Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH

Di bimbing oleh: Luluk Nuraini, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

1. Dinda Silvia K.K (1801100478)


2. Defit Fungky W (1801100475)
3. Hana Karunia P (1801100484)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

JL. PanjiSuroso No.6 Kel. Polowijen, Kec. Blimbing Kota Malang Telp.(0341) 488762 ,

Email : stikeskendedesmalang@gmail.com
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwrwb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya, Penulis dapat
menyesuaikan Makalah Keperawatan Medikal Bedah. Makalah ini telah Saya selesaikan dengan
maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu Saya sampaikan
banyak terimakasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, Saya selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa Saya sampaikan, semoga Makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Malang, 27 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul Luar (cover)

Kata Pengantar..................................................................................................

Daftarisi............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................

1.3 Tujuan................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi glaukoma..............................................................................

2.2 Etiologi glaukoma ............................................................................

2.3 Patofisiologi glaukoma .....................................................................

2.4 Klasifikasi glaukoma ........................................................................

2.5 Manifestasi klinis glaukoma .............................................................

2.6 Pemeriksaan penunjang glaukoma………………………………….

2.7 Penatalaksanaan glaukoma …………………………………………

2.8 Asuhan keperawatan glaukoma …………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan manusia.
Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan
yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang
sempurna dengan segala indranya saja yang mendapat kesempatan kerja termasuk matanya.mata
merupakan anggota badan yang sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk
kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang hebat, apabila keadaan ini
diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.

Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di
dunia setelah katarak. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada
kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan.

Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa gejala yang
nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan sampai terjadi
kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan 50% penderita glaukoma tidak
menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena kerusakan yang disebabkan oleh
glaukoma tidak dapat diperbaiki, maka deteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini
mungkin.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Jelaskan definisi dari glaukoma ?
2. Jelaskan etiologi dari glaukoma ?
3. Jelaskan patofisiologi dari gluakoma ?
4. Jelaskan klasifikasi dari glaukoma ?
5. Apasaja manifestasi klinis dari glaukoma ?
6. Jelaskan pemeriksaan penunjang dari glaukoma ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari glaukoma ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada glaukoma ?
1.3 TUJUAN MASALAH
a. Untuk mengetahui definisi dari glaukoma.
b. Untuk mengetahui etiologi glaukoma.
c. Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
d. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis glaukoma.
f. Untuk mengetahuipemeriksaan medis glaukoma.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan glaukoma.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI GLAUKOMA

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang
ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah akibatnya.
(Indriana dan N Istiqomah; 2004).

Glaukoma adalah kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan pada bola
mata. Meningkatnya tekanan bola mata ini terjadi akibat gangguan pada system aliran
cairan mata. Seseorang yang menderita kondisi ini dapat merasakan gejala berupa
gangguan penglihatan, nyeri pada mata, hingga sakit kepala.

Pada dasarnya, mata memiliki system aliran cairan mata (aqueous humour) ke
dalam pembuluh darah. Aqueous humour itu sendiri adalah cairan alami yang berfungsi
menjaga bentuk mata, memasok nutrisi, dan membersihkan kotoran pada mata. Ketika
terjadi gangguan pada system aliran cairan ini akan menyebabkan penimbunan cairan
aqueous humour dan meningkatkan tekanan pada bola mata (hipertensi ocular).
Meningkatnya tekanan pada bola mata dapat merusak saraf optic.

Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan


tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang pandang
yang khas. (Tamsuri A; 2010)

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan


intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil
syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan
penurunan tajam pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo Joko Waluyo; 2009)

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata


meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan (Dwindra M; 2009)
2.2 ETIOLOGI

Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi


sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi
faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses
patologik dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara
lain riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.

2.3 PATOFISIOLOGI

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aqueus


oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor aquelus
melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan
keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20
mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan
tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara
fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran darah
menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi
secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul
penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf
pada papil saraf optik.

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan
pada papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik.
Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka
panjang, miopia, trauma mata.

Obtruksi jaringan Peningkatan tekanan


trabekuler vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris ke


cairan humor aqueous depan

TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Nyeri

Gangguan saraf optik Tindakan operasi

Perubahan Anxietas Kurang pengetahuan


pengelihatan perifer

Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan

Kebutaan
2.4 KLASIFIKASI GLUKOMA

1. Glaukoma primer

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul
pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua
mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri
osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan
lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-


95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan.
Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejalaawal biasanya tidak ada,
kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.

b. Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena


ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan,
menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke
saluran schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan
vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena
usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya
TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris
memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan
nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata.
Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam
sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi akibat:

 Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak


 Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea

 Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

3. Glaukoma kongenital

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah


kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata
tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan
menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka
terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari
sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%)
manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia
blepharospme.

2.5 MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).


2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO (Tekanan Intraokular) meningkat.
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.

a. Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat


cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

— Palpasi atau digital dengan jari telunjuk


— Indentasi dengan tonometer schiotz
— Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann

— Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat,
sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat digunakan dalam
keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk
diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak
boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang
keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan
ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu
jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.Tinggi rendahnya tekanan
dicatat sebagai berikut :

 N : normal
 N+1 : agak tinggi
 N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
 N–1 : lebih rendah dari normal

 N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

c. Oftalmoskopi

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan


papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil
saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi.
Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari ekskavasi yang
luasnya tetap atau terus melebar.

2. Pemeriksaan lapang pandang

a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di
daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.

b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum, yang


meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang
ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas, 2002:
242-248).

2.7 PENATALAKSANAAN

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut


yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif (mengurangi
nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang
serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).

Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik


seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor aqueus
ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide (Acetazolam,
Diamox). Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane). Penurunan humor
aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik seperti
latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol (Begatan).
Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan
miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini
menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum
dilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda penurunan TIO.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan memberikan


analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau kostikosteroid untuk reaksi
radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran
schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah. Tindakan
pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser trabekuloplasti. Bila
tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan


terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan
penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam
pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk mempertahankan
pengobatan dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif dan mengakibatkan
kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit


ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu.
Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan untuk
mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi pengelihatan
yang masi ada.

2.8 ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Identitas

a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur (glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun)
e. Ras

f. Pekerjan (terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata)

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang dan


mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan sering
menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau pada
saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang
akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma), riwayat trauma
(terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM,
Arterioscierosis, Miopia tinggi).

d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami


penyakit glaucoma sudut terbuka primer.

3. Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatu,


berkendaraan.

4. Pemeriksaan fisik

— Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk


mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi
lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior
dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.

— Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.

— Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,


sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.

— Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup.
Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang
pada waktu TIO normal sudutnya sempit. (Indriana N dan Istiqomah; 2004)

2. Diagnosa keperawatan

a. DX 1: Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler (TIO).

Intervensi :

1. Pertahankan tirah baring ketat pada posisi semi-Fowler dan cegah


tindakan yang dapat meningkatkan TIO (batuk, bersin, mengejan)
2. Berikan lingkungan gelap dan tenang.
3. Obsevasi tekanan darah, nadi dan pernapasan tiap 24 jam jika klien tidak
menerima agens osmotik secara intravena dan tiap 2 jam jika klien
menerima agens osmotik intravena.
4. Observai derajat nyeri mata tiap 20 menit selama fase akut.
5. Observasi ketajaman pengelihatan setiap waktu sebelum penetesan obat
mata yang diresepkan.
6. Berikan obat mata yang diresepkan untuk glaukoma dan beri tau dokter
jika terjadi hipotensi, haluaran urin <24 ml/jam, nyeri pada mata tidak
hilang dalam waktu 30 menit setelah terapi obat, tajam pengelihatan turun
terus menerus.

b. DX 2: Resiko cedera kornea b.d terjadinya edema pada kornea.

Intervensi :
1. Kaji faktor- faktor yang menimbulkan cedera
2. Gunakan cara yang tepat untuk mencegah cedera
3. Anjurkan pasien untuk tidak menyentuh mata
4. Kontrol aktivitas sesuai kemampuan
5. Anjurkan pada keluarga untuk menyediakan pengaman di dalam rumah
6. Jauhkan alat-alat listrik dari jangkauan pasien
7. Anjurkan kepada keluarga untuk selalu menemani pasien di rumah
8. Pantau kegiatan harian yang dilakukan pasien.
c. DX 3: Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan; adanya
nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan pengelihatan.

Intervensi :

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan theknik relaksasi,sesuai dengan


kebutuhan
2. Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan
dukungan emosional untuk pasien dan keluarga
3. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
4. Hindari pembuatan keputusan pada saat pasien berada dalam keadaan
ansietas
5. Minta keluarga untuk mengunjungi pasien bila memungkinkan
3. Evaluasi

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan glaukoma


diharapkan sebagai berikut:

a. Nyeri dapat berkurang dan hilang


b. Pasien dapat mempertahankan lapang pengelihatan dengan optimal dan
mencegah kehilangan pengelihatan lebih lanjut
c. Kehawatiran pasien berkurang dan hilang
BAB IV

PENUTUP

3.1     KESIMPULAN
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama
akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan
karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan
membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata
yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati
Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma primer, sekunder dan
kongenital. Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri, lapang
pandang menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan. Penatalaksanaannya
dapat dilakukan berbagai terapi obat-obatan, sala satunya adalah dengan pemberian terapi
timolol yang bertujuan untuk menurunkan intraokuler (TIO).
3.2      SARAN
1. Bagi petugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada glaukoma untuk pencapaian kualitas keperawatan secara
optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.

2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena
bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka
penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan
pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan


asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan glaukoma.
DAFTAR PUSTAKA.

Anda mungkin juga menyukai