Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN D DENGAN DIAGNOSA KOLIK ABDOMEN

DI RUANG LAVENDER

DI RSUD Dr. R. SOEDJATI SOEMODIARDJO PURWODADI

DI SUSUN OLEH

1. Artema Izzati (2204010)


2. Risa Setiawati (2204060)
3. Dwi Nur I (2204023)
4. Kurnia Safitri (2204039)
5. Slamet Budi Cahyono (2204068)
6. Difki Candra R (2204021)
7. Ayu Melliana Dewi (2204012)
8. Lugita Dwi Cahyani (2204044)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


FALKUTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
PURWODADI
2022/2023
I. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Kolik Abdomen adalah rasa nyeri pada perut yang
bersifatnya hilang timbul dan bersumber dari organ yang terdapat
dalam Abdomen atau perut, yang disebabkan oleh infeksi didalam
organ perut. Banyak juga para ahli yang mendefinisikan Kolik
Abdomen sebagai sebuah kondisi yang ditandai dengan kram atau
nyeri Kolik hebat yang mungkin disertai dengan mual muntah
(Barbara,2011).
Kolik Abdomen merupakan salah satu keadaan darurat non
trauma, dimana seorang penderita oleh karena keadaan
kesehatannya memerlukan pertolongan secepatnya untuk dapat
mencegah memburuknya keadaan penderita (Nettina, 2012).
Kolik Abdomen adalah suatu keadaan yang sangat
membutuhkan pertolongan secepatnya tetapi tidak begitu
berbahaya, karena kondisi penderita yang sangat lemah jadi
penderita sangat memerlukan pertolongan dengan segera (Bare,
2011).
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi
usus sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika ada
gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke
depan tetapi peristaltik normal (Reeves,2011).
2. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu:
a. Secara mekanis :
1) Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh
yang berdekatan karena radang)
2) Karsinoma
3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya
sebagian usus di dalam usus)
4) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
5) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus
atau saluran)
b. Fungsional (non mekanik)
1) Ileus paralitik (Keadaan Abdomen akut berupa
kembung distensi usus tidak dapat bergerak)
2) Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis
yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
3) Enteritis regional
4) Ketidak seimbangan elektrolit
5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea
dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif)
(Reeves, 2011).
3. Patofisiologi
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang
traktus intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul
dan bersumber dari organ yang terdapat dalam Abdomen. Hal yang
mendasari adalah infeksi dalam organ perut (diare, radang kandung
empedu, radang kandung kemih).
Sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Akut
Abdomen yaitu suatu kegawatan Abdomen yang dapat terjadi
karena masalah nyeri Abdomen yang terjadi tiba-tiba dan
berlangsung kurang daari 24 jam. Kolik Abdomen terkait pada
nyeri perut serta gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan
gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada Kolik Abdomen
nyeri dapat berasal dari organ dalam Abdomen, termasuk nyeri
viseral. Dari otot lapisan dinding perut. Lokasi nyeri perut
Abdomen biasanya mengarah pada lokasi organ yang menjadi
penyebab nyeri tersebut. Walupun sebagian nyeri yang
dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena
itu, nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri
tersebut atau sekunder dari tempat lain.
4. Manifestasi Klinik
a. Mekanika sederhana – usus halus atas Kolik (kram) pada
Abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah
empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing
bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan
difus minimal.
b. Mekanika sederhana – usus halus bawah Kolik (kram)
signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau
tidak ada –kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi
“hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.
c. Mekanika sederhana – kolon Kram (Abdomen tengah sampai
bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi
muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus
minimal.
d. Obstruksi mekanik parsial Dapat terjadi bersama
granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram,
nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus
dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya
bising usus menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses
atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau
mengandung darah samar (Reeves,2011).
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik : Tanda-tanda vital.
b. Pemeriksaan abdomen : Lokasi nyeri.
c. Pemeriksaan rectal.
d. Laboratorium : leukosit, HB. 5. Sinar X abdomen menunjukkan
gas atau cairan di dalam usus.
e. Barium enema menunjukkan kolon yang terdiistensi, berisi
udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.

f. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat


muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi
atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena
iritasi pankreas oleh lipatan khusus.
g. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolik (Reeves, 2011)
6. Penatalaksanaan
a. Farmakologis
1) Terapi Na + K + komponen darah.
2) Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan.
3) Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
instraseluler.
4) Dekompresi selang nasoenternal yang panjang dari
proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat
dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien berbaring
miring ke kanan.
5) Antasid ( obat yang melawan keasaman ).
6) Antihistamine (adalah obat yang berlawanan kerja terhadap
efek histamine) (Reeves, 2011)
b. Non Farmakologis
1) Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
2) Implementasikan pengobatannya untuk syok dan
peritonitis.
3) Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena
obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
4) Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung
5) Osmosi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung
terlalu beresiko
6) Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran fases dan
mendekompresi usus yang dilakukan sebagai prosedur
kedua.
II. KONSEP KEPERAWATAN
1. Fokus Pengkajian
Pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai Kecemasan
pasien terhadap penyakitnya, kognitif, dan perilaku pasien. Perawat
mengumpulkan pemeriksaan awal pasien tentang kapasitas fisik
dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat perlunya
pengkajian psikososiospiritual yang saksama (Muttaqin, 2011). a.
Identitas klien
1) Identitas pasien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor
register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
serta status hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian. Mengeluh nyeri pada perut
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri
klien digunakan :
1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi
yang menjadi faktor presipitasi nyeri.
2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar,
berdenyut, atau menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda,
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana
rasa sakit terjadi.

4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang


dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
c. Riwayat Kesehatan sekarang
Merasa ada benjolan di skrotum atau kadang-kadang
mengecil/menghilang. Bila menangis, batuk, mengangkat
benda berat akan timbul benjolan lagi, timbul rasa nyeri pada
benjolan dan timbul rasa kemeng disertai mual-muntah. Akibat
komplikasi terdapat shock, demam, asidosis metabolik, abses,
fistel, peritonitis.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah
dialami sebelumnya, terutama yang mendukung atau
memperberat kondisi gangguan system perkemihan pada pasien
saat ini seperti pernahkah pasien menderita penyakit kencing
manis, riwayat kaki bengkak (edema), hipertensi, penyakit
kencing batu, kencing berdarah, dan lainnya. Tanyakan: apakah
pasien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa,
apakah pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya
(Muttaqin, 2011)
e. Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota
keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
f. Pola pengkajian
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adakah
kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol
dan kebiasaan olahraga (lama frekuensinya).

Biasanya pada hernia reponibilis dan irreponibilis


belum dijumpai adanya gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan makan dan minum. Peristaltic usus biasanya
lebih dari batas normal (>10x/menit).Pada hernia
inkarcerata dan strangulata dijumasi adanya gejala mual
dan muntah yang mengakibatkan terjadinya gangguan
pemenuhan kebutuhan makan dan minum.
2. Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya Pada hernia reponibilis dan irreponibilis tidak
dijumpaigangguanpemenuhan kebutuhan tidur. Namun
pada hernia inkarcerata dan strangulata ditemukan
adanya gejala berupa nyeri hebat yang mengakibatkan
gangguan pemenuhan istirahat tidur
3. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak
karena rasa nyeri akibat penonjolan hernia.
4. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita
tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan
dalam masyarakat. penderita mengalami emosi yang
tidak stabil.
5. Pola kognitif
Penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan
berfikir, mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang
tua, waktu dan tempat.
6. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi
masalah.
7. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan
bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan
selama sakit.
8. Neurosensori
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri yang meningkat
bila digunakan beraktivitas. Biasanya nyeri seperti
tertusuk yang akan semakin memburuk dengan adanya
batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat,
defekasi, mengangkat kaki. Keterbatasan untuk
mobilisasi atau membungkuk kedepan (Soeparman,
2011).
g. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran
 Kualitatif (composmentis, apatis, samnolen,
spoor, koma, delirium)  Kuantitatif (GCS) :
E = eye
M = motoric
V = verbal
2) Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu, nadi,
respiratory rate
3) Integument : Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang
dari normal dan jika kekurangan cairan maka turgor
kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi
kulit terasa gatal.
4) Pemeriksaan kepala dan leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak
terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah
bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 52
cmH2.
5) Abdomen :
Inspeksi : tidak ada lesi
Auskultasi : peristaltic usus normal
Perkusi : bunyi timpani
Palpasi : ada nyeri tekan, ada benjolan pada perut kanan
bawah
6) Pemeriksaan jantung (Cardioveskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan
sirkulasi
7) Pemeriksaan dada
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis
metabolic pernafasan cepat dan dalam.
7) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Ada rupture atau tidak, ada hemoroid atau tidak.
8) Pemeriksaan muskuloskelatan
Biasanya sering merasa lelah dalam melakukan
aktifitas, sering merasa kesemutan.
9) Pemeriksaan ekstramitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa
terasa nyeri, bisa terasa baal.

2. Pathway
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan
1) Nyari akut (D.0077)
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, denan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas rimgam
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2) Gangguan Pola Tidur (D.0055)
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat
faktor eksternal.
3) Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktifitas
sehari-hari.
b. Perencanaan keperawatan
N Diagnosa Standart Standart
o. Keperawatan Keperawatan Intervensi
Luaran Keperawatan
Indonesia Indonesia

1Nyeri akut SLKI setelah Manajemen nyeri


(D.0077) diberikan (1.08238)
Penyebab intervensi Obsevasi
• Agen selama 3x24 • Identifikas
pencedera jam maka i lokasi,
fisiologis tingkat nyeri karakterist
(inflamasi, (L.08066) ik, durasi,
iskemia, membaik frekuensi,
neoplasma) dengan kriteria kualitas,
• Agen hasil intensitas
pencedera • Keluhan nyeri
kimiawi nyeri • Identifikas
(terbakar, menuru i skala
bahan kimia n nyeri
iritan) • Meringi • Identifikai
• Agen s respon
pencedera menuru nyeri non
fisik (abses, n verbal
amputasi,) • Sikap • Identifikas
Gejala dan tanda  protekti i factor
mayor f yang
Subjektif  menuru memperbe
• Mengeluh n Gelisah rat dan
nyeri menrun memperin
Objektif Kesulita n gan nyeri
• Tampak  • Identifikas
meringis tidur i
• Bersikap menuru keyakinan
protektif n Nafsu dan
• Gelisah makan pengetahu
• Frekuensi membai an tentang
nadi k nyeri
meningkat • Identifikas
• Sulit tidur i pengaruh
Gejala dan budaya
tanda terhadap
minor respon
Objektif nyeri
• Tekanan • Identifikas
darah i pengaruh
meningkat nyeri tpada
• Pola napas kualitas
berubah hidup
• Nafsu • Monitor
makan keberhasil
berubah an terapi
kompleme
• Proses
nter yang
berpikir
sudah di
terganggu
berikan
• Menarik
• Monitor
diri
efek
• Berfokus
samping
pada diri penggunaa
sendiri n
• Diaphoresis analgetik
Kondisi Terapeutik
klinis • Berikan
terkait teknik
• Kondisi nonfarmak
pembedaha ologis
n untuk
• Cedera menguran
traumatis gi nyeri
• Infeksi
• Syndrom
coroner
 akut • Control
Glaucoma lingkunga
n yang
memperbe
rat rasa
nyeri
• Fasilitasi
istirahat
tidur
• Pertimban
gan jenis
dan sumber
nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri
Edukasi
• Jelaskan
penyebab,
periode,
dan pemicu
nyeri
• Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
• Anjurkan
memonitor
nyeri
secara
mandiri
• Anjurkan
mengguna
kan
analgetik
secara
tepat
• Ajarkan
teknik
nonfarmak
ologis
untuk
menguran
gi rasa
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik jika
perlu
2Gangguan Pola SLKI Setelah Dukungan Tidur
Tidur (D.0055) diberikan (1.05174)
Penyebab intervensi Observasi
• Hambatan selama 3x24 • Identifikas
lingkungan jam makan pola i pola
• Kurang tidur membaik aktivitas
kontrol tidur (L.05045) dan tidur
• Kurang dengan kriteria • Identifikas
privasi hasil i factor
• Restraint • Keluhan penggangg
fisik sulit u tidur
• Ketiadaan tidur • Identifikas
teman tidur menuru i obat
• Tidak n tidur
familiar yang
• Keluhan
dengan dikonsu
sering
peralatan ms
terjaga
tidur i
menuru
Gejala dan Tanda Terapeutik
n
mayor • Modifikasi
• Keluhan
Subjektif tidak lingkunga
• Mengeluh puas n
sulit tidur tidur • Fasilitasi
• Mengeluh menuru menghilan
n gkan
stress
sebelum
sering  Keluhan tidur
terjaga pola • Tetapkan
• Mengeluh tidur jadwal
tidak puas berubag tidur
tidur menuru Edukasi
• Mengeluh n • Jelaskan
pola tidur  Keluhan pentingny
berubah istirahat a tidur
• Mengeluh tidak cukup
istirahat cukup selama
tidak cukup Gejala menuru sakit
dan tanda minor n • Anjurkan
Subjektif menepati
• Mengeluh kebiasaan
kemampuan waktu
beraktivitas tidur
menurun • Anjurkan
Kondisi Klinis menghind
Terkait ari
• Nyeri / makanan/
kolik minuman
• Hipertiroidi yang
sme menggang
• Kecemasan gu waktu
• Penyakit tidur
paru • Ajarkan
obstruksi relaksasi
kronis otot
autogenic
• Kehamilan atau cara
• Periode nonfarmak
ologis
pasca
lainnya.
partum
• Kondisi
pasca
operasi
Intoleransi aktivitas SLKI setelah Manajemen
(D.0056) dilakukan energy (1.05178)
Penyebab intervensi Observasi
• Ketidak selama 3x24 • Identifikas
seimbangan jam maka i ganggua
antara supali toleransi fungsi
dan aktivitas tubuh yang
kebutuhan meningkat mengakiba
cairan dengan kriteri tkan
• Tirah baring hasil kelelahan
• Kelemahan • Saturasi • Monitor
• Imobilitas oksigen kelelahan
• Gaya hidup fisik dan
mening
monoton emosional
kat
Gejala dan
• Kecepat an • Monitor
tanda mayor
berjalan pola dan
Subjektif
mening kat jam tidur
• Mengeluh
• Jarak • Monitor
lelah lokasi dan
berjalan
Objektif ketidaknya
mening manan
• Frekuensi selama
kat
jantung melakukan
• Keluhan
meningkat
>20% dari
kondisi  lelah aktivitas
istirahat Gejala menuru Terapeutik
dan tanda minor n • Sediakan
Subjektif Perasaa lingkunga
• Dispnea n lemah n yang
saat/setelah menuru nyama
aktivitas n dan
• Merasa rendah
tidak stimulus
nyaman • Lakukan
setelah latihan
beraktivitas rentang
• Merasa lemah gerak
Objektif pasih atau
• Gambaran EKG aktif
menunjukka n • Berikan
iskemia aktivitas

• Sianosis distraksi
yang
menenang
kan
• Fasilitasi
duduk
disisi
tempat
tidur, jika
tidak
dapat
berpindah
atau
berjalan
Edukasi
• Anjurkan
tirah
baring
• Anjurkan
melakukan
aktivitas
secara
bertahap
• Anjurkan
menghubu
ngi
perawat
jika tanda
dan gejala
kelelahan
tidak
berkurang
• Ajarkan
strategi
koping
untuk
menguran
gi
kelelahan
Kolaborasi
• Kolaborasi
dengan ahli
gizi
tentang cara
meningkat kan
asupan makan

c. Evaluasi
Evaluasi Formatif (merefleksikan observasi perawat dan
analisis terhadap klien terhadap respon langsung pada intervensi
keperawatan).
Evaluasi summative (merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi
observasi dan analisa mengenai status kesehatan klien terhadap
waktu (Poer, 2012)
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (Edisi ke-1). DPP


PPNI

PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi ke-1), DPP


PPNI.
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (edisi ke-1). DPP PPNI
Potter&Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan volume.2 Konsep
Proses dan Praktik Edisi 4.Jakarta:EGC

Mansjoer, Arif&suprohaiti. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas


Kedokteran UI: Media Aescullapius: Jakarta

Soedarto. (1994). Pedoman Diagnosis dan terapi. F.K. Universitas


Airlangga: Surabaya,

Anda mungkin juga menyukai