Oleh:
KETUT ELFIRASANI
(P07120320069)
Oleh:
KETUT ELFIRASANI
(P07120320069)
a. Faktor Predisposisi
1. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3. Kemampuan Realitas Turun Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Presivitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes RI (2010) faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada
pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan Seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-
lain.
7) Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
C. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
F. Penatalaksanaan
1 Terapi
a. Terapi Keluarga Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian:
a) Jangan memancing emosi klien.
b) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
c) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
d) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok Berfokus pada dukungan dan perkembangan,
keterampilan sosial, atau aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta
bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian
orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
Ada 5 sesi yang harus dilakukan:
a) Manfaat perawatan diri.
b) Menjaga kebersihan diri.
c) Tata cara makan dan minum.
d) Tata cara eliminasi.
e) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.
Penatalaksanaan menurut Direja (2011) adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.
G. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat,
tanggal pengkajian, nomor rekam medis
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor
biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
3. Faktor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif,
kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala
stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social
dan spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas
motorik, alam perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki pasien baik adaptif maupun
maladaptive
7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis.
H. Diagnosa keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri : mandi berhubungan dengan gangguan
psikologis
2. Defisit Perawatan Diri : berpakaian berhubungan dengan gangguan
psikologis
3. Defisit Perawatan Diri : makan berhubungan dengan gangguan
psikologis
4. Defisit Perawatan Diri : toileting berhubungan dengan gangguan
psikologis
I. Intervensi Keperawatan
Clinical Teacher / CT
OLEH :
KETUT ELFIRASANI
P07120320069
SEMESTER II / PROFESI NERS B
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AM Tanggal Dirawat (MRS) : 30 Maret 2021
Umur : 48 th Tanggal Pengkajian : 5 Mei 2021
Alamat : Jl. Imam Bonjol No. 103, Tegal Gede, Pemecutan Kelod, Denpasar
Pendidikan : SMA
Agama : Hindu Ruang Rawat : Ruang Kunti
Status : Belum Kawin RSJ Prov. Bali
Pekerjaan : Tidak bekerja
Jenis Kel. : Perempuan
No RM : 039645
Pasien mengatakan ia tidak tahu alasan ia dibawa ke RSJ. Pasien mengatakan ia dibawa ke RSJ
dikarenakan telinganya sakit. Pasien tampak bingung dan menunduk ketika berbicara. Penampilan
pasien tidak rapi, rambut berantakan dan telinga pasien tampak luka dan bengkak. Pasien
mengatakan ia mandi sekali setiap pagi dan tidak mau kukunya dipotong. Pasien tidak mau mandi
saat sore hari.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
Ya
Tidak
Jika Ya, Jelaskan: pasien memiliki riwayat skizofrenia hebefrenik
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurang berhasil
Tidak berhasil
Jelaskan:
Tidak ada riwayat berobat sebelumnya
3 Riwayat trauma
Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
Aniaya fisik - - - - - -
Aniaya seksual - - - - - -
Penolakan - - √ 48 th - -
Kekerasan dalam keluarga - - - - - -
Tindakan kriminal - - - - - -
Jelaskan:
Pasien mengatakan saat di rumah ia tidak dihiraukan oleh keluarganya.
V. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Ukuran Vital :
TD : 110/80 mm/Hg
N : 80 x/menit
S : 36,2⁰ C
P : 20x/menit
2. Ukuran : BB 55 kg TB 157 cm
Turun - Naik -
Jelaskan : Tetap
3. Keluhan fisik :
Ya Tidak
Jelaskan : Pasien mengatakan telinganya sakit dan gatal. Telinga tampak merah bengkak.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : (-)
Risiko tinggi perubahan suhu tubuh Perubahan Nutrisi: Lebih dari
Defisit Volume Cairan Kebutuhan Tubuh
Kelebihan Volume Cairan Kerusakan Menelan
Resiko Tinggi terhadap Infeksi Perubahan Eliminasi faeses
Perubahan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan Perubahan Eliminasi urine
Tubuh Keletihan
Kerusakan integritas kulit
VI. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Hubungan pernikahan
Jelaskan :
Berdasarkan keterangan pasien, pasien merupakan anak ketujuh dari 9 bersaudara. Pasien berusia 48
tahun. Pasien tinggal satu rumah dengan ketiga saudara kandungnya. Saat ini belum menikah. Dari
genogram, dapat dilihat tidak ada anggota keluarga lainnya yang memiliki penyakit (gangguan jiwa)
yang sama seperti yang pasien alami.
Masalah keperawatan : Tidak ada
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan tidak ada yang menarik dari anggota tubuhnya. Tidak ada bagian tubuh yang
disukainya.
b. Identitas :
Status pasien saat ini yaitu belum menikah, pasien merupakan anak ketujuh dari 9 bersaudara.
c. Peran :
Peran dalam masyarakat jarang sekali ia mendapat bagian untuk ikut serta karena terkadang
masyarakat seperti takut kepadanya hingga membuatnya tidak terlalu telibat dalam kegiatan
di masyarakat
d. Ideal diri :
Pasien berharap dapat menjalankan tugasnya sesuai peran dikeluarga atau di masyarakat
dengan baik dan masyarakat juga bisa menerimanya dengan baik.
e. Harga diri :
Hubungan pasien dengan keluarganya dirasa cukup baik. Namun hal lain yang dirasakan, ia
merasakan penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya sangat kurang,
terkadang ia tidak dihiraukan dan diabaikan oleh keluarga dan masyarakat disekitarnya
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
Pengabaian unilateral Harga diri rendah kronis
Gangguan citra tubuh Harga diri rendah situasional
Gangguan identitas pribadi Lain-lain, jelaskan..........
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu saudara perempuannya yang kedua. Pasien selalu
berbagi cerita dengan saudaranya tersebut.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok /masyarakat:
Pasien tidak terlibat dalam kegiatan kelompok di masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien tampak sering tidur dan jarang berhubungan dengan orang lain, namun ketika
diajak bicara oleh temannya ia tampak menjawab pertanyaan dengan baik.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada
Kerusakan komunikasi Isolasi sosial
Kerusakan komunikasi verbal
Kerusakan interaksi sosial Lain-lain, jelaskan..............................
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan menganut kepercayaan agama Hindu dan mengatakan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa sebagai Tuhanya.
b. Kegiatan ibadah
Saat dalam masa perawatan di rumah sakit pasien selalu berdoa bersama.
Masalah / Diagnosa Keperawatan:
Distress spiritual
Lain-lain, Jelaskan: Tidak Ada
Sistem pendukung
8. Aktivitas di dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
Mencuci pakaian
Mengatur keuangan
Transportasi
Lain-lain
Jelaskan : Aktivitas pasien di dalam rumah hanyalah sebatas membersihkan rumah dan
untuk aktivitas diluar rumah seperti belanja dan transportasi tidak bisa dilakukan oleh
pasien
Masalah Keperawatan : tidak ada
Gangguan pemeliharaan
kesehatan (Mandi & akibat
berpakaian)
Menurunnya motivasi
dalam perawatan diri
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit perawatan diri : mandi & berpakaian berhubungan dengan gangguan
psikologis ditandai dengan menolak perawatan diri, tidak mamu mandi secara
mandiri, minat melakukan perawatan diri kurang
XIV. RENCANA KEPERAWATAN
Hari,
Tanggal, Implementasi Respon Pasien Paraf
Jam
Rabu, 5 SP 1 : Membina Hubungan Saling Percaya Subjektif :
Mei 2021 Fase Orientasi:
Pukul 08.30 a. Salam terapeutik
WITA “Selamat pagi bu. Perkenalkan nama saya Elfirasani. Saya biasa “Nama saya DM”
dipanggil Fira. Nama ibu siapa?”
“Baik bu, saya mahasiswa dari Poltekkes Denpasar yang sedang
praktek disini selama 3 minggu ke depan. Hari ini saya dinas dari
pukul 08.00 sampai dengan 12.00 wita.
b. Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa semalam Ibu tidur “Perasaan saya biasa saja, kemarin saya tidur
nyenyak?” nyenyak”
c. Kontrak
Topik :
“Senang bisa berkenalan dengan Ibu hari ini. Bagaimana jika kita “Iya”
berbincang-bincang untuk saling mengenal?”
Waktu :
“Ibu mau berapa lama berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 “Iya”
menit?”
Tempat :
“Mau dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana jika disini “Iya disini saja”
saja?”
Fase Kerja :
“Baiklah bu, bagaimana jika sekarang Ibu bercerita tentang keadaan Ibu “Hmm”
saat ini?”
“Sekarang kita ngobrol-ngobrol ya Bu. Ibu tidak perlu takut dan cemas
kepada saya. Ungkapkan saja apa yang Ibu rasakan saat ini. Saya akan
berusaha membantu mengatasi masalahnya.”
“Tadi Ibu sudah menyebutkan nama, lalu berapa umur Ibu sekarang ? “Umur saya 48 tahun.”
“Ibu bersaudara berapa? “Saya anak ke 7 dari 9 bersaudara”
“Dan tinggal bersama siapa saja di rumah?” “Sama kakak dan adik saya”
“Ibu masih ingat tidak kapan dibawa kesini ?” “Gak tau”
“Siapa yang membawa Ibu kesini ?” “Adik saya yang cowok”
“Menurut Ibu, dibawa kesini karena apa?” “Nggak tau, saya bingung”
“Boleh saya tahu apa pekerjaan Ibu sebelum disini? “Saya gak kerja”
“Tadi Ibu sudah bagus sekali mau menjawab pertanyaan saya dan mau
mengobrol dengan saya”.
Fase Terminasi :
a. Evaluasi
Evaluasi subjektif :
“Nah, bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang hari “Biasa saja.”
ini?”
b. Tindak lanjut
“Nah Ibu, sekarang sudah pukul 08.45 WITA, pembicaraan kita
cukupkan saja dulu sampai disini ya Bu. Sekarang Ibu
istirahat dulu. Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau
ditanyakan kepada saya, Ibu bisa sampaikan saat kita bertemu
lagi”
c. Kontrak
Topik : “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi membicarakan “Iya boleh.”
tentang pentingnya perawatan diri?”
Waktu : “Jam berapa kita nanti bertemu Bu? Bagaimana kalau “Hmm”
jam 16.30 WITA kembali?”
Tempat : “Ibu mau ngobrol-ngobrolnya dimana? Bagaimana “Yaya”
kalau di tempat ini lagi? Apakah Ibu setuju?”
Kamis, 6 SP 2 : Pentingnya Perawatan Diri
Mei 2021 Fase Orientasi :
Pukul 16.30 a. Salam terapeutik
WITA “Selamat siang bu, apakah ibu masih ingat dengan saya? Iya benar “Masih”
bu. Bagaimana perasaan ibu hari ini? “Biasa ja, ingin pulang”
b. Validasi
“Ibu pagi ini sudah mandi? Sudah berganti baju?” “Saya sudah mandi tadi”
c. Kontrak
Topik : “Ibu saya ingin berbincang-bincang tentang pentingnya
kebersihan”
Waktu : “Ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Berapa “Iya”
lama? Bagaimana jika 15 menit saja?”
Tempat : “Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau “ Di kamar aja.”
di taman ?”
Fase Kerja :
“Berapa kali ibu mandi sehari ?” “Sekali aja paginya.”
“Kenapa hanya sekali sehari ibu mandi?” “Iya capek saya, sakit semua badan saya.”
“Menurut ibu, berapa kali sebaiknya ibu mandi sehari? Apakah ibu tahu “Gak tau”
tujuan kita mandi untuk apa?”
“Ibu, sebaiknya ibu mandi minimal 2 kali sehari ya bu, saat pagi dan “Saya sudah mandi tadi pagi”
sore hari. Nah selain tujuannya agar wangi, badan kita juga jadi bersih
bu dan terhindar dari berbagai penyakit kulit seperti panu”
“Ibu kalau mandi biasanya pakai apa? Apakah setiap mandi ibu “Pakai sabun. Gak mau saya gosok gigi”
menggosok gigi? Ibu sebaiknya saat mandi jangan lupa sikat gigi ya bu “Yaya”
agar gigi ibu tidak berlubang dan bersih.”
Fase Terminasi :
a. Evaluasi
Evaluasi subjektif :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah saya jelaskan tadi tentang “Biasa saja”
pentingnya perawatan diri?”
b. Tindak lanjut
“Saya harap Ibu mengingat penjelasan yang saya berikan tadi “Hmm”
mengenai pentingnya perawatan diri. Saya harap Ibu bisa
menjaga kebersihan diri Ibu”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan “Ya”
berbincang-bincang lagi tentang cara perawatan diri?”
Tempat : “Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana “Di kamar aja”
kalau disini?”
Waktu : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang kembali “Yaya”
besok jam 12.30-12.45? Apakah Ibu setuju ?”
Jumat, 7 SP 3 : Cara Perawatan Diri
Mei 2021 Fase Orientasi :
Pukul 12.30 a. Salam terapeutik
WITA “Selamat siang bu, apakah ibu masih ingat dengan saya? Iya benar “Fira ya?”
bu. Bagaimana perasaan ibu hari ini? “Biasa saja”
b. Validasi
“Ibu tadi pagi sudah mandi?" “Sudah mandi saya”
“Sudah sikat gigi belum?” “Belum, nanti saja”
c. Kontrak
Topik : “Ibu saya ingin berbincang-bincang tentang pentingnya
kebersihan”
Waktu : “Ibu kita akan berbincang-bincang sekitar 15 menit saja. “Mau”
Apakah Ibu mau?”
Tempat : “Dimana kita akan berbincang-bincang?” “Di kamar saja”
Fase Kerja :
“Saya lihat dari tadi ibu menggaruk-garuk kepala, ada apa bu?” “Gatal kepala saya”
“Apa Ibu sudah keramas? Ibu sebaiknya keramas ya bu, minimal “Ya nanti saya keramas”
seminggu 2 kali keramas agar kepala ibu tidak gatal. Kepala ibu gatal
karena banyak timbul ketombe bu dan itu disebabkan karena ibu tidak
pernah keramas.”
“Baik Bu, sekarang saya akan jelaskan cara-cara mandi, sikat gigi dan “Sudah, sudah”
cuci rambut. Kita mulai dengan mandi ya bu. Pertama kita buka
seluruh pakaian lalu guyur seluruh tubuh dengan air. Ambil sabun dan
usapkan ke seluruh tubuh. Lalu ibu bersihkan dengan air bersih. Sudah
paham bu?”
“Sekarang saya akan jelaskan cara cuci rambut. Pertama tuangkan “Paham”
shampoo secukupnya ke telapak tangan, lalu gosokkan di kepala ibu
dengan lembut. Terakhir kita guyur kepala ibu sampai busa
shampoonya hilang. Bagaimana bu sudah paham sampai disini?”
“Nah apakah ibu tahu bagaimna cara menggosok gigi? Bisa ibu “Pakai sikat gigi sama odol lalu giginya
jelaskan kepada saya? Iya betul sekali bu, seperti itu cara menggosok disikat”
gigi. Setelah selesai menyikat gigi, tidak lupa Ibu berkumur dan buang
air kumurnya”
Fase Terminasi :
a. Evaluasi
Evaluasi subjektif :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah saya jelaskan tadi tentang cara “Biasa saja”
perawatan diri?”
b. Tindak lanjut
“Saya harap Ibu bisa menjaga kebersihan diri Ibu”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana kalau besok Ibu mempraktekan cara “Gak usah, saya mandi pagi aja”
perawatan diri? Besok saya bimbing dan menyiapkan alat-alat “Gak mau”
mandinya dan Ibu mandi sendiri, bagaimana?”
“Baik lah kalau Ibu tidak mau tidak apa-apa. Terimakasih Bu “Ya sama-sama”
sudah berbincang-bincang dengan saya”
XV. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari,
Diagnosa
Tanggal, TUK Evaluasi
Keperawatan
Jam
Rabu, 5 Defisit Perawatan Diri TUK 1 (Membina Hubungan S: Pasien mengatakan namanya DM, berasal dari Tegal Gede Denpasar, tinggal
Saling Percaya) dengan kakak dan adiknya. Pasien mengatakan dibawa ke RSJ tangggal 30 April dan
Mei 2021
Pukul sudah 1 minggu. Sebelum masuk ke RSJ pasien tidak bekerja.
09.00 O : Ekspresi wajah pasien datar, adanya sedikit kontak mata, klien mau berjabat
WITA
tangan, klien mau menyebutkan nama, klien mau menjawab salam, klien mau duduk
berhadapan dengan perawat, dan klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
A : SP 1 : Membina hubungan saling percaya tercapai
P : Lakukan TUK 2 : Mengetahui pentingnya perawatan diri
Kamis, 6 Defisit Perawatan Diri TUK 2 (Mengetahui S : Pasien mengatakan mandi sekali sehari karena capek.
Pentingnya Perawatan Diri)
Mei 2021 O : Pasien tampak mendengarkan dengan baik, ada kontak mata ketika berbicara.
Pukul A : SP 2 : Mengetahui pentingnya perawatan diri tercapai
17.00 P : Lakukan TUK 3: Mengetahui cara melakukan perawatan diri
WITA
Jumat, 7 Defisit Perawatan Diri TUK 2 (Mengetahui Cara S : Pasien mengatakan belum keramas. Pasien mengatakan tidak mau dibimbing dan
Melakukan Perawatan Diri) akan mandi sendiri
Mei 2021
Pukul O : Pasien tampak mendengarkan dengan baik, ada kontak mata ketika berbicara.
13.00 Pasien tampak menjelaskan cara menyikat gigi dengan baik. Ketika pasien diminta
WITA
untuk memperagakan cara mandi, pasien menolak. Pasien mengatakan akan
melakukannya sendiri.
A : SP 2 : Mengetahui cara melakukan perawatan diri tercapai.
P : Lakukan TUK 3: Melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat
LEMBAR PENGESAHAN
Clinical Teacher / CT
OLEH :
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069 NERS / B
3. Klasifikasi
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Yusuf dkk
(2015), yaitu :
Jenis Waham Pengertian Perilaku
Waham Meyakini bahwa ia Misalnya, “Saya ini
Kebesaran
memiliki kebesaran atau direktur sebuah bank
kekuasaan khusus, serta swasta lho..” atau “Saya
diucapkan berulang kali punya beberapa
tetapi tidak sesuai perusahaan
kenyataan. multinasional”.
Waham Curiga Meyakini bahwa ada Misalnya, “Saya
seseorang atau kelompok tahu..kalian semua
yang berusaha memasukkan racun ke
merugikan/mencederai dalam makanan saya”
dirinya, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Waham Agama Memiliki keyakinan Misalnya, “Kalau saya
terhadap suatu agama mau masuk surga saya
secara berlebihan, serta harus membagikan uang
diucapkan berulang kali kepada semua orang.”
tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Waham Somatik Meyakini bahwa tubuh Misalnya, “Saya sakit
atau bagian tubuhnya menderita penyakit
terganggu/terserang menular ganas”, setelah
penyakit, serta diucapkan pemeriksaan
berulang kali tetapi tidak laboratorium tidak
sesuai kenyataan. ditemukan tandatanda
kanker, tetapi pasien
terus mengatakan bahwa
ia terserang kanker
Waham Nihilistik Meyakini bahwa dirinya Misalnya, “Ini kan alam
sudah tidak ada di kubur ya, semua yang
dunia/meninggal, serta ada di sini adalah roh-
diucapkan berulang kali roh”.
tetapi tidak sesuai
kenyataan
Waham Sisip Meyakini bahwa ada Klien mengatakan bahwa
Pikir pikiran orang lain yang di dalam dirinya ada pikiran
sisipkan kedalam orang yang
pikirannya. mempengaruhinya
Waham Siar Pikir Meyakini bahwa orang Klien mengatakan bahwa
lain mengetahui apa yang pikirannya sudah
dia pikirkan walaupun dia diketahui oleh orang lain,
tidak pernah menyatakan walapun klien tidak
pikirannya kepada orang menceritakannya kepada
lain. orang lain.
Waham Kontrol Meyakini bahwa Klien mengatakan bahwa
Pikir pikirannya di control oleh pikiranya telah di control
kekuatan di luar dirinya. oleh kekuatan di luar
dirinya.
4. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir, yaitu:
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan
fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2) Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
3) Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
4) Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
5) Faktor genetik
b. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir: waham,
yaitu:
1) Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
3) Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang menyenangkan.
5. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (2010) waham merupakan salah satu respon
persepsi paling maladaptif dalam rentang respon neurobiologi. Rentang respon
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Respon Adaptif
yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh
norma – norma sosial dan kebudayaan.
b. Respon Maladaptif
yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat diterima
oleh norma – norma sosial dan kebudayaan.
AKIBAT
(Direja, 2011)
8. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2009), terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia
dewasa ini sudah dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan
medis pada gangguan proses pikir yang mengarah pada diagnosa medis
skizofrenia, khususnya dengan gangguan proses pikir: waham, yaitu :
a. Psikofarmalogi
Menurut Hawari (2009), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan
yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine
HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine),
Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
a) Haloperidol
Haloperidol merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama
dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.
(1) Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah
laku. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek.
(2) Dosis : Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai
berikut:Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari, Gejala berat :
3-5mg, 2 atau 3 kali sehari.
(3) Efek samping : Efek samping yang mungkin muncul, yaitu gelisah,
cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing.
Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.
(4) Kontraindikasi : Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau
komponen lain formulasi, penyakit Parkinson, depresi berat SSP,
supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau penyakit hati berat,
koma..
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan
Clozapine (Clozaril).
b. Pasien Hiperaktif atau Agitasi Anti Psikotik Low Potensial
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk
pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik
untuk pasien waham. Dimana pedoman penggunaan antipsikotik adalah:
1) Tentukan target symptom.
2) Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan.
3) Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis
yang lama 4-6 minggu.
4) Hindari polifarmasi.
5) Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.
c. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham, individu tersebut cenderung menarik
diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya
sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu
penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini
berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri,
yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya
dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri
dari lingkungan sosial.
d. ECT (Electro Convulsive Therapy)
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik
melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala
penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi
pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu
meredakan katatonik episode.
e. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun
psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua
orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi
yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi
adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.
9. Strategi Pelaksanaan Waham
1. SP 1 PASIEN
a. Membantu orientasi realita
b. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
c. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
d. Memasukkan ke jadwal harian pasien
2. SP 2 PASIEN
a. Evaluasi kegiatan pada SP 1
b. Mengidentifikasi kemampuan positif pasien
c. Melatih kemampuan yang dimiliki oleh pasien
d. Memasukkan ke jadwal kegiatan harian
3. SP 3 PASIEN
a. Evaluasi kegiatan pada SP 1 dan SP 2
b. Memilih kegiatan yang disukai
c. Melakukan kegiatan yang telah dipilih
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
secara teratur (6 benar)
e. Memasukkan ke jadwal kegiatan harian
DIAGNOSIS PERENCANAAN
TUM
Waham
Pasien dapat berfikir
sesuai realita
13. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus, membandingkan respon klien dengan
kriteria hasil yang telah ditemukan. Evaluasi dapat ditentukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP (S : respon subyektif klien, O : respon obyektif
klien yang dapat diobservasi oleh perawat, A : analisa ulang atas data subyektif
dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul masalah
baru. P : bila ada masalah baru rencanakan kembali untuk intervensi selanjutnya).
DAFTAR PUSTAKA
Direja, AHS. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.: Nuha Medika.
Davies, Teifion. 2009. ABC Kesehatan Mental. Jakarta.: EGC.
Fitria, N. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Hawari, D. 2009. Pendekaan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta :
EGC
Keliat, Budi Anna dkk. 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC
Kusumawati, HY. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :.Salemba Medika.
Stuart & Sundden. 2010. Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-5.
St Louis: Mosby Year Book.
Surbakti. 2010. Gangguan Kebahagiaan Anda dan Solusinya. PT. Elex Media
Komputindo; Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi I. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi I. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Clinical Teacher / CT
NIP. 196412311985032011
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN NY. MS
DENGAN WAHAM KEBESARAN DI RUANG KUNTI
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
TANGGAL 5 - 8 MEI 2021
OLEH :
KETUT ELFIRASANII
NIM. P07120320069 NERS / B
Pasien mengatakan ia mampu mengobati orang yang sakit. Pasien mengatakan mampu
mengobati dengan teknik reiki, cakra serta mampu mendeteksi orang yang sedang berbohong
yang dipelajari dari Jerman.
Ya
Tidak
Jika Ya, Jelaskan : Sebelumnya, pasien sering keluar masuk rumah sakit jiwa.
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurang berhasil
Tidak berhasil
Jelaskan: Pasien mengatakan tidak rutin minum obat saat dirumah karena obat yang
diminum menyebabkan kantuk dan pasien tidak dapat bekerja.
3 Riwayat trauma
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: Pasien mengatakan tidak memiliki
pengalaman yang tidak menyenangkan
Masalah keperawatan : -
V. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Ukuran Viatal :
TD : 110/80
mm/Hg N : 88
x/menit
S : 36,4⁰ C
P : 20x/menit
2. Ukuran : BB 67 kg TB 155 cm
Turun Naik
Jelaskan : Tetap
3. Keluhan fisik :
Ya Tidak √
Jelaskan : Saat dilakukan pengkajian fisik pasien mengatakan tidak ada keluhan apapun
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Hubungan pernikahan
Jelaskan :
Pasien merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Ayah kandung pasien telah meninggal,
pasien saat ini tinggal bersama adik kandungnya dan ipar serta 2 keponakannya. Pasien
berstatus janda, pasien pernah menikah sebanyak empat kali, pasien tidak memiliki anak
karena keguguran satu kali.
Masalah keperawatan : Tidak ada.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Persepsi pasien terhadap tubuhnya tidak ada masalah, pasien memandang dirinya sebagai
satu kesatuan yang utuh layaknya seperti manusia normal lainnya dan pasien menyukai
semua bagian tubuhnya terutama wajah.
b. Identitas :
Status pasien saat ini yaitu janda, saat dikeluarga pasien merasa sudah berusaha menjadi
kakak dan bibi yang baik.
c. Peran :
Pasien mengatakan sebelum sakit ia bertugas mengurus rumah tangga, seperti membersihkan
rumah, memasak.
d. Ideal diri :
Pasien berharap dapat segera sembuh dan kembali ke keluarga. Pasien berharap dapat
diperlakukan dengan baik oleh saudaranya.
e. Harga diri :
Pasien mengatakan ia tidak pernah merasa malu atau merasa tidak berguna, karena ia
selalu bersyukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak ada
Pengabaian unilateral Harga diri rendah kronis
Gangguan citra tubuh Harga diri rendah situasional
Gangguan identitas Lain-lain, jelaskan..........
pribadi
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat:
Orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu adiknya, karena mereka suka atau
tidak suka tetap bisa menerima dan sabar menghadapi kondisi pasien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok /masyarakat:
Pasien dulu sering ikut kegiatan dalam masyarakat seperti arisan ataupun gotong
royong.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien tidak memiliki masalah dalam hal berkomunikasi atau dengan
lingkungan.
2. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Apatis
Lambat
Membisu
Tidak mampu memulai pembicaraan
Lain-
lain
Jelaskan:
Pembicaraan pasien lancar, pasien berbicara seperti orang
normal.
Masalah / Diagnosa Keperawatan: Tidak ada
Kerusakan komunikasi
Kerusakan komunikasi verbal
Lain-lain,
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia,hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitas serea
Jelaskan: -
Peningkatan :
Hiperkinesia,hiperaktifitas Grimace
Gagap Otomatisma
Stereotipi Negativisme
Gaduh Gelisah Katatonik Reaksi konversi
Mannarism Tremor
Katapleksi Verbigerasi
Tik Berjalan kaku/rigid
Ekhopraxia Kompulsif
Command automatism
Jelaskan: -
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
Risiko tinggi cidera Defisit aktivitas deversional / hiburan
Masalah Keperawatan : -
8. Proses pikir
Sirkumstansial
Tangensial
Kehilangan asosiasi
Flight of ideas
Blocking
Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan :
Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan dengan tepat, pasien bercerita panjang lebar.
Masalah Keperawatan : -
9. Isi Pikir
Obsesi
Depersonalisasi
Fobia
Idea yang terkait
Hipokondria
Pikiran magic
Waham
Agama
Nihilistik
Somatik
Sisip piker
Kebesaran
Siar pikir
Curiga
Kontrol pikir
Jelaskan : Pasien mengatakan ia mampu mengobati orang jika ia ingin mengobati orang.
Pasien mengatakan mampu mengobati dengan teknik reiki, cakra serta mampu mendeteksi
Jelaskan : Pasien merasa dia adalah orang pintar, mampu mengobat orang sakit dengan ilmu
yang telah ia pelajari selama tinggal di Jerman.
Sistem pendukung √
8. Aktivitas di dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan √
Mencuci pakaian √
Mengatur keuangan √
Transportasi √
Lain-lain
Jelaskan : pasien mampu melakukan aktivitas
Masalah Keperawatan : tidak ada
Jelaskan : Selama dirawat di RSJ pasien senantiasa diajak untuk dapat melakukan
manajemen kopingnya dengan kegiatan adaptif seperti aktivitas yang konstruktif dan
pasien senang berbicara dengan orang lain, sebelumnya dirumah pasien memarahi
adiknya karena ada kesalah pahaman
Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif
Depakote Obat yang digunakan untuk menangani gejala mania pada pengidap
2 x 250 mg gangguan bipolar. Obat ini menyeimbangkan kadar
neurotransmitter di otak sehingga keluhan dan gejala akan mereda.
XIII. ANALISA DATA
DO :
Klien tampak suka bercerita. Klien
tampak menceritakan
hal yang tidak realistis.
Waham kebesaran
core problem
Orientasi Realita
Observasi
Monitor perubahan kognitif dan
perilaku
Terapeutik
Perkenalkan nama saat memulai
interaksi
Orientasikan orang, tempat, dan
waktu
Berikan waktu istirahat dan tidur
yang cukup
XVII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
“Ibu, kalau boleh saya tahu Ibu asalnya darimana? Ibu “Saya dari Buleleng, saya tinggal bersama
tinggal dimana? Ibu tinggal dengan siapa? Baik, ibu. adik kandung, adik ipar serta keponakan
Jadi Ibu asalnya dari Buleleng. Ibu tinggal bersama saya.”
suami, anak, menantu dan cucu, Benar begitu, ibu?” “Iya benar ”
Fase Terminasi
“Saya senang bisa berbincang dengan adik.”
”Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang- “Nama, rumah, hobi, pekerjaan saya, alasan
bincang?” saya masuk kesini, pengalaman saya selama
“Coba diulang, Ibu. Tadi saya bertanya tentang apa di Jerman dan ilmu yang saya miliki.”
kepada Ibu? Wah, bagus Ibu. Ibu bisa mengingat apa
yang kita obrolkan tadi.”
“Baiklah. Lalu, bagaimana jika kita besok mengobrol Iya saya ingat, mengenai pikiran yang
jam 5 sore sampai jam 5 sore lewat 15 menit? Jadi, muncul dari diri saya”
besok kita akan berbincang-bincang disini lagi jam 5
sore ya, Ibu.”
“Jika Ibu perlu bantuan, Ibu bisa cari saya atau “Iya dik, sampai ketemu lagi”
perawat-perawat yang lainnya di ruang perawat. Saya
pamit dulu. Sampai jumpa lagi.”
Kamis, 6 Mei 1 SP 1
2021
Membantu orientasi realita, mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi, membantu pasien
memenuhi kebutuhannya
Fase Orientasi:
“Sore Dik, kabar saya baik.”
“Selamat sore, Ibu. Bagaimana kabar Ibu hari ini?”
”Apakah Ibu sudah makan? Ibu tadi makan apa saja? “Sudah dik, tadi saya makan nasi lauknya
sayur, daging dan ada buahnya.”
Enak? Wah, enak ya.”
”Ibu sudah mandi? Jam berapa Ibu mandi?
“Sudah dik, tadi saya sudah mandi. Saya
Pantas saja Ibu sudah terlihat harum dan rapi.”
tidak tau jam berapa saya mandi”
”Oh ya, Ibu. Seperti janji kita kemarin, hari ini kita
akan mengobrol-ngobrol seperti kemarin, yang kita “Iya dik, saya bersedia”
bahas hari ini adalah tetang hobi atau hal-hal yang ibu
sukai. Saya minta waktunya 15 menit saja di tempat
ini ya, Ibu. Ibu bersedia?
“Baiklah karena Ibu bersedia, kita bisa mulai sekarang
ya.” “Ya dik”
Fase Kerja:
“Ibu, apakah masih ingat apa yang kita bicarakan
kemarin? ” “Ya, saya ingat. Saya ingat kita kemarin
berbicara tentang pengalaman saya selama di
Jerman. Ilmu yang saya miliki, nama serta
hobi saya. ”
“Apakah Ibu masih memiliki pikiran – pikiran
mengenai kemampuan Ibu yang mampu mengobati “Iya dik, saya masih bisa mengobati orang
orang lain?” lain kalau saya mau. Tapi saya
menyembunyikan ilmu yang saya miliki”
“Maaf ya ibu, saya percaya dengan apa yang ibu “Iya dik, tapi dik kalau saya memang benar –
katakan tetapi secara teori yang saya ketahui berbeda benar mempelajari ilmu tersebut selama saya
dengan penyataan yang ibu yakini. Manusia tidak bisa tinggal di Jerman. Saya yakin ilmu itu
melihat masa depan seseorang” memang benar adanya ”
“Iya Ibu, saya percaya ibu telah mempelajari hal “Iya dik, mantan suami saya yang
tersebut selama di Jerman.” mengajarkan ilmu tersebut. Tapi karena ilmu
yang diberikan terlalu banyak, otak saya
menjadi blank.”
“Selama disini kegiatan apa saja yang ibu lakukan?” “Selama disini saya lebih banyak tidur.
Terkadang saya bersih – bersih disini tapi
hanya ditempat tidur saya.”
Fase Terminasi
”Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-
“Saya senang bisa berbincang dengan adik.”
bincang?”
“Kegiatan yang dilakukan saat disini dan
“Coba diulang, Ibu. Tadi saya bertanya tentang apa
lmu yang saya miliki.”
kepada Ibu? Wah, bagus Ibu. Ibu bisa mengingat apa
yang kita obrolkan tadi.”
“Boleh saja”
”Baik sekali ibu. Bagaimana kalau besok siang kita
berbincang-bincang tentang pengalaman-pengalaman
yang Ibu alami? Apakah Ibu bersedia?”
”Bagaimana jika kita bertemu disini saja? Besok kita “Baik, saya setuju” “iya disini saja ya” “iya
dik”
bertemu lagi jam 4 sore Ibu setuju? Baiklah Ibu sudah
setuju. Jadi besok siang kita bertemu disini lagi jam 4
sore, kita akan mengobrol tentang kebutuhan yang “Iya dik, sampai ketemu lagi”
tidak terpenuhi. Kalau begitu sampai bertemu nanti ya,
Ibu. Terima kasih. Sampai ketemu lagi.”
Jumat, 7 Mei 1 SP 1
2021
Membantu orientasi realita, mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi, membantu pasien
memenuhi kebutuhannya
Fase Orientasi:
“Sore Dik, kabar saya baik.”
“Selamat sore, Ibu. Bagaimana kabar Ibu hari ini?”
”Apakah Ibu sudah makan? Ibu tadi makan apa saja?
“Sudah dik, tadi saya makan nasi lauknya
Enak? Wah, enak ya.”
sayur, daging dan ada buahnya.”
Sabtu, 8 Mei 1 SP 1
2021
Membantu orientasi realita, mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak terpenuhi, membantu pasien
memenuhi kebutuhannya
Fase Orientasi:
“Pagi Dik, kabar saya baik.”
“Selamat Pagi, Ibu. Bagaimana kabar Ibu hari ini?”
”Apakah Ibu sudah dapat snack? Ibu tadi snacknya apa “Sudah dik, tadi saya dapat bubur kacang
hijau”
saja? Enak? Wah, enak ya.”
Fase Kerja:
“Ibu, apakah masih ingat apa yang kita bicarakan
“Ya, saya ingat. Saya ingat kita kemarin
kemarin? ”
berbicara tentang pengalaman saya selama di
Jerman. Ilmu yang saya miliki, nama serta
hobi saya. ”
“Apakah ada kebutuhan Ibu yang belum dipenuhi “Selama disini saya lebih banyak tidur. Kalau
selama disini? kebutuhan makan, minum, mandi, disini
terpenuhi. Tapi saya rindu dengan keluarga
“Saya paham apa yang Ibu rasakan, saya berharap Ibu saya dirumah.
segera pulang.”
“Bagaimana ya dik caranya supaya saya
“Saran saya supaya Ibu cepat pulang bisa dengan cara cepat pulang?”
rutin meminum obat, agar Ibu lekas sembuh”
“Iya dik, saya akan rajin – rajin minum obat”
Fase Terminasi
“Saya senang bisa berbincang dengan adik.”
”Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-
bincang?”
“Coba diulang, Ibu. Tadi saya bertanya tentang apa
“Kegiatan yang dilakukan saat disini dan
kepada Ibu? Wah, bagus Ibu. Ibu bisa mengingat apa
lmu yang saya miliki, serta cara agar saya
yang kita obrolkan tadi.”
cepat pulang.”
”Baik Ibu, terimakasih karena Ibu sudah mau bercerita
dengan saya. Kalau begitu sampai bertemu nanti ya,
“Iya dik, sampai ketemu lagi”
Ibu. Terima kasih. Sampai ketemu lagi. Ingat pesan-
pesan saya ya”
XVIII. EVALUASI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
WAKTU TUJUAN EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
Rabu, 5 Mei Waham SP 1 S : “Nama saya Yuni Swandewi, saya biasa di panggil Yuni”
2021
Membantu orientasi “Saya tinggal di Jerman selama 20 tahun bersama suami
realita, mengidentifikasi saya, di Jerman saya diajari cara mengobati orang dengan
kebutuhan yang tidak
terpenuhi, membantu teknik reiki, cakra, cara membaca garis tangan oleh suami
pasien memenuhi saya yang menjadi guru saya saat itu. Karena ilmu yang
kebutuhannya
diajarkan terlalu banyak sehingga otak saya tidak kuat,
dan otak saya menjadi blank.”
“Iya, itu merupakan keyakinan saya yang muncul dari
pikiran saya sendiri. Tidak apa jika memiliki pemikiran
yang berbeda dari saya. Tapi saya memang bisa membaca
garis tangan seperti menerawang masa depan asalkan guru
saya masuk ke jiwa saya, saya juga bisa mengobati dik,
saya orang pintar. Saya suka bercerita.”
O : Terdapat kontak mata saat pasien diajak bicara, pasien
mampu memjawab pertanyaan perawat, pasien
tetap meyakinin kemampuan yang dimiliki
A : SP 1 belum berhasil
Kamis, 6 Mei Waham SP 1 S : “Selama disini saya lebih banyak tidur. Terkadang saya
2021
Membantu orientasi bersih - bersih disini tapi hanya ditempat tidur saya.”
realita, mengidentifikasi
kebutuhan yang tidak “Saya tinggal di Jerman selama 20 tahun bersama suami
terpenuhi, membantu
saya, di Jerman saya diajari cara mengobati orang dengan
pasien memenuhi
kebutuhannya teknik reiki, cakra, cara membaca garis tangan oleh suami
saya yang menjadi guru saya saat itu. Karena ilmu yang
diajarkan terlalu banyak sehingga otak saya tidak kuat, dan
otak saya menjadi blank.”
“Iya, itu merupakan keyakinan saya yang muncul dari
pikiran saya sendiri. Tidak apa jika memiliki pemikiran
yang berbeda dari saya. Tapi saya memang bisa membaca
garis tangan seperti menerawang masa depan asalkan guru
saya masuk ke jiwa saya, saya juga bisa mengobati dik,
saya orang pintar. Saya suka bercerita.”
O : Terdapat kontak mata saat pasien diajak bicara, pasien
mampu memjawab pertanyaan perawat, pasien
tetap meyakinin kemampuan yang dimiliki
A : SP 1 belum berhasil
P : Lakukan SP 1
Jumat, 7 Mei Waham SP 1 S : “Selama disini saya lebih banyak tidur. Terkadang saya
2021
Membantu orientasi bersih - bersih disini tapi hanya ditempat tidur saya.”
realita, mengidentifikasi “Saya tinggal di Jerman selama 20 tahun bersama suami
kebutuhan yang tidak
terpenuhi, membantu saya, di Jerman saya diajari cara mengobati orang dengan
pasien memenuhi teknik reiki, cakra, cara membaca garis tangan oleh suami
kebutuhannya
saya yang menjadi guru saya saat itu. Karena ilmu yang
diajarkan terlalu banyak sehingga otak saya tidak kuat, dan
otak saya menjadi blank.”
“Iya, itu merupakan keyakinan saya yang muncul dari
pikiran saya sendiri. Tidak apa jika memiliki pemikiran
yang berbeda dari saya. Tapi saya memang bisa membaca
garis tangan seperti menerawang masa depan asalkan guru
saya masuk ke jiwa saya, saya juga bisa mengobati dik,
saya orang pintar. Saya suka bercerita.”
O : Terdapat kontak mata saat pasien diajak bicara, pasien
mampu memjawab pertanyaan perawat, pasien
tetap meyakinin kemampuan yang dimiliki
A : SP 1 belum berhasil
P : Lakukan SP 1
Sabtu, 8 Mei Waham SP 1 S : “Selama disini saya lebih banyak tidur. Terkadang saya
2021 bersih bersih disini tapi hanya ditempat tidur saya.”
Membantu orientasi
realita, mengidentifikasi “Saya tinggal di Jerman selama 20 tahun bersama suami
kebutuhan yang tidak
terpenuhi, membantu saya, di Jerman saya diajari cara mengobati orang dengan
pasien memenuhi teknik reiki, cakra, cara membaca garis tangan oleh suami
kebutuhannya
saya yang menjadi guru saya saat itu. Karena ilmu yang
diajarkan terlalu banyak sehingga otak saya tidak kuat,
dan otak saya menjadi blank.”
“Iya, itu merupakan keyakinan saya yang muncul dari
pikiran saya sendiri. Tidak apa jika memiliki pemikiran
yang berbeda dari saya. Tapi saya memang bisa membaca
garis tangan seperti menerawang masa depan asalkan guru
saya masuk ke jiwa saya, saya juga bisa mengobati dik,
saya orang pintar. Saya suka bercerita.”
O : Terdapat kontak mata saat pasien diajak bicara, pasien
mampu memjawab pertanyaan perawat, pasien
tetap meyakinin kemampuan yang dimiliki
A : SP 1 belum berhasil
P : Lakukan SP 1
LEMBAR PENGESAHAN
Clinical Teacher / CT
OLEH:
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069
PRODI NERS KELAS B
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Towsend, 2012).
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri (Carpenito, L.J, 2006).
Dari pendapat-pendapat diatas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah adalah
suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri dan gagal
mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung,
penurunan diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba. Misalnya
harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara
tiba-tiba). Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
2) Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini
banyak ditemukan pada pasien gangguan fisik.
b. Harga diri rendah kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Pasien mempunyai cara
berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif,
Kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
pasien gangguan jiwa (NANDA NIC-NOC, 2015).
2. Penyebab
Adapun penyebab harga diri rendah pada seseorang adalah sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang; kurang
mempunyai tanggungjawab personal; ketergantungan pada orang lain;
penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas,peran yang
terganggu, ideal diri yang tidak realistis; pengaruh penilaian internal individu.
3) Faktor Sosial Budaya
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi
individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah.Stressor yang
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan
diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak tepat misalnya: terlalu
dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan yang
terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal tanggung jawab terhadap diri
sendiri (Stuart dan Sundeen, 2013). Stresor pencetus dapat berasal dari sumber
internal atau eksternal sebagai berikut:
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran.
3) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta
tekanan untuk menyesuaikan diri.
4) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3. Pohon Masalah
……………. Effect
……………. Etiologi
4. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (2013) respon individu terhadap konsep dirinya
sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.
a. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh
norma- norma sosial dan kebudayaan.
b. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat diterima oleh
norma – norma sosial dan kebudayaan.
Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan tumbuh
kembang normal dan prosedur medis dan keperawatan (Stuart, 2013).
Subjektif Objektif
- Menilai diri negatif (mis. Tidak - Berbicara pelan dan lirih
berguna, tidak tertolong) - Menolak berinteraksi dengan
- Merasa malu/bersalah orang lain
- Melebih-lebihkan penilaian - Berjalan menunduk
negatif tentang diri sendiri - Postur tubuh menunduk
- Menolak penilaian positif
tentang diri sendiri
b. Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
- Sulit berkonsentrasi - Kontak mata kurang
- Lesu dan tidak bergairah
- Pasif
- Tidak mampu membuat
keputusan
-
Tanda dan gejala harga diri rendah kronik
a. Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
- Merasa sulit berkonsentrasi - Kontak mata kurang
- Sulit tidur - Lesu dan tidak bergairah
- Mengungkapkan keputusasaan - Berbicara pelan dan lirih
- Pasif
- Perilaku tidak asertif
- Mencari penguatan secara
berebihan bergantung pada
pendapat otang lain
- Sulit membuat keputusan
- Sering kali mencari
penegasan
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) penatalaksanaan pada pasien dengan
gangguan konsep diri berfokus pada tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan
yang terdiri dari:
a. Persepsi
b. Kesadaran pasien akan emosi dan perasaan
c. Menyadari masalah dan perubahan sikap
Prinsip asuhan keperawatan yang diberikan terlihat dari kemajuan pasien
meningkatkan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya yaitu:
a. Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan keterbukaan dan
saling percaya.
b. Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu membantu pasien
untuk menerima perasaan dan pikirannya.
c. Perencanaan realita (realita planing) membantu pasien bahwa hanya saja di yang
dapat merubah bukan rang lain.
d. Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu pasien melakukan
tindakan yang perlu untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan
respon adaptif.
2. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah kronik/ situasional
Perencanaan
Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi
/ Jam (SDKI) SP
(SLKI) (SIKI)
Harga Diri Rendah SP 1: Setelah diberikan
asuhan Manajemen Perilaku (I. 12463)
Tindakan
Situasional Membina hubungan saling keperawatan selama 1 x …
Observasi
(D. 0087) percaya, dengan cara: menit maka diharapkan Harga Identifikasi harapan untuk
Definisi: 1. Ucapkan salam setiap kali Diri (L. 09069) Meningkat mengendalikan perilaku
Evaluasi atau perasaan berinteraksi dengan pasien dengan kriteria hasil: Terapeutik
Diskusikan tanggung jawab
negatif terhadap diri 2. Perkenalkan diri dengan Penilaian diri positif
terhadap perilaku
sendiri atau kemampuan pasien: perkenalkan nama meningkat (5)
Ciptakan dan pertahankan
klien sebagai respon dan nama panggilan yang Perasaan memiliki kelebihan
lingkungan dan kegiatan
terhadap situasi saat ini. perawat sukai, serta atau kemampuan positif
perawatan konsisten setiap dinas
Penyebab: tanyakan nama dan nama meningkat (5)
Bicara dengan nada rendah dan
Perubahan pada citra panggilan pasien yang Penerimaan penilaian positif
tenang
tubuh disukai terhadap diri sendiri
Cegah perilaku pasif dan agresif
Perubahan peran sosial 3. Tanyakan perasaan dan meningkat (5)
Beri penguatan positif terhadap
Ketidakadekuatan keluhan pasien saat ini Minat mencoba hal baru
keberhasilan mengendalikan
pemahaman 4. Buat kontrak asuhan: apa meningkat (5)
perilaku
Perilaku tidak yang perawat akan lakukan Berjalan menampakkan Hindari bersikap menyudutkan
konsisten dengan nilai bersama pasien, berapa wajah meningkat (5) dan menghentikan pembicaraan
Kegagalan hidup lama akan dikerjakan, dan Postur tubuh menampakkan Hindari sikap mengancam dan
berulang tempatnya dimana wajah meningkat (5) berdebat
Riwayat kehilangan 5. Jelaskan bahwa perawat Konsentrasi meningkat (5) Hindari berdebat/ menawar batas
Riwayat penolakan akan merahasiakan Tidur meningkat (5) perilaku yang ditetapkan
Transisi perkembangan informasi yang diperoleh Kontak mata meningkat (5)
Promosi Harga Diri (I. 09308)
Gejala dan Tanda Mayor untuk kepentingan terapi Gairah aktivitas meningkat
Tindakan
Subjektif 6. Tunjukan sikap empati (5) Observasi
Monitor tingkat harga diri setiap
Menilai diri negatif terhadap pasien Aktif meningkat (5)
waktu sesuai kebutuhan
(mis. tidak berguna, 7. Penuhi kebutuhan dasar Percaya diri berbicara
Terapeutik
tidak tertolong) pasien bila memungkinan meningkat (5)
Motivasi terlibat dalam verbalisasi
Merasa malu/bersalah Perilaku asertif meningkat
positif untuk diri sendiri
Melebih-lebihkan (5)
Motivasi menerima tantangan atau
penilaian negatif Kemampuan membuat
hal baru
tentang diri sendiri keputusan meningkat (5)
Berikan umpan positif atas
Melebih-lebihkan Perasaan malu menurun (5)
peningkatan mencapai tujuan
penilaian positif Perasaan bersalah menurun
Edukasi
tentang diri sendiri (5) Anjurkan mempertahankan kontak
Perasaan tidak mampu mata saat berkomunikasi dengan
melakukan apapun menurun orang lain
kelebihan atau
(5)
kemampuan positif Meremehkan kemampuan
Menolak penilaian mengatasi masalah menurun
positif tentang diri (5)
sendiri Ketergantungan pada
Objektif penguatan secara berlebihan
Berbicara pelan dan menurun (5)
lirih Pencarian penguatan secara
Menolak berinteraksi berlebihan menurun (5)
dengan orang lain SP 2: Setelah diberikan asuhan Manajemen Perilaku
Klien dapat mengidentifikasi
Berjalan menunduk keperawatan selama 1 x … (I.12463)
aspek positif dan
Postur tubuh menunduk menit maka diharapkan Harga Tindakan
kemampuan yang dimiliki
Diri (L. 09069) Meningkat Terapeutik
1. Diskusikan kemampuan dan
Gejala dan Tanda Minor dengan kriteria hasil: Beri penguatan positif terhadap
aspek positif yang dimiliki
Subjektif Penilaian diri positif keberhasilan mengendalikan
klien
Sulit berkonsentrasi meningkat (5) perilaku
2. Bersama klien buat daftar
Objektif Perasaan memiliki kelebihan Promosi Harga Diri (I. 09308)
tentang aspek positif dan
Kontak mata kurang atau kemampuan positif Observasi
kemampuan yang dimiliki
Lesu dan tidak meningkat (5) Monitor verbalisasi yang
3. Beri pujian yang realistic
bergairah Penerimaan penilaian positif merendahkan diri sendiri
dan hindarkan memberikan
Pasif terhadap diri sendiri Monitor tingkat harga diri setiap
penilaian yang negatif
Tidak mampu membuat meningkat (5) waktu sesuai kebutuhan
setiap kali bertemu dengan
keputusan Minat mencoba hal baru Terapeutik
pasien meningkat (5) Motivasi terlibat dalam verbalisasi
Kondisi Klinis Terkait: Berjalan menampakkan positif untuk diri sendiri
Cedera traumatis wajah meningkat (5) Diskusikan kepercayaan terhadap
Pembedahan Postur tubuh menampakkan penilaian diri
Kehamilan wajah meningkat (5) Diskusikan pengalaman yang
Kondisi baru Konsentrasi meningkat (5) meningkatkan harga diri
terdiagnosis Tidur meningkat (5) Edukasi
(mis.diabetes melitus) Kontak mata meningkat (5) Anjurkan mengidentifikasi
Stroke Gairah aktivitas meningkat kekuatan yang dimiliki
Penyalahgunaan zat (5) Anjurkan mempertahankan kontak
Demensia Aktif meningkat (5) mata saat berkomunikasi dengan
Pengalaman tidak Percaya diri berbicara orang lain
menyenangkan meningkat (5) Latih pernyataan/kemampuan
Perilaku asertif meningkat positif diri
(5) Latih cara berfikir dan berperilaku
Kemampuan membuat positif
keputusan meningkat (5)
Perasaan malu menurun (5)
Perasaan bersalah menurun
(5)
Perasaan tidak mampu
melakukan apapun menurun
(5)
Meremehkan kemampuan
mengatasi masalah menurun
(5)
Ketergantungan pada
penguatan secara berlebihan
menurun (5)
Pencarian penguatan secara
berlebihan menurun (5)
SP 3: Setelah diberikan asuhan Promosi Harga Diri
Klien dapat menilai keperawatan selama 1 x … (I. 09308)
kemampuan yang dimiliki menit maka diharapkan Harga Observasi
dan dapat menetapkan Diri (L. 09069) Meningkat Monitor verbalisasi yang
jadwal kegiatan harian dengan kriteria hasil: merendahkan diri sendiri
sesuai kemampuan yang Penilaian diri positif Monitor tingkat harga diri setiap
dimiliki meningkat (5) waktu sesuai kebutuhan
1. Diskusikan kemampuan Perasaan memiliki kelebihan Terapeutik
yang dapat digunakan atau kemampuan positif Motivasi terlibat dalam verbalisasi
selama sakit meningkat (5) positif untuk diri sendiri
2. Diskusikan kemampuan Penerimaan penilaian positif Diskusikan kepercayaan terhadap
yang dapat dilanjutkan di terhadap diri sendiri penilaian diri
rumah meningkat (5) Diskusikan pengalaman yang
3. Meminta klien untuk Minat mencoba hal baru meningkatkan harga diri
memilih satu kegiatan yang meningkat (5) Edukasi
mau dilakukan di rumah Berjalan menampakkan Anjurkan mengidentifikasi
sakit wajah meningkat (5) kekuatan yang dimiliki
4. Bantu klien melakukannya Postur tubuh menampakkan Anjurkan mempertahankan kontak
jika perlu beri contoh wajah meningkat (5) mata saat berkomunikasi dengan
5. Beri pujian atas Konsentrasi meningkat (5) orang lain
keberhasilan klien Tidur meningkat (5) Latih pernyataan/kemampuan
6. Diskusikan jadwal kegiatan Kontak mata meningkat (5) positif diri
harian atas kegiatan yang Gairah aktivitas meningkat Latih cara berfikir dan berperilaku
telah dilatih. (5) positif
Aktif meningkat (5)
Percaya diri berbicara
meningkat (5)
Perilaku asertif meningkat
(5)
Kemampuan membuat
keputusan meningkat (5)
Perasaan malu menurun (5)
Perasaan bersalah menurun
(5)
Perasaan tidak mampu
melakukan apapun menurun
(5)
Meremehkan kemampuan
mengatasi masalah menurun
(5)
Ketergantungan pada
penguatan secara berlebihan
menurun (5)
Pencarian penguatan secara
berlebihan menurun (5)
SP 4: Setelah diberikan asuhan Promosi Harga Diri
Klien dapat melakukan keperawatan selama 1 x … (I. 09308)
kegiatan sesuai kondisi sakit menit maka diharapkan Harga Tindakan
dan kemampuan yang Diri (L. 09069) Meningkat
Terapeutik
dimiliki dengan kriteria hasil:
Motivasi menerima tantangan atau
1. Berikan kesempatan klien Penilaian diri positif
hal baru
untuk mencoba kegiatan meningkat (5)
Promosi koping (I.09312)
yang telah direncanakan Perasaan memiliki kelebihan
2. Beri pujian atas atau kemampuan Terapeutik
positif
keberhasilan klien meningkat (5) Motivasi terlibat dalam kegiatan
3. Diskusikan kemungkinan Penerimaan penilaian positif social
pelaksanaan di rumah. terhadap diri sendiri
Edukasi
meningkat (5) Latih keterampilan sosial
Minat mencoba hal baru
meningkat (5)
Berjalan menampakkan
wajah meningkat (5)
Postur tubuh menampakkan
wajah meningkat (5)
Konsentrasi meningkat (5)
Tidur meningkat (5)
Kontak mata meningkat (5)
Gairah aktivitas meningkat
(5)
Aktif meningkat (5)
Percaya diri berbicara
meningkat (5)
Perilaku asertif meningkat
(5)
Kemampuan membuat
keputusan meningkat (5)
Perasaan malu menurun (5)
Perasaan bersalah menurun
(5)
Perasaan tidak mampu
melakukan apapun menurun
(5)
Meremehkan kemampuan
mengatasi masalah menurun
(5)
Ketergantungan pada
penguatan secara berlebihan
menurun (5)
Pencarian penguatan secara
berlebihan menurun (5)
SP 5: Setelah diberikan
asuhan
Pemberian Obat
Klien dapat menggunakan keperawatan selama 1 x …
(I.02062)
obat dengan prinsip 6 benar: menit maka diharapkan Harga
Tindakan
1. Diskusikan dengan klien Diri (L. 09069) Meningkat
dan keluarga tentang dosis, dengan kriteria hasil: Terapeutik
frekuensi, manfaat, serta Penilaian diri positif Lakukan prinsip enam benar
efek samping obat meningkat (5) (pasien, obat, dosis, rute, waktu,
2. Anjurkan klien minta Perasaan memiliki kelebihan dokumentasi)
sendiri obat pada perawat atau kemampuan positif
Edukasi
dan merasakan manfaatnya meningkat (5)
Jelaskan jenis obat, alasan
3. Diskusikan akibat berhenti Penerimaan penilaian positif
pemberian, tindakan yang
minum obat tanpa terhadap diri sendiri diharapkan, dan efek samping
konsultasi meningkat (5) sebelum pemberian
4. Bantu klien menggunakan Minat mencoba hal baru
obat dengan prinsip 6 benar meningkat (5)
Berjalan menampakkan
wajah meningkat (5)
Postur tubuh menampakkan
wajah meningkat (5)
Konsentrasi meningkat (5)
Tidur meningkat (5)
Kontak mata meningkat (5)
Gairah aktivitas meningkat
(5)
Aktif meningkat (5)
Percaya diri berbicara
meningkat (5)
Perilaku asertif meningkat
(5)
Kemampuan membuat
keputusan meningkat (5)
Perasaan malu menurun (5)
Perasaan bersalah menurun
(5)
Perasaan tidak mampu
melakukan apapun menurun
(5)
Meremehkan kemampuan
mengatasi masalah menurun
(5)
Ketergantungan pada
penguatan secara berlebihan
menurun (5)
Pencarian penguatan secara
berlebihan menurun (5)
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indoneisa: Definisi dan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Clinical Teacher / CT
Oleh:
KETUT ELFIRASANI
P07120320069
Semester II/Profesi Ners B
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.M
Umur : 53 tahun
Alamat :Br.Puakan, Desa Tengkudak, Kecamatan Penebel
Pendidikan : SMA
Agama : Hindu
Status : Menikah
Pekerjaan : Buruh/Tani
Jenis Kel. : Perempuan
Tanggal Dirawat(MRS) : 23 Maret 2021
Tanggal pengkajian : 8 Mei 2021
Ruang Rawat : Kunti
Pasien diantar ke IGD Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali bersama suaminya, pasien
dikeluhkan bertengkar dengan tetangganya dan ngumik-ngumik membicarakan masa
lalu, keluhan seperti ini sudah sejak 10 tahun yang lalu, pasien pernah berobat ± 5 tahun
yang lalu selama tiga kali di puskesmas saat ada kunjungan dari Rumah Sakit Jiwa,
setelah itu tidak berobat. Pasien diwawancara dalam posisi duduk, pasien mengatakan
terkejut dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. Mendengar bisikan-bisikan dan melihat bayangan
disangkal.
Pada saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan dibawa ke RSJ hanya untuk
disuntik, pasien tidak tau kenapa dirinya sampai dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Pasien
mengatakan hanya ingin pulang ke rumah. Pasien mengatakan merasa tidak berguna diam
di Rumah Sakit Jiwa. Pasien memikirkan pekerjaannya di rumah dan ingin membantu
suaminya. Pasien mengatakan merasa malu diam di rumah sakit jiwa. Pasien nampak
berbicara pelan, lesu, sering berdiam diri.
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Tindakan kriminal
8. Lain-lain, jelaskan -
Ya Tidak √
Jelaskan :
Pasien tampak tidak mengalami penurunan atau peningkatan berat badan pada saat
dirawat di ruangan.
3. Keluhan fisik
Ya Tidak √
Jelaskan:
Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dialaminya saat ini.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan.
Risiko tinggi perubahan suhu tubuh Perubahan Nutrisi: Lebih dari
Defisit Volume Cairan kebutuhan Tubuh
Kelebihan Volume Cairan Kerusakan Menelan
Resiko Tinggi terhdap Infeksi Perubahan Eliminasi faeses
Risiko Tinggi terhadap Transmisi Perubahan Eliminasi urine
Infeksi Kerusakan integritas kulit
Perubahan Nutrisi: Kurang dari Lain-
kebutuhan lain, jelaskan...............................
Tubuh
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Gambar 1. Genogram Ny.S (menurut
Keterangan: pasien)
= perempuan = laki-laki
= meninggal
= klien
Jelaskan :
Pasien adalah seorang perempuan yang bersaudara 7 orang, pasien merupakan
anak terakhir. Saudara pasien yang pertama, ketiga, dan keenam telah meninggal
dunia. Pasien mengatakan tidak tau meninggal karena apa. Pasien sudah lama
menikah dan memiliki satu anak laki-laki.
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Pasien mengatakan ia menerima dirinya apa adanya, pasien tidak ada masalah dan
menyukai semua anggota tubuhnya.
b. Identitas :
Pada saat pengkajian, pasien dapat mengidentifikasikan dirinya dengan benar.
Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang perempuan yang sudah
menikah dan memiliki seorang suami serta 1 orang anak laki-laki.
c. Peran :
Pasien mengatakan bahwa dirinya di rumah berperan sebagai ibu rumah tangga
yang sehari-hari bekerja sebagai buruh/tani. Pasien mengatakan tidak berguna
diam di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Pasien mengatakan ingin bekerja
membantu suaminya. Pasien mengatakan kegiatannya selama berada di Rumah
Sakit Jiwa adalah menyapu setiap pagi.
d. Ideal diri :
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: Pasien beragama hindu dan percaya dengan adanya ida
sang hyang widhi wasa.
b. Kegiatan ibadah: Pasien saat di RSJ rutin mengikuti tri sandya saat pagi hari
dengan teman-temannya.
Jelaskan: Pada saat pengkajian pasien tidak megalami peningkatan aktivitas motorik
Masalah/ Diagnosa Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
Risiko tinggi cidera Defisit aktivitas deversional /
Kerusakan mobilitas fisik hiburan
Perilaku kekerasan Intoleransi aktivitas
Resiko tinggi kekerasan
Lain-lain, jelaskan..........
4. Alam Perasaan
Sedih
Gembira berlebihan
Putus asa
Khawatir
Ketakutan
Jelaskan :
Pasien mengatakan sedih, ingin segera pulang ke rumah, dan khawatir dengan pekerjaan
nya di rumah
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan.
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Jelaskan :
Pasien tampak bereaksi jika ada stimulus dari orang lain yang sudah akrab dengan
pasien.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan.
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Kontak mata kurang
Tidak kooperatif
Defensif
Mudah tersinggung
Curiga
Jelaskan :
Pada saat pengkajian kontak mata pasien masih tampak kurang, pasien terkadang
memandang lingkungan sekitarnya
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan.
7. Persepsi
Halusinasi :
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Jelaskan :
Tidak ada
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan.
8. Proses pikir
Sirkumstansial
Tangensial
Kehilangan asosiasi
Flight of ideas
Blocking
Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan :
Pada saat melakukan wawancara pasien mau menjawab pertanyaan yang diberikan,
namun dalam pertengahan pembicaraan tiba-tiba pasien diam dan mengatakan ingin
pulang.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan.
9. Isi Pikir
Obsesi
Depersonalisasi
Fobia
Idea yang terkait
Hipokondria
Pikiran magic
Waham
Agama
Nihilistik
Somatik
Sisip pikir
Kebesaran
Siar pikir
Curiga
Kontrol pikir
Jelaskan :
Pasien tidak memiliki gangguan isi pikir dan tidak memiliki keyakian terhadap sesuatu
hal yang berlebihan
Masalah Keperawatan : -
10. Tingkat Kesadaran
Bingung
Sedasi
Stupor
Disorientasi
Waktu
Tempat
Orang
Jelaskan :
Saat pengkajian tingkat kesadaran pasien adalah compos mentis, dan pasien tahu saat
pengkajian berada di RSJ bangli, pasien mampu menyebutkan nama dan asal,
Masalah Keperawatan :
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat saat ini
Gangguan daya ingat jangka pendek
Konfabulasi
Jelaskan :
Pasien tidak mengetahui kenapa dia dibawa ke RSJ Bangli
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawtan.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Pasien tampak mampu berhitung.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawtan.
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan :
Pasien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat.
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan.
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan :
Pada saat pengkajian, pasien mengingkari penyakit yang diderita dan mengatakan bila
dirinya baik-baik saja.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan.
Sistem pendukung √
8. Aktivitas di dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
Mencuci pakaian √
Mengatur keuangan
Lain-lain
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan.
Uraikan :
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan.
Masalah lainnya
Uraikan :
Tidak ada
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan.
Perencanaan
Hari/Tgl/ Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi
Jam (SDKI) SP
(SLKI) (SIKI)
Sabtu, 8 Harga Diri Rendah SP 1: Setelah diberikan
asuhan Manajemen Perilaku (I. 12463)
Tindakan
Mei 2021 Situasional Membina hubungan saling keperawatan selama 1 x …
Observasi
pukul (D. 0087) percaya, dengan cara: menit maka diharapkan Harga Identifikasi harapan untuk
08.30 Definisi: 8. Ucapkan salam setiap kali Diri (L. 09069) Meningkat mengendalikan perilaku
WITA Evaluasi atau perasaan berinteraksi dengan pasien dengan kriteria hasil: Terapeutik
Diskusikan tanggung jawab
negatif terhadap diri 9. Perkenalkan diri dengan Penilaian diri positif
terhadap perilaku
sendiri atau kemampuan pasien: perkenalkan nama meningkat (5)
Ciptakan dan pertahankan
klien sebagai respon dan nama panggilan yang Perasaan memiliki kelebihan
lingkungan dan kegiatan
terhadap situasi saat ini. perawat sukai, serta atau kemampuan positif
perawatan konsisten setiap dinas
Penyebab: tanyakan nama dan nama meningkat (5)
Bicara dengan nada rendah dan
Perubahan pada citra panggilan pasien yang Penerimaan penilaian positif
tenang
tubuh disukai terhadap diri sendiri
Cegah perilaku pasif dan agresif
Perubahan peran sosial 10. Tanyakan perasaan dan meningkat (5)
Beri penguatan positif terhadap
Ketidakadekuatan keluhan pasien saat ini Minat mencoba hal baru
keberhasilan mengendalikan
pemahaman 11. Buat kontrak asuhan: apa meningkat (5)
perilaku
Perilaku tidak yang perawat akan lakukan Berjalan menampakkan
Hindari bersikap menyudutkan
konsisten dengan nilai bersama pasien, berapa wajah meningkat (5) dan menghentikan pembicaraan
Kegagalan hidup lama akan dikerjakan, dan Postur tubuh menampakkan Hindari sikap mengancam dan
berulang tempatnya dimana wajah meningkat (5) berdebat
Riwayat kehilangan 12. Jelaskan bahwa perawat Konsentrasi meningkat (5) Hindari berdebat/ menawar batas
Riwayat penolakan akan merahasiakan Tidur meningkat (5) perilaku yang ditetapkan
Transisi perkembangan informasi yang diperoleh Kontak mata meningkat (5)
Promosi Harga Diri (I. 09308)
Gejala dan Tanda Mayor untuk kepentingan terapi Gairah aktivitas meningkat
Tindakan
Subjektif 13. Tunjukan sikap empati (5) Observasi
Monitor tingkat harga diri setiap
Menilai diri negatif terhadap pasien Aktif meningkat (5)
waktu sesuai kebutuhan
(mis. tidak berguna, 14. Penuhi kebutuhan dasar Percaya diri berbicara
Terapeutik
tidak tertolong) pasien bila memungkinan meningkat (5)
Motivasi terlibat dalam verbalisasi
Merasa malu/bersalah Perilaku asertif meningkat
positif untuk diri sendiri
Melebih-lebihkan (5)
Motivasi menerima tantangan atau
penilaian negatif Kemampuan membuat
hal baru
tentang diri sendiri keputusan meningkat (5)
Berikan umpan positif atas
Melebih-lebihkan Perasaan malu menurun (5)
peningkatan mencapai tujuan
penilaian positif Perasaan bersalah menurun
Edukasi
tentang diri sendiri (5) Anjurkan mempertahankan kontak
Perasaan tidak mampu mata saat berkomunikasi dengan
melakukan apapun menurun orang lain
kelebihan atau
(5)
kemampuan positif
Meremehkan kemampuan
Menolak penilaian
mengatasi masalah menurun
positif tentang diri
(5)
sendiri Ketergantungan pada
Objektif penguatan secara berlebihan
Berbicara pelan dan menurun (5)
lirih Pencarian penguatan secara
Menolak berinteraksi berlebihan menurun (5)
dengan orang lain SP 2: Setelah diberikan asuhan Manajemen Perilaku
Klien dapat mengidentifikasi
Berjalan menunduk keperawatan selama 1 x … (I.12463)
aspek positif dan
Postur tubuh menunduk menit maka diharapkan Harga Tindakan
kemampuan yang dimiliki
Diri (L. 09069) Meningkat Terapeutik
4. Diskusikan kemampuan dan
Gejala dan Tanda Minor dengan kriteria hasil: Beri penguatan positif terhadap
aspek positif yang dimiliki
Subjektif Penilaian diri positif keberhasilan mengendalikan
klien
Sulit berkonsentrasi meningkat (5) perilaku
5. Bersama klien buat daftar
Objektif Perasaan memiliki kelebihan Promosi Harga Diri (I. 09308)
tentang aspek positif dan
Kontak mata kurang atau kemampuan positif Observasi
kemampuan yang dimiliki
Lesu dan tidak meningkat (5) Monitor verbalisasi yang
6. Beri pujian yang realistic
bergairah Penerimaan penilaian positif merendahkan diri sendiri
dan hindarkan memberikan
Pasif terhadap diri sendiri Monitor tingkat harga diri setiap
penilaian yang negatif
Tidak mampu membuat meningkat (5) waktu sesuai kebutuhan
setiap kali bertemu dengan
keputusan Minat mencoba hal baru Terapeutik
pasien
meningkat (5) Motivasi terlibat dalam verbalisasi
Kondisi Klinis Terkait: Berjalan menampakkan positif untuk diri sendiri
Cedera traumatis wajah meningkat (5) Diskusikan kepercayaan terhadap
Pembedahan Postur tubuh menampakkan penilaian diri
Kehamilan wajah meningkat (5) Diskusikan pengalaman yang
Kondisi baru Konsentrasi meningkat (5) meningkatkan harga diri
terdiagnosis Tidur meningkat (5) Edukasi
(mis.diabetes melitus) Kontak mata meningkat (5) Anjurkan mengidentifikasi
Stroke Gairah aktivitas meningkat kekuatan yang dimiliki
Penyalahgunaan zat (5) Anjurkan mempertahankan kontak
Demensia Aktif meningkat (5) mata saat berkomunikasi dengan
Pengalaman tidak Percaya diri berbicara orang lain
menyenangkan meningkat (5) Latih pernyataan/kemampuan
Perilaku asertif meningkat positif diri
(5) Latih cara berfikir dan berperilaku
Kemampuan membuat positif
keputusan meningkat (5)
Perasaan malu menurun (5)
Perasaan bersalah menurun
(5)
Perasaan tidak mampu
melakukan apapun menurun
(5)
Meremehkan kemampuan
mengatasi masalah menurun
(5)
Ketergantungan pada
penguatan secara berlebihan
menurun (5)
Pencarian penguatan secara
berlebihan menurun (5)
SP 3: Setelah diberikan asuhan Promosi Harga Diri
Klien dapat menilai keperawatan selama 1 x … (I. 09308)
kemampuan yang dimiliki menit maka diharapkan Harga Observasi
dan dapat menetapkan Diri (L. 09069) Meningkat Monitor verbalisasi yang
jadwal kegiatan harian dengan kriteria hasil: merendahkan diri sendiri
sesuai kemampuan yang Penilaian diri positif Monitor tingkat harga diri setiap
dimiliki meningkat (5) waktu sesuai kebutuhan
7. Diskusikan kemampuan Perasaan memiliki kelebihan Terapeutik
yang dapat digunakan atau kemampuan positif Motivasi terlibat dalam verbalisasi
selama sakit meningkat (5) positif untuk diri sendiri
8. Diskusikan kemampuan Penerimaan penilaian positif Diskusikan kepercayaan terhadap
yang dapat dilanjutkan di terhadap diri sendiri penilaian diri
rumah meningkat (5) Diskusikan pengalaman yang
9. Meminta klien untuk Minat mencoba hal baru meningkatkan harga diri
memilih satu kegiatan yang meningkat (5) Edukasi
mau dilakukan di rumah Berjalan menampakkan Anjurkan mengidentifikasi
sakit wajah meningkat (5) kekuatan yang dimiliki
10. Bantu klien melakukannya Postur tubuh menampakkan Anjurkan mempertahankan kontak
jika perlu beri contoh wajah meningkat (5) mata saat berkomunikasi dengan
11. Beri pujian atas Konsentrasi meningkat (5) orang lain
keberhasilan klien Tidur meningkat (5) Latih pernyataan/kemampuan
12. Diskusikan jadwal kegiatan Kontak mata meningkat (5) positif diri
harian atas kegiatan yang Gairah aktivitas meningkat Latih cara berfikir dan berperilaku
telah dilatih. (5) positif
Aktif meningkat (5)
Percaya diri berbicara
meningkat (5)
Perilaku asertif meningkat
(5)
Kemampuan membuat
keputusan meningkat (5)
Perasaan malu menurun (5)
Perasaan bersalah menurun
(5)
Perasaan tidak mampu
melakukan apapun menurun
(5)
Meremehkan kemampuan
mengatasi masalah menurun
(5)
Ketergantungan pada
penguatan secara berlebihan
menurun (5)
Pencarian penguatan secara
berlebihan menurun (5)
SP 4: Setelah diberikan asuhan Promosi Harga Diri
Klien dapat melakukan keperawatan selama 1 x … (I. 09308)
kegiatan sesuai kondisi sakit menit maka diharapkan Harga Tindakan
dan kemampuan yang Diri (L. 09069) Meningkat
Terapeutik
dimiliki dengan kriteria hasil:
Motivasi menerima tantangan atau
4. Berikan kesempatan klien Penilaian diri positif
hal baru
untuk mencoba kegiatan meningkat (5)
Promosi koping (I.09312)
yang telah direncanakan Perasaan memiliki kelebihan
5. Beri pujian atas atau kemampuan Terapeutik
positif
keberhasilan klien meningkat (5) Motivasi terlibat dalam kegiatan
6. Diskusikan kemungkinan Penerimaan penilaian positif social
pelaksanaan di rumah. terhadap diri sendiri
Edukasi
meningkat (5) Latih keterampilan sosial
Minat mencoba hal baru
meningkat (5)
Berjalan menampakkan
wajah meningkat (5)
Postur tubuh menampakkan
wajah meningkat (5)
Konsentrasi meningkat (5)
Tidur meningkat (5)
Kontak mata meningkat (5)
Gairah aktivitas meningkat
(5)
Aktif meningkat (5)
Percaya diri berbicara
meningkat (5)
Perilaku asertif meningkat
(5)
Kemampuan membuat
keputusan meningkat (5)
Perasaan malu menurun (5)
Perasaan bersalah menurun
(5)
Perasaan tidak mampu
melakukan apapun menurun
(5)
Meremehkan kemampuan
mengatasi masalah menurun
(5)
Ketergantungan pada
penguatan secara berlebihan
menurun (5)
Pencarian penguatan secara
berlebihan menurun (5)
SP 5: Setelah diberikan asuhan
Pemberian Obat
Klien dapat menggunakan keperawatan selama 1 x …
(I.02062)
obat dengan prinsip 6 benar: menit maka diharapkan Harga
Tindakan
5. Diskusikan dengan klien Diri (L. 09069) Meningkat
dan keluarga tentang dosis, dengan kriteria hasil:
Terapeutik
frekuensi, manfaat, serta Penilaian diri positif
Lakukan prinsip enam benar
efek samping obat meningkat (5)
(pasien, obat, dosis, rute, waktu,
6. Anjurkan klien minta Perasaan memiliki kelebihan
dokumentasi)
sendiri obat pada perawat atau kemampuan positif
Edukasi
dan merasakan manfaatnya meningkat (5)
Jelaskan jenis obat, alasan
7. Diskusikan akibat berhenti Penerimaan penilaian positif
pemberian, tindakan yang
minum obat tanpa terhadap diri sendiri
diharapkan, dan efek samping
konsultasi meningkat (5)
sebelum pemberian
8. Bantu klien menggunakan Minat mencoba hal baru
obat dengan prinsip 6 benar meningkat (5)
Berjalan menampakkan
wajah meningkat (5)
Postur tubuh menampakkan
wajah meningkat (5)
Konsentrasi meningkat (5)
Tidur meningkat (5)
Kontak mata meningkat (5)
Gairah aktivitas meningkat
(5)
Aktif meningkat (5)
Percaya diri berbicara
meningkat (5)
Perilaku asertif meningkat
(5)
Kemampuan membuat
keputusan meningkat (5)
Perasaan malu menurun (5)
Perasaan bersalah menurun
(5)
Perasaan tidak mampu
melakukan apapun menurun
(5)
Meremehkan kemampuan
mengatasi masalah menurun
(5)
Ketergantungan pada
penguatan secara berlebihan
menurun (5)
Pencarian penguatan secara
berlebihan menurun (5)
N : 88x/menit
N : 88x/menit
- Pasien tampak kebingungan.
A:
SP 1 (bina hubungan saling percaya) tercapai
P:
Lanjutkan intervensi ke SP
SP 2 (klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang
dimikili)
SP 3 (klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki dan dapat menetapkan
jadwal kegiatan harian sesuai kemampuan yang dimiliki)
Clinical Teacher / CT
OLEH:
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069
PROFESI NERS KELAS B
A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
2. Klasifikasi Halusinasi
Gejala klinis :
a. Menyeringai/ tertawa tidak sesuai
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Gerakan mata cepat
d. Bicara lambat
e. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2) Tahap 2 : halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis :
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3) Tahap 3 : halusinasi yang bersifat mengendalikan
Gejala klinis :
a. Cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)
4) Tahap 4 : halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis :
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
5. Pohon Masalah
Core
Problem
Causa
Adaptif Maladaptif
7. Penyebab
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik,
sterss berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik
diri. Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan kesepian atau penolakan
b. Melaporkan dengan ketidaknyamanan konyak dengan situasi sosial
c. Mengungkapkan perasaan tak berguna
Data objektif :
a. Tidak tahan terhadap kontak yang lama
b. Tidak komunikatif
c. Kontak mata buruk
d. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri
e. Kurang aktivitas
f. Wajah tampak murung dan sedih
g. Kegagalan berinteraksi dengan orang lain
a. Faktor Predisposisi
8. Akibat
Pemeriksaan ini di lakukan jika salah satu anggota keluarga ada yang
mempunyai riwayat dengan gangguan jiwa. Pada tes ini di fokuskan
pada kromosom 6, 13, 18,dan 24. Di sebutkan oleh ( Ann Isaacs ) jika
ada yang punya riwayat gangguan jiwa kemungkinan keturunannya
mengalamigangguan jiwa adalah : suatu orang yang kena : resiko 12-
15 %, kedua orangtuanya yang terkena : resiko 35-39%, saudara
sekandung terkena : resiko 8-10%, kembar dizigotik yang terkena :
resiko 50 %.
3) Test psikologi atau psikotes
Pada tes ini di temukan adanya kurang identitas diri, salah interprestasi
terhadap realita dan menarik diri.
10. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
a. Psikoparmakologi
1) Risperidone
a) Indikasi
Hendaya berat dalam fingsi-fungsi mental, bermanifestasi
dalam gejala POSITIF : Gangguan asosiasi pikiran, waham,
halusinasi, perilaku yang tidak terkendali, dan gejala
NEGATIF : Gangguan perasaan, gangguan berhubungn
sosial, gangguan proses piker, tidak ada inisiatif, peri
terbatas dan cenderung menyendiri
b) Kontra indikasi
Penyakit hati,epilepsy, kelainan jantung, ketergantungan
alkohol, Parkinson dan gangguan kesadaran.
c) Efek samping
Kemampuan koknitif menurun, hipotensi, mulut kering,
kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur,
ganguan irama jantung, Parkinson.
2) Clorpromazine
a) Indikasi
Skizoprenia dan kondisi yang berhubungan dengan
psikosis.
b) Kontra indikasi
Hipersensitivitas, depresi berat, kegagalan hati atau ginjal
berat.
c) Efek samping
Efek anti koligernik (mulut kering, pandangan kabur,
konstipasi, gangguan gastrointestinal, ruam kulit, efek
hormonal, penurunan libido, amenore, penambahan berat
badan, reduksi ambang kejang, agronulositosis, sindrom
neuroleptik malignant ( SNM ).
3) Trihexypenidil
a) Indikasi
Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang di sebabkan oleh
susunan saraf pusat (SSP)
b) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap trihexypenidil, glaukoma angle
closure, ileus paralitik, hipertropi prostat.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, mual, pusing, konstipasi,
retensi urin, takikardi, tekanan darah meningkat.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
11. Komplikasi
a. Muncul perilaku untuk mencederai diri sendiri dan lingkungan, yang di
akibatkan dari persapsi sensori palsu tanpa adanya stimulis eksternal.
b. Klien dengan halusinasi mengisolasi dirinya dengan orang lain karena
tidak peka terhadap sesuatu yang nyata dan tidak nyata.
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
4. Faktor psikologis
- Sering meludah
- Merasakan rasa seprti darah, urin atau
Halusinasi - Muntah
feces
pengecapan
- Menggaruk-garuk permukaan kulit - Mengatakan ada seranggadipermukaan
Halusinasi
kulit
Perabaan
- Merasa seperti tersengat listrik
- Memegang kainya yang diangganya bergerak - Mengatakan badannya melayang diudara
Halusinasi
sendiri
kinestetik
- Memegang badannya yang dianggapnya - Mengatakan perutnya menjadi mengecil
Halusinasi
berubah bentuk dan tidak normal seperti setelah minum softdrink
Viseral
biasanya
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu didapatkan adalah sebagai
berikut.
a) Jenis dan isi halusinasi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
Manajemen Perilaku
Observasi
o Identifikasi harapan untuk
mengendalikan perilaku
Terapeutik
o Diskusikan tanggung
jawab terhadap perilaku
o Jadwalkan kegiatan
terstruktur
o Ciptakan dan pertahankan
lingkungan dan kegiatan
perawatan konsisten setiap
dinas
o Tingkatkan aktivitas fisik
sesuai kemampuan
o Batasi jumlah pengunjung
o Bicara dengan nada rendah
dan tenang
o Lakukan kegiatan
pengalihan terhadap
sumber agitasi
o Cegah perilaku pasif fan
agresif
o Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
o Lakukan pengekangan
fisik sesuai indikasi
o Hindari bersikap
menyudutkan dan
menghentikan pembicaraan
o Hindari sikap mengancam
dan berdebat
o Hindari berdebat/ menawar
batas perilaku yang
ditetapkan
Edukasi
o Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan kogntif
Restrukturisasi Kognitif
Observasi
o Identifikasi interpretasi
yang keliru tentang
penyebab stress yang
dirasakan
Terapeutik
o Ganti intepretasi yang
keliru dengan intepretasi
berdasarkan kenyataan
o Buat cara
pandang/penyelesaian
alternative terhadap situasi
o Tetapkan pikiran distorsi
yang alami (mis.
Overgeneralisasi,
pembesaran, personalisasi)
o Buat label pada perubahan
emosi (mis. Marah,
gelisah, putus asa)
o Dukung system
kepercayaan untuk melihat
situasi dengan cara yang
berbeda
Edukasi
o Ajarkan mengidentifikasi
stressor yang
menyebabkan stress
o Diskusikan pernyataan
yang menggambarkan
untuk melihat situasi dari
sudut pandang berbeda
o Latih mengekspresikan
emosi yang drasakan
o Latih mengubah
pernyataan irasional
menjadi rasional
o Latih melawan persepsi/
pikiran distorsi
4. Pelaksanaan/Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap proses keperawatan, khususnya untuk
menilai kebersihan tindakan keperawatan. Evaluasi ditunjukkan pada
pencapaian tujuan. Hasil sukses dapat dilihat dari berkembangnya persepsi
pasienakan pertumbuhan dan perbandingan perilakunya dan kepribadiannya
yang sehat.(Keliat & Akemat, 2010).
Evaluasi dapat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai
pola pikir.
S : Respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan
A :Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap muncul masalah baru
atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tidak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien.
Clinical Teacher / CT
OLEH :
KETUT ELFIRASANI
P07120320069
SEMESTER II / PROFESI NERS B
Pengkajian saat ini : Pasien mengatakan ia diantar oleh suami dan adiknya ke RSJ.
Pasien mengatakan alasan ia ke RSJ karena ia stres. Pasien mengatakan ia mendengar suara
dan melihat Durga Wisesa yang menyuruhnya untuk menari tarian India di depan arca
Durga Wisesa serta melihat naga raksasa.
3 Riwayat trauma
Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
Aniaya fisik - - - - - -
Aniaya seksual - - - - - -
Penolakan - - - - - -
Tindakan kriminal - - - - - -
Jelaskan : Saat dilakukan pengkajian fisik, pasien mengatakan tidak ada keluhan
Masalah / Diagnosa Keperawatan : (-)
Risiko tinggi perubahan suhu tubuh Perubahan Nutrisi: Lebih dari
Defisit Volume Cairan Kebutuhan Tubuh
Kelebihan Volume Cairan Kerusakan Menelan
Resiko Tinggi terhadap Infeksi Perubahan Eliminasi faeses
Perubahan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan Perubahan Eliminasi urine
Tubuh Keletihan
Kerusakan integritas kulit
XX. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Hubungan pernikahan
Jelaskan :
Berdasarkan keterangan pasien, pasien merupakan anak ketujuh dari 8 bersaudara. Pasien
tinggal satu rumah dengan suami, anak serta mertuanya. Dari genogram, dapat dilihat tidak ada
anggota keluarga lainnya yang memiliki penyakit (gangguan jiwa) yang sama seperti yang
pasien alami.
Masalah keperawatan : Tidak ada
2. Konsep Diri
f. Citra tubuh :
Status pasien saat ini yaitu sudah menikah, pasien memiliki satu anak.
h. Peran :
Pasien berharap dapat menjalankan tugasnya sesuai sebagai ibu rumah tangga dalam
keluarga. Pasien juga berharap untuk segera sembuh dan cepat pulang ke rumah.
j. Harga diri :
Pasien mengatakan ia pernah merasakan dirinya tidak berguna saat ia sering bertengkar
dengan suaminya. Pasien mengatakan ada berkeinginan untuk bunuh diri, namun pasien
takut mati. Untuk mengatasi pikirannya tersebut, ia jalan-jalan ke rumah saudaranya.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
3. Hubungan sosial
Kerusakan komunikasi
Isolasi sosial
Kerusakan komunikasi verbal
Pasien mengatakan menganut kepercayaan agama Hindu dan mengatakan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa sebagai Tuhannya.
d. Kegiatan ibadah
Saat dalam masa perawatan di rumah sakit pasien selalu berdoa bersama.
Masalah / Diagnosa Keperawatan:
Distress spiritual
Lain-lain, Jelaskan: Tidak Ada
Peningkatan :
Hiperkinesia,hiperaktifitas Grimace
Gagap Otomatisma
Stereotipi Negativisme
Gaduh Gelisah Katatonik Reaksi konversi
Mannarism Tremor
Katapleksi Verbigerasi
Tik Berjalan kaku/rigid
Ekhopraxia Kompulsif
Command automatism
Jelaskan: Tidak Ada
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
Risiko tinggi cidera Defisit aktivitas deversional / hiburan
Kerusakan mobilitas fisik Intoleransi aktivitas
Perilaku kekerasan Resiko tinggi kekerasan
4. Alam Perasaan
Sedih
Gembira berlebihan
Putus asa
Khawatir
Ketakutan
Jelaskan : Pasien tampak sedih karena pasien ingin pulang.
Pasien tampak berbicara dengan lambat dan sesekali pasien saat berbicara pembicaraan
terhenti tiba-tiba kemudian dilanjutkan kembali menjawab pertanyaan yang diberikan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
9. Isi Pikir
Obsesi
Depersonalisasi
Fobia
Idea yang terkait
Hipokondria
Pikiran magic
Waham
Agama
Nihilistik
Somatik
Sisip pikir
Kebesaran
Siar pikir
Curiga
Kontrol pikir
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : tidak ada
Sistem pendukung
8. Aktivitas di dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
Mencuci pakaian
Mengatur keuangan
Transportasi
Lain-lain
Jelaskan : Pasien dapat melakukan aktifitas seperti biasa dengan baik seperti membersihkan
rumah, memasak, mencuci pakaian, dll. Dalam masyarakat pasien ikut andil dalam
kegiatan gotong royong.
Masalah Keperawatan : tidak ada
Curcuma Curcuma Fct Tablet merupakan suplemen makanan yang berasal dari
3x1 ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza) yang digunakan untuk
menambah atau meningkatkan nafsu makan serta memperbaiki fungsi hati.
Dewasa : 3 x sehari 1-2 tablet
XXVII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
3. POHON MASALAH
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran)
XXVIII. RENCANA KEPERAWATAN
Manajemen Perilaku
Observasi
□ Identifikasi harapan untuk
mengendalikan perilaku
Terapeutik
□ Diskusikan tanggung
jawab terhadap perilaku
Jadwalkan kegiatan
terstruktur
Ciptakan dan
pertahankan lingkungan dan
kegiatan perawatan konsisten
setiap dinas
Tingkatkan aktivitas fisik
sesuai kemampuan
Batasi jumlah
pengunjung
Bicara dengan nada rendah
dan tenang
Lakukan kegiatan
pengalihan terhadap
sumber agitasi
Cegah perilaku pasif fan
agresif
Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
Lakukan pengekangan
fisik sesuai indikasi
Hindari bersikap
menyudutkan dan
menghentikan
pembicaraan
Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
Hindari berdebat/
menawar batas perilaku
yang ditetapkan
Edukasi
□ Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan kogntif
Restrukturisasi Kognitif
Observasi
□ Identifikasi interpretasi yang
keliru tentang penyebab
stress yang dirasakan
Terapeutik
□ Ganti intepretasi yang keliru
dengan intepretasi
berdasarkan kenyataan
□ Buat cara
pandang/penyelesaian
alternative terhadap situasi
□ Tetapkan pikiran distorsi
yang alami (mis.
Overgeneralisasi,
pembesaran, personalisasi)
□ Buat label pada perubahan
emosi (mis. Marah, gelisah,
putus asa)
□ Dukung system
kepercayaan untuk melihat
situasi dengan cara yang
berbeda
Edukasi
□ Ajarkan mengidentifikasi
stressor yang
menyebabkan stress
□ Diskusikan pernyataan
yang menggambarkan
XXIX. IMPLEMENTASIKEPERAWATAN
Hari/Tanggal/ Diagnosa
Intervensi/Tindakan Keperawatan Respons Paraf
Waktu Keperawatan
Data Subjektif
Senin, 10 Mei Gangguan SP 1
2021 Persepsi
Membina Hubungan Saling Percaya
Sensori
Pukul 12.30
Mengenal Dan Mengidentifikasi Halusinasi
WITA
Mengontrol Halusinasi Dengan Cara
Menghardik
Fase Orientasi :
Salam Terapeutik :
“Selamat Siang Bu” “Selamat Siang dik”
“Perkenalkan nama saya Elfira, panggil saja saya “Nama saya KT, panggil T aja ”
Fira. Saya mahasiswa dari Poltekkes Denpasar
yang sedang praktek disini selama 3 minggu
kedepan. Hari ini saya dinas dari pukul 12.00
sampai dengan 16.00 WITA. Nama Ibu siapa?
Senang dipanggil siapa?”
Validasi :
“Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa semalam “Perasaan saya baik-baik saja dan tidur nyenyak.
Ibu tidur nyenyak? Apakah Ibu ada masalah akhir- Saya sering mendengar ada orang yang berbisik
akhir ini?” kepada saya”
Kontrak :
Topik :
“Iya, boleh saja”
“Bagaimana jika kita berbincang-bincang untuk
saling mengenal dan untuk mengetahui cara
mengontrol masalah yang Ibu alami?”
Waktu :
“Ibu mau berapa lama berbincang-bincang? “Iya saya bersedia dik”
Bagaimana jika 20 menit?”
Tempat :
“Dimana Ibu ingin berbincang-bincang? “ Iya , boleh”
Bagaimana jika di ruangan isolasi saja ya bu?
Dikarenakan hari ini ibu belum boleh keluar
ruangan ini”
Fase Kerja :
“Baiklah, hari ini saya berbincang-bincang dengan “Iya dik”
Ibu agar kita dapat saling mengenal dan dekat satu
sama lainnya dan agar Ibu memahami mengenai
apa yang Ibu alami dan cara untuk mengatasinya.
Bagaimana sampai sini ada yang ingin Mas
ditanyakan? Baiklah, kita mulai saja ya ?”
“Nah seperti yang Ibu katakan tadi, Ibu sering “Saya sering mendengar ada suara aneh yang
mendengar ada yang berbisik sama Ibu. Ibu bisa menyuruh saya untuk menari tarian India. Tidak
ceritakan kejadiannya? Pada saat kapan bisikan itu tentu, kadang pas pagi hari, sore atau malam hari.
muncul? Bisikan tersebut muncul saat Ibu Kadang saat saya sendirian bisikan itu muncul.
sendirian atau bersama teman-teman? Berapa kali Saya mengikuti perintahnya. ”
Ibu mendengar bisikan tersebut? Saat bisikan
tersebut muncul, apa yang akan Ibu lakukan?”
“Jadi seperti ini, suara atau bayangan iitu hanya “Tidak dik”
halusinasi. Jadi Ibu harus belajar untuk mengontrol
halusinasi tersebut. Apakah Ibu tau halusinasi itu
apa?”
“Halusinasi itu adalah kondisi dimana Ibu “Sudah kak”
merasakan sensasi yang sebenarnya tidak nyata,
jadi sosok Dewa dan suara – suara tersebut adalah
tidak nyata. Apakah Ibu sudah mengerti?”
“Halusinasi adalah suatu hal yang tidak nyata”
“Coba sebutkan apa tadi arti dari halusinasi?”
“Yaaa bagus sekali”
Fase Kerja :
“Baiklah, tindakan atau cara yang saya praktikkan “Tidak dik. Iya dik.”
nanti bertujuan untuk membantu Ibu mengontrol
halusinasi yang Ibu alami. Bagaimana sampai sini
ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kita mulai
saja ya ?
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol ”Bu, ayo ngobrol dengan saya soalnya saya sedang
halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengar suara-suara.”
dengan orang lain. Jadi kalau Ibu mulai mendengar
suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak
ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan Ibu.
Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar
suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Coba Ibu
lakukan seperti saya tadi lakukan.”
”Ya, begitu. Bagus!
“Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya Bu!” ”Bu, ayo ngobrol dengan saya soalnya saya sedang
”Ibu bisa menjadikan kegiatan tersebut menjadi dengar suara-suara.”
kegiatan rutin yang Ibu lakukan”
Fase Terminasi :
Evaluasi Subjektif :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah Ibu melakukan
cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap – “Saya merasa lebih tenang kak”
cakap ini ?
Evaluasi Objektif :
“Sudah berapa cara yang kita pelajari untuk “Sudah 2 cara, yaitu dengan cara menghardik dan
mengontrol halusinasi? Coba sebutkan!” dengan cara bercakap–cakap.”
Kontrak :
Topik :
“Nah sampai disini ya kita mengobrolnya. Kita
“Boleh dik.”
bertemu lagi besok pagi ya. Bagaimana kalau
besok kita bertemu lagi untuk mendiskusikan
mengenai cara mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan yang positif ?”
Waktu :
“Jam berapa kita nanti bertemu? Bagaimana jika “Oke dik”
besok kita bertemu jam 16.30 WITA? Hanya 20
menit saja, bagaimana ?”
Tempat :
“Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang “Setuju”
disini lagi?” “Apakah Ibu setuju?”
“Baik, apakah ada yang ingin Ibu tanyakan lagi?” “Tidak”
“Baik kalau tidak ada yang ingin ditanyakan lagi, “Selamat pagi, terimakasih dik.”
saya rasa hari ini cukup ya , kita bertemu lagi
besok, terima kasih atas waktunya, saya mohon
pamit, selamat pagi.” Data Objektif :
Pasien dapat melakukan cara yang telah diajarkan
untuk mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain, pasien tampak
kooperatif.
Rabu, 13 Mei Gangguan SP 1 dan SP 2 Data Subjektif :
2021 Persepsi
Mengontrol Halusinasinya Dengan Cara
Sensori
Pukul 16.30 Menghardik Dan Bercakap – Cakap
WITA
Fase Orientasi
Salam Terapeutik :
“Selamat sore, tampak rapi hari ini.” “Ibu masih “Selamat sore. Iya , saya ingat dengan Fira ya.”
ingat dengan saya?” “Iya benar sekali, saya Fira
yang kemarin bertemu dengan Ibu”
Validasi :
“Bagaimana perasaannya sekarang?” “Saya merasa biasa saja”
“Apakah Ibu ingat cara menghardik dan bercakap- “Lupa dik”
cakap dengan orang lain?”
Kontrak :
Topik :
“Setuju dik.”
“Nah karena Ibu lupa cara yang kita latih kemarin,
hari ini saya akan mengulang kembali menjelaskan
cara menghardik dan bercakap-cakap dengan orang
lain. Apakah Ibu setuju?”
Waktu : “Tidak.”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama
20 menit? Apakah Ibu keberatan dengan waktunya?
Tempat : “Iya dik, disana saja”
“Dimana kita bisa berbincang-bincang? Bagaimana
kalau kita berbincang di ruang bermain?”
Fase Kerja
“Pergi saya tidak mau dengar! Saya tidak mau
“Kalau begitu saya jelaskan ya Bu cara dengar! Kamu suara palsu!”
menghardik. Caranya adalah saat suara-suara itu
(sambil diperagakan)
muncul, langsung tutup telinga Ibu menggunakan
telapak tangan lalu Ibu bilang : pergi saya tidak
mau dengar! Saya tidak mau dengar! Kamu suara “Pergi saya tidak mau dengar! Saya tidak mau
palsu! Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak dengar! Kamu suara palsu!”
terdengar lagi.”
(sambil diperagakan)
“Coba Ibu peragakan!”
“Nah begitu, … bagus!”
“Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa”
“Pergi saya tidak mau lihat ! Saya tidak mau lihat !
Kamu bayangan palsu”
“Nah kalau Ibu melihat perempuan itu muncul di
pojokan, Ibu tutup mata menggunakan telapak
tangan Ibu sambil berkata : Pergi saya tidak mau
lihat ! Saya tidak mau lihat ! Kamu bayangan palsu”
“Coba Ibu peragakan!”
“Iya. Nanti saya ingat-ingat kembali”
“Nah begitu, … bagus!”
“Ibu bisa melakukan cara tersebut setiap Ibu “Hm lupa dik, hehe”
mendengarkan suara-suara aneh lagi. Ingat ya Bu!”
“Nah selain cara menghardik, Ibu masih ingat
dengan cara yang lain untuk mengontrol
“Tolong, saya mulai dengar suara. Ayo ngomong
halusinasi?”
dengan saya!”
“Yah kok lupa? Nah saya ajarkan kembali ya Bu.
(sambil diperagakan)
Cara berikutnya yaitu bercakap-cakap dengan orang
lain. Jadi kalau Mas mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol.
Minta teman untuk ngobrol dengan Ibu. Contohnya
begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara.
Ayo ngobrol dengan saya! Coba Ibu lakukan seperti “Iya dik”
saya tadi lakukan.”
“Iya bagus sekali Ibu.”
“Nanti Ibu latih terus ya cara-cara tersebut agar
halusinasi Ibu tidak muncul kembali”
Fase Terminasi “Biasa saja”
“Masih dik”
Evaluasi Subjektif :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita mengulang
kembali pelajaran sebelumnya?” Apakah Ibu masih
ingat?” “Pertama tutup mata menggunakan telapak tangan
sambil bilang Pergi! Saya tidak mau lihat! Kamu
Evaluasi Objektif :
bayangan palsu!”
“Bisakah Ibu jelaskan kembali apa yang sudah saya
ajarkan tadi?”
“Iya benar sekali Bu”
Kontrak :
“Kapan-kapan saja dik, saya capek”
Topik :
“Nah untuk sore ini kita cukupkan mengobrolnya
ya. Kita bertemu lagi besok siang ya”. “Bagaimana
kalau nanti kita bertemu lagi untuk mendiskusikan
“Iya dik”
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
positif?” “Sama-sama dik”
“Baiklah Ibu tidak apa-apa jika Ibu tidak mau.
Data Objektif :
Kapan-kapan kita mengobrol lagi ya Bu”
Pasien tampak mendengarkan penjelasan perawat
“Terimakasih ya Bu sudah mau mengobrol dengan
dengan baik. Pasien dapat memperagakan kembali
saya, sekarang Ibu istirahat dulu”
cara menghardik dan bercakap-cakap dengan orang
” lain dengan benar.
XVI.EVALUASI KEPERAWATAN
O: Ekspresi wajah pasien bersahabat, ada kontak mata, pasien mau berjabat tangan, pasien mau
menyebutkan nama, pasien mau menjawab salam, pasien mau duduk berhadapan dengan
perawat, dan pasien mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pasien dapat menyebutkan
tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, pasien dapat
melakukan cara yang telah diajarkan untuk mengendalikan halusinasi dengan cara
menghardik, pasien tampak kooperatif.
A: A : SP 1 tercapai
O : Pasien dapat melakukan cara yang telah diajarkan untuk mengendalikan halusinasi dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain, pasien tampak kooperatif.
A: A : SP 2 tercapai
P : Pertahankan BHSP, pertahankan kondisi pasien dan anjurkan pasien untuk mengontrol serta
menghardik halusinasinya.
S : “Selamat sore. Iya , saya ingat dengan Fira ya.”
Rabu, 13 Mei Gangguan Persepsi
2021 Sensori “Saya merasa biasa saja”
Pukul 17.00 “Lupa dik”
WITA
“Pergi saya tidak mau dengar! Saya tidak mau dengar! Kamu suara palsu!”
(sambil diperagakan)
“Pergi saya tidak mau lihat ! Saya tidak mau lihat ! Kamu bayangan palsu”
“Iya. Nanti saya ingat-ingat kembali”
“Hm lupa dik, hehe”
“Tolong, saya mulai dengar suara. Ayo ngomong dengan saya!”
(sambil diperagakan)
“Biasa saja”
“Masih dik”
“Pertama tutup mata menggunakan telapak tangan sambil bilang Pergi! Saya tidak mau lihat!
Kamu bayangan palsu!”
“Kapan-kapan saja dik, saya capek”
“Sama-sama dik”
O : Pasien tampak lupa cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan bercakap-cakap.
Pasien mengulang kembali SP 1 dan SP 2. Pasien dapat menyebutkan tindakan yang
biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, pasien dapat melakukan cara yang
telah diajarkan untuk mengendalikan halusinasi dengan cara menghardik dan bercakap-
cakap. Pasien menolak melanjutkan SP 3.
A : SP 3 belum tercapai
P : Pertahankan BHSP, pertahankan kondisi pasien dan anjurkan pasien untuk mengingat
kembali cara menghardik dan bercakap-cakap. Lanjutkan tindakan keperawatan untuk
mencapai SP 3
LEMBAR PENGESAHAN
Clinical Teacher / CT
OLEH :
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069
2. Penyebab
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor pedisposisi diantaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak
percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa
terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.
Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari
terabaikan.Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia 2017, penyebab isolasi
social diantaranya :
a. Keterlambatan perkembangan
b. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
c. Ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan
d. Ketidaksesuaian nilai-nilai dan norma
e. Ketidak sesuaian perilaku social dengan norma
f. Perubahan penampilan fisik
g. Perubahan status mental
h. Ketidakadekuatan sumber daya personal (mis: disfungsi berduka, pengendalian diri
buruk)
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi isolasi sosial, yaitu:
1) Faktor Predisposisi
1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dala huungan sosial. Bila
tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat
fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah.
Menurut Stuart dan Sudden (1995) tahap perkembangan adalah sebagai
berikut :
Masa pra sekolah Belajar menujukan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan
hati nurani
Masa pra remaja Menjalani hubungan intim dengan teman sesama jenis
kelamin
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antar orang tua dan teman,
mencari pasangan, menikah dan mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah dilalui
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Faktor Eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulakn oleh
faktor sosial budaya seperti keluarga.
2. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas
atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat
tterjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atu tidak
terpenuhinya kebutuhan individu.
3. Rentang Respon
Adaptif maladaptif
Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi sosial:
1) Respon adaptif
Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih
dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini yang termasuk
sikap yang termasuk respon adaptif.
a. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan pa yang
telah terjadi dilingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan persaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerjasama, kemampuan individu yang saling membuuhkan satu sama lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membian hubungan interpersonal.
2) Respon maladptif
Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan disuatu
tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif
a. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain..
c. Manipulasi, seseorang yang menggangu oorang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
d. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain.
4. Pohon Masalah
Berikut ini merupakan pohon masalah diagnosis isolasi sosial :
(Core Problem)
Isolasi Sosial
6. Gejala Klinis
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2017:
a. Kondisi yang menyebabkan gangguan mobilisasi
b. Depresi mayor dan schizophrenia
c. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyait
d. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
e. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
f. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
g. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya)
7. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Psikofarmaka
1) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri
terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi.
Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial
dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi
(hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom
parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee).
Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan
jantung (Andrey, 2010).
2) Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental
serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti
gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur ,
tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap
penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).
3) Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine.
Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing,
mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi
urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP),
glaukoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010).
b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan
strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi
pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab
isolasi social, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila
berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan,
dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam
kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu
orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi
jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua
orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya.
c. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari yang meliputi:
a) Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun
tidur.
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
mandi dan sesudah mandi.
d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang
dan setelah makan dan minum.
f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh
benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat
ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi
tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.
2) Tingkah laku sosial
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam
kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
a) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.
b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab pertanyaan
waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara dengan
orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai tanda adanya
kesungguhan dalam berkomunikasi.
d) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul
dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama atau
sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
g) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan
sebagainya.
8. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah
laku masa lalu primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang
tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko gangguan
sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan
penurunan aktivitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh, ditetpkan bahwa diagnose keperawatan isolasi social
adalah:
1) Isolasi Sosial
2) Risiko Perilaku Kekerasan
3) Harga Diri Rendah Situsional
(SDKI, 2017)
3. Intervensi Keperawatan
Hari/ Tanggal/
No Dx.
Jam Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Isolasi Sosial Setelah diberikan asuhan 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya
keperawatan selama 1x15 percaya dengan merupakan landasan utama
SP 1 : Pasien
menit diharapkan tujuan mengungkapkan prinsip untuk hubungan
dapat membina
tercapai dengan kriteria hasil komunikasi terapeutik selanjutnya
hubungan saling
sebagai berikut : 2. Sapa Pasien dengan ramah
percaya.
baik verbal maupun non
1. Ekspresi wajah
verbal
bersahabat
3. Perkenalkan diri dengan
2. Menunjukkan rasa
sopan
senang,
4. Tanyakan nama lengkap
3. Ada kontak mata
Pasien dan nama panggilan
4. Mau berjabat tangan,
yang disukai Pasien
mau menjawab salam
5. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Pasien mau duduk
6. Jujur dan menempati janji
berdampingan dengan
7. Tunjukkan sifat empati dari
perawat
menerima Pasien apa adanya
6. Mau mengutarakan
8. Beri perhatian kepada Pasien
masalah yang dihadapi
dan perhatikan kebutuhan
dasar Pasien
SP 1: Setelah diberikan asuhan SIKI : Diketahuinya penyebab akan
keperawatan selama 1x15 dapat dihubungkan dengan
Pasien mampu 1. Kaji pengetahuan Pasien
menit diharapkan tujuan faktor resipitasi yang dialami
menyebutkan tentang perilaku menarik diri
tercapai dengan kriteria Pasien
penyebab isolasi dan tanda-tandanya
hasil sebagai berikut :
sosial atau tidak 2. Beri kesempatan kepada
berhubungan SLKI pasien untuk
dengan orang lain. mengungkapkan perasaan
Pasien dapat menyebutkan
penyebab menarik diri atau
penyebab menarik diri yang
tidak mau bergaul
berasal dari :
3. Identifikasi hambatan
c.Susun jadwal
minum obat
secarateratur
Intervensi Keperawatan
1 Isolasi Sosial (D.0121) Setelah dilakukan asuhan Promosi Sosialisasi (I. 13498)
keperawatan selama 1 x 20 menit
Definisi : Observasi
diharapkan tujuan tercapai dengan
Ketidakmampuan untuk kriteria hasil : 1. Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain
membina hubungan yang 2. Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
Keterlibatan Sosial (L.13115)
erat, hangat, terbuka dan
interdependen dengan 1. Minat interaksi meningkat (5) Terapeutik
orang lain 2. Minat terhadap aktivitas
1. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
meningkat (5)
Penyebab : 2. Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
3. Verbalisasi Isolasi menurun (5)
3. Motivasi berpatisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok
1. Keterlambatan 4. Verbalisasi ketidakamanan di
4. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan
perkembangan tempat umum menurun
orang lain
2. Ketidakmampuan 5. Perilaku menarik diri menurun
5. Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
menjalin hubungan (5)
6. Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan
yang memuaskan 6. Verbalisasi perasaan berbeda
3. Ketidaksesuaian minat dengan orang lain menurun (5) Edukasi
dengan tahap 7. Kontak mata meningkat (5)
1. Anjurkan interaksi dengan orang lain secara bertahap
perkembangan 8. Tugas perkembangan sesuai
2. Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
4. Ketidaksesuaian dengan usia meningkat (5)
3. Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati hak orang
nilai-nilai dengan
Interaksi Sosial (L. 13115) lain
norma
4. Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
5. Ketidaksesuaian 1. Perasaan nyaman dengan situasi
perilaku sosial dengan sosial meningkat (5) Terapi Aktivitas (I.05186)
norma 2. Perasaan mudah menerima atau
Observasi
6. Perubahan penampilan mengomunikasikan perasaan
fisik meningkat (5) 1. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
7. Perubahan status mental 2. Identifikasi kemampuan berpatisipasi dalam aktivitas tertentu
8. Ketidakadekuatan 3. Responsive pada orang lain Terapeutik
sumber daya personal meningkat (5)
1. Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan rentang
(mis. Disfungsi 4. Perasaan tertarik pada orang
aktivitas
berduka, pengendalian lain meningkat (5)
2. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
diri buruk) 5. Minat melakukan kontak emosi
konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis dan sosial
meningkat (5)
Gejala dan Tanda Mayor 3. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi, mobilisasi dan
6. Kooperatif dengan teman
perawatan) sesuai kebutuhan
Subjektif : sebaya meningkat (5)
4. Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak kompetitif,
7. Ekspresi wajah responsive
1. Merasa ingin sendirian terstruktur dan aktif
meningkat (5)
2. Merasa tidak aman di 5. Libatkan keterlibatan aktivitas rekreasi dan diversifikasi untuk
tempat umum menurunkan kecemasan (mis. Tenis meja, permainan sederhana,
teka-teki)
Objektif :
6. Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
1. Menarik diri 7. Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
2. Tidak
Edukasi
berminat/menolak
berinteraksi dengan 1. Ajarkan cara melakukan aktivitas fisik yang dipilih
orang lain atau 2. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi
lingkungan 3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual dan kognitif
dalam menjaga fungsi dan kesehatan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Pemberian Obat Oral (I.03128)
Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM (Basik Course).
Jakarta: EGC
Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta : Trans Info Media
Clinical Teacher / CT
OLEH :
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. P
Umur : 50 tahun
Alamat : Jember
Pendidikan : Tidak Sekolah
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Jenis Kelamin : Perempuan
No.RM : 035xxx
() ya ( ) tidak
Jelaskan : Pasien tidak dapat dikaji, pasien tidak menjawab, kontak mata
kurang, ekspresi wajah datar dan pasien menyendiri.
2. Pengobatan sebelumnya?
( ) berhasil () kurang berhasil ( ) tidak berhasil
Jelaskan : Pasien tidak dapat dikaji, pasien tidak menjawab, kontak mata
kurang, ekspresi wajah datar dan pasien menyendiri.
Aniaya seksual -
Penolakan -
Tindakan kriminal -
Ya Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Ukuran vital :
TD : 103/89 mmHg
N : 81 x/menit
S : 37,2 ºC
R: : 20 x/menit
2. Ukuran : BB : 62 kg TB : 160 cm
Turun ( - ) Naik ( - )
Jelaskan : tidak ada masalah
3. Keluhan fisik
( ) Ya (√ ) Tidak
Jelaskan : -.
Masalah Keperawatan: Tidak ada
:
( - ) Risiko tinggi perubahan suhu ( - ) Perubahan nutrisi: Lebih dari
tubuh kebutuhan tubuh
( - ) Defisit volume cairan ( - ) Kerusakan menelan
( - ) Kelebihan volume cairan ( - ) Perubahan eliminasi feses
( - ) Risiko tinggi terhadap infeksi ( - ) Perubahan eliminasi urin
( - ) Risiko tinggi terhadap transmisi ( - ) Kerusakan integritas kulit
infeksi ( - ) Lain – lain, jelaskan :
( - ) Perubahan nutrisi: Kurang dari
kebutuhan tubuh
VI. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Keterangan :
= meninggal
= laki-laki masih hidup
= perempuan masih hidup
= hubungan perkawinan
= Tinggal serumah
= pasien
Jelaskan : Pasien mengatakan jika di rumahnya, ia tinggal bersama kedua
orang tuanya.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Pasien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya.
b. Identitas
Pasien mengetahui bahwa ia bernama Phonimin. Berasal dari jember. dan
beragama Islam .
c. Peran
Pasien tidak mau menjawab, kontak mata kurang, ekspresi datar. .
d. Ideal diri
Pasien mengatakan saat ini ideal dirinya tidak ada
e. Harga diri
Pasien mengatakan ia merasa tidak suka keramaian dan lebih suka sendiri
Masalah Keperawatan :
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien tidak mau menjawab, kontak mata kurang, ekspresi wajah datar.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan ia beragam islam dan memercayai Allah
b. Kegiatan Ibadah
Pasien mengatakan tidak ada.
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
( ) Tidak rapi
( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai
( ) Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Masalah/Diagnosa Keperawatan: Tidak ada
2. Pembicaraan
( ) Cepat ( ) Membisu
( ) Keras (√) Tidak mampu memulai
( ) Gagap pembicaraan
( ) Apatis ( ) Lain-lain
( ) Lambat
Jelaskan: Pada saat pasien diajak berbicara, pasien hanya menjawab seadanya
dan kontak mata kurang. Pasien juga saat diajak berkomunikasi tidak mampu
memulai pembicaraan.
Masalah Keperawatan:
( - ) Kerusakan komunikasi
( - ) Kerusakan komunikasi verbal
(√) Lain-lain : Gangguan Interaksi Sosial
3. Aktifitas Motorik/PsikomotorKelambatan:
( ) Hipokinesia, hipoaktifitas
( ) Katalepsi
( ) Sub stupor katatonik
( ) Fleksibilitas serea
4. Alam Perasaan
(- ) Sedih
( - ) Gembira berlebihan
( - ) Putus asa
(√ ) Lainnya
Jelaskan : pasien mengatakan ia merasa biasa saja
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan
5. Afek
(√ ) Datar
( ) Tumpul
( ) Labil
( ) Tidak sesuai
Jelaskan : Pada saat diajak berkomunikasi, tampak wajah pasien tidak
memunculkan adanya ekspresi, kontak mata kurang dan menyendiri.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
6. Interaksi selama wawancara
( ) Bermusuhan
(√) Kontak mata kurang
( ) Tidak kooperatif
( ) Defensif
( ) Mudah tersinggung
( ) Curiga
Jelaskan : Pada saat diajak berkomunikasi, tampak kontak mata pasien
berkurang, namun masih mau menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
singkat dan kadang-kadang diam.
Masalah Keperawatan : Gangguan Interaksi Sosial
7. Persepsi Halusinasi
(- ) Pendengaran (-) Pengecapan
(-) Penglihatan (-) Penghidu
(-) Perabaan
8. Proses pikir
( ) Sirkumstansial (√ ) Blocking
( ) Tangensial ( ) Pengulangan
( ) Kehilangan asosiasi pembicaraan/ perseverasi
( ) Flight of ideas
Jelaskan : Pada saat diajak berkomunikasi, pasien mampu menjawab
pertanyaan namun terkadang ditengah menjawab pertanyaan pasien tiba-
tiba diam.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
9. Isi Pikir
(-) Obsesi (-) Fobia
(- ) Depersonalisasi (- ) Idea yang terkait
(-) Hipokondria (-) Pikiran magic
Waham
(-) Agama
(-) Nihilistik
(-) Siar piker
(-) Somatik
(-) Curiga
(-) Sisip pikir
(-) Kontrol pikir
(- ) Kebesaran
Jelaskan : Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan dirinya tidak
sedang memikirkan sesuatu.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
10. Tingkat Kesadaran
(-) Bingung
(-) Sedasi
(-) Stupor
(-) Disorientasi
(-) Waktu
(-) Tempat
(-) Orang
Jelaskan : Saat dikaji pasien mengatakan dirinya tahu ada dimana, tahu
waktu dan siapa yang ia sedang ajak berbicara sekarang.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
11. Memori
(-) Gangguan daya ingat jangka panjang
(-) Gangguan daya ingat saat ini
(-) Gangguan daya ingat jangkal pendek
(-) Konfabulasi
Jelaskan : Saat pengkajian pasien mengatakan ia tidak tahu kenapa dibawa
kesini, dan alasannya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
MALADAPTIF
( - ) Minum alkohol
( - ) Reaksi lambat
( - ) Reaksi berlebih
( - ) Bekerja berlebihan
( - ) Menghindar
( - ) Mencederai diri
(√ ) Lainnya
Jelaskan : Pasien diam tidak mau menjawab
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Uraikan : Pasien mengatakan dirinya tidak memiliki masalah dengan teman-
temannya, namun ia lebih suka sendiri.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Uraikan : Pasien mengatakan dirinya tidak memiliki masalah dengan
lingkungannya.
c. Masalah dengan pekerjaan
Uraikan : Pasien mengatakan tidak ada masalah
d. Masalah dengan perumahan
Uraikan : Pasien mengatakan tidak memiliki masalah di perumahannya.
e. Masalah dengan ekonomi
Uraikan : pasien diam tidak mau menjawab.
( ) Lainnya
Effect
Harga diri rendah, halusinasi
Core Problem
Isolasi Sosial
Causa
Gangguan Interaksi
Sosial
fisik permusuhan
14/05/2021 Isolasi SP 2
08.30 Sosial Mengajarkan klien berinteraksi secara
WITA bertahap (berkenalan dengan orang
pertama, yaitu seorang perawat)
Fase Orientasi : Subjektif
“ Selamat pagi Ibu P, sesuai dengan janji saya “ Fira”
kemarin sekarang saya datang lagi. Ibu P masih
ingatkan dengan saya ?coba siapa ? iya bagus.
Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara
berkenalan dengan perawat lain.”
a. Evaluasi
1) Bagaimana perasaan Ibu P saat ini? “Baik”
2) Apakah Ibu P sudah hapal cara “ Sudah”
berkenalan dengan orang lain ?apakah
Ibu P sudah mempraktikkannya dengan
pasien lain ? bagaimana perasaan Ibu P
setelah berkenalan tersebut? “Nama saya phonimin, asal saya dari jember,
3) Coba Ibu P praktikkan lagi cara hobby saya bernyanyi”
berkenalan dengan saya. Ya bagus
b. Kontrak
1) Topik
“ Baik sekarang kita akan berlatih “ Ia”
berkenalan dengan orang pertama yaitu
perawat lain”
2) Waktu
“ Mau berapa lama berlatihnya ? “ Boleh”
bagaiman kalau 10 menit ?”
3) Tempat
“ Dimana tempatnya ? disini saja ya?” “ Ia”
Fase kerja
“ Tadi caranya bagaimana ya Ibu? yang “Nama saya phonimin, asal saya dari jember,
pertama dilakukan adalah berjabat tangan, hobby saya bernyanyi”
sebutkan nama, asal dan hobby. Bagus Ibu
P.”
“ Sekarang kita keruangnya suster E ya.” “ ia”
(Bersama-sama mendekati suster E)
“ Selamat pagi suster E, ini Ibu P ingin
berkenalan dengan suster E“
“ Baiklah Ibu , sekarang Ibu E bisa berkenalan “Nama saya phonimin, asal saya dari jember,
dengan suster E seperti yang sudah kita hobby saya bernyanyi”
praktikkan. Ya bagus Ibu P.”
“ Ada lagi yang ingin Ibu P tanyakan kepada “ Tidak ada”
suster E”
“ Kalau memang tidak ada lagi yang ingin
dibicarakan, Ibu P bisa sudahi perkenalan ini.
“ Baiklah suster E, karena Ibu P sudah selesai
berkenalan, saya dan Ibu P akan kembali ke “ Selamat pagi sus dan Ibu P”
ruangan Ibu P. Selamat pagi (bersama-sama
pasien meninggalkan ruangan suster E)”
Terminasi
“ Bagaimana perasaan Ibu P setelah kita
berkenalan dengan suster E ”
“ coba Ibu P sebutkan lagi cara berkenalanya. “-“
Ya bagus Ibu”
Kontrak “Nama saya phonimin, asal saya dari jember,
“ Besok pagi kita ketemu lagi ya, kita akan hobby saya bernyanyi”
berkenalan dengan dua orang atau lebih “
“ Mau jam berapa Ibu ? Baik jam 09.00 “ Ia”
pagi. Waktunya berapa lama ? ya 10 menit ”
“ Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya “ “ Ia”
“ Baik Ibu apakah ada yang ingin Ibu tanyakan?
Jika tidak saya pamit dulu, sampai jumpa besok “ Di sini”
Ibu” “ Tidak ada”
15/05/2021 Isolasi SP 3
09.00 Sosial Mengajarkan klien berinteraksi secara
WITA bertahap (berkenalan dengan perawat dan
klien lain ) Subjektif
Fase Orientasi:
“ Selamat pagi Ibu P, sesuai dengan janji saya “ Fira”
kemarin sekarang saya datang lagi. Ibu P masih
ingatkan dengan saya ?coba siapa ? iya bagus”
“ Apakah Ibu P sudah hapal cara berkenalan
dengan orang lain ? Apakah Ibu P sudah “ Sudah”
mempraktikkanya dengan pasien lain ? siapa
saja yang sudah Ibu P ajak berkenalan ? coba
sebutkan namanya ? iya bagus sekali Ibu P
sudah mempraktikanya ya. Bagaimana “ Swandewi”
perasaan Ibu P setela berkenalan tersebut”
Kontrak “ Baik”
“ Baik sekarang kita akan berlatih lagi
berkenalan dengan 2 orang ya Ibu, yaitu perawat
lain dan klien lain teman Ibu yang ada di “ Gak mau”
ruangan ini ”
“ Kenapa tidak mau Ibu?”
“kemarin Ibu sudah berjanji bersedia berkenalan
dengan dua orang atau lebih” “ Gak mau”
Fase terminasi “ Gak mau”
“ Besok pagi kita ketemu lagi ya, kita akan
berkenalan dengan dua orang atau lebih “
“ Mau jam berapa Ibu ? bagaimana kalou jam “ Ya”
09.00 pagi. Waktunya berapa lama ? bagaimana
kalua 10 menit “ “Ia”
“ Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya “
“ Baik Ibu apakah ada yang ingin Ibu tanyakan?
Jika tidak saya pamit dulu, sampai jumpa besok “Disini”
Ibu” “Tidak”
16/05/2021 Isolasi SP 3
15.00 Sosial Mengajarkan klien berinteraksi secara
WITA bertahap (berkenalan dengan perawat dan
klien lain ) Subjektif
Fase Orientasi:
“ Selamat pagi Ibu P, sesuai dengan janji saya “ Fira”
kemarin sekarang saya datang lagi. Ibu P masih
ingatkan dengan saya ?coba siapa ? iya bagus”
“ Apakah Ibu P sudah hapal cara berkenalan
dengan orang lain ? Apakah Ibu P sudah “ Sudah”
mempraktikkanya dengan pasien lain ? siapa
saja yang sudah Ibu P ajak berkenalan ? coba
sebutkan namanya ? iya bagus sekali Ibu P
sudah mempraktikanya ya. Bagaimana “ Sukomo”
perasaan Ibu P setela berkenalan tersebut”
Kontrak “ Baik”
“ Baik sekarang kita akan berlatih lagi
berkenalan dengan 2 orang ya Ibu, yaitu perawat
lain dan klien lain teman Ibu yang ada di “ Gak mau”
ruangan ini ”
“ Kenapa tidak mau Ibu?”
“kemarin Ibu sudah berjanji bersedia berkenalan
dengan dua orang atau lebih” “ Gak mau”
Fase terminasi “ Gak mau”
“ Besok pagi kita ketemu lagi ya, kita akan
berkenalan dengan dua orang atau lebih “
“ Mau jam berapa Ibu ? bagaimana kalou jam “ Ya”
09.00 pagi. Waktunya berapa lama ? bagaimana
kalua 10 menit “ “Ia”
“ Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya “
“ Baik Ibu apakah ada yang ingin Ibu tanyakan?
Jika tidak saya pamit dulu, sampai jumpa besok “Disini”
Ibu” “Tidak”
XVII. EVALUASI KEPERAWATAN
Clinical Teacher / CT
OLEH:
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069
PROFESI NERS B
2. Penyebab
Menurut (Keliat, 2011) penyebab Risiko Perilaku Kekerasan ada dua faktor antara
lain:
a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis
b. Faktor Presipitasi
3. Pohon masalah
4. Klasifikasi
5. Gejala Klinis
Menurut (Lilik, 2011), mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut:
a Fisik: muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam,
tangan mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku dan jalan
mondar-mandir.
b Verbal: bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak,
mengancam secara verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor,
suara keras dan ketus.
c Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
d Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan,
sarkasme.
e Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat
orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
f Sosial: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
sindiran.
g Perhatian: bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual
1) Data Mayor:
a) Subjektif:
(1) Mengatakan pernah melakukan tindakan kekerasan
(2) Informasi dari keluarga tindak kekerasan yang pernah
dilakukan oleh pasien
b) Objektif:
(1) Ada tanda jejas perilaku kekerasan pada anggota tubuh
2) Data Minor:
a) Subjektif:
(1) Mendengar suara-suara
(2) Merasa orang lain mengancam
(3) Menganggap orang lain jahat
b) Objektif:
(1) Tampak tegang saat bercerita
(2) Pembicaraan kasar ketika menceritakan marahnya
6. Pemeriksaan Diagnostik
8. Komplikasi
b. Faktor Fisik
1) Identitas
No. Standar Diagnosis Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia Indonesia (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1. Risiko Perilaku Kekerasan Setelah dilakukan intervensi selama Pencegahan perilaku kekerasan (I.14544)
Definisi: ….x…. jam maka kontrol diri Observasi
Berisiko membahayakan secara meningkat dengan kriteria hasil : Monitor adanya benda yang berpotensi
fisik, emosi dan / atau seksual Kontrol Diri ( L. 09076) membahayakan (mis. Benda tajam, tali)
pada diri sendiri atau orang lain. Verbalisasi ancaman pada orang Monitor keamanan barang yang dibawa
lain menurun (5) pengunjung
Faktor Risiko : Verbalisasi umpatan menurun Monitor selama penggunaan barang
Pemikiran waham/delusi. (5) yang dapat membayakan (mis. Pisau
Curiga pada orang lain. Perilaku menyerang menurun cukur)
Halusinasi. (5) Terapeutik
Berencana bunuh diri. Perilaku melukai diri Pertahankan lingkungan bebas dari
Disfungsi sistem keluarga. sendiri/orang lain menurun (5) bahaya secara rutin
Kerusakan kognitif. Perilaku merusak lingkungan Libatkan keluarga dalam perawatan
Disorientasi atau konfusi. sekitar menurun (5) Edukasi
Kerusakan kognitif. Perilaku agresif/amuk menurun Anjurkan pengunjung dan kelurga untuk
Persepsi pada lingkungan (5) mendukung keselamatan pasien
tidak akurat. Suara keras menurun (5) Latih cara mengungkapkan perasaan
Alam perasaan depresi. Bicara ketus menurun (5) secara asertif
Riwayat kekerasan pada Latih mengurangi kemarahan secara
hewan. verbal dan non verbal (mis. Relaksasi,
Kelainan neurologis. bercerita)
Lingkungan tidak teratur.
Penganiayaan atau
pengabaian anak.
Riwayat atau ancaman
kekerasan terhadap diri
sendiri atau orang lain atau
destruksi properti orang lain.
Impulsif
Ilusi
Ilusi
Kondisi Klinis Terkait :
Penganiayaan fisik,
psikologis atau seksual.
Sindrom otak organik (mis.
penyakit Alzheimer).
Gangguan perilaku.
Oppositional defiant
disorder.
Depresi.
Serangan panik.
Gangguan Tourette.
Delirium.
Demensia.
Gangguan Amnestik.
Halusinasi.
Upaya bunuh diri.
Abnormalitas
neurotransmitter otak.
4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu evaluasi proses atau formatif dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan respon pasien dengan tujuan yang telah ditentukan. Hasil
evaluasi yang diharapkan adalah:
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasan yang
dilakukakannya
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
g. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan dengan terapi psikofarmaka
DAFTAR PUSTAKA
Direja Ade Herman Surya .2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha Medika:Yogyakarta
Fitria, Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat
bagi Program S1 Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
Purba.2008.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan
Jiwa.Medan;USU Press
Keliat Budi Anna, Panjaitan Ria Utami, Helena Novy.2006.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa
Edisi 2. EGC: Jakarta.
Kusumawati & Hartono.2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa .Jakarta;Salemba Medika
LEMBAR PENGESAHAN
Clinical Teacher / CT
NIP. 196412311985032011
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. DW DENGAN RISIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG KUNTI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
TANGGAL 16 - 19 MEI 2021
OLEH :
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069
Data sekunder RM: pasien dikatakan lebih sering tidur dan tidak mau bergaul dengan temannya
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurang berhasil
Tidak berhasil
Jelaskan:
Pengobatan kurang berhasil, karena pasien beberapa kali pernah dirawat di RSJ.
3 Riwayat trauma
Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
Aniaya fisik - - - - - -
Aniaya seksual - - - - - -
Penolakan - - - - - -
Kekerasan dalam keluarga - - - - - -
Tindakan kriminal - - - - - -
Jelaskan:
Tidak ada
V. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Ukuran Vital :
TD : 110/80 mm/Hg
N : 86 x/mnt
S : 35,9⁰ C
P : 20x/menit
2. Ukuran : BB: 70 kg TB: 165 cm
Turun
Naik
Jelaskan : -
3. Keluhan fisik :
Ya
Tidak
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Hubungan pernikahan
Jelaskan :
Klien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, pasien berusia 49 tahun. Pasien memiliki
satu orang adik yang sudah menikah. Ayah pasien sudah meninggal. Pasien hanya tinggal
bersama ibunya. Berdasarkan penuturan pasien, di keluarga nya tidak ada yang mengidap
gangguan jiwa.
Pasien mengatakan orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu ibunya karena selalu
membantu pasien jika ada masalah.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok /masyarakat:
Pasien tidak terlibat dalam kegiatan kelompok di masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien tampak tidak mengalami hambatan ketika berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.
Pasien tampak cepat akrab, dan terbuka mengenai dirinya. Pasien mampu menjawab pertanyaan
yang diberikan oleh perawat dengan jawaban yang sesuai.
Masalah / Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada
Kerusakan komunikasi
Kerusakan komunikasi verbal
Kerusakan interaksi sosial
Isolasi sosial
Lain-lain, jelaskan...............................
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Hindu, pandangan dan keyakinan klien terhadap agama baik, ia percayabahwa Tuhan itu
ada.
b. Kegiatan ibadah
Saat dalam masa perawatan di rumah sakit pasien selalu berdoa bersama sesuai jadwal.
Masalah / Diagnosa Keperawatan:
Distress spiritual
Lain-lain,
Jelaskan: Tidak Ada
Cukup rapi
Jelaskan:
Saat pengkajian penampilan pasien cukup rapi dan cukup bersih, resleting terkunci, baju
dan celana digunakan dengan benar.
Masalah / Diagnosa Keperawatan: Tidak ada
Sindroma defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toiletting, instrumentasi)
Defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toiletting, instrumentasi)
Lain-lain, Jelaskan :
2. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Apatis
Lambat
Membisu
Tidak mampu memulai pembicaraan
Lain-lain
Jelaskan:
Pembicaraan pasien terlihat keras dari segi tempo, nada serta ketepatan pengucapan kata dan
kalimat.
Masalah / Diagnosa Keperawatan: Tidak ada
Kerusakan komunikasi
Kerusakan komunikasi verbal
Lain-lain,
3. Aktifitas motorik/PsikomotorKelambatan :
Hipokinesia,hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitas serea
Jelaskan:
Reaksi pasien terhadap lingkungan sangat kurang, gerakan dan aktivas
sangat lambat.
Peningkatan :
Hiperkinesia,hiperaktifitas Grimace
Gagap Otomatisma
Stereotipi Negativisme
Gaduh Gelisah Katatonik Reaksi konversi
Mannarism Tremor
Katapleksi Verbigerasi
Tik Berjalan kaku/rigid
Ekhopraxia Kompulsif
Command automatism
Jelaskan: Tidak Ada
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
Risiko tinggi cidera Defisit aktivitas deversional / hiburan
Kerusakan mobilitas fisik Intoleransi aktivitas
Resiko tinggi kekerasan
Perilaku kekerasan
3. Alam Perasaan
Sedih
Gembira berlebihan
Putus asa
Khawatir
Ketakutan
Jelaskan : pasien mengatakan ia merasa gembira karena bisa melampiaskan kekesalannya
dengan membentak teman-teman atau orang yang tidak menuurti kemauan saya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
4. Afek
Tumpul
Datar
Labil
Tidak sesuai
Jelaskan : Saat pengkajian berdasarkan observasi pasien tampak berubah-ubah kadang saat
pengkajian pasien tersenyum kadang saat pengkajian hari ke-2 ekspresi pasien sedang
marah.
Masalah Keperawatan : tidak ada
5. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Kontak mata kurang
Tidak kooperatif
Defensif
Mudah tersinggung
Curiga
Jelaskan : pasien tampak mudah tersinggung saat
diwawancarai.
gigi sebelum makan atau menggosok gigi setelah makan pasien menjawab makan dulu
baru gosok gigi agar mulut tidak menjadi kotor lagi.
Masalah keperawatan : tidak ada
12. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan : pasien mengingkari penyakit yang diderita ,pasien mengaku tidak sakit. Pasien
mengatakan disini pasien hanya dititipkan.
Masalah Keperawatan : tidak ada
Sistem pendukung
8. Aktivitas di dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
Mencuci pakaian
Mengatur keuangan
Transportasi
Lain-lain
Jelaskan : Aktivitas klien di dalam rumah hanyalah sebatas membersihkan rumah dan
mencuci pakaian aktivitas diluar rumah seperti belanja dan transportasi tidak bisa dilakukan
oleh pasien.
Masalah Keperawatan : tidak ada
Jelaskan : Selama dirawat di RSJ pasien tidak mau merapikan tempat tidurnya dan kerap
kali tidak mau ganti baju. Reaksi maladaptif saat di ruangan Kunti belum ditemukan,
namun saat di rumah pasien mengatakan ia akan marah dan mengamuk jika keinginannya
tidak mau diturutin.
Masalah Keperawatan : tidak ada
“Baik, Bu.”
Risiko Perilaku SP 2:
Senin, 17 Mei Kekerasan
2021 Pasien dapat mengindentifikasi penyebab,
09.30-09.45
WITA tanda-tanda dan akibat perilaku kekerasan,
mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP 1),
melatih cara fisik 2: pukul kasur/bantal,
memasukan dalam jadwal harian pasien.
Fase Orientasi
“sejak kapan Ibu mulai mengamuk? Umur “sejak sudah tidak bekerja karena
berapa?” corona. Saya lupa umur berapa.”
“Apakah Ibu merasakan kesal kemudian “Ya, kalau saya marah saya biasanya
dada Ibu berdebar-debar, mata melotot, merasa berdebar-debar, kepala terasa
rahang terkatup rapat, dan tangan sakit, tubuh terasa panas, dan ingin
mengepal? Setelah itu apa yang Ibu berteriak atau membanting barang.”
lakukan?”
“Jika Ibu merasa marah apa yang Ibu “saya mengamuk dengan berteriak,
lakukan berbicara kasar dan membanting
?” barang.”
SP 4:
Pasien mampu mendemonstrasikan perilaku
yang terkontrol, mengevaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1, 2 & 3), melatih secara
spiritual (berdoa atau sembahyang),
memasukan dalam jadwal harian pasien
Fase orientasi
“Halu, selmat siang Ibu. Bagaimana
perasaan Ibu hari ini? Bagaimana
makanannya?”
Fase kerja
“baik, saya mau bu.”
“Baik Bu. Sebelum kita mulai kita ulas
kembali bahasan kita sebelumnya. Semoga
ibu masih ingat ya.” “di sini saja.”
“baik Bu.”
Fase terminasi
“Boleh Bu.”
Fase orientasi
“wah, begitu ya. Apa Ibu bersedia “saya merasa lemas Bu, dan hanya ingin
melanjutkan obrolan kita kemarin?” tidur”
“Tidak Bu.”
A : SP 2 tercapai
P: Pertahankan BHSP, lanjutkan tindakan keperawatan untuk
mencapai SP 3 dan SP 4
Selasa Risiko SP 3 : S : “Ya, Bu. Saya suka yang memukul bantal dan melihat Dayu
Pasien mampu memilih cara pemandangan Bu.” Apsari
18 Mei 2021 perilaku
O: Pasien mampu memilih cara yang kontruktif dalam berespons
yang kontruktif dalam
kekerasan terhadap kemarahannya.
berespons terhadap A : SP 3 tercapai
kemarahannya, mengevaluasi P: Pertahankan BHSP, lanjutkan tindakan keperawatan untuk
kegiatan yang lalu (SP 1 dan mencapai SP 4
SP 2), melatih secara
sosial/verbal, menolak dengan
baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan dengan baik,
memasukan dalam jadwal
harian pasien
Clinical Teacher / CT
NIP. 196412311985032011