Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN KASUS PADA GANGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI

PADA KATARAK

DISUSUN OLEH

1. Anggun Sri Utami 012191016


2. Firdha Zeni Amalia 012191020

S1 KEPERAWATAN TRANSFER

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan
penglihata. Penyakit katarak disebabkan oleh lensa mata buram dan tidak elastis.
Hal ini terjadi akibat terjadi pengapuran pada lensa mata sehingga daya
penglihatan mata berkurang. Proses alami metabolism, yaitu radikal bebas juga
dapat menyebabkan kerusakan lensa mata. Apabila tidak dinetralisir oleh
antioksidan, oksidasi yang terlalu lama berpeluang merusak lipid, protein, dank
omponen lensa mata lainnya. Akibatnya lensa semakin keruh (buram) yang
semula transparan. Berat tidaknya gangguan penglihatan tergantung kepada
kepada lokasi dan kematangan katarak. Katarak berkembang secara perlahan dan
tidak menimbulkan nyeri biasanya penyakit ini mencul secara bertahap (Dewi
sofia,2014).
Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan
paling banyak di dunia adalah katarak 51% , glaukoma 8% dan disusul oleh
degenerasi makular terkait usia (AMD) 5% . WHO memperkirakan bahwa
hampir 18 juta orang dari populasi seluruh dunia menderita kebutaan yang
diakibatkan oleh katarak . Data ini menjadikan katarak merupakan penyebab
utama kebutaan dan penyebab penting dari tunanetra di seluruh dunia. (Saputra,
Handini, & Sinaga, 2018)
Tingginya angka kebutaan di Indonesia menempatkan Indonesia pada
urutan pertama di Asia dengan tingkat kebutaan yang tertinggi, dengan
perbandingan angka kebutaan 3 juta orang buta diantara 210 juta penduduk
Indonesia, sedangkan didunia Indonesia menempatkan diri pada posisi kedua
setelah negara-negara di Afrika Tengah dan sekitar Gurun Sahara yang masalah
utama kasus kebutaan disebabkan oleh Katarak.Berdasarkan data survei
kesehatan indera penglihatan tahun 2009-2014 menunjukkan bahwa di Indonesia
angka kebutaan mencapai 1,5% penyebab kebutaan diIndonesiaadalah katarak
yaitu memberikan andil terbesar 0,78% diakibatkan oleh katarak dan akan terus
meningkat angka kebutaan karena katarak kejadiannya diperkirakan 0,1 % atau
(sekitar 210.000/ tahun). (Saputra, Handini, & Sinaga, 2018)
Katarak bisa dialami pada semua umur bergantung pada Factor
pencetusnya. Beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi kejadian
penyakit katarak senilis seperti penuaan, radang mata, trauma mata, diabetes
melitus, riwayat keluarga dengan katarak, pemakaian steroid lama (oral) atau
tertentu lainnya, pembedahan mata, merokok, terpajan banyak sinar ultra violet
(matahari). Diabetes melitus merupakan kelainan metabolik yang ditandai
dengan hiperglikemia yang terkait dengansekresi insulin, defek aksi insulin
ataukeduanya. Kondisi hiperglikemia kronik ini berhubungan dengan sekuele
jangka panjang yang signifikan, yaituke rusakan, disfungsi dan kegagalan pada
beberapa organ, khususnya ginjal, mata, araf, jantung dan pembuluh darah. Pada
