Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PRAWATAN DIRI


I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki
manusia dalam melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya
sesuai kondisi kesehatannya. (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu
harus bisa dilakukan secara mandiri( Herman, 2011).
Defisit perawatan diri adalah situasi seseorang yang mengalami
kelemahan dalam kemampuan melakukan hal untuk melengkapi aktifitas
perawatan diri secara mandiri (Nita, 2009).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien
dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir
sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun.
Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri antaranya mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara
mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)
B. Etiologi
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.

Keperawatan Jiwa
1
2. Faktor presipitasi
a. Body Image : Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial : Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi : Personal hygiene memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang
semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan : Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya
pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
e. Budaya : Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak
boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang : Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun,
sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis : Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan
untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.
C. Jenis-Jenis Defisit Perawatan Diri
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian

Keperawatan Jiwa
2
Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

D. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon


Maladaptif
Pola perwatan diri Kadang perawatan Tidak
melakukan
seimbang diri kadang tidak perawatan diri
pada
saat stress
1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan
mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri
2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya
3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresso (Ade, 2011)
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala defisit dar menurut (Damaiyanti, 2012) sebagai berikut:

Keperawatan Jiwa
3
a. Mandi/hygine : Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan
badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengerikan
tubuh,serta masuk dan keluar kamar mandi
b. Berpakaian : Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau
mengambil potongan pakian, menangalkan pakaian, serta memperoleh
atau menukar pakaian.
c. Makan : Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan
makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka
container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil
makanandari wadah lalu memasukan ke mulut, melengkapi makanan,
mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat,
mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan
aman
d. Eliminasi : Klien memiliki kebatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil atau bangkit dari jamban,
memanipulasi pakaian toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB
dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1) Fisik
- Badan bau, pakaian kotor
- Rambut dan kulit kotor
- Kuku panjang dan kotor
- Gigi kotordisertai mulut bau
- Penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
- Malas, tidak ada inisiatif
- Menarik diri, isolasi diri
- Merasa tak berdaya, rendahdiri dan merasa hina.

Keperawatan Jiwa
4
3) Social
- Interaksi kurang
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berperilaku sesuai norma
- Cara makan tidak teratur
- BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri
F. Akibat
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan fisik yang
seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial
(Damaiyanti, 2012)

G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan
belajar dan mencapai tujuan. Kategoriini adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai

Keperawatan Jiwa
5
lingkungan. Kategorinya adalah tidak maumerawat diri (Damaiyanti,
2012)
H. Penatalaksanaan
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
- Bina hubungan saling percaya
- Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
- Kuatkan kemampuan klien merawat diri
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri
- Bantu klien merawat diri
- Ajarkan keterampilan secara bertahap
- Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
- Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan
perawatan diri
- Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien
- Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman

Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian

Keperawatan Jiwa
6
1. Identitas klien meliputi : nama klien, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan,
tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
2.  Keluhan utama : Tanyakan pada keluarga/klien hal yang
menyebabkan klien dan keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang
dicapai.
3. Faktor predisposisi : Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien
pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan
atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan
pengkajiannya meliputi psikologis,  biologis, dan social budaya.
4. Aspek fisik/biologis : Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi,
Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
c. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6. Status mental : Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien,
aktivitas motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat
makan kembali.  
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d. Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

Keperawatan Jiwa
7
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.
8. Mekanisme koping malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain
dan asyik dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan
persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan,  pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
10. Pengetahuan Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam
masalah.
11. Aspek medik Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy
farmakologi, psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,
BAB/BAK
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1 : Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
- Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya
untuk memperhatikan kebersihan dirI
- Tujuan Khusus
1) TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
- Intervensi :
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.

Keperawatan Jiwa
8
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h. Penuhi kebutuhan dasar klien.
2) TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan
diri.
- Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan
cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda-
tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali
pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan
kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu
mengungkapkan arti kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi
2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah
makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut,
gunting kuku jika panjang.
3) TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan
bantuan perawat.
- Intervensi :
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang
benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.

Keperawatan Jiwa
9
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan
rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti,
handuk dan sandal.
2. Diagnosa 2 :  Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan,
makan, BAB/BAK
- Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri
- Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
- Intervensi :
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri :
a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut

Keperawatan Jiwa
10
c. Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah
makan
d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan
BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti Mukhripah,dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT


Refika Aditama
Direja, Ade Herman S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta :
Nuha
Medica.
Fitria Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Srategi

Keperawatan Jiwa
11
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP).Jakarta:Salemba Medika.
Keliat Anna Budi, dkk. 2007. Keperawatan KesehatanJiwa Komunitas: CMHN
(basic
course). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta :Kemenkes RI
Riyadi Sujono & Purwanto Teguh. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta :Graha Ilmu
Stuart Gaill W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC

Keperawatan Jiwa
12

Anda mungkin juga menyukai