I. KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Ileus Obstruktif
Ileus obstruktif adalah suatu keadaan dimana isi lumen saluran
cerna tidak dapat disalurkan ke distal karena adanya sumbatan atau
hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding,
dan rongga peritonium (Bernstein & Shelov, 2019)
Ileus obstruktif suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak
dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti hernia
stagulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya,
intusepsi, tumor polipoid, dan neuplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan hernia dan abses. (Huda Nurafif, Amin) 2015
leus atau obstruksi usus merapakan suatu gangguan aliran isi usus.
Obstruksi usus dapat terjadi secara akut ataupun kronik, baik partial
maupun total. Intestinal obstruction terjadi ketika si usus tidak dapat
melewati saluran gastrointestinal (Sari, 2015).
Sehingga dapat disimpulkan ileus obstruktif adalah keadaan isi
lumen saluran cerna tidak dapat dicerna dengan baik hingga sampai ke
distal karena adanya sumbatan yang menghalangi usus.
3. Hernia
Terjadi karena usus yang masuk kedalam kantung harnia terjepit
oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi (penyempitan) dan
strangulasi usus (sumbatan menyebabkan terhentinya aliran darah ke
usus).
4. Tumor
Terjadi karena tumor yang ada didalam dinding usus meluas ke lumen
usus atau tumor yang berada diluar usus menyebabkan tekanan pada
dinding usus.
C. Patofisiologi / pathway
Ileus mengarah pada akumulasi cairan dan gas pada tekanan
intraluminal yang meningkat, disfungsi mikrosirkulasi dinding usus, dan
gangguan penghalang mukosa, selanjutnya dapat menyebabkan pergeseran
cairan, peritonitis transmigrasi, dan hipovolemia (Vilz , Stoffels , &
Strassburg C, Ileus In Adult., 2017)
Fisiologi normal usus halus terdiri dari pencernaan makanan dan
penyerapan nutrisi. Usus besar turut membantu pencernaan dan
bertanggung jawab untuk sintesis vitamin, penyerapan air, dan pemecahan
bilirubin. Mekanisme obstruksi apapun akan menghalangi komponen
fisiologis ini.
Obstruksi usus halus akut menghasilkan gangguan fisiologis dan
patologis sistemik serta lokal. Obstruksi partial atau komplit yang
signifikan terkait dengan peningkatan insiden migrating clustered
contractions (MCC) dari proksimal ke lokasi obstruksi.
Kontraksi ini berhubungan dengan kram perut. Obstruksi parsial,
MCC mendorong konten intraluminal dan membiarkannya melewati titik
obstruksi ke distal. Obstruksi total yang tidak teratasi mengakibatkan isi
usus tidak dapat melewati distal, dengan akumulasi cairan intraluminal
yang progresif dan distensi usus proksimal, kemudian memulai retrograde
giant contractions (RGC) di usus halus sebagai fase pertama muntah.
Dalam migratory motorcomplexes (MMC) ileus adinamik dan kontraksi
dihambat (kontraksi yang dimulai di lambung dan usus halus proksimal
hampir secara bersamaan dan menyebar secara distal untuk membersihkan
usus). Perforasi dapat terjadi sebagai akibat dari nekrosis, iskemik atau
karena tekanan. Nekrosis tekanan dapat terjadi pada bagian di mana adhesi
pita ketat melewati usus, atau di mana batu empedu atau fecaloma yang
terkena menghasilkan ulserasi stercoral dan perforasi berikutnya. Pada
obstruksi
sederhana usus proksimal akan tampak berat, edematosa, dan bahkan
sianosis. Dalam kasus lanjut, serosal tears muncul di batas antimesenterik
usus.
Obstruksi usus halus akut menghasilkan penurunan volume dan
gangguan elektrolit. Kehilangan volume lebih lanjut terjadi ketika isi usus
tertahan di bagian usus yang tersumbat, muntah, atau keluar di dinding
usus atau rongga peritoneum. Kehilangan air disertai dengan kehilangan
elektrolit tergantung pada tingkat obstruksi. Dengan meningkatnya
tekanan intraluminal, penyerapan air dan natrium berkurang dan sekresi
luminal air, natrium, dan kalium meningkat. Selain itu dapat terjadi edema
dinding usus dan kebocoran protein.
Strangulasi mengakibatkan eksudat kaya protein dan elektrolit
terakumulasi dalam rongga peritoneum dan sekuestrasi infark darah di
dinding usus terjadi. Eksudat cairan peritoneum berubah dari cairan bening
seperti plasma menjadi darah (eksudat menggelap). Dengan strangulasi,
perubahan fisiologis diperumit oleh kehilangan darah di usus yang
mengalami infark, kematian jaringan, translokasi usus bakteri dan racun,
serta hasil akhir perforasi (Kulaylat , 2017).
Pathway
D. Manifestasi Klinik/ Tanda dan Gejala
Berikut adalah tanda dan gejala ileus obstruktif yaitu.
1. Distensi abdomen
2. Mual Muntah
3. Nyeri konstan distensi
4. Bising usus tenang atau tidak ada secara klasik dapat ditemukan tetapi
temuan yang tidak konsisten
5. Pemeriksaan laborat sering kali normal
6. Foto polos memperlihatkan loop usus halus yang berdilatasi dengan
batas udara cairan.
7. Perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi)
Sumber : Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Leukosit darah, kadar elektrolit, ureum, glukosa darah, amylase.
2. Foto polos abdonem atau foto abdomen dengan menggunakan kontras
3. Pemeriksaan feses
4. Proktoskopi
5. Enema baitum dan kolonskopi
6. Manometri dan elektromiografi
F. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Bernstein & Shelov, 2019)penderita penyumbatan
usus harus di rawat dirumah sakit. Penatalaksanaan pasien dengan ileus
obstruktif adalah:
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah,
mencegah aspirasi danmengurangi distensi abdomen (dekompresi).
Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan
elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan
optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi
parsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan
konservatif
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan bila :
Strangulasi
Obstruksi lengkap
Hernia inkarserata
Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter).
3. Pasca bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama nyeri dan
dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya
gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu
diingatkan bahwa pasca bedah usus pasien dalam keadaan
paralitik nyeri menjadi masalah utama yang dirasakan oleh
pasien, oleh karena itu penangan pemberian analgetik sangat
diperlukan oleh pasien denga keadaan pasca operasi.
Objektif:
a. IMT > 25 kg/m2 (pada dewasa) atau berat dan panjang badan
lebih dari persentil 95 pada (anak < 25 tahun) IMT pada
persentil ke 85-95 (pada anak 2-18 tahun).
Gejala dan tanda minor
Subjektif:
Tidak tersedia
Objektif:
1. Tebal lipatan kulit trisep >25 mm
Objektif:
1. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Objektif:
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. diare
3. Diare (D.0020)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
Tidak tersedia
Objektif:
1. Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
2. Feses lembek atau cair
Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1. Nyeri
2. Urgensi/nyeri kram abdomen
Objektif:
1. Frekuensi perostaltik meningkat
2. Bisingusus hiperaktif
4. Disfungsi motilitas gastrointestinal (D.0021)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
Objektif:
1. Suara peristaltik berubah (tidak ada, hipoaktif, atau hiperaktif)
Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1. Merasa mual
Objektif:
5. Hipervolemia (D.0022)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1. Ortopnea
2. Dispenea
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
Objektif:
1. Ederma anasarka dan/atau ederma perifer
2. Berat badan meningkat dalam waktu singkat
3. Jugular Venous Pressure (JVP) dan/atau Cental Venous Pressure
(CVP) meningkat
4. Refleks hepatojugular positif
6. Hipovolemia (D.0023)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
Tidak tersedia
Objektif:
1. Frekuensi Nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun.
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun.
6. Membran mukosa kering.
7. Volume urine menurun.
8. Hematoktrit meningkat.
Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1. Merasa lemah.
2. Mengeluh haus
Objektif:
1. Pengisian vena menurun.
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba
Objektif:
1. Profil darah abnormal (Hemolisis, bilirubin serum total
>2mg/dL, bilirubin serum total pada rentang risiko tinggi
menurut usia pada normogen spesifik waktu)
2. Membran mukosa kuning
3. Kulit kuning
4. Sklera kuning
Objektif:
Tidak tersedia
Objektif:
Objektif:
Hipoglikemia
1. Mengantuk
2. Pusing
Hiperglikemia
1. Palpitasi
2. Mengeluh lapar
Objektif:
Hipoglikemia
1. Gangguan koordinasi
2. Kadar glukosa dalam darah/urin rendah
Hiperglikemia
1. Kadar glukosa dalam darah/urin tinggi
Hipoglikemia
1. Palpitasi
2. Mengekuh lapar
Hiperglikemia
1. Mulut kering
2. Haus meningkat
Objektif:
Hipoglikemia
1. Gemetar
2. Kesadaran menurun
3. Perilaku aneh
4. Sulir bicara
5. Berkeringat
Hiperglikemia
Objektif:
Objektif:
Daftar Pustaka
1) Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan. DPP PPNI
2) Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan. DPP PPNI
3) Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan. DPP PPNI