OLEH:
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069
PROFESI NERS KELAS B
A. MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
2. Klasifikasi Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada klien gangguan jiwa. Sekitar 70%
halusinasi yang dialami klien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar atau
suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu,
pengecapan, dan perabaan. Pengkajian dapat dilakukan dengan
mengobservasi perilaku klien dan menanyakan secara verbal apa yang
sedang dialami klien.
Halusinasi diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu halusinasi
pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi pengecapan, halusinasi
penghidu, halusinasi perabaan. Data objektif dikaji dengan cara
mengobservasi perilaku klien, sedangkan data subjektif dikaji melalui
wawancara dengan klien. Berikut ini merupakan deskripsi kelima jenis
halusinasi:
Core
Problem
Causa
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses pikir :
Persepsi akurat menyimpang waham
Emosi konsisten Ilusi Halusinasi
dengan pengalaman Emosi tidak stabil Ketidakmampuan untuk
Perilaku sesuai Perilaku aneh atau mengalami emosi
Berhubungan sosial tidak biasa Ketidakteraturan Isolasi
Menarik diri sosial
Kaji mekanisme koping yang sering digunakan klien, meliputi :
Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari-hari
Proyeksi : mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau
sesuatu benda.
Menarik Diri : sulit mempercayai orang lain dan dengan
stimulus internal
Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
7. Penyebab
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik,
sterss berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik
diri. Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.
Data subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan kesepian atau penolakan
b. Melaporkan dengan ketidaknyamanan konyak dengan situasi sosial
c. Mengungkapkan perasaan tak berguna
Data objektif :
a. Tidak tahan terhadap kontak yang lama
b. Tidak komunikatif
c. Kontak mata buruk
d. Tampak larut dalam pikiran dan ingatan sendiri
e. Kurang aktivitas
f. Wajah tampak murung dan sedih
g. Kegagalan berinteraksi dengan orang lain
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
A. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
B. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
C. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
8. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006).
Menurut Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan
sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri
sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada
diri sendiri dan orang lain dapat menunjukkan perilaku:
Data subjektif:
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
Data objektif:
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah
9. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat di lakukan pada klien dengan
halusinasi adalah :
1) Pemeriksaan Jantung
Pada pemeriksaan ini di dapatkan abnormalitas seperti : pembesaran
ventrikel, penurunan darah kortikal, terutama di kortek prefrontal,
penurunan aktivitas metabolik di bagian-bagian otak tertentu dan
atropi serabri
2) Teskromosom
Pemeriksaan ini di lakukan jika salah satu anggota keluarga ada yang
mempunyai riwayat dengan gangguan jiwa. Pada tes ini di fokuskan
pada kromosom 6, 13, 18,dan 24. Di sebutkan oleh ( Ann Isaacs ) jika
ada yang punya riwayat gangguan jiwa kemungkinan keturunannya
mengalamigangguan jiwa adalah : suatu orang yang kena : resiko 12-
15 %, kedua orangtuanya yang terkena : resiko 35-39%, saudara
sekandung terkena : resiko 8-10%, kembar dizigotik yang terkena :
resiko 50 %.
3) Test psikologi atau psikotes
Pada tes ini di temukan adanya kurang identitas diri, salah interprestasi
terhadap realita dan menarik diri.
10. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
a. Psikoparmakologi
1) Risperidone
a) Indikasi
Hendaya berat dalam fingsi-fungsi mental, bermanifestasi
dalam gejala POSITIF : Gangguan asosiasi pikiran, waham,
halusinasi, perilaku yang tidak terkendali, dan gejala
NEGATIF : Gangguan perasaan, gangguan berhubungn
sosial, gangguan proses piker, tidak ada inisiatif, peri
terbatas dan cenderung menyendiri
b) Kontra indikasi
Penyakit hati,epilepsy, kelainan jantung, ketergantungan
alkohol, Parkinson dan gangguan kesadaran.
c) Efek samping
Kemampuan koknitif menurun, hipotensi, mulut kering,
kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur,
ganguan irama jantung, Parkinson.
2) Clorpromazine
a) Indikasi
Skizoprenia dan kondisi yang berhubungan dengan
psikosis.
b) Kontra indikasi
Hipersensitivitas, depresi berat, kegagalan hati atau ginjal
berat.
c) Efek samping
Efek anti koligernik (mulut kering, pandangan kabur,
konstipasi, gangguan gastrointestinal, ruam kulit, efek
hormonal, penurunan libido, amenore, penambahan berat
badan, reduksi ambang kejang, agronulositosis, sindrom
neuroleptik malignant ( SNM ).
3) Trihexypenidil
a) Indikasi
Parkinson, gangguan ekstrapiramidal yang di sebabkan oleh
susunan saraf pusat (SSP)
b) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap trihexypenidil, glaukoma angle
closure, ileus paralitik, hipertropi prostat.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, mual, pusing, konstipasi,
retensi urin, takikardi, tekanan darah meningkat.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan
ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan
pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi
knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien
jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien.
Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di
beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan
dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding,
majalah dan permainan
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan
sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya.
Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat
harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta
reaksi obat yang di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat
dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab
timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang
ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan
fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan.
Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan
nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak
menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu
tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan
kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari
percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia
sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang
lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan
diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini
hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain
agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan
tidak bertentangan.
11. Komplikasi
a. Muncul perilaku untuk mencederai diri sendiri dan lingkungan, yang di
akibatkan dari persapsi sensori palsu tanpa adanya stimulis eksternal.
b. Klien dengan halusinasi mengisolasi dirinya dengan orang lain karena
tidak peka terhadap sesuatu yang nyata dan tidak nyata.
C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Data yang Perlu Dikaji
a. Alasan masuk RS
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan
hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa
ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
b. Faktor prediposisi
1. Faktor perkembangan terlambat
a. Usia bayi tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan
rasa aman.
b. Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi.
c. Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
a. Komunikasi peran ganda
b. Tidak ada komunikasi
c. Tidak ada kehangatan
d. Komunikasi dengan emosi berlebihan
e. Komunikasi tertutup
f. Orangtu yang membandingkan anak-anaknya, orangtua
yang otoritas dan konflik dalam keluarga
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
4. Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup
diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas,
krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.
5. Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak,
pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks
dan limbik.
6. Faktor genetik
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui
kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa
yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang
masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia
adalah kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik
tambahan nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika di zygote
peluangnya sebesar 15 %, seorang anak yang salah satu orang
tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia
maka peluangnya menjadi 35 %.
c. Faktor presipitasi
Faktor –faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:
1. Berlebihannya proses informasi pada system syaraf yang
menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal
otak.
2. Mekanisme penghataran listrik di syaraf terganggu (mekanisme
penerimaan abnormal).
3. Adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis
maladaptif adalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.
1) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidakseimbangan irama sikardian,
kelelahan dan infeksi, obat-obatan sistem syaraf pusat,
kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah
tangga, kehilangan kebebasab hidup dalam melaksanakan pola
aktivitas sehari-hari, sukar dala, berhubungan dengan orang
lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosialm tekanan kerja,
dan ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
3) Sikap
Merasa tidak mampu, putus asam merasa gagal, merasa punya
kekuatan berlebihan, merasa malang, rendahnya kemampuan
sosialisasi, ketidakadekuatan pengobatan dan penanganan
gejala.
4) Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara
sendiri. Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat
tergantung pada jenis halusinasinya. Apabila perawat
mengidentifikasi adannya tanda-tanda dan perilaku halusinasi
maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya
sekedar mengetahui jenis halusinasinya saja. Validasi informasi
tentang halusinasi yang iperlukan meliputi :
a. Isi halusinasi
Menanyakan suara siapa yang didengar, apa yang
dikatakan.
b. Waktu dan frekuensi
Kapan pengalaman halusianasi munculm berapa kali sehari.
c. Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami
sebelum halusinasi muncul. Perawat bisa mengobservasi
apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi
untuk memvalidasi pertanyaan klien.
d. Respon klien
Sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien. Bisa
dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat
mengalami pengalamana halusinasi. Apakah klien bisa
mengontrol stimulus halusinasinya atau sebaliknya.
d. Pemeriksaan fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan
tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang
dirasakan klien.
1. Status mental
a. Penampilan : tidak rapi, tidak serasi
b. Pembicaraan : terorganisir/berbelit-belit
c. Aktivitas motorik : meningkat/menurun
d. Afek : sesuai/maladaprif
e. Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus
yang ada sesuai dengan nformasi
f. Proses pikir : proses informasi yang diterima tidak
berfungsi dengan baik dan dapat mempengaruhi proses
pikir
g. Isi pikir : berisikan keyakinan berdasarkan penilaian
realistis
h. Tingkat kesadaran
i. Kemampuan konsentrasi dan berhitung
2. Mekanisme koping
a. Regresi : malas beraktifitas sehari-hari
b. Proyeksi : perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggungjawab kepada oranglain.
c. Menarik diri : mempeecayai oranglain dan asyik dengan
stimulus internal
3. Masalah psikososial dan lingkungan: masalah berkenaan
dengan ekonomi, pekerjaan, pendidikan dan perumahan atau
pemukiman.
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu didapatkan adalah sebagai
berikut.
a) Jenis dan isi halusinasi
Data objektif dapat diperoleh melalui observasi perilaku pasien,
sedangkan data subjektif dapat dikaji melalui proses wawancara
dengan pasien
b) Waktu, frekuensi, dan situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi.
- Waktu: pagi, siang, sore, malam
- Frekuensi: terus-menerus, sekali-kali
- Situasi: sendiri, atau saat terjadi kejadian tertentu
c) Respons terhadap halusinasi. Untuk mengetahui apa yang dilakukan
saat halusinasinya muncul
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi……..(sesuai jenis halusinasi yang
dialami pasien)
3. Intervensi
Intervensi berdasarkan SDKI, SIKI dan SLKI
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
SDKI SLKI SIKI
Gangguan Persepsi Persepsi Sensori Management Halusinasi
Sensori (Halusinasi) o Verbalisasi Observasi
mendengar o Monitor perilaku yang
Definisi : bisikan menurun mengindikasi halusinasi
Perubahan persepsi o Verbalisasi o Monitor dan sesuaikan
terhadap\ stimulus melihat bayangan tingkat aktivitas dan
baik internal menurun stumulasi lingkungan
maupun eksternal o Verbalisasi o Monitor isi halusinari (mis.
yang disertai merasakan sesuatu Kekerasan/ membahayakan
dengan respon yang melalui indra diri)
berkurang, perabaan menurun Terapeutik
berlebihan atau o Verbalisasi o Pertahankan lingkungan
terdistorsi merasakan sesuatu yang aman
melalui indra o Lakukan tindakan
Berhubungan dengan : penciuman keselamatan ketika tidak
o Gangguan menurun dapat mengontrol perilaku
pendengaran o Verbalisasi (mis. Limit setting,
o Gangguan merasakan sesuatu pembatasan wilayah,
pengelihatan melalui indra pengekangann fisik,
o Ganggan pengecapan seklusi)
penghiduan menurun o Diskusikan perasaan dan
o Distorsi sensori respons terhadap halusinasi
o Gangguan perabaan menurun o Hindari perdebatan tentang
o Perilaku validitas halusinasi
Kondisi klinis terkait : halusinasi Edukasi
o Delirium menurun o Anjurkan memonitor
o Dimensia o Menarik diri sendiri situasi terjadinya
o Gangguan amnestic menurun halusinasi
o Penyakit terminal o Melamun o Anjurkan bicara pada
o Gangguan psikotik menurun orang yang dipercaya
o Curiga menurun untuk memberi dukungan
Batasan Karakteristik : o Respons sesuai dan umpan balik korektif
T/G Mayor stimulus terhadap halusinasi
- Subjektif meningkat o Anjurkan melakukan
o Mendengar suara o Konsentrasi distraksi (mis.
bisikan/ melihat meningkat Mendengarkan music,
bayangan o Orientasi melakukan aktivitas dan
o Merasaakn sesuatu meningkat teknik relaksasi)
melalui indera o Ajarkan pasien dan
perabaan, keluarga cara mengontrol
penciuman, atau halusinasi
pengecapan Kolaborasi
- Objektif o Kolaborasi pemberian obat
o Distorsi sensori antipsikotik dan
o Respons tidak antiansietas, jika perlu
sesuai
o Bersikap seolah Minimalisasi Rangsangan
melihat, Observasi
mendengar, o Periksa status mental,
mengecap meraba status sensori dan tingkat
atau mencium kenyamanan (mis. Nyeri,
sesuatu kelelahan)
Terapeutik
T/G Minor o Diskusikan tingkat
- Subjektif toleransi terhadap beban
o Menyatakan kesal sensori (mis. Bising, terlalu
terang)
- Objektif o Batasi stimulus lingkungan
o Menyendiri (mis. Cahaya, suara,
o Melamun aktivitas)
o Konsentrasi buruk o Jadwalkan aktivitas harian
o Disorientasi waktu, dan waktu istirahat
tempat, orang atau o Kombinasikan prosedur/
situasi tindakan dalam satu waktu,
o Curiga sesuai kebutuhan
o Melihat kesisi satu Edukasi
arah o Ajarkan cara
o Mondar-mandir meminimalisasi stimulus
o Bicara sendiri (mis. Mengatur
pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan,
membatasi kunjungan)
Kolaborasi
o Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan
o Kolaborasi pemberian obat
yang mempengaruhi
persepsi stimulus
Manajemen Perilaku
Observasi
o Identifikasi harapan untuk
mengendalikan perilaku
Terapeutik
o Diskusikan tanggung
jawab terhadap perilaku
o Jadwalkan kegiatan
terstruktur
o Ciptakan dan pertahankan
lingkungan dan kegiatan
perawatan konsisten setiap
dinas
o Tingkatkan aktivitas fisik
sesuai kemampuan
o Batasi jumlah pengunjung
o Bicara dengan nada rendah
dan tenang
o Lakukan kegiatan
pengalihan terhadap
sumber agitasi
o Cegah perilaku pasif fan
agresif
o Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
o Lakukan pengekangan
fisik sesuai indikasi
o Hindari bersikap
menyudutkan dan
menghentikan pembicaraan
o Hindari sikap mengancam
dan berdebat
o Hindari berdebat/ menawar
batas perilaku yang
ditetapkan
Edukasi
o Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan kogntif
Restrukturisasi Kognitif
Observasi
o Identifikasi interpretasi
yang keliru tentang
penyebab stress yang
dirasakan
Terapeutik
o Ganti intepretasi yang
keliru dengan intepretasi
berdasarkan kenyataan
o Buat cara
pandang/penyelesaian
alternative terhadap situasi
o Tetapkan pikiran distorsi
yang alami (mis.
Overgeneralisasi,
pembesaran, personalisasi)
o Buat label pada perubahan
emosi (mis. Marah,
gelisah, putus asa)
o Dukung system
kepercayaan untuk melihat
situasi dengan cara yang
berbeda
Edukasi
o Ajarkan mengidentifikasi
stressor yang
menyebabkan stress
o Diskusikan pernyataan
yang menggambarkan
untuk melihat situasi dari
sudut pandang berbeda
o Latih mengekspresikan
emosi yang drasakan
o Latih mengubah
pernyataan irasional
menjadi rasional
o Latih melawan persepsi/
pikiran distorsi
4. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan adalah fokus tindakan untuk menolong pasien memahami
dirinya secara utuh sehingga pasien mampu menggali kemampuan yang
dimilikinya dan menggunakannya untuk mencapai perilaku yang
konstruktif. (Ernawati & dkk, 2009).
Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu
memotifasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan di
dibutuhkan pasien sesuai kondisinya saat ini perawat juga menilai diri
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, sesuai tehnik
tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman, bagi pasien.
Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan masa kontrak
dengan pasien dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan
serta peran pasien yang diharapkan. Dokumentasikan semua tindakan yang
telah dilaksanakan beserta respon pasien.(Keliat & Akemat, 2010).
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada setiap proses keperawatan, khususnya untuk
menilai kebersihan tindakan keperawatan. Evaluasi ditunjukkan pada
pencapaian tujuan. Hasil sukses dapat dilihat dari berkembangnya persepsi
pasienakan pertumbuhan dan perbandingan perilakunya dan kepribadiannya
yang sehat.(Keliat & Akemat, 2010).
Evaluasi dapat di lakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai
pola pikir.
S : Respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
O : Respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan
A :Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap muncul masalah baru
atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tidak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien.
Clinical Teacher / CT
NIP. 196412311985032011
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. KT
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
DI RUANG KUNTI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
TANGGAL 10 – 13 MEI 2021
OLEH :
KETUT ELFIRASANI
P07120320069
SEMESTER II / PROFESI NERS B
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. KT Tanggal Dirawat (MRS) : 9 Mei 2021
Umur : 32 th Tanggal Pengkajian : 10 Mei 2021
Alamat : Asah Gobleg, Buleleng
Pendidikan : SMP
Agama : Hindu Ruang Rawat : Ruang Kunti
Status : Kawin RSJ Prov. Bali
Pekerjaan : Petani
Jenis Kel. : Perempuan
No RM : 028746
Pengkajian saat ini : Pasien mengatakan ia diantar oleh suami dan adiknya ke RSJ.
Pasien mengatakan alasan ia ke RSJ karena ia stres. Pasien mengatakan ia mendengar suara
dan melihat Durga Wisesa yang menyuruhnya untuk menari tarian India di depan arca
Durga Wisesa serta melihat naga raksasa.
3 Riwayat trauma
Pelaku/usia Korban/usia Saksi/usia
Aniaya fisik - - - - - -
Aniaya seksual - - - - - -
Penolakan - - - - - -
Tindakan kriminal - - - - - -
Jelaskan : Saat dilakukan pengkajian fisik, pasien mengatakan tidak ada keluhan
Masalah / Diagnosa Keperawatan : (-)
Risiko tinggi perubahan suhu tubuh Perubahan Nutrisi: Lebih dari
Defisit Volume Cairan Kebutuhan Tubuh
Kelebihan Volume Cairan Kerusakan Menelan
Resiko Tinggi terhadap Infeksi Perubahan Eliminasi faeses
Perubahan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan Perubahan Eliminasi urine
Tubuh Keletihan
Kerusakan integritas kulit
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)
1. Genogram :
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Hubungan pernikahan
Jelaskan :
Berdasarkan keterangan pasien, pasien merupakan anak ketujuh dari 8 bersaudara. Pasien
tinggal satu rumah dengan suami, anak serta mertuanya. Dari genogram, dapat dilihat tidak ada
anggota keluarga lainnya yang memiliki penyakit (gangguan jiwa) yang sama seperti yang
pasien alami.
Masalah keperawatan : Tidak ada
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Status pasien saat ini yaitu sudah menikah, pasien memiliki satu anak.
c. Peran :
Pasien berharap dapat menjalankan tugasnya sesuai sebagai ibu rumah tangga dalam
keluarga. Pasien juga berharap untuk segera sembuh dan cepat pulang ke rumah.
e. Harga diri :
Pasien mengatakan ia pernah merasakan dirinya tidak berguna saat ia sering bertengkar
dengan suaminya. Pasien mengatakan ada berkeinginan untuk bunuh diri, namun pasien
takut mati. Untuk mengatasi pikirannya tersebut, ia jalan-jalan ke rumah saudaranya.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
3. Hubungan sosial
Kerusakan komunikasi
Isolasi sosial
Kerusakan komunikasi verbal
Pasien mengatakan menganut kepercayaan agama Hindu dan mengatakan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa sebagai Tuhannya.
b. Kegiatan ibadah
Saat dalam masa perawatan di rumah sakit pasien selalu berdoa bersama.
Masalah / Diagnosa Keperawatan:
Distress spiritual
Lain-lain, Jelaskan: Tidak Ada
Peningkatan :
Hiperkinesia,hiperaktifitas Grimace
Gagap Otomatisma
Stereotipi Negativisme
Gaduh Gelisah Katatonik Reaksi konversi
Mannarism Tremor
Katapleksi Verbigerasi
Tik Berjalan kaku/rigid
Ekhopraxia Kompulsif
Command automatism
Jelaskan: Tidak Ada
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
Risiko tinggi cidera Defisit aktivitas deversional / hiburan
Kerusakan mobilitas fisik Intoleransi aktivitas
Perilaku kekerasan Resiko tinggi kekerasan
4. Alam Perasaan
Sedih
Gembira berlebihan
Putus asa
Khawatir
Ketakutan
Jelaskan : Pasien tampak sedih karena pasien ingin pulang.
Pasien tampak berbicara dengan lambat dan sesekali pasien saat berbicara pembicaraan
terhenti tiba-tiba kemudian dilanjutkan kembali menjawab pertanyaan yang diberikan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
9. Isi Pikir
Obsesi
Depersonalisasi
Fobia
Idea yang terkait
Hipokondria
Pikiran magic
Waham
Agama
Nihilistik
Somatik
Sisip pikir
Kebesaran
Siar pikir
Curiga
Kontrol pikir
Jelaskan : -
Masalah Keperawatan : tidak ada
10. Tingkat Kesadaran
Bingung
Sedasi
Stupor
Disorientasi
Waktu
Tempat
Orang
Jelaskan :
Tidak ada gangguan tingkat kesadaran pasien. Pasien tidak mengetahui sekarang tanggal, hari
dan waktu berapa dan pasien hanya mengetahui suasana pagi, siang dan malam hari.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat saat ini
Gangguan daya ingat jangka pendek
Konfabulasi
Jelaskan :
Pasien dapat mengingat kejadian bahkan yang sudah terjadi lebih dari satu tahun
Masalah Keperawatan : tidak ada
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Perhatian pasien tidak mudah beralih dan pasien mampu berhitung sederhana
Masalah Keperawatan : tidak ada
Sistem pendukung
8. Aktivitas di dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
Mencuci pakaian
Mengatur keuangan
Transportasi
Lain-lain
Jelaskan : Pasien dapat melakukan aktifitas seperti biasa dengan baik seperti membersihkan
rumah, memasak, mencuci pakaian, dll. Dalam masyarakat pasien ikut andil dalam
kegiatan gotong royong.
Masalah Keperawatan : tidak ada
Curcuma Curcuma Fct Tablet merupakan suplemen makanan yang berasal dari
3x1 ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza) yang digunakan untuk
menambah atau meningkatkan nafsu makan serta memperbaiki fungsi hati.
Dewasa : 3 x sehari 1-2 tablet
XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. POHON MASALAH
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran)
XIII. RENCANA KEPERAWATAN
Manajemen Perilaku
Observasi
□ Identifikasi harapan untuk
mengendalikan perilaku
Terapeutik
□ Diskusikan tanggung
jawab terhadap perilaku
Jadwalkan kegiatan
terstruktur
Ciptakan dan
pertahankan lingkungan dan
kegiatan perawatan konsisten
setiap dinas
Tingkatkan aktivitas fisik
sesuai kemampuan
Batasi jumlah
pengunjung
Bicara dengan nada rendah
dan tenang
Lakukan kegiatan
pengalihan terhadap
sumber agitasi
Cegah perilaku pasif fan
agresif
Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
mengendalikan perilaku
Lakukan pengekangan
fisik sesuai indikasi
Hindari bersikap
menyudutkan dan
menghentikan
pembicaraan
Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
Hindari berdebat/
menawar batas perilaku
yang ditetapkan
Edukasi
□ Informasikan keluarga
bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan kogntif
Restrukturisasi Kognitif
Observasi
□ Identifikasi interpretasi yang
keliru tentang penyebab
stress yang dirasakan
Terapeutik
□ Ganti intepretasi yang keliru
dengan intepretasi
berdasarkan kenyataan
□ Buat cara
pandang/penyelesaian
alternative terhadap situasi
□ Tetapkan pikiran distorsi
yang alami (mis.
Overgeneralisasi,
pembesaran, personalisasi)
□ Buat label pada perubahan
emosi (mis. Marah, gelisah,
putus asa)
□ Dukung system
kepercayaan untuk melihat
situasi dengan cara yang
berbeda
Edukasi
□ Ajarkan mengidentifikasi
stressor yang
menyebabkan stress
□ Diskusikan pernyataan
yang menggambarkan
XIV. IMPLEMENTASIKEPERAWATAN
Hari/Tanggal/ Diagnosa
Intervensi/Tindakan Keperawatan Respons Paraf
Waktu Keperawatan
Data Subjektif
Senin, 10 Mei Gangguan SP 1
2021 Persepsi
Membina Hubungan Saling Percaya
Sensori
Pukul 12.30
Mengenal Dan Mengidentifikasi Halusinasi
WITA
Mengontrol Halusinasi Dengan Cara
Menghardik
Fase Orientasi :
Salam Terapeutik :
“Selamat Siang Bu” “Selamat Siang dik”
“Perkenalkan nama saya Elfira, panggil saja saya “Nama saya KT, panggil T aja ”
Fira. Saya mahasiswa dari Poltekkes Denpasar
yang sedang praktek disini selama 3 minggu
kedepan. Hari ini saya dinas dari pukul 12.00
sampai dengan 16.00 WITA. Nama Ibu siapa?
Senang dipanggil siapa?”
Validasi :
“Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa semalam “Perasaan saya baik-baik saja dan tidur nyenyak.
Ibu tidur nyenyak? Apakah Ibu ada masalah akhir- Saya sering mendengar ada orang yang berbisik
akhir ini?” kepada saya”
Kontrak :
Topik :
“Bagaimana jika kita berbincang-bincang untuk “Iya, boleh saja”
saling mengenal dan untuk mengetahui cara
mengontrol masalah yang Ibu alami?”
Waktu :
“Ibu mau berapa lama berbincang-bincang? “Iya saya bersedia dik”
Bagaimana jika 20 menit?”
Tempat :
“Dimana Ibu ingin berbincang-bincang? “ Iya , boleh”
Bagaimana jika di ruangan isolasi saja ya bu?
Dikarenakan hari ini ibu belum boleh keluar
ruangan ini”
Fase Kerja :
“Baiklah, hari ini saya berbincang-bincang dengan “Iya dik”
Ibu agar kita dapat saling mengenal dan dekat satu
sama lainnya dan agar Ibu memahami mengenai
apa yang Ibu alami dan cara untuk mengatasinya.
Bagaimana sampai sini ada yang ingin Mas
ditanyakan? Baiklah, kita mulai saja ya ?”
“Nah seperti yang Ibu katakan tadi, Ibu sering “Saya sering mendengar ada suara aneh yang
mendengar ada yang berbisik sama Ibu. Ibu bisa menyuruh saya untuk menari tarian India. Tidak
ceritakan kejadiannya? Pada saat kapan bisikan itu tentu, kadang pas pagi hari, sore atau malam hari.
muncul? Bisikan tersebut muncul saat Ibu Kadang saat saya sendirian bisikan itu muncul.
sendirian atau bersama teman-teman? Berapa kali Saya mengikuti perintahnya. ”
Ibu mendengar bisikan tersebut? Saat bisikan
tersebut muncul, apa yang akan Ibu lakukan?”
“Apakah Ibu juga pernah melihat sesuatu yang “Saya melihat Hyang Durga Wisesa dan Naga
aneh akhir-akhir ini?” Raksasa.”
“Tidak menentu, terkadang tiba-tiba muncul sosok
“Pada saat kapan Ibu melihat sosok tersebut? Ibu
tersebut. Sudah dua kali saya lihat selama 5 detik.
melihat sosok tersebut saat sendirian atau bersama
Sata lihat dia saat saya sendirian. Saya langsung
teman-teman? Berapa kali dan berapa lama Ibu
tutup muka pakai selimut kak.”
melihatnya? Apa yang akan Ibu lakukan jika
melihat perempuan itu?”
“Coba sebutkan apa tadi arti dari halusinasi?” “Halusinasi adalah suatu hal yang tidak nyata”
“Yaaa bagus sekali”
“Nah agar bisikan-bisikan serta sosok tersebut ”Pergi saya tidak mau dengar! Saya tidak mau
tidak muncul lagi, saya akan mengajarkan Ibu cara dengar! Kamu suara palsu!”
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Caranya sebagai berikut : saat suara-suara itu
muncul, langsung tutup telinga Ibu menggunakan
telapak tangan lalu Ibu bilang : pergi saya tidak
mau dengar! Saya tidak mau dengar! Kamu suara
palsu! Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi.”
“Coba Ibu peragakan!” ”Pergi saya tidak mau dengar! Saya tidak mau
“Nah begitu, … bagus!” dengar! Kamu suara palsu!”
Tempat :
“Iya disini saja”
“Mas mau ngobrol-ngobrolnya dimana?
Bagaimana kalau di tempat ini lagi?”
“Apakah Ibu setuju?” “Baik, apakah ada yang “Iya dik”
ingin Ibu tanyakan lagi?” “Baik kalau tidak ada “Tidak dik”
yang ingin ditanyakan lagi, saya rasa hari ini cukup “Baik, sampai jumpa dik”
ya, kita bertemu lagi nanti, terima kasih atas
waktunya, saya mohon pamit, selamat siang Data Objektif :
sampai jumpa kembali..” Ekspresi wajah pasien bersahabat, pasien
menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, pasien
mau berjabat tangan, pasien mau menyebutkan
nama, pasien mau menjawab salam, pasien mau
duduk berhadapan dengan perawat, dan pasien mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.
Pasien dapat menyebutkan arti dari halusinasi.
Pasien dapat melakukan cara yang telah diajarkan
untuk mengendalikan halusinasi dengan cara
menghardik.
SP 2 Data Subjektif :
Selasa, 11 Mei Gangguan
Mengontrol Halusinasinya Dengan Cara
2021 Persepsi
Bercakap – Cakap
Sensori
Pukul 09.00 Fase Orientasi :
WITA Salam terapeutik :
“Selamat pagi Ibu T, sesuai janji kita kemarin, “Lupa dik”
sekarang saya kembali lagi. Masih ingat dengan “Saya T”
saya? Perkenalkan saya Fira.”
Validasi :
“Bagaimana perasaan Ibu sekarang?” “Baik dik”
“Apakah Ibu masih ingat tentang cara menghardik “Ingat dik. Pertama tutup mata menggunakan
saat Ibu melihat sosok itu muncul kembali?” telapak tangan sambil bilang Pergi! Saya tidak mau
lihat! Kamu bayangan palsu!”
Kontrak :
Topik :
“Bagus sekali. Sesuai perjanjian kita kemarin,
sekarang kita akan berbicara mengenai cara
mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap.”
Waktu :
“Ibu mau berapa lama berbincang-bincang? “Iya dik”
Bagaimana jika 15 menit? Dari pukul 09.00-09.15
Wita bagaimana?”
Tempat :
“Dimana Ibu ingin berbincang-bincang? Bagaimana “Iya dik boleh”
jika di ruang bermain saja?”
Fase Kerja :
“Baiklah, tindakan atau cara yang saya praktikkan “Tidak dik. Iya dik.”
nanti bertujuan untuk membantu Ibu mengontrol
halusinasi yang Ibu alami. Bagaimana sampai sini
ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kita mulai
saja ya ?
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol ”Bu, ayo ngobrol dengan saya soalnya saya sedang
halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengar suara-suara.”
dengan orang lain. Jadi kalau Ibu mulai mendengar
suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak
ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan Ibu.
Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar
suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Coba Ibu
lakukan seperti saya tadi lakukan.”
”Ya, begitu. Bagus!
“Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya Bu!” ”Bu, ayo ngobrol dengan saya soalnya saya sedang
”Ibu bisa menjadikan kegiatan tersebut menjadi dengar suara-suara.”
kegiatan rutin yang Ibu lakukan”
Fase Terminasi :
Evaluasi Subjektif :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah Ibu melakukan
cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap – “Saya merasa lebih tenang kak”
cakap ini ?
Evaluasi Objektif :
“Sudah berapa cara yang kita pelajari untuk “Sudah 2 cara, yaitu dengan cara menghardik dan
mengontrol halusinasi? Coba sebutkan!” dengan cara bercakap–cakap.”
Kontrak :
Topik :
“Nah sampai disini ya kita mengobrolnya. Kita
“Boleh dik.”
bertemu lagi besok pagi ya. Bagaimana kalau
besok kita bertemu lagi untuk mendiskusikan
mengenai cara mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan yang positif ?”
Waktu :
“Jam berapa kita nanti bertemu? Bagaimana jika “Oke dik”
besok kita bertemu jam 16.30 WITA? Hanya 20
menit saja, bagaimana ?”
Tempat :
“Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
disini lagi?” “Apakah Ibu setuju?” “Setuju”
A: A : SP 1 tercapai
O : Pasien dapat melakukan cara yang telah diajarkan untuk mengendalikan halusinasi dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain, pasien tampak kooperatif.
A: A : SP 2 tercapai
P : Pertahankan BHSP, pertahankan kondisi pasien dan anjurkan pasien untuk mengontrol serta
menghardik halusinasinya.
S : “Selamat sore. Iya , saya ingat dengan Fira ya.”
Rabu, 13 Mei Gangguan Persepsi
2021 Sensori “Saya merasa biasa saja”
Pukul 17.00 “Lupa dik”
WITA
“Pergi saya tidak mau dengar! Saya tidak mau dengar! Kamu suara palsu!”
(sambil diperagakan)
“Pergi saya tidak mau lihat ! Saya tidak mau lihat ! Kamu bayangan palsu”
“Iya. Nanti saya ingat-ingat kembali”
“Hm lupa dik, hehe”
“Tolong, saya mulai dengar suara. Ayo ngomong dengan saya!”
(sambil diperagakan)
“Biasa saja”
“Masih dik”
“Pertama tutup mata menggunakan telapak tangan sambil bilang Pergi! Saya tidak mau lihat!
Kamu bayangan palsu!”
“Kapan-kapan saja dik, saya capek”
“Sama-sama dik”
O : Pasien tampak lupa cara mengontrol halusinasi dengan menghardik dan bercakap-cakap.
Pasien mengulang kembali SP 1 dan SP 2. Pasien dapat menyebutkan tindakan yang
biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, pasien dapat melakukan cara yang
telah diajarkan untuk mengendalikan halusinasi dengan cara menghardik dan bercakap-
cakap. Pasien menolak melanjutkan SP 3.
A : SP 3 belum tercapai
P : Pertahankan BHSP, pertahankan kondisi pasien dan anjurkan pasien untuk mengingat
kembali cara menghardik dan bercakap-cakap. Lanjutkan tindakan keperawatan untuk
mencapai SP 3
LEMBAR PENGESAHAN
Clinical Teacher / CT
OLEH:
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069
PRODI NERS KELAS B
FAKTOR PREDISPOSISI :
FAKTOR PRESIPITASI :
1. FAKTOR HAMBATAN
CAUSA 2. FAKTOR SOSIAL BUDAYA 1. FAKTOR SOSIAL BUDAYA
3. FAKTOR PSIKOLOGIS 2. FAKTOR BIOKIMIA
4. FAKTOR BIOLOGIS 3. FAKTOR PSIKOLOGIS
5. FAKTOR GENETIK
(Direja, 2011)
4. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
7. Klasifikasi
8. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan
luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau
sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada
dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal
dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit
tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau
menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.
Menurut Direja, (2011) Tanda dan gejala pada klien dengan waham adalah:
terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, ekspresi wajah
sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar
dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan
kegiatan keagamaan secara berlebihan.
Menurut SDKI (2017) gejala dan tanda dari waham antara lain:
Gejala dan tanda mayor
Subyektif : mengungkapakan isi waham
Obyektif :
1. Menunjukkan perilaku sesuai isi waham
2. Isi pikir tidak sesuai realitas
3. Isi pembicaraan sulit dimengerti
Gejala dan tanda minor
Subyektif : merasa sulit berkonsentrasi dan merasa khawatir
Obyektif :
1. Curiga Berlebihan
2. Waspada Berlebihan
3. Bicara Berlebihan
4. Sikap Menantang Atau Permusuhan
5. Wajah Tegang
6. Pola Tidur Berubah
7. Tidak Mampu Mengambil Keputusan
8. Flight Of Idea
9. Produktifitas Kerja Menurun
10. Tidak Mampu Merawat Diri
11. Menarik Diri
9. Penatalaksanaan
a. Psikofarmakologi
b. Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
c. Penarikan diri high potensial
d. ECT tipe katatonik
e. Psikoterapi
f. Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif
10. Strategi Pelaksanaan Waham
a. SP 1 PASIEN
- Membina hubungan saling percaya
- Membantu orientasi realita
- Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
- Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
- Memasukkan ke jadwal harian pasien
b. SP 2 PASIEN
- Evaluasi kegiatan pada SP 1
- Mengidentifikasi kemampuan positif pasien
- Melatih kemampuan yang dimiliki oleh pasien
- Memasukkan ke jadwal kegiatan harian
c. SP 3 PASIEN
- Evaluasi kegiatan pada SP 1 dan SP 2
- Memilih kegiatan yang disukai
- Melakukan kegiatan yang telah dipilih
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara
teratur (6 benar)
- Memasukkan ke jadwal kegiatan harian
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
1.1.Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Diagnosa Medis :
Tanggal Dirawat :
Tanggal Pengkajian :
Penanggung Jawab:
1.2. Alasan Masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
Hari/ Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Tgl/ Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) SP
Jam (SLKI) (SIKI)
Waham SP 1: Setelah diberikan asuhan Manajemen Waham (I. 09295)
Definisi: 1. Membina hubungan saling percaya keperawatan dalam …x… Tindakan
Keyakinan yang keliru 2. Membantu orientasi realita. diharapkan Status Orientasi (L. Observasi
tentang isi pikiran yang 3. Mengidentifikasi kebutuhan yang 09090) Membaik dengan kriteria Monitor waham yang isinya
dipertahankan secara kuat tidak terpenuhi. hasil: membahayakan diri sendiri,
atau terus menerus namun 4. Membantu pasien memenuhi Verbalisasi waham menurun orang lain dan lingkungan.
tidak sesuai dengan kebutuhannya. (5) Monitor efek terapeutik dan efek
kenyataan 5. Memasukkan ke jadwal harian Perilaku waham menurun (5) samping obat.
pasien. Khawatir menurun (5) Terapeutik
Penyebab:
Curiga menurun (5) Bina hubungan interpersonal
Faktor biologis:
Sikap bermusuhan menurun saling percaya.
kelainan
(5) Tunjukkan sikap tidak
genetic/keturunan,
Tegang menurun (5) menghakimi secara konsisten.
kelainan neurologis Menarik diri menurun (5) Diskusikan waham dengan
(mis. Gangguan system Perilaku sesuai realita berfokus pada perasaan yang
limbik, gangguan gang membaik (5) mendasari waham.
lia basalis, tumor otak) Isi pikir sesuai realita Hindari perdebatan tentang
Faktor psikodimanik membaik (5) keyakinan yang keliru, nyatakan
(mis. Isolasi social, Konsentrasi membaik (5) keraguan sesuai fakta.
hipersensitif) Pola tidur membaik (5) Hindari memperkuat gagasan
Maladaptasi Kemampuan mengambil waham.
Stress berlebihan keputusan membaik (5) Sediakan lingkungan aman dan
Proses pikir membaik (5) nyaman.
Gejala dan Tanda Mayor
Perawatan diri membaik (5) Berikan aktivitas rekreasi dan
Subjektif
pengalihan sesuai kebutuhan.
Mengungkapkan isi Lakukan intervensi pengontrolan
waham perilaku waham.
Objektif Edukasi
Menunjukkan perilaku Anjurkan mengungkapkan dan
5. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus, membandingkan respon klien
dengan kriteria hasil yang telah ditemukan. Evaluasi dapat ditentukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP (S : respon subyektif klien, O : respon obyektif
klien yang dapat diobservasi oleh perawat, A : analisa ulang atas data subyektif dan
obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul masalah baru. P :
bila ada masalah baru rencanakan kembali untuk intervensi selanjutnya).
DAFTAR PUSTAKA
Nama Pembimbing/Dosen/CT
OLEH:
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN “Tn. S”
DENGAN WAHAM DI RUANG IPCU RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 33 Tahun
Alamat : Banjar Manduk Tumpeng, Desa Berangbang, Negara, Jembrana
Pendidikan : SMA
Agama : Hindu
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Petani
Jenis Kelamin : Laki-laki
No RM : 022026
Tanggal Dirawat : 29 April 2021
Tanggal Pengkajian : 17 Mei 2021 pukul 08.00 WITA
Ruang Rawat : Ruang IPCU Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali
Aniaya fisik - - - - - -
Aniaya seksual - - - - - -
Penolakan - - - - - -
Kekerasan dalam keluarga - - - - - -
Tindakan criminal - - - - - -
Jelaskan: Pada saat pengkajian, Riwayat trauma pada pasien disangkal
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan -
2. Berduka antisipasi -
3. Berduka disfungsional -
4. Respon paska trauma -
5. Sindroma trauma perkosaan -
6. Risiko tinggi kekerasan -
7. Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik -
8. Lain-lain, jelaskan: -
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa/penyakit seperti pasien?
(-) Ya (√) Tidak
Riwayat
Hubungan Keluarga Gejala
Pengobatan/Perawatan
- - -
Jelaskan: Pada saat pengkajian, pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa/penyakit seperti pasien.
Masalah Keperawatan: -
Keterangan:
= Laki-laki = Hubungan dekat
= Perempuan = Tinggal satu rumah
= Meninggal = Pasien
= Hubungan perkawinan
Jelaskan:
Pada saat pengkajian, pasien mengatakan anak keenam dari enam bersaudara.
Pasien masih ingat dengan nama-nama saudaranya. Pasien mengatakan tinggal dengan
ayahnya. Pasien mengatakan ia belum menikah dan semua saudara pasien sudah menikah.
Di keluarganya, tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan: -
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Pada saat pengkajian, pasien menyukai bibirnya yang tebal. Pasien tidak ada
mengeluh tentang tubuhnya
Masalah Keperawatan: tidak ada
b. Identitas diri :
Saat dilakukan pengkajian pasien dapat menyebutkan identitas seperti nama, umur,
tanggal lahir, dan alamat tempat tinggal.
Masalah Keperawatan: tidak ada
c. Peran :
Pasien mengatakan bahwa di rumah ia tidak memiliki peran khusus hanya berperan
sebagai seorang anak yang membantu orang tuanya bertani. Pada saat pengkajian,
pasien mengatakan di rumah hanya tidur dan sesekali keluar rumah.
Masalah Keperawatan: tidak ada
d. Ideal Diri :
Pasien berharap untuk segera sembuh dan cepat pulang ke rumah
Masalah Keperawatan: tidak ada
e. Harga Diri :
Pasien mengatakan ia tidak pernah merasa malu. Pasien tampak percaya diri
menjelaskan tentang kehidupannya.
Masalah keperawatan: tidak ada
Masalah/Diagnosa Keperawatan
(-) Pengabaian unilateral
(-) Gangguan citra tubuh
(-) Gangguan identitas pribadi
(-) Harga diri rendah kronis
(-) Harga diri rendah situasional
(-) Lain-lain
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti baginya adalah ibunya.
Masalah Keperawatan: tidak ada
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:
Pasien mengatakan saat dirumah ia ikut dalam kegiatan gotong royong di masyarakat.
Masalah Keperawatan: tidak ada
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Saat pengkajian pasien tampak mampu berkomunikasi dengan baik.
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
(-) Kerusakan komunikasi
(-) Kerusakan komunikasi verbal
(-) Kerusakan interaksi sosial
(-) Isolasi sosial
(-) Lain-lain
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Pasien mengatakan bahwa dirinya beragama hindu dan percaya akan adanya Tuhan
atau Ida Sang Hyang Widi Wasa.
b. Kegiatan ibadah :
Pada saat pengkajian, pasien mengatakan rajin melakukan Tri Sandya
Masalah / Diagnosa Keperawatan:
(-) Lain-lain,
Jelaskan : -
Peningkatan:
(-) Hyperkinesia, hiperaktifitas (-) Grimace
(-) Gagap (-) Otomatisma
(-) Stereotipi (-) Negativisme
(-) Gaduh gelisah (-) Command automatism
(-) Katatonik (-) Reaksi konversi
(-) Mannarism (-) Verbigerasi
(-) Katapleksi (-) Berjalan kaku/rigid
(-) TIK (√) Kompulsif
(-) Ekhopraxia
Jelaskan: Pasien sering mondar mandir
Masalah keperawatan: -
(-) Risiko tinggi cidera
(-) Kerusakan mobilitas fisik
(-) Perilaku kekerasan
(-) Defisit aktivitas deversional/hipakran
(-) Intoleransi aktivitas
(-) Resiko tinggi kekerasan
(-) Lain-lain
4. Alam perasaan
(√) Sedih
(-) Gembira berlebihan
(-) Putus asa
(-) Khawatir
(-) Ketakutan
Jelaskan: Saat pengkajian pasien mengatakan perasaannya sedih karena ingin
pulang ke rumah
5. Afek/ emosi
(-) Datar
(-) Tumpul
(√) Labil
(-) Tidak sesuai
Jelaskan: Saat pasien diajak berinteraksi, pasien menunjukkan emosi yang labil.
terkadang tertawa dan terkadang sedih serta sesekali terdiam.
Masalah Keperawatan: -
2. Defekasi/berkemih
Bantuan minimal
3. Mandi
Bantuan minimal
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya / Tidak
Sistem Pendukung Ya / Tidak
8. Aktivitas di dalam rumah
Mempersiapkan makanan Ya / Tidak
Menjaga Kerapian rumah Ya / Tidak
Mencuci pakaian Ya / Tidak
Mengatur keuangan Ya / Tidak
9. Aktifitas di Luar rumah
Belanja Ya / Tidak
Transportasi Ya / Tidak
Lain-lain Ya / Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
Halusinasi penyebab
DO :
Pasien tampak gembira, tertawa, dan
bernyanyi sendiri
Mengorientasikan tempat dan waktu DS :
Senin, 17 Mei
2021 Pasien menjawab pertanyaan perawat
10.00 wita
dengan tepat “Saya berada di ruang
IPCU RSJ Bangli”
DO :
Pasien tampak menjawab pertanyaan
dengan tepat, orientasi tempat dan waktu
baik.
1. Menganjurkan mengungkapkan DS :
Senin, 17 Mei
2021 dan memvalidasi waham dengan Pasien mengatakan dirinya mengalami
10.30 wita
orang dipercaya sakit jiwa, ia merasa dirinya pintar, dan
2. Menjelaskan tentang waham serta ia mengatakan bahwa dirinya utusan
penyakit terkait manik angkeran.
DO :
Pasien tampak bicara berlebih dan
tertawa sendiri.
Memonitor perubahan kognitif dan DS:
Senin, 17 Mei
2021 perilaku Pasien mengatakan dirinya adalah utusan
11.00 wita
manik angkeran, ia juga mengatakan
bahwa ia adalah dewa Siwa yang
melindungi umat manusia serta ia adalah
orang terkaya keenam di Bali dan ia
sangat senang menyanyi.
DO:
Pasien tampak bicara berlebih sembari
menulis dan bernyanyi sendiri.
Memberikan waktu istirahat dan tidur DS:
Senin, 17 Mei
2021 yang cukup Pasien mengatakan ingin istirahat
11.30 wita
DO:
Pasien tampak istirahat
XV. EVALUASI KEPERAWATAN
Waham S:
Senin, 17 Mei
2021 Pasien mengatakan saat ini merasa lebih tenang, pasien
mengatakan sudah mampu mengontrol dirinya dan ia
13.00 WITA
sudah mengakui bahwa dirinya bukan seorang dewa dan
bukan manik angkeran yang memiliki kerajaan. Pasien
juga mengatakan akan menuruti perintah dokter dan
perawat karena pasien sudah berkeinginan untuk pulang.
O:
Pasien tampak duduk di lantai, kadang tiduran dikasur,
kadang mondar-mandir.
Verbalisasi waham menurun
Perilaku waham menurun
Perilaku sesuai realita membaik
TD :
114/86
mmHg N :
95x/menit
S : 36,30C
RR : 18x/menit
A: Waham
Nama Pembimbing/Dosen/CT
OLEH :
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069 NERS / B
3. Klasifikasi
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Yusuf dkk
(2015), yaitu :
Jenis Waham Pengertian Perilaku
Waham Meyakini bahwa ia Misalnya, “Saya ini
Kebesaran
memiliki kebesaran atau direktur sebuah bank
kekuasaan khusus, serta swasta lho..” atau “Saya
diucapkan berulang kali punya beberapa
tetapi tidak sesuai perusahaan
kenyataan. multinasional”.
Waham Curiga Meyakini bahwa ada Misalnya, “Saya
seseorang atau kelompok tahu..kalian semua
yang berusaha memasukkan racun ke
merugikan/mencederai dalam makanan saya”
dirinya, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Waham Agama Memiliki keyakinan Misalnya, “Kalau saya
terhadap suatu agama mau masuk surga saya
secara berlebihan, serta harus membagikan uang
diucapkan berulang kali kepada semua orang.”
tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Waham Somatik Meyakini bahwa tubuh Misalnya, “Saya sakit
atau bagian tubuhnya menderita penyakit
terganggu/terserang menular ganas”, setelah
penyakit, serta diucapkan pemeriksaan
berulang kali tetapi tidak laboratorium tidak
sesuai kenyataan. ditemukan tandatanda
kanker, tetapi pasien
terus mengatakan bahwa
ia terserang kanker
Waham Nihilistik Meyakini bahwa dirinya Misalnya, “Ini kan alam
sudah tidak ada di kubur ya, semua yang
dunia/meninggal, serta ada di sini adalah roh-
diucapkan berulang kali roh”.
tetapi tidak sesuai
kenyataan
Waham Sisip Meyakini bahwa ada Klien mengatakan bahwa
Pikir pikiran orang lain yang di dalam dirinya ada pikiran
sisipkan kedalam orang yang
pikirannya. mempengaruhinya
Waham Siar Pikir Meyakini bahwa orang Klien mengatakan bahwa
lain mengetahui apa yang pikirannya sudah
dia pikirkan walaupun dia diketahui oleh orang lain,
tidak pernah menyatakan walapun klien tidak
pikirannya kepada orang menceritakannya kepada
lain. orang lain.
Waham Kontrol Meyakini bahwa Klien mengatakan bahwa
Pikir pikirannya di control oleh pikiranya telah di control
kekuatan di luar dirinya. oleh kekuatan di luar
dirinya.
4. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir, yaitu:
1) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga pematangan
fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2) Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
3) Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
4) Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel di
otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
5) Faktor genetik
b. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir: waham,
yaitu:
1) Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti
atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
3) Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang menyenangkan.
5. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (2010) waham merupakan salah satu respon
persepsi paling maladaptif dalam rentang respon neurobiologi. Rentang respon
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Respon Adaptif
yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh
norma – norma sosial dan kebudayaan.
b. Respon Maladaptif
yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat diterima
oleh norma – norma sosial dan kebudayaan.
AKIBAT
(Direja, 2011)
8. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2009), terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia
dewasa ini sudah dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan
medis pada gangguan proses pikir yang mengarah pada diagnosa medis
skizofrenia, khususnya dengan gangguan proses pikir: waham, yaitu :
a. Psikofarmalogi
Menurut Hawari (2009), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan
yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine
HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine),
Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
a) Haloperidol
Haloperidol merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama
dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.
(1) Indikasi : Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah
laku. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek.
(2) Dosis : Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai
berikut:Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari, Gejala berat :
3-5mg, 2 atau 3 kali sehari.
(3) Efek samping : Efek samping yang mungkin muncul, yaitu gelisah,
cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing.
Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.
(4) Kontraindikasi : Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau
komponen lain formulasi, penyakit Parkinson, depresi berat SSP,
supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau penyakit hati berat,
koma..
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan
Clozapine (Clozaril).
b. Pasien Hiperaktif atau Agitasi Anti Psikotik Low Potensial
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk
pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik
untuk pasien waham. Dimana pedoman penggunaan antipsikotik adalah:
1) Tentukan target symptom.
2) Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan.
3) Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis
yang lama 4-6 minggu.
4) Hindari polifarmasi.
5) Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.
c. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham, individu tersebut cenderung menarik
diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya
sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu
penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini
berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri,
yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya
dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri
dari lingkungan sosial.
d. ECT (Electro Convulsive Therapy)
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik
melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala
penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi
pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu
meredakan katatonik episode.
e. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun
psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua
orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi
yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi
adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.
9. Strategi Pelaksanaan Waham
1. SP 1 PASIEN
a. Membantu orientasi realita
b. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
c. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
d. Memasukkan ke jadwal harian pasien
2. SP 2 PASIEN
a. Evaluasi kegiatan pada SP 1
b. Mengidentifikasi kemampuan positif pasien
c. Melatih kemampuan yang dimiliki oleh pasien
d. Memasukkan ke jadwal kegiatan harian
3. SP 3 PASIEN
a. Evaluasi kegiatan pada SP 1 dan SP 2
b. Memilih kegiatan yang disukai
c. Melakukan kegiatan yang telah dipilih
d. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
secara teratur (6 benar)
e. Memasukkan ke jadwal kegiatan harian
DIAGNOSIS PERENCANAAN
TUM
Waham
Pasien dapat berfikir
sesuai realita
13. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara terus menerus, membandingkan respon klien dengan
kriteria hasil yang telah ditemukan. Evaluasi dapat ditentukan dengan
menggunakan pendekatan SOAP (S : respon subyektif klien, O : respon obyektif
klien yang dapat diobservasi oleh perawat, A : analisa ulang atas data subyektif
dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah tetap atau muncul masalah
baru. P : bila ada masalah baru rencanakan kembali untuk intervensi selanjutnya).
DAFTAR PUSTAKA
Direja, AHS. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.: Nuha Medika.
Davies, Teifion. 2009. ABC Kesehatan Mental. Jakarta.: EGC.
Fitria, N. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Hawari, D. 2009. Pendekaan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta :
EGC
Keliat, Budi Anna dkk. 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC
Kusumawati, HY. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :.Salemba Medika.
Stuart & Sundden. 2010. Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-5.
St Louis: Mosby Year Book.
Surbakti. 2010. Gangguan Kebahagiaan Anda dan Solusinya. PT. Elex Media
Komputindo; Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi I. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Edisi I. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Nama Pembimbing / CT
OLEH:
KETUT ELFIRASANI
NIM. P07120320069
JURUSAN KEPERAWATAN
2021