Anda di halaman 1dari 13

KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

KONSEP KESEHATAN HAJI

DOSEN MATA KULIAH:

DUSUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. DELVI TREESIA LONA (1914301012)


2. SALSABILA INDAH P. (1914301013)
3. ERISA AYUNINGTIAS (1914301014)
4. SHELVIA PUSPITASARI (1914301015)

REGULER 1, TINGKAT 3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kamu ucapkan aras kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan malakah ini guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Kebijakan Kesehatan Nasional dengan judul Konsep Kesehatan Haji

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang dengan tulus memberikan saran, dan kritik sehingga makalah ini dapat terselasaikan
dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Olehkarena itu kami mengharapkan segala bentuk
saran serta masukan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan

Bandar Lampung, 15 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Cover
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 Pengertian Kesehatan Haji......................................................................................................3
2.2 Kebijakan Teknis Kesehatan Haji.............................................................................................3
2.3 Dasar Hukum Kesehatan Haji..................................................................................................4
2.4 Penanggulangan Penyakit Menular dan Keracunan Kejadian Luar Biasa (KLB) Kesehatan Haji4
2.5 Kegiatan Pokok Kesehatan Haji...............................................................................................5
2.6 Managemen Penyelenggaraan Kesehatan Haji.......................................................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima setelah syahadat, salat, zakat dan puasa yang
wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat istitaah, baik secara
finansial, fisik, maupun mental dan merupakan ibadah yang hanya wajib di lakukan sekali
seumur hidup. Ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim
sedunia dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab
Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda
dengan ibadah umroh yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Dalam Penyelenggaraannya, ibadah haji tidak saja hanya merupakan kewajiban agama
yang merupakan tanggung jawab individu ataupun masyarakat muslim, melainkan
merupakan tugas nasional dan menyangkut martabat serta nama baik bangsa oleh karena itu
kegiatan penyelenggaraan ibadah haji menjadi tanggung jawab Pemerintah. Namun
partisipasi masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem dan menejemen
penyelenggaraan ibadah haji.
Untuk menunjang pelaksanaan pemberangkatan dari tanah air dan pelaksanaan ibadah
haji di Arab Saudi, pemerintah bahkan telah membuat berbagai macam kebijakan dan aturan
petunjuk operasional pelaksanaan pengurusan jamaah di daerah-daerah. Undang-Undang
No.13/2008 bahkan mengatur secara tegas manajemen pelayanan dan administrasi
pelaksanaan ibadah haji di tanah air.
Namun demikian profesionalisme pelaksanaan manajemen haji masih banyak menuai
kritik pedas dari publik. Serangkaian masalah selalu muncul setiap tahunnya. Sementara
pengelolaan manajemen haji ini dilakukan berulang-ulang dan terus-menerus. Banyak pihak
mempertanyakan prosedur operasional, petunjuk teknis, standar manajemen professional,
hingga penjaminan mutu administrasi penyelenggaraan haji kepada pemerintah. Beberapa
permasalahan yang muncul berulangkali mulai dari penetapan kuota haji yang sangat
tergantung kepada pemerintah Arab dan kurang kuatnya lobi negara, akuntabilitas dan
transparansi penetapan dan penggunaan dana jamaah haji, panjangnya antrian
pemberangkatan jamaah haji, hingga terjadinya pembatalan keberangkatan jamaah haji yang
telah menyelesaikan kewajiban pembayaran biaya haji. Tidak hanya itu masalah pelayanana
berupa akomodasi, transportasi, dan katering pun menjadi pekerjaan rumah yang harus
dibenehai oleh pemerintah.

1
Meningkatnya jamaah haji Indonesia yang meninggal di tahun 2012 dari tahun 2011,
menunjukan bahwa lemahnya dan lengahnya perhatian terhadap jamaah haji, terutama dalam
pelayanan kesehatan. Kasus bus yang terbakar akibat kelayakan bus kurang memadai
menjadi masalah bersama anatara pemerintah haji Indonesia dan Arab saudi sebagai tuan
rumah pelaksana ritual keaagamaan yang memang sudah menjadi masalah ekonomi-sosial
dan politik. Penyelenggaraan ibadah haji tidak akan sukses tanpa adanya peran dari
pemerintah dan Negara yang bersangkutan..

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas penulis dapat menentukan rumusan masalah yaitu sebagai
berikut.
1.2.1 Apakah pengertian kesehatan haji?
1.2.2 Bagaimanakah kebijakan teknis kesehatan haji?
1.2.3 Bagaimanakah dasar hukum kesehatan haji?
1.2.4 Bagaimanakah penanggulangan klb kesehatan haji?
1.2.5 Apasajakah kegiatan pokok kesehatan haji?
1.2.6 Bagaimanakah managemen penyelenggaraan kesehatan haji?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas penulis dapat menentukan tujuan makalah yaitu sebagai
berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian kesehatan haji
1.3.2 Untuk mengetahui kebijakan teknis kesehatan haji
1.3.3 Untuk mengetahui dasar hukum kesehatan haji
1.3.4 Untuk mengetahui penanggulangan klb kesehatan haji
1.3.5 Untuk mengetahui kegiatan pokok kesehatan haji
1.3.6 Untuk mengetahui managemen penyelenggaraan kesehatan haji

2
BAB II
PEMBAHASAN

2 Pengertian Kesehatan Haji


Jamaah haji adalah Warga Negara Indonesia beraga islam yang telah mendaftarkan diri
untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan telah melunasi
Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Penyelenggaraan kesehatan haji, merupakan
rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan
penyuluhan kesehatan haji, pelayanan kesehatan, imunisasi, surveilans, sistem kewaspadaan
dini dan respon KLB, penanngulangan KLB musibah massal, kesling dan manajemen
penyelenggaran kesehatan Haji.
Kesehatan Jemaah Haji adalah kemampuan Jemaah Haji dari aspek kesehatan yang
meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan yang dapat dipertanggung
jawabkan sehingga Jemaah Haji dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan Agama Islam.
Agar tercapai kriteria tersebut, harus dilakukan berbagai upaya sejak dini di Tanah Air, yang
diatur melalui Permenkes Nomor 15 tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji.
Amanat Permenkes tersebut harus diterapkan pada setiap level, baik pada tingkat pusat,
provinsi, maupun kabupaten/kota. Penerapannya harus sesuai dengan standar yang
dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan lintas program /lintas sektor terkait, termasuk
peran serta masyarakat.

3 Kebijakan Teknis Kesehatan Haji


Berikut adalah kebijakan teknis kesehatan haji yaitu.
1. Melaksanakan perekrutan tenaga kesehatan profesional secara transparan
2. Meningkatkan kemampuan teknis medis petugas pemeriksa kesehatan jemaah haji di
tingkat puskesmas dan Rumah Sakit
3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit dengan
menerapkan standar pelayanan bagi jemaah haji
4. Melaksanakan pelayanan kesehatan bermutu bagi jemaah haji di Puskesmas, Rumah
Sakit dan Embarkasi
5. Melaksanakan pembinaan kesehatan sejak dini bagi jemaah haji resiko tinggi di tanah air
6. Memberikan vaksinasi Meningitis meningokokus bagi bagi jemaah haji dan petugas
7. Melaksanakan pelayanan kesehatan bermutu, cepat dan terjangkau bagi jemaah haji
selama menunaikan ibadah haji 8. Mengembangkan sistem informasi manajemen

3
kesehatan haji pada setiap jenjang administrasi kesehatan 9. Mengembangkan sistem
kewaspadaan dini dan respon cepat KLB, bencana, serta musibah massal

4 Dasar Hukum Kesehatan Haji


Dasar hukum kesehatan haji telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun
2021,
Menimbang:
a. Bahwa untuk mendukung kesehatan jemaah haji agar dapat menunaikan ibadah sesuai
dengan ketentuan syariat, perlu dilaksanakan pembinaan, pelayanan, dan pelindungan
kesehatan jemaah haji melalui penyelenggaraan kesehatan haji;
b. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, Kementerian Kesehatan melaksanakan
pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah haji di bawah koordinasi menteri
yang menyelenggarakan urusan di bidang agama;
c. Bahwa untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan kesehatan haji melalui koordinasi
dan kolaborasi sumber daya manusia yang bertugas di Arab Saudi, diperlukan suatu
petunjuk teknis penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi; bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Kesehatan Haji di Arab Saudi.

5 Penanggulangan Penyakit Menular dan Keracunan Kejadian Luar Biasa (KLB)


Kesehatan Haji
Pada umumnya penyebab KLB adalah penyakit menular atau keracunan Penanggulangan
KLB Penyakit Menular dan Keracunan merupakan salah kegiatan dari keseluruhan Upaya
Pencegahan Dan Penanggulangan KLB Penyakit Menular Dan Keracunan. Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan Keracunan merupakan
serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya suatu KLB penyakit
menular dan keracunan, dan apabila terjadi KLB, maka KLB dapat terdeteksi dini dan diikuti
dengan respon penanggulangan KLB sehingga jumlah penderita dan kematian minimal serta
KLB dapat ditanggulangi.
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan Keracunan bagi
Jemaah Haji terdiri dari :
1. Upaya pencegahan risiko KLB dengan melaksanakan imunisasi dan peningkatan daya
tahan jemaah haji, pengendalian faktor risiko lingkungan dan perilaku jemaah haji

4
2. Penanggulangan KLB SKD-KLB dibahas pada pembahasan tersendiri, sementara upaya
pencegahan risiko KLB melalui imunisasi, pengendalian faktor risiko lingkungan dan
perilaku menjadi bagian dari pokok program imunisasi dan pengendalian faktor risiko.
Pemberangkatan jemaah haji Indonesia dikelola secara berombongan melalui paket
perjalanan yang diselenggarakan sebagai jemaah haji reguler oleh Pemerintah maupun
Perjalanan Ibadah Haji Khusus yang dikelola swasta. Pada operasional haji, KLB dapat
terjadi pada rombongan jemaah haji sejak berangkat dari daerah tempat tinggal jemaah, di
embarkasi dan debarkasi, perjalanan di pesawat, dan selama di Arab Saudi serta sampai
14 hari pertama tiba di tanah air, baik disebabkan penyakit-penyakit menular endemis di
Indonesia, maupun penyakit menular di dalam perjalanan ibadah haji dan keracunan
makanan atau keracunan bahan beracun lainnya.
3. Penanggulangan KLB Penyakit Menular dan Keracunan Pada Jemaah Haji yang
selanjutnya disebut sebagai Penanggulangan KLB adalah serangkaian kegiatan yang
dapat memberikan pertolongan penderita dan mencegah kematian dan KLB dapat
tertanggulangi. Upaya penanggulangan KLB sendiri terdiri dari kegiatan penyelidikan
epidemiologi, penanganan korban (penderita), mencegah dan menghentikan
perkembangan dan perluasan kejadian serta pelaksanaan surveilans pada KLB yang
sedang terjadi.

Upaya-upaya yang dilakukan haruslah mendapat pastidipasi penuh dari masyarakat


sekitar, agar segala kegiatan yang dilakukan dapat tercapai dengan sempurna. Adapun upaya
penanggulangan KLB meliputi :
1. Penyelidikan epidemilogis.
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina.
Pencegahan dan pengendalian.
3. Pemusnahan penyebab penyakit.
4. Penanganan jenazah akibat wabah. Penyuluhan kepada masyarakat.
5. Upaya penanggulangan lainnya.

6 Kegiatan Pokok Kesehatan Haji


1. Pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji
Mengutip Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 Tentang Istithaah
Kesehatan Jemaah Haji, terdapat tiga tahapan yang harus dilalui setiap jamaah. Tahap
kedua dan ketiga akan jadi penentu apakah seseorang bisa menunaikan ibadah haji atau
tidak.

5
 Tahap pertama
Pemeriksaan dilakukan sebelum calon jamaah mendapatkan nomor porsi.
Pelaksananya adalah tim penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota. Pada tahap
pertama ini, semua hasil diagnosis akan dibagi ke dalam dua kategori. Calon jamaah
dengan risiko kesehatan tinggi (risti) dan calon jamaah tidak dengan risiko kesehatan
tinggi (non-risti). Selanjutnya calon jamaah akan diberikan program pembinaan
kesehatan selama masa tunggu. Pembinaan kesehatan bertujuan agar calon jamaah
haji dapat meningkatkan ataupun menjaga kesehatannya jelang pemeriksaan tahap
dua yang akan menentukan kelaikan atau istithaah.
 Tahap kedua.
Pemeriksaan yang dilakukan paling lambat tiga bulan sebelum keberangkatan ini
adalah tahap penetapan istithaah kesehatan itu sendiri. Wewenang pelaksanaanya
masih pada penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota. Hasil pemeriksaan ini akan
membagi status calon jamaah menjadi empat kategori.
1) Memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji;
2) Memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji dengan pendampingan;
3) Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji sementara;
4) Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan jemaah haji.
Hanya calon jamaah kategori 1, 2, dan 3 yang akan diberikan kesempatan
melakukan pelunasan, surat panggilan masuk asrama (SPMA), dan vaksin meningitis.
Artinya jamaah kategori 4 tidak istithaah dan tidak diberangkatkan ke Arab Saudi.

 Tahap ketiga
Pemeriksaan kesehatan tahap ketiga dilakukan untuk menetapkan status kesehatan
calon jemaah haji laik atau tidak laik terbang merujuk kepada standar keselamatan
penerbangan internasional dan/atau peraturan kesehatan internasional.
Hanya calon jamaah haji yang laik terbang yang akan diberangkatkan ke Tanah
Suci. Penetapan kelaikan calon jamaah ini akan dilakukan oleh Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi bidang Kesehatan.

2. Pembinaan kesehatan calon jemaah haji


Pada Pasal 5 ayat 1 pembinaan kesehatan haji di Indonesia meliputi pembinaan
masa tunggu, pembinaan masa keberangkatan, dan pembinaan masa kepulangan.

6
Pasal 5 ayat 2 bahwa pembinaan masa tunggu dan masa keberangkatan
dilaksanakan dalam rangka mendukung istitha'ah kesehatan jamaah haji.
Pasal 5 ayat 3 menerangkan bahwa pembinaan masa tunggu sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 meliputi kegiatan penyuluhan, konseling, peningkatan kebugaran,
pemanfaatan upaya kesehatan berbasis masyarakat, pemanfaatan media massa
penyebarluasan informasin, dan kunjungan rumah.
Pasal 5 ayat 4, pembinaan masa keberangkatan meliputi kegiatan penyuluhan,
konseling, peningkatan kebugaran, dan upaya kesehatan berbasis masyarakat, dan
pemanfaatan media massa, penyebarluasan informasi, kunjungan rumah, limit disasi dan
manasik kesehatan.
Pasal 5 ayat 5 pembinaan masa kepulangan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
meliputi kegiatan penyuluhan, konseling, peningkatan kebugaran, pemanfaatan upaya
kesehatan berbasis masyarakat, pemanfaatan media massa, penyebarluasan informasi dan
kunjungan rumah.

3. Pelayanan medis
Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah rangkaian kegiatan yang meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaaan penunjang medis dan penetapan diagnosis
jemaah haji, dilanjutkan dengan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sesuai indikasi.

4. Imunisasi
5. Surveilans
Surveilans epidemiologi kesehatan haji adalah kegiatan analisis secara sistimatis
dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah kesehatan jema’ah haji dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan tersebut, agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan
efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebarluasan informasi bagi
penyelenggara program kesehatan haji

6. SKD dan respon KLB


Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB, merupakan suatu
tatanan pengamatan yang mendukung sikap tanggap terhadap adanya suatu perubahan
status kesehatan dalam masyarakat, berupa penyimpangan persyaratan yang berkaitan
dengan kecenderungan terjadinya kesakitan/kematian atau pencemaran

7
makanan/lingkungan sehingga dapat segera melakukan tindakan dengan cepat dan tepat
untuk mencegah/ mengurangi terjadinya korban.

7. Penanggulangan KLB dan Musibah Masal

8. Kesehatan Lingkungan

7 Managemen Penyelenggaraan Kesehatan Haji


1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pelatihan
4. Pembinaan teknis
5. Sistem Informasi
6. Monitoring dan Evaluasi

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima setelah syahadat, salat, zakat dan puasa yang
wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat istitaah, baik secara
finansial, fisik, maupun mental dan merupakan ibadah yang hanya wajib di lakukan sekali
seumur hidup. Ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim
sedunia dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di
Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini
berbeda dengan ibadah umroh yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Kesehatan Jemaah Haji adalah kemampuan Jemaah Haji dari aspek kesehatan yang
meliputi fisik dan mental yang terukur dengan pemeriksaan yang dapat dipertanggung
jawabkan sehingga Jemaah Haji dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan Agama Islam.
Agar tercapai kriteria tersebut, harus dilakukan berbagai upaya sejak dini di Tanah Air, yang
diatur melalui Permenkes Nomor 15 tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji.
Amanat Permenkes tersebut harus diterapkan pada setiap level, baik pada tingkat pusat,
provinsi, maupun kabupaten/kota. Penerapannya harus sesuai dengan standar yang
dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan lintas program /lintas sektor terkait, termasuk
peran serta masyarakat.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://www.indonesian-publichealth.com/penyelenggaraan-kesehatan-haji/
https://dinkes.sultengprov.go.id/pemantauan-surveilans-kesehatan-haji-di-asrama-
haji-palu-fase-pemberangkatan-tahun-1440-h-2019 m/#:~:text=Surveilans
%20epidemiologi%20kesehatan%20haji%20adalah,dapat%20dilakukan%20tindakan
%20penanggulangan%20secara

10

Anda mungkin juga menyukai