Disusun Oleh:
EKA SAFITRI
NIM : PO71202210094
POLTEKKES JAMBI
TAHUN 2021/2022
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting)
(Fitria, 2012).
Pasien gangguan jiwa akan mengalami kurangnya perawatan diri yang terjadi akaibat
perubahan proses pikir sehingga aktivitas perawatan diri menurun.Personal hygiene adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya(Afnuhazi, 2015).
2. Etiologi
a.Faktor Predisposisi
1)Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu. Penerapan Personal Hygiene..., ADITIYA
ANGGA MAULANA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
2)Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3)Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4)Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungan.Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b.Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
3. Jenis-jenis Defisit Perawatan Diri.
Menurut NANDA (2012) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014), perawatan diri terdiri
dari:
a.Defisit perawatan diri: mandi
Hamabatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/ beraktivitas perawatan
diri untuk diri sendiri. Penerapan Personal Hygiene, ADITIYA ANGGA MAULANA,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
b.Defisit perawatan diri: berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri.
c.Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas seharian. d.Defisit
perawatan diri: eliminasi Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas eliminasi sendiri.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Fitria (2012) tanda dan gejala yang tampak pada klien yang mengalami
defisit perawatan diri adalah sebagai berikut:
a.Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan
mandi, meringankan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b.Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam melakukan atau mengambil potongan pakaian,
menaggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki,
mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian, dan
mengenakan sepatu.
c.Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan,
menagani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan
makanan, mengambil makanan dari wadah lalu memasukannya ke mukut, melengkapi
makanan mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir
atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d.BAB/BAK(toiletting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar
kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toletting, membersihkan
diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram tiolet kamar kecil. Keterbatasan diri
diatas biasanya diakibatkan karena stresor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien
(klien bisa mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat
dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias, makan, maupaun BAB/BAK. Bila
tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka kemungkinan bisa mengalami masalah resiko
tinggi isolasi sosial.
5. Dampak Masalah Defisit Perawatan Diri
a.Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderta seseorang karena tidak terpeliharannya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang terjadi adalah: gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, gangguan fisik.
b.Dampak Psikososial Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri dan gangguan
interaksi sosial
6. Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri
Klien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis, karena
hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapi kejiwaan melalui
komunikasi terapeutik.
7. Pohon Masalah
Effect risiko tinggi isolasi sosial
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit Perawatan Diri
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1.Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)
a.Mengkaji kemampuan klien melakukan perawatan diri meliputi mandi/kebersihan diri,
berpakaian/ berhias, makan, serta BAB/BAK secara mandiri
b.Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
2.Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2)
a.Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
b.Memberikan latihan cara melakukan mandi/kebersihan diri secara mandiri.
c.Menganjurkan klien memasuakan dalam jadwal kegiatan harian.
3.Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3)
a.Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
b.Memberikan latihan cara berpakian/berhias secara mandiri.
c.Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
4.Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4)
a.Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien
b.Memberikan latihan cara makan sendiri.
c.Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
5.Strategi Pelaksanaan 5 (SP 5)
a.Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien
b.Memberikan latihan cara BAB/BAK secara mandiri
c.Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti
mandi/membersihkan diri, berpakaian, berhias, makan, dan BAB/BAK.
Tindakan keperawatan untuk klien.
a.Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi mandi/membersihkan diri,
berpakaian/berhias makan, BAB/BAK secara mandiri.
b.Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan,
dan BAB/BAK secara mandiri
c.Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masih kurang perawatan diri.
D. PELAKSANAAN
Tabel 2.1
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
NO KLIEN KELUARGA
SP 1 SP1
1 Menjelaskan pentingnya kebersihan Mendiskusikan masalah yang dirasakan
diri keluarga dalam merawat klien.
2 Menjelaskan cara menjaga Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
kebersihan diri. defisit perawatan diri, dan jenis defisit
perawatan diri yang dialami klien beserta
proses terjadinya.
3 Membantu klien mempraktikkan Menjelaskan cara-cara merawat klien defisit
cara menjaga kebersihan diri. perawatan diri.
4 Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
SP2 SP2
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikan cara merawat
harian klien. merawat klien dengan defisit perawatan diri.
2 Menjelaskan cara makan yang Melatih keluarga mempraktikan cara merawat
baik. langsung kepada klien defisit perawatan diri
3 Membantu klien mempraktikan
cara makan yang baik.
4 Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
SP3 SP3
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
harian klien. di rumah termasuk jadwal minum obat
2 Menjelaskan cara eliminasi yang (discharge planning).
baik. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
3 Membantu klien mempraktikan
cara eliminasi yang baik.
4 Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan klien.
SP4 SP4
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
2 Menjelaskan cara berdandan.
3 Membantu klien mempraktikan
cara berdandan.
4 Menganjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian.
E. Evaluasi
F. Komunikasi terapeutik
1. Pengertian Komunikasi terapuetik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
mempunyai tujuan serta kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya
komunikasi terapeutik merupakan interpersonal (antarpribadi) yang profesional mengarah
pada tujuan kesembuhan pasien dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara
tenaga medis spesialis jiwa dan pasien. Kegunaan komunikasi terapuetik adalah mendorong
dan menganjurkan kerjasama melalui hubungan tenaga medis spesialis jiwa dengan pasien.
Kualitas hubungan ini akan memberikan dampak terapeutik yang mempercepat proses
kesembuhan pasien. Komunikasi interpersonal terapetutik memiliki untuk menciptakan
interaksi efektif, bermakna, dan memuaskan (Kusumawati dan Hartono, 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A. H.(2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia :Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Bartato. (1998). Konsep Diri. Jakarta : Arcan.
Departemen Kesehatan/Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa : Jakarta.
Direja, S. N. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Fitria, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Jalil, M. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan Skizofrenia di RSJ Prof.
Dr. Soeroyo Magelang.Skripsi.
Keliat, B.A. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Mubarak, W. (2007). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Nanda. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nurjannah, (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.Yogyakarta : Momedia
Disusun Oleh:
EKA SAFITRI
NIM : PO71202210094
POLTEKKES JAMBI
TAHUN 2021/2022