Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA STRATEGI PELAKSANAAN


DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh :

Nama : Nurul Kusnainiyatun


NIM : 2204054

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS AN NUUR
T.A 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Masalah Utama
Defisit perawatan diri
B. Proses Terjadinya
1. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya,kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat
melakukan keperawatan diri (Depkes, 2000)
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri
antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri,
toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)
2. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),
penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya . Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi adalah:
1) Personal hygiene
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan..
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
3. Jenis
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
4. Rentang respon

Adatif maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan Tidak melakukan


seimbang diri kadang tidak perawatan diri pada saat
stres

1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan


mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri
2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien
mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan
perawatan dirinya
3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresso (Ade, 2011)
5. Proses terjadinya masalah
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),
penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
1) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
2) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
3) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu
kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
3) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain
4) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
6. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala defisit dar menurut adalah (Damaiyanti, 2012) sebagai
berikut:
a. Mandi/hygine
Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengerikan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi
b. Berpakaian
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil
potongan pakian, menangalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian.
c. Makan
Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan.
d. Eliminasi
Klien memiliki kebatasan atau krtidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil atau bangkit dari jamban
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
1) Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bau
e) Penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Social
a) Interaksi dan Kegiatan kurang
b) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
c) Cara makan tidak teratur

d) BAK dan BAB disembaranf tempat, gosk gigi dan mandi tidak mampu
sendiri

7. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar
dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri (Damaiyanti,
2012)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

9. Pohon masalah

Effect Resiko perilaku Kekerasan

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Cause Harga Diri Rendah Kroni

Koping Individu Tidsk Efektif


10. Diagnosa keperawatan
1. Hygine diri,
2. berhias,
3. makan dan
4. bab/bak

11. Rencana asuhan keperawatan


Tujuan Intervensi

Tujuan umum : 1. Bina hubungan saling percaya


Pasien tidak mengalami defisit dgn menggunakan Prinsip
perawatan diri. komunikasi terapeutik :
a. Sapa pasiendengan ramah,
TUK1: baik verbal maupun non
Pasien bisa membina hubungan verbal
saling percaya dengan perawat b. Perkenalkan diri Dengan
sopan
c. Tanyakan nama Lengkap
dan nama panggilan yang
di sukai pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap Empati
dan menerima pasien apa
adanya
g. Beri perhatian Dan
perhatikan Kebutuhan

TUK2: 1. Melatih pasien cara-cara

TUK2: 1. Melatih pasien cara-cara


Pasien mampu melakukan perawatan kebersihan diri :
kebersihan diri secara mandiri a. Menjelasan pentingnya
menjaga kebersihan diri.

b. Menjelaskan alat-alat
untuk menjaga kebersihan
diri
c. Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien
mempraktekkan cara
menjaga kebersihan diri

TUK3: 1. Melatih pasien


Pasien mampu melakukan berdandan/berhias :
berhias/ berdandan secara baik a. Untuk pasien laki-laki
latihan meliputi :
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Bercukur
b. Untuk pasien wanita,
latihannya meliputi :
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Berhias

TUK4: 1. Melatih pasien makan secara


Pasien mampu melakukan makan mandiri :
dengan baik a. Menjelaskan cara
mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan
yang tertib
c. Menjelaskan cara
merapihkan peralatan
makan setelah makan
TUK5: 1. Mengajarkan pasien
Pasien mampu melakukan melakukan BAB/BAK secara
BAB/BAK secara mandiri mandiri :
a. Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara
membersihkan diri setelah
BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara
membersihkan tempat
BAB dan BAK
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa.


Jakarta: Depkes RI.

Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha
medika.
STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
SP1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Rambut kotor, gigi kotor,kulit berdebu,dan berbau.Kuku panjang dan kotor,rambut
acak-acakan. Pakaian kotor dan tidak rapi pakaian tidak sesuai pada laki-laki tidak
cukur pasien wanita tidak berdandan.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri:Kebersihan diri
3. Tujuan Umum
Klien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Tujuan Khusu
a. Klien bina hubungan saling percaya
b. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
c. Klien dapat menjelaskan pentingnya pembersihan diri
d. Klien dapat mempraktekan cara kebersihan diri
e. Klien dapat memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mbak...perkenalkan nama saya Nurul Kusnaainiyatun Saya
biasa dipanggil Nurul, Saya mahasiswa dari Universitas An Nuur Purwodadi
yang merawat mbak pagi ini. Nama mbak siapa ?? Biasa panggil siapa?
b. Validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini. mbak pagi ini sudah mandi? Sudah
berganti baju?
Menurut mbak apa mbak……………. cukup bersih sekarang ?
c. Kontrak
Mbak……………. sekarang kita akan berbincang-bincang tentang
pentingnya kebersihan ya Mbak. Mau dimana kita bercakap-cakap?
Bagaimana kalau di ....................? Mau berapa lama, Mbak? Bagaimana kalau
15 menit”
2. Fase kerja
Menurut Mbak……..........., berapa kali Mbak................ mandi sehari.? Kenapa
Mbak perlu mandi 2 kali bu?? Kalau mandi perlu pakai sabun tidak Mbak.? ya
betul selain biar wangi, sabun juga membersihkan badan kita dari kotoran dan
membunuh kuman yang ada di tubuh Mbak.
Kalau habis mandi perlu ganti baju ndak Mba..? Betul. Pinter sekali Mbak Habis
mandi kita perlu ganti baju yang bersih supaya badan kita tetap sehat. Mbak...........
tahu bagaimana cara mandi ? Coba ceritakan. Hebat, Sekarang coba ceritakan
bagaiana cara menggosok gigi. Betul.
Nah sekarang coba Mbak praktekan mandi dan gosok gigi ya. Jangan lupa siapkan
baju ganti, sikat, pasta gigi , sabun dan handuknya ya.
Sekarang coba Mbak mandi, saya tunggu disini
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
Wah…kelihatan segar sekarang Mbak……..., Bagaimana perasaan
Mbak……....., setelah mandi..? Coba ceritakan lagi bagaimana tadi
Mbak………..., mandi dan gosok gigi.
b. RTL
Nah sekarang kita masukan jadwal ya Mbak.? sehari Mbak…………. harus
mandi 2 kali pagi jam 6 dan sore jam 4 ya bu.
c. Kontrak
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang lagi besok, Kita berbincang-bincang
cara berhias, Mau dimana kita berbincang-bincang. Mau jam berapa. Mau
berapa menit, Baiklah besok jam ..........kita ketemu lagi ya. Mbak, sekarang
bisa ………………..
STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
SP 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Klien mengatakan malas menyisir rambut
b. Klien rambutnya terlihat tidak disisir
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tujuan
a) Pasien mengetahui pentingnya perawatan diri
b) Pasien dapat mengetahui cara melakukan perawatan diri
c) Pasien dapat menyisir rambut dengan mandiri
4. Intervensi
a) Menjelaskan cara menyisir rambut yang benar
b) Membantu klien mempraktekan cara menyisir rambut yang baik dan lancar
c) Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal harian

B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase orientasi :
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi Pak ”
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Masih ingat dengan saya? Baiklah
perkenalkan nama saya Nurul
b. Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apakah bapak sudah melakukan
kegiatan yang sudah saya ajarkan kemarin? Bagus coba lihat jadwal kegiatan
harian bapak? Bagus sekali bapak melakukannya. “
c. Kontrak
“ Hari ini kita akan berbicara tentang cara perawatan diri (menyisir rambut)
apakah bapak bersedia?”
“bapak maunya kita berbincang bincang dimana? Bagaimana kalau diruang
tamu?”
“bapak maunya berapa menit? Bagaimana kalau 15 menit? “
2. Fase Kerja :
“Baiklah pak alat apa yang harus kita siapkan ketika akan menyisir rambut pak?
Ya, benar sekali sisir”
“Bagaimana cara menyisir? Coba praktikan, lihat kecermin, bagus sekali! Apa
kira kira sudah rapi?”
3. Fase terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah berandan?”.
“Coba, sebutkan cara menyisir rambut yang baik sekali lagi !”
“Selanjutnya, bapak setiap hari setelah mandi, menyisir rambut ! mari kita
masukan pada jadwal kegiatan harian, pagi jam berapa lalu sore jam berapa?”
“nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan pasien
yang lain”.

STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
SP 3

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Klien mengatakan tidak bisa mengganti baju
b. Klien melihat memakai baju yang sama.
2. Diagnose keperawatan
Defisit keperawatan diri
3. Tujuan
a. Klien mampu berpakaian secara mandiri
b. Menganjurkan pasien ke jadwal harian

B. Stategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“selamat pagi, masih ingatkah dengan saya? Iya betul saya perwat….”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah melakukan kegiatan
yang saya sudah anjurkan kemarin? Bagus…coba saya lihat jadwal kegiatan
harian ibu? Bagus sekali…”
c. Kontak
“Hari ini kita akan berbincang bincang tentang berpakaian apa ibu bersedia?
Ibu maunya berbincang bincang dimana? Bagaimana kalau diruang tamu?”
“Ibu maunya berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?”
2. Fase kerja
“Apakah ibu sudah mengganti baju? Untuk pakaian pilihlah yang kering dan
bersih. Berganti pakaian bersih 2x sehari. Sekarang coba ibu lakukan ibu
mengganti pakaian. Pertama ibu pakai ibu pakai bajunya lalu masukan lengan baju
ke lengan ibu. Setelah itu kancingkan bajunya. Kalau memakai celana yaitu dari
kaki kanan setelah itu angkat keatas jangan lupa tutup resletingnya. Coba ibu
lakukan? Bagus sekali..”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah berlatih cara berpakaian?”
“Apa saja yang kita lakukan saat kita berganti baju? Bagus sekali”
b. Tindak lanjut
“Baiklah ibu,sekarang kita akan memasukkan ke dalam jadwal harian ibu 2x
setelah mandi.”
c. Kontrak
“Baiklah bu,besok kita akan ketemu lagi untuk membahas tentang makan dan
minum.”
“ibu mau jam berapa? Mau dimana? Bagaimana kalau diteras?”
“baik, sampai ketemu besok, selamat pagi…”
STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
SP 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Klien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum
b. Klien terlihat berserakan ketika makan dan minum
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan diri
3. Tujuan
a. Pasien dapat mengetahui peralatan yang digunakan untuk makan
b. Pasien dapat melakukan makan dan minum yang baik dan benar
4. Intervensi
a. Menjelaskan cara makan dan minum yang baik dan benar
b. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Stategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? Ya benar bu,saya perawat .......”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah melakukan apa yang kita
pelajari kemarin? Coba saya lihat jadwalnya, bagus sekali ibu melakukannya’’
c. Kontak
“Hari ini kita akan berbicara tentang kebutuhan makan dan minum cara makan
dan minum yang benar apakah ibu bersedia?’’
“Berapa lama ibu berbincang bincang? Dimana tempatnya?
2. Fase Kerja
“Baiklah ibu,sekarang kita akan diskusikan tentang kebutuhan makan dan minum
kalau ibu mau makan alatnya apa saja bu? Jadi harus ada gelas piring dan sendok
ya. Sekarang piring gunanya untuk apa? Ya benar sekali untuk menaruh makanan.
Selanjutnya sewndok untuk apa? Kalau gelas? Bagus sekali bu. Ibu bisa
menjawabv dengan beneran.’’
“Baagimana kebiasaan sebelum saat maupun sesudah makan? Makan di meja
makan? Sebelum makan harus cuci tangan pakai sabun,mari kita praktikan,
setelah itu duduk dan ambil makanan.Sebelum makan mari kita berdoa
dulu.Silahkan ibu pimpin doa, bagus mari kita makan.saat makan kita harus
menyiapkan makan satu satu dewngan pelan-pelan ya. Kita makan. Setelah kita
amakan dan minum kita bereskan piring dan gelasnya yang kotor ya. Ya betul kita
akhiri dengan mencuci tangan.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita belajar makan dan minum?
“Apa saja alat yang digunakan untuk makan?
“Ya bagus, setelah kita makan apa saja yang kita lakukan?’’
b. Tindak lanjut
“Baiklah ibu,kita masukkan kedalam jadwal harian ya? Berapa kali ibu akan
makan dalam sehari? Kalau pagi jam berapa? Siang? Malam? Jadi ibu bisa
tulis di jadwal harian,
c. Kontak
“Baiklah ibu, besok kita akan bertemu lagi dan membicarakan tentang BAB
dan BAK. Apakah ibu bersedia?’’
“Ibu mau jam berapa? Dimana?’’
“Baiklah, sampai jumpa besok ya bu
“selamat pagi”
STRATEGI PELAKSANAAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
SP 4

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Klien mengatakan tidak tahu cara BAB/BAK yang baik dan benar
b. Klien terlihat BAB/BAK disembarang tempat
2. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tujuan
a. Pasien mengetahui cara-cara BAB/BAK yang baik dan benar
b. Pasien dapat melaksanakan BAB/BAK secara mandiri
4. Intervensi
a. Menjelaskan cara BAB/BAK yang baik dan benar
b. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Stategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum,selamat pagi masih ingat dengan saya?bagus sekali benar
bu”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?apakah ibu sudah melakukan apa yang
dipelajari kemarin?coba saya lihat jadwalnya.Bagus sekali ibu
melakukannya.”
c. Kontak
“Hari ini kita akan bicara tentang kebutuhan BAB/BAK apakah ibu bersedia?”
“Berapa lama ibu mau berbincang bincang?Bagaimana kalau 15menit?”
“Ibu mau berbincang bintang dimana?bagaimana kalau diruang tamu?
2. Fase kerja
“Baiklah bu,ibu lakukan BAB/BAK dikamar mandi ya?hati-hati jangan sampai
kena pakaian ya?kalau jongkok di wc.”
“Bagaimana ibu cebok?Bagus,,sebaiknya ibu cebok setelah BAB/BAK yaitu
dengan menyiram air dari depan ke belakang. Jangan terbalik ya cara seperti ini
berguna. Supaya kotoran tidak masuk ke kemaluan.Setelah selesai cebok jangan
lupa tinja /kotorannya disiram dengan air setelah itu ibu perlu merapikan pakaian
sebelum keluar wc dan jangan lupa cuci tangan pakai sabun.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita belajar BAB/BAK.”
“Apa saja yang kita lakukan saat BAB/BAK.”
“Bagus sekali,coba ibu sebutkan cara perawatan diri yang sudah kita pelajari?
bagus sekali.”
b. Tindak Lanjut
“Baiklah bu, besok kita akan memasukan dalam jadwal kegiatan.”
c. Kontrak
“Baiklah bu,besok kita akan bertemu lagi untuk membahas sejauh mana ibu
melakukan kegiatan.”
“Selamat pagi,sampai jumpa.”

Anda mungkin juga menyukai