Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Jiwa)
Dosen Pengampu: Cucu Rokayah., M. Kep

Oleh:
Suleha
191FK01127

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
I. KONSEP DASAR DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Pengertian

Perawatan Diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam


memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes RI, 2010).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat
dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum
secara mandiri, berhias secara mandiri, serta toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti,
2012).
Defisit Perawatan Diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktivitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu harus bisa
dilakukan secara mandiri (Direja, 2011). Sedangkan menurut SDKI (2016) defisit
perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri. Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah,
2015). Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun (Keliat dkk, 2014).

2. Tanda Dan Gejala


a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu, atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/Berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.
Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, mnggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,
melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan
pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi
makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya
ke mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara yang
diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup
makanan dengan aman.
d. BAB/BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, memebersihkan diri setelah BAB/BAKdengan tepat,
dan menyiram toilet atau kamar kecil. Keterbatasan perawatan diri di atas
biasanya diakibatkan karena stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh
klien (klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau
mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian,
berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh
perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi
isolasi sosial (Direja, 2011).
Sedangkan menurut Depkes RI (2010) tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah: a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiatan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur.
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.

3. Etiologi & Predisposisi


Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes RI (2010), penyebab
kurang perawatan diri adalah: a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan Realitas Turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya
dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor Presivitasi Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes RI (2010) faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:

1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial
Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.

4. Rentang Respon

a. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu untuk
berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.

b. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan stressor
kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak pegduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stress (Direja, 2011).

5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi menjadi 2 menurut
Damaiyanti (2012) yaitu:
a. Mekanisme Koping Adaptif: mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien
bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme Koping Maladaptif: mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.
6. Penatalaksanaan Medik & Implikasi Keperawatan
a. Farmakologi
1) Obat anti psikosis : Penotizin.
2) Obat anti depresi : Amitripilin.
3) Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
4) Obat anti insomia : phnebarbital.
b. Terapi
1) Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian:
(a) Jangan memancing emosi klien.
(b) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
(c) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
(d) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya.
2) Terapi Aktivitas
Kelompok Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian orang merupakan
perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang harus
dilakukan:
(a) Manfaat perawatan diri.
(b) Menjaga kebersihan diri.
(c) Tata cara makan dan minum.
(d) Tata cara eliminasi.
(e) Tata cara berhias.
3) Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.
Penatalaksanaan menurut Direja (2011) adalah sebagai berikut. a.
Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

II. KONSEP ASUHAN KEPERWATAN


1. Pengkajian Keperawatan

Adapun yang harus dikaji dalam asuhan keperawatan defisit perawatan diri yaitu:

1) Identitas
Biasanya identitas terdiri dari: Nama klien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik, keluarga
yang dapat dihubungi.

2) Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau dirawat
dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang menyendiri,
tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung, penampilan
acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu orang
lain.

Tanyakan kepada klien dan keluarga

1) Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini?


2) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah?
3) Bagaimana hasilnya?

3) Faktor Penyebab

Faktor Penyebab Bagian - bagian Contoh


Faktor Predisposisi Perkembangan Keluarga terlalu melindungi
dan memanjakan klien
sehingga perkembangan
inisiatif terganggu

Biologis Penyakit kronis yang


menyebabkan klien tidak
mampu melakukan
perawatan diri.
Kemampuan realitas Klien dengan gangguan jiwa
Turun dengan kemampuan realitas

yang kurang menyebabkan


ketidakpedulian dirinya dan
lingkungan termasuk
perawatan diri.

Sosial Kurang dukungan dan latihan


kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi
latihan kemampuan dalam
perawatan diri.

Faktor Presipitasi Body Image Gambaran individu terhadap


dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri, misalnya:
dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.

Praktik Sosial Pada anak-anak selalu


dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola
personal hygiene.

Status Sosial Personal hygiene memerlukan


Ekonomi alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampoo,
alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk
menyediakannya.

Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene


sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien
penderita

diabetes militus dia harus


menjaga kebersihan kakinya.
Budaya Disebagian masyarakat jika
individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.

Kebiasaan Seseorang Ada kebiasaan orang yang


menggunakan produk tertentu
dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, shampoo,
pasta gigi.

Kondisi Fisik atau Pada keadaan tertentu atau


psikis sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk
melakukannya.

4) Pemeriksaan Fisik
a. Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah
rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.
b. Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
c. Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
d. Hidung : Lihat kebersihan hidung, membran mukosa
e. Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan
f. Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi
g. Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi
h. Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya,
pertumbuhan bulu.
i. Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra,
keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan 5) Psikososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
2) Konsep Diri

a) Citra Tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan
tidak disukai.
b) Identitas Diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien
dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan posisinya,
kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan , keunikan
yang dimiliki sesuai dengan jenis kelamin dan posisinnya.
c) Peran Diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/
pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien dalam
melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi
saat pasien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan pasien
akibat perubahan tersebut.
a) Ideal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang
ideal, posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau
sekolah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar, serta
harapan pasien terhadap penyakitnya
b) Harga diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain
sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan
dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan, penilaian
pasien terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.

3) Hubungan Sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu
karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar
menghindari pasien. Adanya hambatan dalam behubungan dengan
orang lain, minat berinteraksi dengan orang lain.
4) Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien terganggu
karna tidak menghirauan lagi dirinya.

2) Kegiatan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika pasien
menglami gangguan jiwa.

6) Status Mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
e. Afek
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses pikir
i. Isi pikir
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan penilaian
n. Daya tilik diri
7) Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Makan
b. BAB/BAK
c. Mandi
d. Berpakaian
e. Istirahat dan tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan h. Kegiatan didalam rumah
h. Kegiatan di luar rumah
8) Mekanisme Koping
Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai
berikut:

a). Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku


kembali, seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas
(Dermawan, 2013).

b). Penyangkalan ( Denial ), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak


menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering
dilakukan dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau
kesibukan lain serta tidak berani melihat dan mengakui kenyataan yang
menakutkan (Yusuf dkk, 2015).
c). Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber
stresor, misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.
Reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi
diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan
(Dermawan, 2013).
d) Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban
emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah
(distorsi) misalnya rasa sedih karena kematian orang dekat, maka
mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita
lagi” (Yusuf dkk, 2015)

9) Masalah Psikososial dan Lingkungan


Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap masalah
yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
10) Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item
yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
11) Aspek Medik
Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang
merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmako,
dan terapi lainnya.

1) ANALISA DATA

Data Masalah
Data Subjektif: Defisit Perawatan diri
1. Mengungkapkan dirinya malas
melakukan perawatan diri
(mandi, dan berhias).
2. Mengungkapkan dirinya tidak
ingin makan.
Data Objektif:
1. Tercium aroma tidak sedap dari
tubuh klien.
2. Pakaian terlihat kotor.
3. Rambut dan kulit kotor.
4. Kuku panjang dan kototr.
5. Gigi kotor dan aroma mulut tidak
sedap.
6. Penampilan tidak rapi.
7. Tidak bisa menggunakan alat
mandi.

Harga Diri Rendah


Data Subjektif:
1. Menilai diri negatif (misal. Tidak
berguna, tidak tertolong).
2. Merasa malu atau bersalah.
3. Merasa tidak mampu melakukan
apapun.
4. Meremehkan kemampuan
mengatasi masalah.
5. Merasa tidak memiliki kelebihan
atau kemampuan positif.
6. Melebih-lebihkan penilaian
negatif tentang diri sendiri.
7. Menolak penilaian positif tentang
diri sendiri.

Data Objektif:
1. Enggan mencoba hal baru.
2. Berjalan menunduk.
3. Postur tubuh menu

Gangguan Interaksi Sosial


Data Subjektif:
1. Merasa tidak nyaman dengan
situasi sosial.
2. Merasa sulit menerima atau
mengkomunikasikan perasaan.

Data Objektif:
1. Kurang responsif atau tertarik
pada orang lain.
2. Tidak berminat melakukan
kontak emosi dan fisik.

(SDKI 2016)
3) Daftar Masalah
a) Defisit Perawatan Diri
b) Harga Diri Rendah
c) Gangguan Interaksi Sosial

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit Perawatan Diri

3. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Dx Kep Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Defisit TUM: Klien Setelah 1. Identifikasi 1. Mengetahui
Perawatan mampu diberikan kemampuan permasalahan
Diri melakukan tindakan klien dalam yang terjadi
perawatan diri : keperawatan perawatan pada diri klien.
hygiene. selama 1x15 diri.
TUK I: menit,diharapka 2. Jelaskan 2. Agar klien
1. Klien dapat n defisit pentingnya tahu
menyebut- perawatan diri merawat pentingnya
kan (mandi) pasien kebersihan kebersihan
pengertian teratasi dengan diri. diri.
dan tanda- kriteria hasil: 3. Jelaskan
tanda 1. Klien alatalat untuk
kebersihan mampu menjaga 3. Memberitahu
diri. menjaga kebersihaan klien alat - alat
2. Klien dapat kebersihan diri. yang
mengetahui diri secara 4. Jelaskan digunakannya.
pentingnya mandiri. caracara
kebersihan 2. Klien melakukan 4. Agar klien
mampu bisa
diri. kebersihan
meny
3. Klien dapat ebutkan diri. mengetahui
mengetahui pengertian cara–cara
5. Latih pasien
bagaimana dan tanda- cara kebersihan diri
cara Tanda mempraktik
menjaga secara
kan cara
menjaga mandiri.
5. Melatih pasien
agar dapat
melakukan
perawatan diri
secara
mandiri.

kebersihan kebersihan kebersihan


diri. diri
diri.
3. Klien dapat
mengetahui
pentingnya
kebersihan
diri.
TUK II: Klien Setelah 1. Evaluasi 1. Untuk
dapat
diberikan kegiatan mengetahui
berdandan
secara mandiri. tindakan kebersihan kemajuan klien
keperawatan diri (mandi) dalam merawat
selama 1x15 dan beri diri dan
menit, pujian. sebagai respon
diharapkan positif
defisit terhadap
perawatan diri tindakan klien.
2. Jelaskan
(berdandan) 2. Memberitahu
cara dan
pasien teratasi klien
alat untuk
dengan kriteria bagaimana
berdandan.
hasil: cara berdandan
1. Klien dan alat yang
3. Latih cara
mampu digunakannya.
berdandan
mengganti 3. Agar klien bisa
baju secara setelah
rutin, berdandan
kebersihan
menyisir secara mandiri.
rambut dan diri: sisiran,
memotong
rias muka
kuku.
untuk
perempuan;
sisiran,
cukuran
untuk pria.
4. Masukan
pada jadwal
kegiatan 4. Agar klien
untuk terbiasa
kebersihan dengan
kegiatan yang
telah diajarkan.

diri dan
berdandan
TUK III: Klien Setelah 1. Evaluasi 1. Untuk
mampu
diberikan kemampuan mengetahui
melakukan
makan dengan tindakan klien kemampuan
baik. keperawatan berdandan klien dalam
selama 1x15 dan beri berdandan
menit, pujian. sebagai respon
diharapkan positif tindakan
defisit sebelumnya.
2. Jelaskan cara
perawatan diri 2. Melatih klien
mempersiap
(makan) mempersiapka
kan makan.
pasien teratasi n peralatan
dengan kriteria makan secara
hasil: mandiri.
1. Klien dapat 3. Jelaskan cara 3. Agar klien
makan makan yang mengetahui
secara tertib. cara makan
teratur dan yang baik.
baik. 4. Jelaskan cara 4. Agar klien
2. Klien dapat merapihkan mampu
mempersiap
peralatan merapikan
kan makan,
peralatan setelah
makan, dan makan makan secara
membersih
setelah mandiri. 5. Agar
kan
klien Dapat makan
peralatan makan. teratur secara
makan
5. Latih praktik mandiri.
secara
mandiri. makan sesuai
dengan
tahapan
makan yang
baik.

TUK IV: Klien Setelah 1. Jelaskan 1. Agar klien dapat


mampu diberikan tempat menjelaskan
melakukan tindakan defekasi tempat BAB /
defekasi atau keperawatan atau
berkemih
berkemih Selama 1x15 (BAB / BAK yang
(BAB /BAK) menit, BAK) yang sesuai.
secara mandiri. diharapkan sesuai.
defisit 2. Jelaskan 2. Agar klien
perawatan diri cara mengetahui
(BAB / BAK) membersihk cara
pasien teratasi an diri membersihkan
dengan setelah BAB / diri setelah
kriteria hasil: BAK. BAB/BAK
1. Klien mampu secara mandiri.
menjelas kan 3. Agar klien
tempat BAB 3. Jelaskan mengetahui
/BAK cara cara
dengan tepat. membersihk membersihkan
2. Klien mampu an tempat tempat BAB/
membersih BAB/ BAK. BAK secara
kan diri dan mandiri.
tempat BAB 4. Untuk
/ BAK
secara mengetahui
mandiri. 4. Evaluasi
kemampuan kemampuan
BAB / BAK klien dapat
klien.
perawatan diri
BAB/BAK
secara mandiri
sebagai respon
positif
tindakan
perawatan
yang
diberikan.
5. IMPLEMENTASI
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh
pasien saat ini. Semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respons pasien
didokumentasikan (Prabowo, 2014).

6. EVALUASI
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu: Evaluasi proses
atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau
sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus
serta umum yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai berikut:


b. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien langsung.
c. O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat
tindakan dilakukan.
d. A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada
data yang kontradiksi dengan masalah yang ada .
e. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon pasien
yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan lanjut oleh perawat.
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
a. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi
hasil belum memuaskan
c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang dengan
masalah yang ad serta diagnosa lama dibatalkan
d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan
adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi aga dapat melihat perubahan
berusaha mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi sangat diperlukan
reinforment untuk menguatkan perubahan yang positif. Pasien dan keluarga juga
dimotivasi untuk melakukan self- reinforcement (Prabowo, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Depkes RI. 2010. Pengertian Gangguan Jiwa. Tersedia di: www.depkes.co.id

(Diakses pada: 10 November 2018).

Direja, Ade H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Elvara, Tiara. 2017. Defisit Perawatan Diri. Tersedia di: www.academia.edu

(Diakses pada: 3 September 2017).

Keliat, Anna dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Tim Pokja SDKI

DPP PPNI.

Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai