Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PROFESI

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI : BERHIAS


DI RUANG DAHLIA GARING BRSUD TABANAN

OLEH :
NI PUTU ARTAMEVIA MARCELINA
P07120322018

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya,kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat melakukan keperawatan diri
(Depkes, 2000)
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum secara
mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)

B. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah:
1. Factor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas menurun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi
Faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan
kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, shampo dan lain lain
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik,gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan
intleglitas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah gangguan
kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi
diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti, 2012).

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut (Damaiyanti, 2012) sebagai berikut:
a. Mandi/hygine
Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan
mandi, mengerikan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan pakian,
menangalkan pakaian, serta menukar pakaian.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapat makanan,
membuka containe, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah
lalu memasukan ke mulut, melengkapi makanan,mencerna makanan menurut cara yang
diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan
dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki kebatasan atau krtidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian toileting, membersihkan diri
setelah BAK/BAB dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

D. Jenis Defisit Perawatan Diri


Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/beraktivitas
perawatan diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas berpakaian dan
berhias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri.
E. Rentang Respon Defisit Perawatan Diri

Adatif Maladaftif

Pola perawatan diri seimbang


Kadang perawatan diri Tidak melakukan
kadang tidak perawatan diri pada saat
stres

a. Pola perawatan diri seimbang : saat pasien mendapatkan stressor dan mampu untuk
berprilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri .
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat pasien mendapatkan stressor kadang kadang
pasien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
F. Tidak melakukan perawatan diri pada saat stress: klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan diri saat stressor (Ade,2011)

G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai
tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau
merawat diri (Damaiyanti, 2012)
H. Pohon Masalah
Effect Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (Berhias)

Core problem Defisit perawatan diri

Causa Menurunnya motivasi dalam


Perawatan diri

Gambar 2: Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri


(Sumber : Keliat, 2006)

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
2) Membimbing dan menolong klien merawat diri
3) Ciptakan lingkungan yang mendukung.

J. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian,
nomor rekam medis
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor perkembangan,
factor biologis, kemampuan realitas turun, factor sosial.
3. Faktor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau persepsi, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam
perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya
tilik diri.
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki pasien baik adaptif maupun maladaptive
7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri : Mandi
2. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian
3. Defisit Perawatan Diri : Makan
4. Defisiti Perawatan Diri : Eliminasi
L. Rencana Keperawatan
No Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi Keperawatan
. Indonesia Keperawatan Indonesia Indonesia (SIKI)
(SLKI)
1 Defisit Perawatan Diri (D.0109) Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri (I.11350)
Definisi: keperawatan selama .... Observasi
Tidak mampu melakukan atau X .... jam diharapkan 1. Identifikasi usia dan budaya dalam
menyelesaikan aktivitas Perawatan Diri (L.11103) membantu berpakaian/berhias
perawatan diri meningkat dengan kriteria Terapeutik
hasil : 2. Sediakan pakaian pada tempat yang
Penyebab: 1. Kemampuan mandi mudah dijangkau
1. Gangguan muskuluskeletal meningkat 3. Sediakan pakaian pribadi,
2. Gangguan neuromuskuler 2. Kemapuan mengenakan sesuaikan kebutuhan
3. Kelemahan pakaian meningkat 4. Fasilitasi mengenakan pakaian, jika
4. Gangguan psikologis dan/atau 3. Kemampuan makan perlu
psikotik meningkat 5. Fasilitasi berhias (mis. Menyisir
5. Penurunan motivasi/minat 4. Kemampuan ke toilet rambut, merapikan kumis/jenggot)
(BAB/BAK) 6. Jaga privasi selama berpakaian
Gejala dan Tanda Mayor 5. Verbalisasi keinginan 7. Tawarkan untuk laundry, jika perlu
Subjektif melakukan perawatan 8. Berikan pujian terhadap
1. Menolak melakukan diri kemampuan berpakaian secara
perawatan diri 6. Minat melakukan mandiri
Objektif perawatan diri Edukasi
- 7. Mempertahankan 9. Informasikan pakaian yang tersedia
Gejala dan Tanda Minor kebersihan diri untuk dipilih, jika perlu
Subjektif 8. Mempertahankan 10. Ajarkan mengenakan pakaian, jika
- kebersihan mulut perlu
Objektif
1. Tidak mampu
mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke
toilet/berhias secara mandiri
2. Minat melakukan perawatan
diri kurang

Kondisi klinis terkait


1. Stroke
2. Cedera medulla spinalis
3. Depresi
4. Arthritis rheumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa.


Jakarta: Depkes RI.

Gloria M.Bulechek,dkk. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi


keenam. Singapore : Elsevier.

Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha
medika.
Heather Herdman. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Edisi 11. Jakarta : EGC
Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa :Edisi 2.
Jakarta: EGC
Sue Moorhea,dkk. (2016). Nursing Outcomes Classification ((NOC). Edisi
kelima. Singapore : Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai