Anda di halaman 1dari 17

NASKAH ROLE PLAY

Peran Perawat Sebagai Edukator Terkait Sistem Hematologi

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Blok


Mata Kuliah Blok 2.6 Sistem Imun Hematologi
Dosen Pengampu : Tia Amestiasih, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 2 (Kelas A.13.02)
Yanuarius Faar (15130083)
Ria Prapitasari Estimunandar (16130049)
Misti Oktiani (16130054)
M. Wawan Izmi (16130059)
Yunia Nosi Saputri (16130065)
Christanty Desca Nathalia Widodo (16130070)
Bella Pebrianda (16130075)
Noor Khutomah (16130081)
Gusti Ayu Saraswati (16130085)
Amelya Megayanti Br. Sembiring (16130089)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2018
Kasus:
Seorang perempuan, An. A (7 tahun), dirawat di Rumah Sakit Medika Respati
karena pingsan saat sedang diperjalanan sepulang sekolah. Setelah dibawa ke
rumah sakit, An. A didiagnosa menderita thalasemia mayor dan baru dirawat
selama 2 hari. Akibat dari penyakit tersebut, klien harus rutin melakukan transfusi
darah. Ibu klien mengatakan klien merasa sangat lemas, dan saat dirumah mudah
sekali lelah sejak kecil. Orangtua klien mengatakan tidak mengetahui mengapa
anaknya sering pingsan 2 bulan belakangan ini. Dari hasil pemeriksaan didapatkan
N: 120 x/menit, RR: 30 x/menit, TD: 90/60 mmHg, Suhu: 370C. Dari hasil
pengkajian didapatkan konjungtiva pucat, tampak lemah, CRT>3 detik, dan nadi
teraba lemah. Pada pemeriksaan lab didapatkan nilai hb= 6 g/dL. Sebagai seorang
perawat, tunjukkan peran anda sebagai seorang edukator!
Pemeran:
1. Yanuarius Faar : sebagai Petugas Lab
2. Ria Prapitasari Estimunandar : sebagai Dokter
3. Misti Oktiani : sebagai Pasien
4. M. Wawan Izmi : sebagai Bapak
5. Yunia Nosi Saputri : sebagai Perawat 1
6. Christanty Desca Nathalia Widodo : sebagai Perawat 3
7. Bella Pebrianda : sebagai Perawat 2
8. Noor Khutomah : sebagai Ahli Gizi
9. Gusti Ayu Saraswati : sebagai Perawat 4
10. Amelya Megayanti Br. Sembiring : sebagai Ibu
“Pentingnya Skrining Sebelum Menikah”

Seorang perempuan berusia 7 tahun bernama Misti sudah dirawat selama 2


hari di Rumah Sakit Medika Respati karena pingsan saat sepulang dari sekolah.
Setelah dilakukan pemeriksaan pada darahnya, Misti didiagnosa menderita
thalasemia mayor dan harus dilakukan transfusi darah secara rutin.
[Di ruang dokter]
Perawat 1 : “Selamat pagi dok.”
Dokter : “Pagi sus. Ada apa sus?”
Perawat 1 : “Ini dok saya mau memberikan hasil pemeriksaan pasien Misti.”
(sambil menyerahkan hasil pemeriksaan).
Dokter : (Membaca hasil pemeriksaan) “Jumlah Hb pasien rendah,
mikrositik, hipokromik, Hb F meningkat. Pasien ini menderita
thalasemia mayor dan harus segera dilakukan transfusi. Ayo kita ke
ruang pasien.”
Perawat 1 : “Baik dok.”
Dokter dan perawat 1 menuju ruangan Misti untuk menyampaikan hasil
pemeriksaan dan terapi yang harus dilakukan oleh pasien.
Dokter : “Selamat pagi semuanya.”
Semua : “Pagi juga dok.”
Dokter : “Adek Misti tidur ya bu.”
Ibu : “Iya dok.”
Dokter : “Baik. Jadi begini bapak, ibu, saya akan menyampaikan hasil
pemeriksaan sebelumnya.”
Bapak : “Bagaimana hasilnya dok? Anak saya kenapa?”
Dokter : “Jadi, dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, anak bapak dan
ibu menderita thalasemia mayor dan harus menerima transfusi rutin
karena hb anak bapak dan ibu rendah. Bagaimana bapak, ibu?
Bapak : “Lakukan saja yang terbaik untuk anak saya dok. Asalkan anak
saya bisa cepet pulang.”
Dokter : “Baiklah kalau begitu. Sus, segera dilakukan pengecekan darah
pasien dan kedua orangtuanya ya.”
Perawat 1 : “Baik dok.”
Dokter : “Saya permisi dulu ya pak, bu.”
Bapak : “Iya dok.”
Dokter pun meninggalkan ruangan.
Perawat 1 : “Bapak, ibu nanti akan ada perawat lain yang kesini untuk
mengambil darah bapak dan ibu ya.”
Ibu : “Baik sus.”
Perawat 1 : “Kalau begitu saya permisi ya bapak, ibu.”
Perawat 1 pun pergi meninggalkan ruangan dan menuju ruang perawat.
Perawat 1 : “Sus, tolong lakukan pengecekan darah kedua orang tua Misti di
bed nomor 2 karena akan dilakukan transfusi. Saya lanjut
mendampingi dokter visit.”
Perawat 2 : “Baik sus.”
Perawat 1 pun meninggalkan ruang perawat dan melanjutkan pendampingan
visit dokter.
Perawat 2 pun menyiapkan alat dan segera menuju bed adek Misti.
Perawat 2 : “Selamat pagi adek, bapak, ibu.”
Semua : “Pagi juga sus.”
Perawat 2 : “Perkenalkan saya perawat 2. Sekarang saya akan melakukan
pengambilan darah pada bapak dan ibu karena anak bapak dan ibu
harus menerima transfusi darah ya.”
Ibu : “Iya sus. Silahkan.”
Perawat 2 : “Kalau begitu saya mulai ya. Nanti saat diambil darahnya akan
sakit, jadi nanti bapak dan ibu tarik napas dalam saja ya, jangan
ditarik tangannya.”
Semua : “Iya sus.”
Perawat 2 : “Siapa yang lebih dulu mau diambil darahnya bapak, ibu?”
Bapak : “Saya saja duluan sus.”
Perawat 2 : “Baiklah bapak.”
Perawat 2 pun melakukan pengambilan darah pada kedua orang tua Misti.
Perawat 2 : “Bapak ibu, sudah selesai ya. Sebelum saya permisi ada yang mau
ditanyakan tidak bu?”
Ibu : “Ada sus. Penyakit thalasemia itu apa ya sus?”
Perawat 2 : “Baik ibu, sepertinya ibu belum terlalu tahu ya thalasemia itu apa.”
Bapak : “Iya sus. Saya juga.”
Perawat 2 : “Baiklah kalau begitu saya permisi sebentar ya untuk menyerahkan
sampel darah ini. Nanti saya kesini lagi untuk menjelaskannya.”
Ibu : “Baik sus.”
Perawat 2 : “Permisi sebentar ya bapak, ibu.”
Perawat 2 pun meninggalkan ruangan dan menuju ruang perawat.
Perawat 2 : “Perawat 3 tolong bawa sampel darah ini ke lab ya karena saya akan
melakukan edukasi kepada keluarga pasien.”
Perawat 3 : “Baik sus.”
Perawat 2 : “Ini formnya.”
Perawat 3 : “Baik sus.”
Perawat 3 pun segera pergi ke lab untuk menyerahkan sampel darah kedua
orang tua Misti.
[Di ruang laboratorium]
Perawat 3 : “Selamat pagi mas.”
Petugas Lab : “Selamat pagi juga sus. Ada yang bisa dibantu?”
Perawat 3 : “Ini saya mau menyerahkan sampel darah kedua orang tua pasien
Misti. (menyerahkan sampel darah ke petugas lab). “Dan ini
formnya mas.”
Petugas Lab : (mengambil sampel darah dan form pemeriksaan) “Baik sus.
Hasilnya nanti siang ya.”
Perawat 3 : “Iya mas.”
Disisi lain perawat 2 memberikan edukasi kepada kedua orang tua Misti.
Perawat 2 : “Selamat pagi bapak, ibu.”
Semua : “Pagi sus.”
Perawat 2 : “Masih ingat dengan saya?”
Semua : “Masih sus. Perawat 2 kan?”
Perawat 2 : “Benar sekali bu. Sesuai janji saya tadi, sekarang saya akan
menjelaskan terkait penyakit anak bapak dan ibu ya.”
Ibu : “Iya sus.”
Perawat 2 : “Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah bapak dan ibu sudah
melakukan pemeriksaan sebelum bapak dan ibu menikah?”
Bapak : “Tidak pernah sus.”
Perawat 2 : “Baiklah, jadi begini bapak, ibu. Thalasemia itu penyakit genetik
atau keturunan. Jadi, pada penyakit ini terjadi kelainan pada sel
darah merah yang diturunkan oleh orang tua. Penyebabnya yaitu
seperti yang saya katakan tadi keturunan. Mungkin salah satu dari
orang tuanya atau keduanya pembawa penyakit ini, sehingga anak
bapak dan ibu juga menderita penyakit ini.”
Bapak : “Sepertinya saya tidak mendeita penyakit ini sus.”
Ibu : “Iya sus, saya juga tidak.”
Perawat 2 : “Bapak, ibu, untuk memastikan apakah bapak atau ibu menderita
thalasemia harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu karena ada
thalasemia yang tidak menunjukkan tanda dan gejala tetapi dapat
menurunkan kepada anak dan memperlihatkan tanda dan gejala.
Untuk anak bapak dan ibu menderita thalasemia mayor, sehingga
dapat dipastikan bahwa bapak dan ibu membawa penyakit ini
walaupun tidak memperlihatkan tanda & gejala”
Ibu : “Oh begitu ya sus. Kami baru tahu sus.”
Perawat 2 : “Iya bu. Jadi thalasemia itu ada 2, yaitu thalasemia mayor dan
thalasemia minor. Thalasemia mayor itu thalasemia yang memiliki
gejala yang berat dan membutuhkan transfusi darah rutin seumur
hidup. Sedangkan, thalasemia minor biasanya tidak memunculkan
tanda dan gejala atau ada juga yang menunjukkan gejala ringan
tetapi tidak membutuhkan transfusi runtin.”
Ibu : “Jadi begitu. Saya baru tau sus.”
Perawat 2 : “Nah, pada thalasemia ini yang terjadi penurunan produksi atau
sama sekali tidak ada produksi sel darah merah. Sehingga, gejalanya
sangat mirip dengan anemia. Bapak dan ibu tahu kan anemia?”
Bapak & Ibu : “Iya tahu sus.”
Perawat 2 : “Baik. Untuk tanda dan gejalanya itu seperti yang sudah dialami
oleh anak ibu. Paling umum yaitu jumlah hb anak bapak dan ibu di
bawah normal. Akibatnya anak bapak dan ibu mudah lelah &
pingsan, sesak napas, tidak nafsu makan, berat badannya menurun,
pucat, pembesaran hati.”
Ibu : “Jadi begitu sus. Pantas saja anak saya sering pingsan.”
Bapak : “Jadi bagaimana sus, apakah anak saya bisa disembuhkan? Tolong
sus, sembuhkan anak saya lakukan yang terbaik.”
Ibu : “Iya sus. Saya ingin anak saya sehat seperti anak-anak lainnya.”
Perawat 2 : “Sampai sekarang belum ada cara untuk menyembuhkan penyakit
ini bu, pak.”
Ibu : “Terus bagaimana sus? Saya tidak ingin kehilangan anak saya.”
Perawat 2 : “Mohon tenang ya bu. Seperti yang dokter sarankan tadi bahwa
anak ibu harus menerima transfusi darah secara rutin seumur hidup
anak bapak dan ibu. Tujuan dari transfusi ini hanya untuk
memperpanjang hidup tapi tidak menyembuhkan. Selain itu,
menghilangkan tanda dan gejala sehingga anak bapak dan ibu tidak
mudah pingsan lagi serta lelah lagi dan agar tidak terjadi penyakit
lain lagi. Selain itu, anak bapak dan ibu harus meminum obat yang
diberikan secara teratur.
Bapak : “Jadi begitu ya sus. Baiklah kami akan rutin melakukan transfusi
untuk anak kami. Kami harus melakukan transfusi kapan saja ya
sus?”
Perawat 2 : “Bagus bapak. Biasanya dilakukan setiap 3-4 minggu sekali bapak.
Tapi, nanti kita ikuti instruksi dokter berapa kali yang sesuai untuk
anak bapak.”
Ibu : “Baik sus. Kami akan mengikuti instruksi dokter.”
Perawat 2 : “Bagus sekali bapak, ibu. Hal penting yang perlu diingat lagi yaitu
bapak dan ibu harus rutin kontrol ke rumah sakit untuk mengetahui
keadaan anak bapak dan ibu.”
Bapak & Ibu : “Baik sus.”
Bapak : “Sus, apakah penyakit ini dapat dicegah?”
Perawat 2 : “Iya pak bisa. Caranya yaitu dengan melakukan konseling dan
pemeriksaan sebelum menikah atau sebelum merencanakan
kehamilan sehingga penurunan penyakit ini dapat dicegah bapak,
ibu.”
Bapak : “Jadi begitu ya sus. Saya baru tahu.”
Perawat 2 : “Iya bapak seperti itu. Bagaimana bapak dan ibu, apakah sudah
paham dengan apa yang telah saya jelaskan?”
Bapak & Ibu : “Sudah sus.”
Perawat 2 : “Baiklah kalau sudah bisa ibu ulangi thalasemia itu apa?”
Ibu : “Thalasemia itu penyakit keturunan dimana terjadi kelainan darah
yang diturunkan oleh orang tua. Bisa saja karena kedua orang tuanya
menderita penyakit ini atau bisa saja salah satu dari orangtuanya.
Untuk mengetahi secara pasti harus dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut.”
Perawat 2 : “Benar bu. Untuk jenisnya ada berapa bu?”
Ibu : “Ada 2 sus. Thalasemia mayor dan thalasemia minor. Thalasemia
mayor itu thalasemia yang memiliki gejala yang berat dan
membutuhkan transfusi darah rutin seumur hidup. Sedangkan,
thalasemia minor biasanya tidak memunculkan tanda dan gejala atau
ada juga yang menunjukkan gejala ringan tetapi tidak membutuhkan
transfusi runtin.”
Perawat 2 : “Bagus benar sekali bu. Untuk tanda dan gejalanya seperti apa bu?
Bisa disebutkan kembali?”
Ibu : “Paling umum itu jumlah hbnya di bawah normal. Akibatnya jadi
mudah lelah & pingsan, sesak napas, tidak nafsu makan, berat
badannya menurun, pucat, dan biasanya mudah sakit, dan
pembesaran hati.
Perawat 2 : “Benar sekali bu. Apakah penyakit anak bapak dapat disembuhkan?
Bapak : “Tidak sus. Pengobatannya hanya untuk menghilankan tanda dan
gejala dan membantu anak saya beraktivitas. Pengobatannya yaitu
dengan transfusi darah dengan rutin seumur hidup sus. Tujuannya
agar anak saya tidak mudah pingsan lagi dan tidak menimbulkan
penyakit lain. Selain itu, saya harus mengikuti instruksi dokter,
meminum obat secara teratur, dan rajin untuk kontrol sus.”
Perawat 2 : “Bagus pak benar sekali. Untuk pencegahannya bagaimana pak?”
Bapak : “Pencegahannya yaitu dengan melakukan konsultasi dan
pemeriksaan kesehatan sebelum menikah atau sebelum
merencanakan memiliki anak.”
Perawat 2 : “Benar sekali. Bagus sekali ya bapak dan ibu, sudah paham dengan
apa yang saya jelaskan tadi. Ini ada leaflet untuk bapak dan ibu.
(menyerahkan leaflet). “Jadi nanti kalau bapak dan ibu lupa dengan
apa yang saya jelaskan tadi, bisa dibaca kembali disini ya.”
Bapak & Ibu : “Baik sus. Terimakasih.”
Perawat 2 : “Iya sama-sama. Sebelum saya permisi apakah ada yang ingin
ditanyakan lagi?”
Bapak & Ibu : “Tidak sus.”
Perawat 2 : “Baiklah kalau tidak ada saya permisi ya bapak, ibu.”
Bapak & Ibu : “Iya sus.”
Perawat 2 pun meninggalkan ruangan.
Sekitar pukul 13.00 WIB. Perawat 3 mengambil hasil pemeriksaan darah
orang tua Misti.
[Di ruang laboratorium]
Perawat 3 : “Selamat siang mas.”
Petugas Lab : “Siang sus. Ada yang bisa saya bantu?”
Perawat 3 : “Saya mau mengambil hasil pemeriksaan darah orang tua pasien
Misti dari bangsal Melati.”
Petugas Lab : “Baik sus. Tunggu sebentar ya.”
Perawat 3 : “Iya mas.”
Petugas lab pun mencari hasil pemeriksaan darah orang tua Misti.
Petugas Lab : “Ini sus hasilnya. (menyerahkan hasil pemeriksaan).
Perawat 3 : (mengambil hasil pemeriksaan) “Baik mas. Terimakasih.”
Perawat 3 pun pergi dari ruangan dan menuju bangsal Melati.
[Di bangsal Melati]
Perawat 3 : “Sus, ini hasil pemeriksaan darah orang tua Misti. Dan yang
memungkinakan melakukan transfusi darah itu bapaknya sus.”
Perawat 1 : “Baiklah. Ayo kita segera lakukan transfusinya.”
Perawat 3 : “Iya sus.”
Perawat 1 dan 3 pun menyiapkan alat untuk melakukan transfusi darah.
Perawat 3 : “Selamat siang bapak, ibu, adek.”
Semua : “Pagi sus.”
Perawat 3 : “Apa benar ini dengan adek Misti?”
Ibu : “Benar sus.”
Perawat 3 : “Saya liat gelang pengenalnya ya.” (melihat gelang pengenal
pasien). “Baik benar ya bapak, ibu. Perkenalkan saya perawat 3 dan
ini perawat 1. Sekarang kami akan melakukan transfusi darah ke
anak ibu dan dari hasil pemeriksaan lab yang bisa melakukan adalah
bapak.”
Bapak : “Oh begitu sus. Iya, saya siap sus.”
Perawat 1 : "Sebelumnya kami cek tekanan darah bapak dulu ya. Silahkan pak
baring disini.”
Bapak : “Iya sus.”
Perawat 1 pun melakukan pengukuran tekanan darah pada bapak pasien.
Perawat 1 : “Baik tekanan darah bapak normal ya. Jadi bapak bisa melakukan
transfusi. Kita mulai ya pak.”
Perawat 1 pun mulai mengambil darah bapak pasien.
Perawat 1 : “Nah sudah selesai ya pak. Bapak jangan bangun dulu ya, istirahat
saja dulu disini.”
Bapak : “Baik sus.”
Perawat 1 pun menyerahkan kantong darah ke perawat 3 untuk diberikan
kepada Misti.
Perawat 1 : “Sus, ini darahnya.” (menyerahkan kantong darah)
Perawat 3 : (mengambil kantong darah)
Perawat 3 pun melakukan tranfusi kepada Misti dan mengamati tanda-tanda
alergi pada pasien.
Perawat 3 : “Nah bu, anak ibu kan harus rutin melakukan transfusi darah dan
ini ada efek sampingnya bu.”
Ibu : “Apa efek sampingnya sus?”
Perawat 3 : “Jadi, efek sampingnya bila rutin menerima transfusi yaitu terjadi
kelebihan zat besi di tubuh anak ibu dan itu tidak baik juga bagi
kesehatan bu.”
Ibu : “Jadi, saya harus bagaimana sus?”
Perawat 3 : “Tenang bu. Biasanya dokter sudah meresepkan obat untuk
mecegah terjadinya penimbunan zat besi pada anak ibu. Atau ibu
juga bisa mencegahnya dengan memberikan teh pada anak ibu saat
makan bu.”
Ibu : “Oh begitu sus, baiklah. Ada efek samping lain lagi gak sus?”
Perawat 3 : “Nah biasanya juga akan timbul alergi bu seperti gatal-gatal,
demam, dan lain-lain. Jadi, setiap melakukan transfusi ibu
perhatikan ya apakah ada tanda-tanda seperti yang saya bilang tadi
dan segera laporkan kalau ada. Tetapi, biasanya selama transfusi
akan diawasi perawat juga bu.”
Ibu : “Iya sus. Saya akan memperhatikannya.”
Perawat 3 : “Bagus bu.”
Tak lama kemudian Misti selesai mendapatkan transfusi darah.
Perawat 3 : “Baiklah ibu, sudah selesai ya. Ibu, bisa sebutkan kembali apa efek
samping dari transfusi darah dan cara mencegahnya bagaimana?”
Ibu : “Efek sampingnya itu adalah kelebihan zat besi di tubuh dan itu
tidak baik juga bagi kesehatan. Tetapi, biasanya dokter akan
memberikan obat agar tidak terjadi penimbunan besi.”
Perawat 3 : “Benar sekali bu. Sebelum saya permisi ada yang mau
ditanyakan?”
Bapak & ibu : “Tidak sus.”
Perawat 3 : “Baiklah kalau begitu saya permisi ya bapak, ibu. Kalau ada apa-
apa silahkan cari saya atau perawat lain di ruang perawat ya.
Permisi.”
Bapak & Ibu : “Baik sus.”
Perawat 3 pun meninggalkan ruangan.
2 hari kemudian keadaan Misti sudah berangsur membaik dan sudah
diperbolehkan pulang oleh dokter.
[Di ruang Dokter]
Perawat 4 : “Selamat pagi dok.”
Dokter : “Pagi sus.”
Perawat 4 : “Dok, ini hasil perkembangan kesehatan Misti. (menyerahkan
catatan perkembangan kesehatan Misti) “Apakah sudah bisa
dipulangkan dok?”
Dokter : (membaca catatan perkembangan kesehatan Misti) “Iya sus,
sepertinya hari ini pasien sudah diperbolehkan pulang. Ayo kita ke
ruang pasien. Saya ingin memeriksanya sebelum
memperbolehkannya untuk pulang.”
Perawat 4 : “Baik dok.”
Dokter dan perawat 4 pun pergi menuju ruang Misti.
Dokter : “Selamat pagi bapak, ibu, adek.”
Bapak & ibu : “Pagi dok.”
Dokter : “Gimana perasaanya hari ini dek?”
Pasien : “Sudah baik dok.”
Dokter : “Wah bagus ya kalau begitu. Dokter periksa dulu ya.”
Dokter pun melakukan pemeriksaan pada Misti.
Bapak : “Bagiamana dok keadaan anak saya?”
Dokter : “Sudah membaik pak. Anak bapak dan ibu sudah boleh pulang sore
ini. Tetapi, jangan lupa untuk rajin kontrol dan melakukan transfusi
ya bapak, ibu.”
Bapak : “Iya dok. Berapa kali kami harus melakukan transfusi dok?”
Dokter : “Setiap 4 minggu sekali ya bapak dan itu sekalian kontrol. Nanti
juga ada beberapa obat yang saya resepkan untuk anak bapak dan
ibu, diminum secara teratur ya.”
Ibu : “Iya dok.”
Dokter : “Kalau begitu saya permisi ya bapak, ibu.”
Bapak & Ibu : “Iya dok.”
Doketr : “Sus, jangan lupa sebelum pasien pulang kolaborasi dengan ahli
gizi terkait nutrisi yang baik untuk pasien.”
Perawat 4 : “Baik dok.”
Dokter pun meninggalkan ruangan.
Perawat 4 : “Bapak, ibu sebelum pulang nanti, sekarang bapak dan ibu
berkonsultasi dengan ahli gizi dulu terkait nutrisi yang baik untuk
anak ibu bagaimana. Sehingga, saat di rumah ibu tidak salah dalam
memberikan nutrisi pada anak bapak & ibu.”
Bapak : “Oh begitu. Baik sus.”
Perawat 4 : “Mari bapak, ibu ikut saya.”
Orang tua Misti pun mengikuti perawat 4 ke ruang konsultasi.
Ahli Gizi : “Selamat pagi bapak, ibu..”
Bapak & Ibu : “Pagi juga mbak.”
Ahli Gizi : “Perknalkan saya ahli gizi bu. Saya disini akan memberitahu ibu
terkait nutrisi yang baik pada anak ibu seperti apa. Sehingga nanti
anak ibu tidak mengalami komplikasi penyakit lain.”
Ibu : “ Oh begitu. Baik mbak.”
Ahli Gizi : “Nah saya mulai ya bu. Jadi ini bu daftar diit yang harus dilakukan
anak ibu agar tidak memperarah penyakit atau menimbulkan
penyakit lain.”
Bapak : “Iya mbak.”
Ahli Gizi : “Jadi anak ibu kan menderita thalasemia, disini saya menganjurkan
anak ibu makan makanan yang tinggi kalori, tinggi protein, kalsium,
seng, vitamin A, vitamin D, Vitamin E. Tetapi, rendah besi, dan
vitamin C dibatasi.
Ibu : “Baik mbak. Nanti saya akan memberikan makanan yang mbak
beri tahu tadi.”
Ahli Gizi : “Nah, anak ibu juga kan harus rutin mendapatkan transfusi darah,
dan itu biasanya ada efek samping penimbunan besi dalam tubuh,
jadi ibu bisa memberikan teh pada anak ibu saat anak ibu makan.”
Ibu : “Oh jadi begitu ya mbak. Baiklah.”
Ahli Gizi : “Baiklah bapak, ibu, bisa ibu ulangi apa yang telah saya jelaskan
tadi?”
Ibu : “Makanan yang disarankan untuk anak saya yaitu makanan yang
tinggi kalori, tinggi protein, kalsium, seng, vitamin A, vitamin D,
Vitamin E. Tetapi, rendah besi, dan vitamin C dibatasi.”
Ahli Gizi : “Benar sekali bu. Sebelumnya ada yang ingin ditanyakan lagi bu?”
Nah, ini ada leaflet yang berisi contoh daftar makanan yang
dianjurkan untuk dikonsumsi oleh anak bapak dan ibu ya.”
(menyerahkan leaflet)
Ibu : “Terimakasih mbak” (mengambil leaflet)
Ahli Gizi : “Baiklah, kalau begitu sampai disini ya pertemuan kita bapak, ibu.
Silahkan kembali ke ruangan anak bapak, dan ibu.”
Bapak & Ibu : “Baik mbak. Terimakasih.”
Bapak dan ibu Misti pun kembali ke ruangan anaknya untuk mempersiapkan
kepulangan anaknya.
Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB. Misti dan kedua orangtuanya sudah
diperbolehkan untuk pulang.
Kedua orang tua Misti selalu melakukan kontrol sekaligus transfusi setiap 4
minggu sekali. Selain itu, kedua orang tua Misti mengikuti semua instruksi yang
diberitahukan. Seperti minum obat teratur dan makan makanan yang dianjurkan
oleh rumah sakit.
Format Penilaian Skenario Role Play

Nama Kelompok : Kelompok 2


Kelas : A13.2
Tanggal Mengumpul : 18 April 2018
Judul Role Play :
No Kreteria Nilai Nilai
Maksimal
1. Skenario mencerminkan kasus/bahan role 25
play
2. Peran masing-masing mahasiswa dalam 20
skenario sesuai dengan instruksi
3. Presentase peran mahasiswa dalam skenario 25
berada dalam porsi yang seimbang
4. Skenario dibuat serealistis mungkin 20
5. Kuantitas dan kualitas konsultasi 10
JUMLAH

Yogyakarta, 18 April 2018


Dosen Pengampu

(Tia Amnestiasih, S.Kep., Ns., M.Kep)


Format Penilaian Bermain Peran/Role Play
Nama Mahasiswa :
1. Yanuarius Faar : Sebagai Petugas Lab
2. Ria Prapitasari Estimunandar : Sebagai Dokter
3. Misti Oktiani : Sebagai Pasien
4. M. Wawan Izmi : Sebagai Bapak
5. Yunia Nosi Saputri : Sebagai Perawat 1
6. Christanty Desca Nathalia Widodo : Sebagai Perawat 3
7. Bella Pebrianda : Sebagai Perawat 2
8. Noor Khutomah : Sebagai Ahli Gizi
9. Gusti Ayu Saraswati : Sebagai Perawat 4
10. Amelya Megayanti Br. Sembiring : Sebagai Ibu
Kelas : A.13.2
Tanggal : 18 April 2018
Judul :
No. Kriteria 0 1 2 Nilai
1. Mahasiswa mampu memerankan perannya sesuai
dengan scenario (bobot 1)
2. Ada unsur kreativitas, tetapi tidak menyimpang jauh
dari sekenario (bobot 2)
3. Permainan peran mahasiswa mampu menyampaikan
pesan yang diinstruksikan (bobot 1)
4. Sikap: serius, rapi, sopan, penggunaan Bahasa yang
baik dan lain-lain (bobot 1)
Total

Yogyakarta, 18 April 2018


Dosen Pengampu

(Tia Amestiasih, S.Kep., Ns., M.Kep)


Format Penilaian Diskusi dalam Role Play
(Kelompok)
Nama Kelompok : Kelompok 2
Kelas : A.13.2
Tanggal : 18 April 2018
Judul :
No Kreteria Nilai Maksimal Nilai

1. Menguasai lingkungan atau situasi 10

2. Memberi jawaban secara sistematis 25

3. Memberikan jawaban secara 25


teoritis/rasional

4. Menyampaikan ide-ide saat menjelaskan 15


atau menjawab

5. Menguasai emosi 10

6. Kemampuan menyimpulkan 15

Total

Yogyakarta, 18 April 2018


Dosen Pengampu

(Tia Amestiasih, S.Kep., Ns., M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai