Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN JIWA

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun oleh :

L Gista Marlina

PROFESI NERS REGULER V A


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMINA BINA MEDIKA
JL.Bintaro Raya No 10, Kebayoran Lama, Kota Jakarta Selatan, 12240
Tahun Ajaran 2021-2022
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. LATAR BELAKANG
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak
menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak
rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan
menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat.
(Yusuf dkk, 2015)
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses piker sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidak mampuan
merawat diri diantaranya mandi, makan dan minum secara mandiri, berhias
secara mandiri dan toileting (Buang Air Besar [BAB]/Buang Air kecil [BAK])
(Damaiyanti M & Iskandar, 2014).
Penata laksanaan klien dengan defisit perawatan diri dapat dilakukan salah
satunya dengan pemberian intervensi Terapi Aktivitas Kelompok yang
merupakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas
secara kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, prilaku dan
pencapaian adaptasi optimal pasien.
Penggunaan kelompok dalam keperawatan jiwa memberi dampak positif
dalam pencegahan, pengobatan dan terapi pemulihan kesehatan jiwa melalui
terapi aktivitas kelompok. Pada dasarnya terapi aktivitas kelompok telah
dipergunakan dalam praktek kesehatan jiwa yang juga merupakan bagian
terpenting dalam keterampilan teraupetik dalam keperawatan. Perawat sebagai
pimpinan kelompok dapat menilai respon klien selama berada dalam kelompok.
1
Perawat sebagai pimpinan kelompok dapat menggunakan kelompok untuk
mendorong individu mengungkapkan masalah dan mendapat bantuan pemecahan
masalah dari kelompok dan menilai respon klien selama berada dalam kelompok
(Keliat, 2004)

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yaitu klien mampu memahami pentingnya kebersihan diri dan
perawatan diri secara maksimal.
2. Tujuan Khusus:
a. Klien mampu melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Klien mampu memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri
c. Klien mampu menunjukkan aktivitas makan.
d. Klien mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

C. KONSEP TAK (TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK)


Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling
bergantung satu sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu.
Individu dalam kelompok saling mempengaruhi dan bertukar informasi melalui
komunikasi. Dinamika dalam kelompok bahkan dapat memfasilitasi perubahan
perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila kelompok ini di desain secara
sistematis dapat menjadi sarana perubahan perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif atau dapat difungsikan sebagai terapi. Terapi menggunakan aktifitas
dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi Aktivitas Kelompok.
Pasien dengan gangguan jiwa mengalami perubahan perilaku yang ditandai
dengan perilaku pasien maladptif, tidak umum, aneh, tidak lazim, dan
menimbulkan distres serta gangguan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-
hari. Terapi menggunakan aktivitas dalam kelompok ini disebut sebagai Terapi
Aktivitas Kelompok. Dengan demikian, terapi aktivitas kelompok sebagai bagian

2
dari terapi kelompok sangat penting diterapkan dalam penanganan pasien
gangguan jiwa dimasyarakat.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah salah satu jenis terapi pada sekelompok
pasien (5-12 orang) yang bersama-sama melakukan aktivitas tertentu untuk
mengubah perilaku maladaptif menjadi adaptif. Lama pelaksanan TAK adalah
20-40 menit untuk kelompok yang baru terbentuk. Untuk kelompok yang sudah
kohesif, TAK dapat berlangsung selama 60-120 menit (Keliat, 2004).

D. KONSEP DEFISIT PERAWATAN DIRI


1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa
kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini
merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik
dalam keluarga maupun masyarakat. (Yusuf dkk, 2015)
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya,
kesehatannya dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan dirinya. (Damaiyanti M & Iskandar, 2014)
2. Tanda & gejala
Adapun tanda & gejala defisit perawatan diri adalah sebagai berikut :
a. Mandi / hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air

3
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian / berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka
container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari
wadah lalu memasukannya kemulut, melengkapi makanan, mencerna
makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir
atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban,
memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB /
BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bawah
5) Penampilan tidak rapi
4
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berprilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri. (Damaiyanti M & Iskandar,
2014)
3. Etiologi
Penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan
kesadaran. Penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan yang
termasuk perawatan diri
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri

5
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas,
lelah / lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo, dll

6
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemempuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. (Damaiyati M &
Iskandar, 2014)
4. Proses terjadinya
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri
secara mandiri dan toileting (BAB dan BAK) secara mandiri. (Yusuf dkk,
2015)
5. Rentang respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak melakukan


diri siembang kadang tidak perawatan diri

a. Polaperawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu


untuk berperilaku adaptif, maka polaperawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatandiri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak. Saat klien mendapatkan stressor
kadang-kadang klien tidak memperhatikan perawatandirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri. Klien mengatakan tidak peduli dan tidak
bias melakukan perawatan saat menghadapi stressor. (Damaiyanti M &
Iskandar,2014)
6. Fase
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga
merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal
dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-
mana, tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan

7
positif dengan orang lain yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia
terus berusaha mendapatkan rasa aman. Begitu menyakitkan sehingga rasa
nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia membayangkan
nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada kenyataan. Keadaan dimana
seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan
dalam mengalami stressor interval atau lingkungan dengan adekuatnya.
(Damaiyanti M & Iskandar, 2014)
7. Jenis
Menurut NANDA-I (2012) dalam Damaiyanti M & Iskandar (2014), jenis
perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan sendiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri
8. Mekanisme koping (Damaiyanti M & Iskandar, 2014) :
a. Regresi
Mekanisme ini dilakukan dengan cara kembali ke level perilaku
sebelumnya untuk mengurangi kecemasan, membebaskan seseorang agar
merasa lebih nyaman dan membiarkan sikap ketergantungan
b. Penyangkalan
Adalah penolakan bawah sadar untuk menghadapi pemikiran-
pemikiran realita yang sangat berat
8
c. Isolasi diri, menarik diri
Proses memisahkan perasaan yang tak dapat diterima, ide atau impuls
dari pemikiran seseorang juga mengarah pada isolasi emosional
d. Intelektualisasi
Hal ini mengarah pada tindaka transfer emosional terhadap lingkungan
intelektual.
9. Perilaku
Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika perilaku
klien tidak lazim atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga dapat merasa
bersalah atau bertanggung jawab dengan meyakini bahwa mereka gagal
menyediakan kehidupan penuh cinta dan dukungan klien bahwa mereka
gagal menyediakan kehidupan dirumah dan dukungan.
10. Penatalaksanaan
Terapi pengobatan pada klien skizofrenia sangat beragam tergantung
pada jenis dan gejala yang dimunculkan. Terkait dengan gejala negatif seperti
defisit perawatan diri, obat yang dapat diberikan adalah risperidon yang juga
berfungsi memperbaiki gejala positif skizofrenia. Risperidon termasuk
antipsikotik turunan benzisoxazole. Risperidon merupakan antagonis
monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik
5-HT2 dan dopaminergik D2. Risperidon berikatan dengan reseptor α1-
adrenergik. Risperidon tidak memilki afinitas terhadap reseptor kolinergik.
Meskipun risperidon antagonis D2 kuat, dan aman dapat memperbaiki gejala
positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas
motorik dan induksi katalepsi dibanding neuroleptik klasik yang terjadi.
Adapun Penataklaksannan lainnya, yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercyaan diri
 Bina hubungan saling percaya
 Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
 Kuatkan kemampuan klien merawat diri

9
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
 Bantu klien merawat diri
 Ajarkan keterampilan secara bertahap
 Buat jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
 Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perwatan
diri
 Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien
 Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman

E. KLIEN
1. Karakteristik Klien
a. Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan perawatan
diri: defisit perawatan diri.
b. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku
agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang.
c. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah klien yang tidak dalam
keadaan sakit, terinfus dan terpasang alat medis lainnya.
d. Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)
2. Proses Seleksi
a. Mengumpulkan data klien
b. Menganalisis data klien
c. Obsevasi di ruangan klien
d. Menentukan klien
3. Data Klien
a. Ny. V
b. Ny. A
c. Ny. P
d. Ny. Y

10
F. PENGORGANISASIAN
1. Waktu Pelaksanaan
Terapi aktivitas kelompok dilaksanakan pada
Hari/tanggal: Senin/ 27 September 2021
Waktu: 16.00 WIB
Tempat: Ruang Perawatan.
2. Tim Terapis dan Tugasnya
a. Tim Terapi
1) Leader: L Gista Marlina
2) Co. Leader: Fahrul
3) Fasilitator:
a) Filza
b) Dewi
4) Observer:
a) Wahyuningsih
b. Tugas Terapi
1) Tugas Leader
a) Menyusun rencana TAK
b) Merencanakan, mengontrol dan mengatur berlangsungnya TAK
c) Mengarahkan kelompok dalam pencapaian tujuan, memimpin
jalannya TAK
d) Menetapkan tujuan dan peraturan kelompok
e) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan,
mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik
f) Sebagai role model
g) Memberi motivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan
memberi reinforcement positif
h) Evaluasi tindak lanjut

11
2) Tugas Co. Leader
a) Membantu leader dalam pengorganisasian anggota kelompok
b) Mengingatkan pemimpin bila diskusi menyimpang
c) Bersama leader menjadi contoh bentuk kerja sama yang baik

3) Tugas fasilitator
a) Ikut serta dalam kegiatan kelompok
b) Memberikan stimulus dan motivasi kepada klien anggota
kelompok untuk aktif mengikuti berlangsungnya TAK.
c) Mengikuti arahan dari leader dalam mengikuti kegiatan kelompok
4) Tugas Observer
a) Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang
tersedia), dinamika jalannya TAK, keadaan peserta (aktif, pasif,
kooperatif)
b) Mengawasi berlangsungnya TAK dari mulai persiapan, proses
hingga penutupan
c) Memberikan umpan balik kepada leader, co-leader, fasilitator
tentang jalannya TAK
3. Setting
a. Terapis dengan klien duduk bersama membentuk lingkaran
b. Ruang nyaman dan tenang

Contoh Denah

12
Ket:
: Leader dan Co-Leader : Observer

: Klien : Fasilitator

G. ANTISIPASI MASALAH
1. Beri Perhatian khusus dalam penyampain Materi dan Peragaan.
2. Bimbing sebisa mungkin peserta TAK mengikuti perintah terapis.
3. Buatlah kontrak dengan seluruh peserta TAK untuk dispilin selama proses
berjalannya TAK dengan tidak meninggalkan tempat pelaksaan sesuai
dengan kontrak waktu.
H. PROSES PELAKSANAAN
Sesi I: Memperkenalkan diri, Menyebutkan Manfaat Perawatan Diri dan
Cara Menjaga Kebersihan Diri.
1. Tujuan
a. Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama lengkap,
nama panggilan, dan asal
b. Klien mampu menyebutkan manfaat pentingnya perawatan diri
c. Klien mampu menyebutkan cara menjaga kebersihan diri
d. Klien mampu menyebutkan akibat apabila tidak melakukan perawatan
diri
2. Kriteria Anggota
Kriteria klien sebagai anggota yang mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok ini
adalah:
a. Klien dengan riwayat gangguan jiwa disertai dengan gangguan perawatan
diri: defisit perawatan diri
b. Klien yang mengikuti terapi aktivitas ini adalah tidak mengalami perilaku
agresif atau mengamuk, dalam keadaan tenang
c. Klien dapat diajak bekerjasama (cooperatif)

13
3. Nama Klien dan Ruangan
Klien yang mengikuti terapi aktivitas kelompok berjumlah: 4 orang
Berikut adalah nama-nama klien yang mengikuti pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok yakni:
a. Ny. V
b. Ny. A
c. Ny. P
d. Ny. Y
4. Alat
a. Name tag
b. Sound/speaker
c. Tape recorder
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatan klien
5. Metode dan Media
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan Tanya jawab
c. Simulasi
6. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Memilih klien dengan indikasi, yaitu Defisit perawatan diri.
2) Membuat kontrak dengan klien.
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Orientasi
a) Salam Terapeutik
b) Salam dari terapis kepada klien
c) Terapis dan klien memakai papan nama
c. Evaluasi/validasi
Menanyakan kepada klien apakah sudah pernah terlibat dalam TAK

14
d. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri.
2) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan menyebutkan
manfaat perawatan diri dan cara menjaga kebersihan diri serta akibat
apabila tidak melakukan perawatan diri.
3) Menjelaskan aturan main berikut.
4) Menjelaskan tujuan kegiatan, yang akan meninggalkan kelompok
harus meminta izin kepada terapis.
5) Lama kegiatan 30 menit.
6) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
e. Tahap Kerja
1) Terapis menjelaskan kegiatan, yaitu kaset pada tape recorder akan
dihidupkan serta bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam
(yaitu kearah kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota
kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.
2) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis berlawanan
dengan arah jarum jam.
3) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama
panggilan dan asal, dimulai oleh terapis sebagai contoh.
4) Ulangi poin kedua dan ketiga sampai semua anggota kelompok
mendapat giliran.
5) Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan member
tepuk tangan.
f. Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

15
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan diri
kepada orang lain di kehidupan sehari-hari.
b) Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk menerapkan cara yang
telah dipelajari dalam perawatan diri.
c) Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri dan manfaat perawatan
diri pada jadwal kegiatan harian klien.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu tata cara berhias
b) Menyepakati waktu dan tempat.
g. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja yang menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK sesi 1, dievaluasi kemampuan klien memperkenalkan diri
secara verbal dan nonverbal, kemampuan klien menyebutkan manfaat
pentingnya keperawatan diri, cara menjaga kebersihan diri dan akibat
apabila tidak melakukan perawatan diri dengan menggunakan formulir
evaluasi berikut:

16
1) Kemampuan Verbal

Nama Klien
No: Aspek yang Dinilai

1. Menyebutkan Nama Lengkap

2. Menyebutkan nama
panggilan

3. Menyebutkan asal

Jumlah

2) Kemampuan Non-verbal

Nama Klien
No: Aspek yang Dinilai

1. Menyebutkan Nama Lengkap

2. Menyebutkan nama
panggilan

3. Menyebutkan asal

Jumlah

17
Menyebutkan Menyebutkan cara Menyebutkan akibat
manfaat menjaga apabila tidak
No Nama Klien
pentingnya kebersihan diri melakukan perawatan
perawatan diri diri
1

Petunjuk:
 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama peserta
Untuk tiap Peserta, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan
manfaat pentingnya perawatan diri, cara menjaga kebersihan diri dan
akibat apabila tidak melakukan perawatan diri Beri tanda jika klien
mampu dan tanda jika klien tidak mampu.
 Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien.

18
Sesi II: Tata Cara Berhias
1. Tujuan
a. Klien dapat mengenal dan menyebutkan alat-alat yang berhias.
b. Klien mampu menyebutkan cara berpakaian, cara berhias dan menyisir rambut
dan bercukur untuk pria.
c. Klien mampu menggunakan alat-alat yang diberikan untuk berhias
d. Klien mampu menjelaskan manfaat berhias
2. Alat
Peralatan berhias dan bercukur
3. Metode
a. Diskusi dan Tanya jawab
b. Bermain peran/simulasi
4. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam Terapeutik
2) Salam dari terapis kepada klien
3) Klien dan terapis pakai papan nama
c. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan pengalaman klien tentang berhias yang dilakukan selama ini
d. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara berhias untuk mempercantik diri
2) Menjelaskan cara main berikut: Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis dan Setiap klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai

19
e. Tahap Kerja
1) Terapis meminta klien menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk
berhias, manfaat dan tata cara berhias dan bercukur untuk pria. Ulangi
sampai semua klien mendapat giliran.
2) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
3) Terapis menjelaskan alat-alat yang digunakan untuk berhias, manfaat dan
mendemonstrasikan tata cara berhias dan bercukur untuk pria.
4) Meminta klien untuk mendemonstrasikan kembali tata cara berhias
(menyisir rambut).
5) Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan cara berhias.
6) Memberikan pujian kepada klien
7) Upayakan semua klien mampu berhias dan sudah mencoba
f. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Terapis menanyakan perasaan klien setelah berhias
b) Menanyakan ulang cara baru yang baik dan benar cara berhias
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari untuk
berhias.
b) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu tata cara makan dan minum
yang baik
b) Menyepakati waktu dan tempat.
g. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan adalah
cara berhias yang benar dan baik, keuntungan berhias dan akibat tidak berhias.
Kemampuan berhias untuk mencegah defisit perawatan diri.

20
No Nama Klien Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan
alat untuk tata cara berhias akibat tidak
berhias berhias
1.

2.

3.

Petunjuk:
 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
 Berikan penilaian pada masing-masing peserta TAK mengenai
kemampuan dalam menyebutkan alat untuk berhias, tata cara berhias dan
akibat bila tidak berhias.

21
Sesi III : Mengenal dan menyebutkan tata cara makan dan minum yang baik
1. Tujuan
a. Klien mampu menyebutkan alat –alat makan dan minum
b. Klien mampu menjelaskan cara mempersiapkan makan dan minum
c. Klien mampu menjelaskan cara makan dan minum yang tertib
d. Klien mampu menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah
makan
2. Alat
a. Peralatan makan dan minum
3. Metode
a. Dinamika kelompok
b. Diskusi dan tanya jawab
c. Bermain peran dan simulasi
4. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi sebelumnya
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1) Salam Terapeutik
2) Salam dari terapis kepada klien
3) Klien dan terapis pakai papan nama
c. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan pengalaman klien tentang tata cara makan dan
minum yang dilakukan selama ini
d. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan menyebutkan alat –
alat makan dan minum, cara mempersiapkan makan dan minum, cara

22
makan dan minum yang tertib, cara merapikan peralatan makan
setelah makan
2) Menjelaskan cara main berikut: Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis dan Setiap
klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
e. Tahap Kerja
1) Terapis meminta klien menyebutkan alat –alat makan dan minum,
cara mempersiapkan makan dan minum, cara makan dan minum
yang tertib, cara merapikan peralatan makan setelah makan.
2) Ulangi sampai semua klien mendapat giliran.
3) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
4) Terapis menjelaskan alat alat makan dan minum dan
mendemonstrasikan cara mempersiapkan makan dan minum, cara
makan dan minum yang tertib, cara merapikan peralatan makan
setelah makan.
5) Meminta klien secara bergilir untuk mendemonstrasikan ulang
kegiatan
6) Memberikan pujian pada peran serta klien.
7) Memberikan kesimpulan pada setiap kegiatan yang telah
dipraktekkan.
f. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak Lanjut
a) Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk menerapkan cara
yang telah dipelajari dalam tata cara makan yang baik.
b) Memasukkan kegiatan tata cara makan yang baik pada jadwal
kegiatan harian klien.

23
g. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapkan
adalah cara berhias yang benar dan baik, keuntungan berhias dan akibat tidak
berhias. Kemampuan berhias untuk mencegah defisit perawatan diri.
No Nama Klien Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan akibat
alat untuk tata cara berhias tidak berhias
berhias
1.

2.

3.

Petunjuk:
 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
klien.
 Berikan penilaian pada masing-masing peserta TAK mengenai
kemampuan dalam menyebutkan alat untuk berhias, tata cara
berhias dan akibat bila tidak berhias.

24
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti M & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi II. Refika Aditama:
Bandung

Keliat. 2004. Keperawatan Jiwa Teori Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC

Yusuf, AH, Fitryasari R dan Hanik EN. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa .
Salemba Medika : Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai