Anda di halaman 1dari 5

2.

3 TOLAK UKUR MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


2.3.1 Mutu Pelayanan Keperawatan
Mutu pelayanan adalah sebuah kesempurnaan mengenai penilaian
pasien terhadap pelayanan yang diberikan serta penyelenggaraan
berdasarkan kode etik dan standar profesional pelayanan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan kebijakan DEPKES RI (1998) mutu pelayanan
keperawatan adalah pelayanan yang diberikan untuk pasien berdasarkan
standart keahlian sehingga pasien memperoleh kepuasaan dan
mempercayakan ke Rumah Sakit.
Layanan keperawatan yang bermutu adalah layanan yang selalu
berupaya memberikan yang terbaik bagi pasien.

2.3.2 Penilaian Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan Secara Umum


Disebuah Rumah Sakit penilaian mutu pelayanan asuhan keperawatan
berkaitan erat dengan proses, struktur dan outcome sistem pelayanan
rumah sakit. Secara umum aspek penilaian meliputi aspek struktur, proses
dan outcome ((Nursalam, 2014) :
1. Aspek strutur (input)
struktur mencakup semua input untuk pelayanan disebuah RS melipu
M1 (Man), M2 (sarana prasarana), M3 (metode asuhan keperawatan),
M4 (dana) dan M5 (pemasaran). Kekuatan sistem struktur di RS akan
menjamin pelayanan mutu dinilai dari kewajaran, kuantitas dan biaya.
2. Proses
Proses adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
mengenai pelayanan yang diberikan kepada pasien. Bentuk penilaian
mengenai proses ini meliputi penegakkan diagnosa penyakit pasien,
rencana pengobatan, rencana tindakan, penanganan penyakit dan
prosedur pengobatan
3. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dari tenaga kesehatan meliputi :
1. Indikator mutu mengacu pada pelayanan meliputi :
- angka INOS
- angka kematian kasar
- kematian pascabedah: 1–2%
- kematian ibu melahirkan: 1–2%
- kematian bayi baru lahir: 20/1.000
- NDR (Net Death Rate): 2,5%
- ADR (Anesthesia Death Rate) maksimal 1/5.000
- PODR (Post-Operation Death Rate): 1%
- POIR (Post-Operative Infection Rate): 1%

2. Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat


diukur dengan jumlah keluhan dari pasien/keluarganya, surat
pembaca di koran, surat kaleng, surat masuk di kotak saran, dan
lainnya
2.3.3 Jaminan Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan Komunitas
Jaminan mutu dalam keperawatan komunitas merupakan landasan
yang penting dalam memberikan layanan keperawatan kepada klien.
Seorang perawat komunitas yang profesional harus memberikan layanan
yang bermutu kepada pasien tanpa membeda-bedakan status. Layanan
keperawatan yang bermutu adalah layanan keperawatan yang senantiasa
berupaya memenuhi harapan klien supaya klien puas terhadap pelayanan
yang diberikan perawat (Effendi & Makhfudi, 2009).
Layanan kesehatan bagaikan mutu barang dan jasa bersifat
multidimensial, dimensi mutu layanan kesehatan menurut L.D Brown dkk
(2002) dalam (Effendi & Makhfudi, 2009) antara lain :
1. dimensi kompetensi teknis
menyangkut keterampilan, penampilan dan kinerja perawat komunitas.
2. dimensi keterjangkauan akses layanan
layanan kesehatan harus dapat dicapai oleh semua kalangan
masyarakat tidak terhalang kondisi geografis, sosial, ekonomi. Oleh
karena itu perawat harus mampu memberikan pelayanan terhadap klien
semaksimal mungkin.
3. dimensi efektivitas layanan
perawat harus mampu mengurangi keluhan dan mencegah terjadinya
penyakit bergantung pada standart layanan kesehatan
4. dimensi efisinesi layanan
layanan kesehatan yang efisien dapat melayani lebih banyak klien
5. dimensi kesinambungan layanan
klien harus ditangani sesuai kebutuhannya, termasuk rujukan apabila
diperlukan tanpa harus mengulangi prosedur dan terapi yang tidak
perlu. Karena riwayat penyakit telah terdokumentasi dengan lengkap
6. dimensi kemanan
layanan kesehatan harus aman dari risiko cidera, infeksi, efek samping.
Contohnya tindakan transfusi darah harus memperhatikan kembali
tepat pasien, agar terapi trnsfusi yang diberikan sesuai dengan klien
yang membutuhkan
7. dimensi kenyaman
8. dimensi informasi
harus memberikan informasi yang akurat dan berdasarkan fakta.
Contohnya saat perawat komunitas memberikan promosi kesehatan
terkait terapi komplementer yang dapat diberikan pada penderita
hipertensi maka hal itu harus dapat dipertanggungjawabkan dan akurat
berdasarkan penelitian
9. dimensi ketepatan waktu
10. dimensi hubungan antar manusia
hubungan antar manusia yang baik akan menciptakan kepercayaan
serta meningkatkan kredibilitas.

Pada setiap proses layanan keperawatan hampir terjadi variasi.


Contohnya perawat komunitas, pada setiap kasus yang ditemukan di
lapangan akan menerapkan cara yang berbeda untuk memecahkannya.
Demikian halnya ketika perawat komunitas memberikan pelayanan di
puskesmas maka perawat akan menunjukkan karakteristik/ciri khas pada
masing-masing individu mengenai apa yang dikeluhkan klien, pengobatan
apa yang dirasakan, respon klien terhadap perawat yang memberikan
layanan. Hasil keseluruhan kerja perawat akan dinilai oleh klien langsung
bisa melalui kuisioner untuk mengukur apa saja yang sudah tercapai
berdasarkan standart yang berlaku.

2.4 EVALUASI DAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN


KOMUNITAS
Mutu layanan kesehatan dapat diukur melalui 3 cara menurut (Effendi &
Makhfudi, 2009) yaitu pengukuran mutu prospektif, mutu restropektif dan
mutu konkuren.
1. Pengukuran mutu prospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu pelayanan kesehatan yang
dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Pengukuran akan
ditunjukan terhadap struktur atau input layanan kesehatan dengan asumsi
bahwa layanan kesehatan harus dimiliki sumber daya tertentu agar dapat
menghasilkan suatu layanan yang bermutu seperti berikut:
a. Pendidikan profesi kesehatan
Ditujukan agar menghasilkan profesi layananan kesehatan yang
mempunyai pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dapat
mendukung layanan kesehatan yang bermutu.
b. Perizinan
Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan
kesehatan. Surat Izin kerja (SIK) dan surat izin praktek (SIP) yang
diberikan kepada perawat telah memenuhi syarat untuk melakukan
praktek profesi keperawatan (Ners). Dengan demikian dengan profesi
kesehatan lain harus mempunyai izin kerja sesuai dengan profesinya.
c. Standardisiasi
Dengan menetapkan standarisasi, seperti standarisasi peralatan, tenaga,
gedung, sistem, organisasi, dll, setiap fasilitas layanan kesehatan yang
memiliki standar yang sama dapat menyelenggarakan layanan
kesehatan yang sama mutunya.
d. Sertifikasi
Merupakan langkah selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai
Ners yang teregistrasi adalah contoh sertifikasi.
e. Akreditasi
Merupakan pengakuan bahwa suatu intitusi layanan kesehatan seperti
rumah sakit telah memenuhi beberapa standar layanan kesehatan
tertentu.
2. Pengukuran mutu restrospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yangb dilakukan
setelah penyelenggaraan layanan kesehatan selesai dilaksanakan.
3. Pengukuran mutu konkuren
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan
selama layanan kesehatan dilangsungkan atau diselenggarakan.

Anda mungkin juga menyukai