mata dapat menyebabkan edema lensa akibat sorbitol (alkohol gula). Riwayat
keluarga dengan katarak dapat berpengaruh terhadap penerusan gen kepada
keturunan. Beberapa gen kristalin diekspresikan pada awal embriogenesis, dan
mutasi pada gen ini dapat menyebabkan perubahan pada protein yang berperan
terhadap agregasi protein hingga mengakibatkan terjadinya katarak (Hamidi &
Royadi,2017).
Terjadinya katarak diduga karena proses multifaktor, yang terdiri dari
faktor intrinsik dan ektrinsik. Faktor intrinsik seperti jenis kelamin dan umur
sedangkan faktor ekstrinsik seperti penyakit Diabetes Mellitus, Kekurangan
Nutrisi,Penggunaan Obat, Rokok, Alkohol, Sinar matahari, dan ruda paksa pada
bola mata, terjadi secara akumulatif pada common biochemical molecular
pathway sehingga menganggu kejernihan lensa PadaUmumnya buta katarak akan
terjadi setelah 10-20 tahun sejak dimulainya proses kekeruhan lensa. (Saputra et
al.,2018)
Komplikasi katarak antara lain selulitis, uveitis dan glaucoma. Terjadinya
katarak bisa di cegah dengan cara mengkonsumsi makanan vitamin E, vitamin E
ini sangat di perlukan karena bisa menjadi penghambat proses penuaan dan
kerusakan pada mata. Pemeriksaan mata secara rutin juga penting untuk
membantu dalam menemukan diagnose dan deteksi awal kelainan mata yang
dapat terjadi. Langkah ini sangat baik di lakukan sejak masih anak-anak.
Kebiasaan dalam mengkonsumsi alcohol akan meningkatkan pada resiko bagi
penderita katarak. Banyak orang tidak menyadari bahwa terlalu sering
mengkonsumsi alcohol akan merusak mata, bahaya dari alcohol yang masuk ke
dalam tubuh akan masuk pada aliran darah yang kemudian dapat menyebabkan
resiko penyakit diabetes dan gangguan fungsi organ. Akibatnya penderita katarak
lebih sering muncul jika fungsi pada organ dan syaraf pada mata akan mengalami
penekanan (indriana istiqomah, 2012).
Pengobatan yang bisa dilakukan untuk penderita katarak bisa dengan cara
operasi atau pembedahan, dimana lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa)
dengan prosedur intrakapsular dan ekstrakapsular. Katarak juga bisa di cegah
dengan menganjurkan pada penderita katarak untuk memakai kaca mata hitam
pada siang hari, mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk kedalam mata
dan menghindari beberapa faktor yang mempercepat terbentuknya katarak
(Sidarta Ilyas, 2014).
BAB II ISI
A. Konsep Penyakit
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Lensa terletak dibelakang manik mata bersifat
membiaskan dan memfokuskan cahaya pada retina atau selaput jala pada bintik
kuning. Bila lensa menjadi keruh atau cahaya tidak dapat difokuskan pada bintik
kuning dengan baik, penglihatan akan menjadi kabur. Kekeruhan pada lensa yang
relatif kecil tidak banyak mengganggu penglihatan, akan tetapi bila tingkat
kekeruhannya tinggi maka akan mengganggu penglihatan. Salah satu gangguan
terhadap penglihatan banyak terjadi, mulai dari gangguan ringanhingga gangguan
yang berat yang dapat mengakibatkan kebutan (Puspita, Ashan, & Sjaaf, 2019).

B. Jenis – jenis Katarak


Katarak Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi
atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis) Katarak senilis adalah jenis katarak
yang paling sering dijumpai. Satusatunya gejala adalah distorsi
penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.
2. Katarak anak- anak Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu :
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.
Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya
walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh
penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai
sindrom.
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan
sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh
trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis,
infeksi mata didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatik Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh
cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa
menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada
kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus
vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat
penyakit intraokular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal
didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur
lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan
pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma,
retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
5. Katarak akibat penyakit sistemik Katarak bilateral dapat terjadi karena
gangguan- gangguan sistemik berikut: diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik, galaktosemia,
dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
6. Katarak toksik Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun
1930-an sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang
digunakan untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan
dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang
dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior
akibat katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya
ekstraksi katarak ekstrakapsular
C. Anatomi Mata

Struktur aksesoris mata dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Otot-Otot Ekstrinsik Bola Mata


Sumber: Saladin (2006)

Gambar 3. Anatomi Bola Mata


Sumber: Khurana (2007)

D. Patofisiologi
Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Lensa yang
normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti
kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
poterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna seperti kristal salju (Ilyas,2008).
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa
dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan
tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak (Ilyas,2008).
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma
atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin antioksidan
yang kurang dalam jangka waktu yang lama (Guyton, 1997).
Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen,penurunan air,
peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat
larutmenjaditidaklarut.Padaprosespenuaan,lensasecarabertahapkehilangan air dan
mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitas
diakibatkan oleh kompresi sentral serta lensa yang lebih tua. Saat serat lensa
yang baru diproduksi dikorteks,serat lensa ditekan menuju sentral. Serat-serat
lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang
tidak terasa nyeri dan sering bilateral (Ilyas, 2005).
Selain itu berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan
metabolism pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya
menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian
lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk memalui kornea yang
dihalangi oleh lensa yang keruh atau huram. Kondisi ini memburamkan
bayangan semu yang sampai pada retina. Akibat otak mengiterprestasikan
sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata
menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam
dank lien mengalami kesulitan dalam membedakan warna (Mansjoer,2008).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2001). Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi

sehubungan dengan gangguan penglihatan.

b.Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)


c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak

jelas),sinar terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap

penglihatan perifer, kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di

ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran

cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer,

fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu Tampak kecoklatan

atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan merah/mata

keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan air

mata.

d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata

berair (glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan

pada dan sekitar mata, sakit kepala  (glaukoma akut).

e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma,

diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan

vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan

ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma).

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia ( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu

atau kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan ,

menurunkan,membatasi,  mencegah dan merubah (Nursalam, 2001)


Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada

pasien dengan  penyakit katarak adalah:

1) Gangguan Persepsi Sensori : Gangguan penglihatan b/d Katarak (D.0085)

2) Gangguan Mobilitas Fisik b/d Gangguan Sensori Persepsi (Katarak)

(D.0054)

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. 1. Gangguan L.09083 NIC: Fall prevention

PERSEPSI Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kebiasaan


dan faktor-faktor yang
SENSORI : keperawatan diharapkan
mengakibatkan risiko
persepsi realitas terhadap
Gangguan jatuh
stimulus baik internal 2. Kaji riwayat jatuh pada
penglihatan b/d maupun eksternal klien dan keluarga

Katarak (D.0085) membaik.


3. Identifikasi karakteristik
Definisi : Dengan criteria hasil: lingkungan yang dapat
meningkatkan terjadinya
Perubahan persepsi
a. Verbalisasi melihat risiko jatuh (lantai licin)
terhadap stimulus bayangan menurun 4. Sediakan alat bantu
baik internal b. Distorsi sensori (tongkat, walker)
menurun
maupun eksternal
5. Ajarkan cara
yang disertai
penggunaan alat bantu
dengan respon (tongkat atau walker)
yang berkurang, 6. Instruksikan pada klien
berlebihan atau untuk meminta bantuan
ketika melakukan
terdistorsi. perpindahan, joka
diperlukan
7. Ajarkan pada keluarga
untuk menyediakan
lantai rumah yang tidak
licin
8. Ajarkan pada keluarga
untuk meminimalkan
risiko terjadinya jatuh
pada pasien
2. 1. Gangguan Mobilitas L.06048 NIC: Anxiety reduction

Fisik b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan informasi faktual


meliputi dignosa,
Gangguan Sensori keperawatan diharapkan
prognosis, dan terapi
kemampuan untuk
Persepsi (Katarak) sesuai kondisi klien
merasakan stimulasi 2. Dampingi klien untuk
(D.0054) gambar visual membaik. mengurangi ketakutan
klien
2. Definisi :
Dengan criteria hasil:
3. Kaji respon kecemasan
keterbatasan dalam verbal maupun non
Ketajaman mata
verbal klien
gerakn fisik dari meningkat

satu atau lebih 4. Gunakan komunikasi


terapeutik dan
ekstermitas secara pendekatan yang baik
pada klien
mandiri.
5. Berikan terapi
nonfarmakologis untuk
mengurangi ansietas
klien

6. Kolaborasi dengan tim


medis terkait pemberian
obat untuk menurunkan
kecemasan klien
DAFTAR PUSTAKA

Amindyta, O. (2013). Katarak Senilis Imatur Pada Wanita Umur 84 Tahun.


Lampung : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Anas, Tamsuri. (2011). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Jakarta. EGC.
Arimbi, A.T. (2012). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Katarak Degeneratif Di RSUD Budhi Asih Tahun 2011. Skripsi.
Depok: Universitas Indonesia.

Bulechek, M, Gloria, et.all. (2015). Nursing Interventions Classification (NIC).


Elsevier Mosby. St. Louis Missouri.
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi : 3. Alih Bahasa : Nike
Budhi Subekti. Penerbit Buku Kedokteran : EGC.

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya Media.

Herdman, T, Heather and Kamitsuru Shigemi. (2015). Nursing Diagnoses:


Definition&Classification. Willey Black

Well.http://cdn.ca9.uscourts.gov/datastore/library/2014/09/12/Colw
ellCataract.pdf. Diakses pada hari Selasa, 22 Maret2016.

Khudin, A.M. (2014). Hubungan Kadar Gula Darah Sewaktu Dengan Kejadian
Stroke Iskemik Ulang Di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. Naskah
Publikasi. Solo : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Kowalak JP. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Alih bahasa: Hartono A. Jakarta: EGC.

Moorhed, Sue et.all. (2015). Nursing Outcomes Classification (NOC). Elsevier


Mosby. St. LouisMissouri.

Murrill A. Cynthia. (2014). Care of the Adult Patient with Cataract. Optometric
Clinical PracticeGuideline.

Mutiarasari, D. (2011). Katarak Juvenil. No.XIV edisi oktober. Penerbit FKUI.


Jakarta.
Nungki R. P. (2014). Perbedaan Tajam Pengeliatan Pascaoperasi Fakoemulsifikasi
Pada Pasien Katarak Senilis Dengan Diabetes Melitus Dan Tanpa
Diabetes Melitus. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah. Semarang:
Universitas Diponegoro.

Ocampo, Vicente Victor D. (2016). Senile Cataract.


http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overviewDiakses pada
hari Senin, 21 Maret 2016.

Putri, Kartika N. A (2015). Pengaruh Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang


Katarak Terhadap Intensi Untuk Melakukan Operasi Katarak Pada Klien
Katarak Di Wilayah Kerja Puskesmas Semboro Kabupaten Jember.
Jember: Digital Repository Universitas Jember.

Putri, kartika N. A. (2015). Pengaruh pemberian pendidikan kesehatan tentang


katarak terhadap intensi untuk melakukan operasi katarak pada klien

katarak di wilayah kerja puskesmas semboro kabupaten jember. Jember:


Digital Repository Universitas Jember

Rahayu, Endang. (2014). Kamus kesehatan : Untuk Pelajar, Mahasiswa, Profesional


dan Umum. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rahmawati, M. L. A. (2010). Hubungan Antara Usia Dengan Prevalensi Dugaan


Mati Mendadak. Skripsi. Solo : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Rasyid. R, Nawi. R, dan Zulkifli. (2010). Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Katarak Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Makassar
(BKMM Tahun 2010). Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanudin.

Seekers, J. (2012). Cataract. University Of Maryland Medical Centre.


http://umm.edu/health/medical/reports/articles/cataracts. Diakses pada
hari Selasa, 23 Maret 2016.

Tarwoto. (2009). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Trans


InfoMedia.

Tarwoto. (2009). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Trans


InfoMedia.

Usmarula. R. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gangguan Sistem


Sensori Visual: Pre dan Post Operasi Katarak Di Bangsal Cempaka Di
Rmah Sakit Umum Daerah Pandanarang Boyolali. Naskah Publikasi.
Solo: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai