
41oC, EKG sinus takikardia
4. Head to toe, history (H)

11
a. Kepala : ada hematom di dahi
b. Mata : pupil isokor, reflek cahaya ka +/ki +, fungsi penglihatan
tidak terkaji karena klien mengalami penurunan kesadaran
c. Hidung : terpasang NGT untuk menampung cairan
d. Mulut : mukosa bibir tampak kering,
e. Telinga : tidak ada gangguan
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
peningkatan
JVP
g. Dada : ada retraksi dinding dada, pergerakan dinding dada
simetris
h. Abdomen : terdapat benjolan pada perut sebelah kanan, bising usus
12 x/menit
i. Genetalia : terpasang DC (dower cateter)
j. Ekstremitas : kekuatan otot dan ROM tidak terkaji karena klien
mengalami penurunan kesadaran
5. Inspect the posterior (I)
Tidak ada luka pada punggung/tulang belakang

C. Data penunjang
Radiologi

Kesan/kesimpulan; ada gambaran GGO bilateral, Penebalan Septum, adanya Gambaran


Crazy Mozaik,
Pasien harus segera dilakukan early intubasi

12
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURATKASUS COVID-19

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny.X
Usia : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Jatuh dan tidak sadarkan diri
b. Keluha Masuk Rumah Sakit
Klien terjatuh di kamar mandi dan tidak sadarkan diri, klien memiliki riwayat
perjalanan pulang dari singapura 2minggu yang lalu.
c. Keluhan Saat Dikaji
Klien tidak sadarkan diri
3. Primary Survey
a. Air Way
- Terdapat bunyi stridor
- RR 34x/mnt
- HR 118x/mnt
- Saturasi O2 80%
b. Breathing
- Terpasang rebriting mask 10L
- Perubahan irama dan frekuensi nafas
- Pergerakan dinding dada simetris
- Retraksi dinding dada +
- pH 7,28
- pCO2 : 29,4
- pO2 : 76
- Saturasi 80%
c. Circulation
- Konjungtiva anemis
- Sianosis –
- Bruit pada leher –

13
- Nadi karotis lemah
- Akral hangat
- CTR >2dtk
d. Disability
- Kesadaran sopor GCS 6 (E2V2M2)
- Pupil isokor
- Reflek cahaya +/+
- Mengalami penurunan kesadaran
4. Survey Sekunder
a. Exposure
Terdapat Hematom di dahi
b. Fluid
- Udema –
- Turgor > 2dtk
- Terpasang infus 500ml/24jam
- RL 500ml/24jam
- Terpasang DC 2000ml
- Terpasang NGT
- Terpasang CUP nilai 4mmHg
- Kulit berkeringat
- Akral hangat
c. Vital Sign
- TD : 80/60mmHg
- HR : 118X/mnt
- Suhu : 41Oc
- EKG : Sinus Takikardia
5. Head To Toe
a. Kepala : Hematom (dahi)
b. Mata : pupil isokor, reflek cahaya+/+
c. Hidung : NGT
d. Mulut : Mukosa kering
e. Telinga :-
f. Leher : pembesaran kelenjar tiroid -, pembesaran JVP -
g. Dada : retraksi dada +, pergerakan dada simetris

14
h. Abdomen : bising usus 12, benjolan perut kanan
i. Genital : terpasang DC
j. Extermitas :-
6. Inspect the posterior
Luka pada punggung –
Cidera pada tulang –
7. Data penunjang
Radiologi : Gambaran GGO bilateral, penebalan sputum, gambaran crazy mozaik.

B. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI PROBLEM


Ds Virus Gangguan Pertukaran Gas
- Klien terjatuh dan tidak ↓
sadarkan diri Invasi Sel
Do ↓
- Saturasi O2 80% Respon Tubuh
- Ph 7,28 ↓
- pCO2 29,4 mmHg Peradangan
- pO2 76 mmHg ↓
- Penurunan kesadaran Kerusakan Alveolus atau
- Retraksi dinding dada + Kapiler
- Konjungtiva anemis ↓
- Nadi karotis lemah Hipoventilasi

Distribusi Ventilasi
Abnormal

Gangguan Difusi Gas

Gangguan Pertukaran Gas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan pertukaran gas b.d infeksi saluran pernafasan

15
D. INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


Gangguan pertukaran gas Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauan Respirasi (I. 01014)
b.d infeksi saluran Tujuan : setelah diberikan asuhan Observasi
pernafasan (D. 0003) keperawatan 1x24 jam - monitor frekuensi, irama,
diharapkan eliminasi kedalaman dan upaya napas
karbondioksida pada membran - monitor pola napas
alveolius kapiler dalam batas - monitor kemampuan batuk
normal dan meningkat dengan efektif
Kriteria hasil : - monitor adanya produksi
- Tingkat kesadaran sputum
meningkat - monitor adanya sumbatan jalan
- Bunyi napas tambahan napas
menurun - palpasi kesimestrisan ekspansi
- pCO2 membaik paru
- pO2 membaik - auskultasi bunyi napas
- pola nafas membaik - monitor saturasi oksigen
- monitor nilai AGD
- monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- alur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- dokumentasikan hasil
pemantuan
Edukasi
- jelaskan tujuan dan prosedur
pemantuan
- informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari apa yang telah dibahas, saya menarik kesimpulan dan menjadikannya
beberapa poin, sebagai berikut :

Aplikasikan bagaimana cara pencegahan penyebaran COVID-19 dalam kehidupan


sehari-hari. Hindari kontak langsung dengan orang lain, dan usahakan agar tidak keluar
rumah kecuali di saat yang genting.

COVID-19 adalah virus yang merusak sistem pernapasan dan dapat menyebabkan
beberapa komplikasi akibat infeksinya hingga kematian.

Jangan terlalu merasa tertekan dan terbebani selama masa pandemi wabah ini, karena
yang dibutuhkan adalah kuatnya sistem imun atau metabolisme tubuh dan dapat
meningkatkan imun denngan olahraga serta makan makanan yang sehat.

17
DAFTAR PUSTAKA

A. Alimul and Hidyat (2012) Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan. 1st edn. Edited by D. Sjabana. Jakarta: Salemba
Medika.

Ariyanto, J. (2018) ‘Pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Untuk
Penemuan Mycobacterium Tuberculosis (Mtb) Pada PasienTb Paru Di Ruang
Rajawali 6B Rsup Dr Kariadi Semarang’, Journal of Chemical Information and
Modeling.
Binda, F. et al. (2021) ‘Nursing management of prone positioning in patients withcovid-
19’, Critical Care Nurse. doi: 10.4037/ccn2020222.
Burhan, E. et al. (2020) Pedoman Tatalaksana Covid-19 Edisi 3 TIM EDITOR
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Perhimpunan

Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Perhimpunan DokterSpesialis


Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan
Terap.
Debora, O. (2013) Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Edited by A.Susila.
Jakarta: Salemba Medika.
Dirkes, S. et al. (2012) ‘Prone positioning: Is it safe and effective?’, Critical CareNursing
Quarterly. doi: 10.1097/CNQ.0b013e31823b20c6.
Handayani, D. (2020) ‘Penyakit Virus Corona 2019’, Jurnal Respirologi
Indonesia.
Hasaini, A. (2018) ‘Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam dan Batuk Efektif
Terhadap Bersihan Jalan Napas Pada Klien dengan TB Paru Di Ruang Al-Hakim
RSUD Ratu Zalecha Martapura Tahun 2018’, Dinakima
Kesehatan : Jurnal Kebidanan dan Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai