Disusun Oleh :
Nama : Gusti Ayu Saraswati
NIM : 20160106
Kelas :B
B. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
C. Jenis/Klasifikasi
Menurut Nanda-I (2018)
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan Yaitu : gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian atau berhias Yaitu :
gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan Yaitu : gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting Yaitu : gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri
E. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
1) Riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dimana lobus trsebut
berpengaruh terhadap proses kognitif
2) Ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa
3) Gangguan pada sistem limbik akan berpengaruh pada fungsi
perhatian memori
4) Suplay oksigen dan glukosa terganggu
b. Psikologis
Faktor yang memengaruhi defisit perawatan diri antara lain:
1) Halusinasi
Klien terlalu menikmati halusinasinya
2) Isolasi sosial
Klien malas untuk berinteraksi dengan orang lain
3) Harga diri rendah
Klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri
4) Waham
Klien merasa ada hal yang mengancam dirinya
5) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya
c. Sosial budaya
1) Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan
latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2) Praktek sosial pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygiene.
3) Status sosial ekonomi, personal hygiene memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor biologis, sakit fisik (kecacatan, kelemahan, kelelahan, nyeri,
gangguan neuromuscular).
b. Faktor psikologis, menurunnya motivasi, malas.
c. Faktor sosiobudaya, adanya pembatasan kontak sosial dengan teman
dan keluarga, perbedaan budaya, lokasi tempat tinggal yang terisolasi.
d. Konsep diri, gambaran diri seperti tidak menyukai tubuh/fisik, merasa
tidak sempurna
(Keliat, dkk, 2010)
F. Akibat
Menurut Yosep (2011), halusinasi dapat berakibat ke masalah
keperawatan yang lain. Halusinasi bisa berakibat perhatian dengan lingkungan
berkurang sehingga dapat menjadi menarik diri dan berujung isolasi sosial.
Pasien dengan halusinasi yang menyenangkan dapat berimbas ke masalah
gangguan nutrisi kurang darikebutuhan akibat dari menurunnya perhatian,
dapat juga menjadi defisit hygiene diri. Akibat yang paling buruk dari
halusinasi adalah jika halusinanya mengganggu dapat terjadi perilaku
kekerasan. Halusianasi juga dapat menjadikan waham ataupun HDR
tergantung dari isi halusinasi yang dialami. Hal ini disebabkan karena pasien
dengan halusinasi mengalami penurunan kesadaran dan juga kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita.
G. Psikopatologi
Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori
yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik,
fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga
yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari
dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang
lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input ini dilemahkan atau tidak ada
sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis, maka
materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan
dalam bentuk halusinasi.
Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya
keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya
kepribadian dan rusaknya daya meirfani realitas maka keinginan tadi
diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna (Yosep, 2011).
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama adalah halusinasi.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi adalah strategi pelaksanaan
halusinasi. Namun ada beberapa penatalaksanaan lain seperti:
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat
kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya
pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan
agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu
juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di
beritahu tindakan yang akan di lakukan.
2. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang
perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan.
3. Melaksanakan program terapi dokter, Sering kali pasien menolak obat
yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di
terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat
harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi
obat yang di berikan.
4. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada. Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan
data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain
yang dekat dengan pasien.
5. Memberi aktivitas pada pasien misalnya pasien di ajak mengaktifkan diri
untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau
melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien
ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di
ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
6. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga
pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar
ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan,
misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian
ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di
dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
7. Sebaiknya perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan
ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar
tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan (Keliat dkk, 2010).
J. Fokus Intervensi
1. Tindakan mandiri
SP I
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi
b. Mengidentifikasi isi halusinasi
c. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
d. Mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi
e. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
f. Mengidentifikasi kemampuan pasien dalam mengenali situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi
g. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasinya
h. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan
SP II
a. Mengevaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian
b. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar:
jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
c. Memasukan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik dan minum
obat
SP III
a. Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik & obat. Beri pujian
b. Melatih cara mengontrol halusinasi dg bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi
c. Memasukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum
obat dan bercakap-cakap
SP IV
a. Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik & obat & bercakap-cakap.
Beri pujian.
b. Melatih cara mengontrol halusinasi dg melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan)
c. Memasukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum
obat, bercakap-cakap dan kegiatan harian
SP V
a. Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik & obat & bercakap-cakap &
kegiatan harian. Beri pujian
b. Melatih kegiatan harian
c. Menilai kemampuan yang telah madiri
d. Menilai apakah halusinasi terkontrol
2. Tindakan Modalitas
a. Libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok orientasi realita
b. Melakukan terapi kognitif
1) Kuatkan pikiran realita klien. Tolak pikiran untuk setuju dengan
halusinasinya
2) Bantu dan dukung pasien untuk mengungkapkan secar verbal
perasaan ansietas, kekuatan dan tidak aman.
3) Diskusikan teknik-teknik menghardik halusinasi (misalnya latihan
nafas dalam, latihan relaksasi, teknik berhenti berfikir)
3. Tindakan kolaborasi
Obat psikotropik (psikofarmaka) adalah obat yang bekerja secara
selektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama
terhadap aktivitas mental dan perilaku (mind and behavior altering drugs),
digunakan pada gangguan psikiatrik. Penggunaan klinis obat psikotropik
ditujukan untuk meredam (suppresion) gejala sasaran tertentu dan
pemilihan jenis obat disesuaikan dengan tampilan gejala sasaran yang
ingin di tanggulangi misalnya antipsikotik, antidepresi, antimania,
antianxietas, antiinsomnia, antipanik, dan anti obsesi kompulsif (Maslim,
2010). Menurut Suliswati (2010) antipsikotik bekerja mengontrol
halusinasi, delusi, dan perubahan pola piker yang terjadi pada skizofrenia.
K. Daftar Pustaka
Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Kelliat, dkk. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC.
Maslim. R., 2010.Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
Dari PPDGJ III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya.
Stuart dan Sudden. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta : Refika Aditama
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)
DEFISIT PERAWATAN DIRI
Pertemuan ke : 1
1. Kondisi Pasien
Klien mengatakan malas mandi, tidak tahu cara makan yang baik, tampak
rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan
a. Pasien mampu mengidentifikasi masalah perawatan diri: kebersihan diri,
berdandan, makan/minum, BAB/BAK.
b. Pasien mampu menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
c. Pasien mampu menjelaskan cara dan alat kebersihan diri
d. Pasien mampu menjaga kebersihan diri: mandi dan ganti pakaian, sikat
gigi, cuci rambut, potong kuku.