Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS COLIC ABDOMEN DI RSUD AL-

IHSAN

Dianjurkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Keperawatan Medikal Bedah

Dengan dosen pembimbing: Linlin Lindayani, phD

Di susun Oleh:

Risma Novanti

120030

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL JAWA BARAT

2022
1. Pengertian

Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2011)
Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakanseperti
perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial
ataupun total dari organ tubuh berongga atau organ yang terlibattersebut dipengaruhi
peristaltik. Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomenadalah kolik bilier, kolik
renal dan kolik karena sumbatan usus halus (Gilroy,2009).
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang
hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat
fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 : 92).
2. Etiologi

a. Mekanis (Abdullah & Firmansyah, 2012).


1) Adhesi/perlengketan pasca bedah (pertumbuhan bersatu bagian-
bagian tubuh yang berdekatan karena radang)
2) Karsinoma
3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di
dalam usus)
4) Intusesupsi
5) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
6) Polip (perubahan pada mukosa hidung)
7) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)
b. Fungsional (non mekanik)
1) Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi usus
tidak dapat bergerak)
2) Lesi medulla spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
3) Enteritis regional
4) Ketidakseimbangan elektrolit.
5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam
darahkarena ginjal tidak bekerja secara efektif)
c. Etiologi lain yang mungkin bisa muncul, yaitu :
1) Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, app endicitis,
diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
2) Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel disease,
kulitisinfeksi, esofagitis.
3) Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
4) Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
5) Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
6) Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia fungsional.
7) Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard
dan parudan lainnya

3. Manifestasi Klinis
Obstruksi memiliki karakteristik berupa pasial atau komplit dengansederhana atau
strangulasi. Manifestasinya dapat berupa (Abdullah & Firmansyah, 2012).
1) Nyeri perut (karakteristik pada kebanyakan pasien).
2) Nyeri, sering digambarkan sebagai kram dan intermiten, yang
lebihmenonjolpada obstruksi sederhana.
3) Seringkali, tampilan klinis dapat memberikan petunjuk kepada
perkiraanlokasidan sifat obstruksi. Nyeri berlangsung selama beberapa hari, yang
menjadi progresif dan dengan distensi perut, mungkin khas untuk obstruksi yang lebih
distal.
4) Perubahan karakter nyeri dapat menunjukkan perkembangan komplikasi yang
lebih serius (misalnya, nyeri konstan usus strangulasi atau iskemik).
5) Mual
6) Muntah, yang lebih berhubungan dengan obstruksi proksimal
7) Diare (temuan awal)
8) Sembelit (sebuah temuan akhir) yang dibuktikan dengan tidak
adanyagerakanusus atau buang angin.
9) Demam dan takikardia, terjadi belakangan dan mungkin terkait dengan
strangulasi.
10) Riwayat operasi abdomen atau pelvis dahulu
11) Riwayat keganasan (terutama ovarium dan usus)

4. Pathways
5. Komplikasi
1) Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)
2) Kolik bilier
3) Kolik usus ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang

6. Pemeriksa Penunjang

1) Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus


2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah;
Peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau
peritonitisdanpeningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas
oleh lipatan usus.
4) Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolik.
7. Penatalaksaan medis

Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi cairan secara


agresif, dekompresi usus halus, pemberian analgetik dan antiemetic dengan
indikasi klinis, antibiotik dan konsultasi operasi yang dini. Dekompresi
dilakukan dengan cara memasang selang NGT untuk dilakukan suction
terhadap usus GI dan untuk mencegah aspirasi. Tidak lupa juga untuk selalu
memonitor jalan napas, pernapasan dan sirkulasi (Syamsiah & Muslihat,
2015).
a. Farmakologi
1. Terapi Na + K + komponen darah
2. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
3. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler
4. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari proksimal usus
ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif
dengan pasien berbaring miring ke kanan
5. Antasid ( obat yang melawan keasaman )
6. Antihistamine (adalah obat yang berlawanankerja terhadap efek
histamine)
b. Non Farmakologi
1. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
2. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis
3. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena
obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
4. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung
5. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung terlalu
beresiko
6. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur kedua.

ASUHAN KEPERAWATAN

1) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan melalui
kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari klien guna
mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Mala et al., 2016)
a. Identitas Klien dan Keluarga
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan daiagnosa. Identitas
ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis
kelamin, umur dan alamat dapat mempercepat atau memperberat
keadaan penyakit infeksi.
b. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien sehingga
menyebabkan klien datang untuk mencari bantuan kesehatan (Aziz,
2013).
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Bagaimana awal mula gejala timbul, lokasi, kualitas, dan factor yang
mempengaruhi dan juga yang memperberat keluhan sehingga di
bawa ke RS.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti ini dan apakah klien
menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan saat ini.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan apakah penyakit
keturunan atau menular
c. Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Apakah ada perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan
kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
b) Pola Aktivitas Latihan
Hal ini penting untuk dikaji sehingga perawat megetahui aktivitas
yang dilakukan klien saat sehat. Apakah ada kelemahan atau
kelelahan.
c) Pola Nutrisi dan metabolic
Apakah terjadi gangguan nutrisi karena klien merasakan nyeri
sehingga tidak toleran terhdapa makanan dan klien selalu
ingin muntah.
d) Pola Istirahat dan tidur
d. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat akibat proses penyakitnya,
pemeriksaan tanda-tanda vital.
2) Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan
tidak terjadi sesak tetapi apabila derajat nyeri hebat akan ada
kemungkinan klien sesak.
3) Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardia dan disritmia atau adanya penyakit yang
lainnya.
4) Sistem persyarafan
Nyeri abdomen, pusing atau sakit kepala karena sinar
5) Sistem gastrointestinal
Pada sistem gastrointestinal ini didapatkan intoleran terhadap
makanan/ nafsu makan menurun dan muntah.
6) Sistem eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi akibat dari intoleran terhadap
makanan.
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk sampai bau dan telur.
Episode diare berdarah tidak dapat diperkirakan, hilang timbul,
sering tidak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali defekasi/hari );
perasaan dorong/kram ( tenesmus ); defekasi berperdarahan per
rektal.
Tanda : Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau adanya
peristaltuk yang dapat dilihat. Wasir, fisura dubur (25%); fistula
ferienal.
A. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Batasan karakteristik : Obstruksi usus Nyeri Akut
 Perubahan selera makan 
 Perubahan tekanan Kolik abdomen
darah, frekuensi 
pernafasan dan jantung Peningkatan intraluminal
 Mengekpresikan 
perilaku (gelisah, Distensi berisi gas,
merengek, menangis, cairan, dan elektrolit
waspada) 
 Prilaku terjaga Gangguan vaskuler
melindungi lokasi nyeri 
 Indikasi nyeri yangdapat Statis vena
diatasi 
 Perubahan posisiyang Edema dinding usus
dapat diamati 
 Melaporkan nyerisecara Peningkatan distensi
verbal dinding usus
 Gangguan pola tidur 
Peningkatan tekanan
intra abdomen

Nyeri Akut
2 Batasan karakteristik : Obstruksi usus Resiko Defisit
 Sakit perut  Nutrisi
 Penurunan Berat badan Kolik abdomen
dengan asupan makan 
lumayan Peningkatan intraluminal
 Diare 
 Kehilangan rambut Distensi berisi gas,
berlebihan cairan, dan elektrolit
 Bising usus tidak ada 
 Kurang informasi Udara tertampung
 Kurang minat 
padamakanan Peningkatan volume
 Membran mukosa pucat udara
 Ketidakmampuan 
mencerna makanan Rangsangan mual
 Tonus otot menurun 
 Mengeluh gangguan Muntah
sensasi rasa 
 Kelemahan otot untuk Gangguan pemenuhan
mengunyah dan nutrisi
menelan

B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077)


2) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan intake inadekuat (D.0032)

C. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen nyeri
(D.0077) (L.08066) (I.08238)
Observasi
Setelah dilakukan  Identifikasi lokasi
tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
3x24 jam diharapkan kualitas, intensitas nyeri
tingkat nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil:  Identifikasi faktor yang
memperberat dan
 Keluhan nyeri memperingan nyeri
menurun dari skala  Monitor efek samping
1 menjadi skala 4 penggunaan analgetik
 Meringis dari Terapeutik
menurun dari skala  Berikan tekhnik
2 menjadi skala 4 nonfrmakologi untuk
 Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri
dari skala 2 menjadi (mis, hypnosis,
skala 4 akupresur, terapi music,
 Kesulitan tidur terapi pijat, aromaterapi,
menurun dari skala tekhnik imajinasi
2 menjadi skala 4 terbimbing, kompres
hangat/dingin)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis, suhu ruanganan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
(Darsini & Praptini, 2019)

2 Resiko defisit Status Nutrisi Manajemen Nutrisi


nutrisi (L.03030) (I.03119)
(D.0032) Observasi
Setelah dilakukan  Identifikasi status nutrisi
tindakan keperawatan  Identifikasi alergi dan
diharapkan intoleran makanan
ketidakasupan nutrisi  Identifikasi makanan
membaik dengan yang disukai
kriteria hasil:
 Identifikasi kebutuhan
 Nyeri abdomen dari kalori dan jenis nutrient
skala 2(cukup  Monitor asupan
meningkat) menjadi makanan
4(cukup menurun)  Monitor berat badan
 Nafsu makan dari  Monitor hasil
skala 2(cukup pemeriksaan lab
memburuk) menjadi Terapeuik
4(cukup membaik)  Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet(mis.
Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi
seratuntukmencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi
protein dan kalori
 Berikan suplemen makan,
jika perlu
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemeberiana
medikasi sebelum makan
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jumlah
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu

Implementasi dan Evaluasi

Implementasi merupakan penerapan intervensi pada klien secara nyata dan


terpadu untuk mencapai tujuan yang telah disusun secara sistematis. Di tahap ini
perawat akan melakukan implementasi yang sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat untuk mengatasi masalah klien

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dilakukan


secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Perawat membandingkan antara hasil akhir yang telah diamati dan tujuan atau kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap intervensi. Selanjutnya taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan
intervensi keperawatan ditetapkan

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.scribd.com/
document/508707138/Lp-Kolik-
Abdomen&ved=2ahUKEwiaq7fGhuz6AhW2cGwGHWCyAaMQFnoECBEQAQ&usg=AOvV
aw1nTYLqfMwLCP_QoI3frAdn

Anda mungkin juga menyukai