Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

(KMB 2)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST OP
LAPARATOMI: OBSTRUKSI ILEUS

NAMA : SUSANTI
NIM :201102079
KELOMPOK :7
STASE : KMB 1
DOSEN PEMBIMBING : Nunung Febriani Sitepu, S.Kep.,Ns.,MNS

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN NERS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus


dimanamerupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya
isi usus (Barbara, 2004). Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus
sepanjang traktus intestinal. Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yangmenyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal(Reeves, 2001).
Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yangmenghambat pasase cairan,
flatus dan makanan dapat secara mekanis ataufungsional. (Tucker, 1998). Dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau
parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan.

B. Etiologi

Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis
obstruksi usus, yaitu:

1) Mekanis

Yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus,
diantaranya:

a.Intususepsi e.Perlekatan (adhesi)

b.Tumor dan neoplasmac. f.Hernia.

c.Stenosisd. g. Abses

d.Strikture.

2)Fungsional
Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. (Brunner and
Suddarth, 2002)

C. Tanda dan Gejala

Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomi ileus (menurut Dermawan, 2010)
yaitu Nyeri kram pada perut yang terasa seperti gelombang dan bersifat kolik. Pasien dapat
mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekaldan tidak dapat flatus (sering muncul).
Muntah mengakibatkan dehidrasi dan juga dapat mengalami syok. Konstipasi mengakibatkan
peregangan pada abdomen dan nyeri tekan kemudian anoreksia dan malaise menimbulkan
demam dengan tanda terjadinya takikardi. Pasien mengalami diaphoresis dan terlihat pucat,lesu,
haus terus menerus, tidak nyaman, dan mukosa mulut kering

D. Patofisiologi

Ketika peristaltik berhenti daerah usus yang terlibat akan menjadi kembung dengan gas
dan cairan. Dalam satu hari kuranglebih 8 liter cairan dikeluarkan ke dalam lambung dan usus
halus, secaranormal sebagian besar cairan ini direabsorbsi di dalam kolon. Jika peristaltik
berhenti, bagaimanapun akan banyak cairan tertahan di dalam lambung dan usus kecil. Cairan
yang tertahan ini meningkatkan tekanan pada dinding mukosa dan jika tidak dikeluarkan
mengakibatkan iskemic nekrosis, invasi bakteri dan akhirnya peritonitis. Kehilangan sodium dan
ion-ion klorida menyebabkan keluarnya potassium dari sel mengakibatkan alkolosis
hypokalemik. Ketika obstruksi mekanik terjadi gelombang peristaltik sebelah proksimal dari
daerah obstruksi meningkat sebagai usaha untuk mendorong isi usus melewati obstruksi.Gerakan
peristaltik ini menyebabkan bising usus yang tinggi.

Kandungan abdomen akibat usus yang kembung akan menyebabkan ventilasi paru-paru
terganggu oleh tekanan pada diafragma. Tekanan pada kandung kemih dapat menyebabkan
retensia urine. Konstipasi terjadi padaobstruksi mekanik karena sebagian dari feses biasanya
lewat daerah obstruksi.Jika peristaltik berhenti sepenuhnya seperti pada ileus paralitik atau
obstruksiorganik yang komplit, maka tidak terjadi defekasi sama sekali (obstruksi).

Laparatomi merupakan operasi besar dengan membuka ronggaabdomen yang merupakan


stressor pada tubuh. Respon tersebut terdiri darirespon sistem saraf simpati dan respon hormonal
yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera. Bila stres terhadap sistem cukup gawat
atau kehilangan banyak darah maka mekanisme kompensasi tubuh terlalu berat sehingga shock
akan menjadi akibatnya. Respon metabolisme juga terjadikarbohidrat dan lemak dimetabolisme
untuk memproduksi energi. Protein tubuh dipecah untuk menyajikan asam amino yang akan
digunakan untukmembangun sel jaringan yang baru. Pemulihan fungsi usus, khususnya fungsi
peristaltik setelah laparatomi jarang menimbulkan kesulitan. Illues adinamikatau paralitik selalu
terjadi selama satu sampat empat hari setelah laparatomi,bila keadaan ini menetap disebabkan
karena peradangan di perut berupa peritonitis atau abses dan karena penggunaan obat-obat
sedatif (Sjamsuhidayat, 2003). Tindakan pembedahan menimbulkan adanya luka yang
menandakanadanya kerusakan jaringan. Adanya luka merangsang reseptor nyeri sehingga
mengeluarkan zat kimia berupa histamin, bradikimin, prostaglandin akibatnyatimbul nyeri.
Resiko defisit volume cairan pola nafas tidak efektif
E. Pemeriksaan Penunjang

1)Pemeriksaan radiologi

a.Foto polos abdomen

Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan dilatasi lengkung usus
halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola
bagaikan tangga.

b. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema

Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus.Pengujian Enema
Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letakrendah yang tidak dapat pada
pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema
barium tidak hanya sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.

c.CT Scan.

Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomendicurigai adanya
strangulasi. CT Scan akan mempertunjukkan secara lebih telitiadanya kelainan-kelainan dinding
usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras
kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.

d. USG

Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dariobstruksi.

e.MRI

Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi tehnik dan kontras yang ada sekarang ini
belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik
kronis.

f.Angiografi

Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis adanya herniasi internal,
intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi.
2. Pemeriksaan laboratorium

Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisamungkin menunjukkan


dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikanasidosis atau alkalosis metabolic

F. Penatalaksanaan

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi,
mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaikikelangs
ungan dan fungsi usus kembali normal.

a.Resusitasi

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda vital,dehidrasi dan
syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasidan gangguan keseimbangan
ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi
dapat dilihat dengan memonitor tanda -tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian
cairan intravena,diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk
mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah danmengurangi distensi
abdomen.

b.Farmakologis

Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik
dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.

c. Operatif

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untukmencegah sepsis sekunder.
Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusuldengan teknik bedah yang disesuaikan
dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk
dilakukan operasi : Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi,
maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal
sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedahyang dilakukan pada
obstruksi ileus :
1) Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah sederhana untukmembebaskan
usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi
atau pada volvulus ringan

2) Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus baru yang

“melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan
sebagainya.

3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,misalnya pada
Ca stadium lanjut.

4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujungusus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi, strangulata,
dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus,kadang-
kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun

karena keadaan penderitanya, misalnya pada Casigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan


kolostomi saja, kemudian haridilakukan reseksi usus dan anastomosis

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a.Identitas

Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,suku dan gaya hidup.

b.Riwayat Kesehatan

1.Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Padaumumnya akan
ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanyaterus menerus, demam, nyeri tekan
dan nyeri lepas, abdomen tegang dan kaku.

2.Riwayat kesehatan sekarang


Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan,dikaji dengan
menggunakan pendekatan PQRST : P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan, Q :
Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus-menerus (menetap), R :
Di daerah mana gejala dirasakan, S : Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10, T: Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.

3.Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien.

c. Pemeriksaan fisik

1.Sistem pernafasan : Peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal

2. Sistem kardiovaskuler : Takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)

3.Sistem persarafan : Tidak ada gangguan pada sistem persyarafan

4. Sistem perkemihan : Retensio urine akibat tekanan distensi abdomen, anuria/oliguria, jika
syokhipovolemik

5.Sistem pencernaan :Distensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau
tidak ada,ketidakmampuan defekasi dan flatus.

6.Sistem muskuloskeletal : Kelelahan, kesulitan ambulansi

7.Sistem integumen : Turgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)

8.Sistem endokrin : Tidak ada gangguan pada sistem endokrin

9.Sistem reproduksi : Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan ileusobstruksi adalah
sebagai berikut : (Doenges, M.E. 2001 dan Wong D.L)
1.Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidakadequat dan
ketidakefektifan penyerapan usus halus.

2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi

.3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen

4.Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.

5.Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen

6.Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

3. Intervensi keperawatan

1.Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidakadequat dan
ketidakefektifan penyerapan usus halus

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan cairandan
elektrolit terpenuhi.Kriteria hasil :

a. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD : 110/70 -120/80mmHg)

b. Intake dan output cairan seimbang

c. Turgor kulit elastic

d. Mukosa lembab

e. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L, Cl:94-111 mmol/L).

Intervensi :

Intervensi

1.Kaji kebutuhan cairan pasien

Rasional : Mengetahui kebutuhan cairan pasien

2. Observasi tanda-tanda vital


Rasional : Perubahan yang drastis pada tanda-tanda vital merupakan indikasikekurangan cairan

3.Observasi tingkat kesadaran dantanda-tanda syok

Rasional : kekurangan cairan dan elektrolitdapat mempengaruhi tingkatkesadaran dan


mengakibatkan syok

4.Observasi bising usus pasien tiap 1-2 jam

Rasional: Menilai fungsi usus

5.Monitor intake dan output secara ketat

Rasional : Menilai keseimbangan cairan

6.Pantau hasil laboratorium serumelektrolit, hematokrit

Rasional : menilai kesimbangan cairan dan elektrolit

7.Beri penjelasan kepada pasien dankeluarga tentang tindakan yangdilakukan: pemasangan NGT
dan puasa.

Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dan keluraga

8.Kolaborasi dengan medik untuk pemberian terapi intravena

Rasional: memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien

2.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisiteratasi.

Kriteria hasil :

1.Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.

2.Berat badan stabil.

3.Pasien tidak mengalami mual muntah.Intervensi :


Intervensi

1.Tinjau faktor-faktor individual yangmempengaruhi kemampuan untukmencerna makanan, mis


: status puasa,mual, ileus paralitik setelah selangdilepas.

Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi

2.Auskultasi bising usus; palpasiabdomen; catat pasase flatus

Rasional : Menentukan kembalinya peristaltik( biasanya dalam 2-4 hari ).

.3.Identifikasi kesukaan/ketidaksukaandiet dari pasien. Anjurkan pilihanmakanan tinggi protein


dan vitamin C.

Rasional : Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet. Protein/vitaminC adalah


kontributor utuma untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi adalah faktor dalam
menurunkan pertahanan terhadap infeksi

4.Observasi terhadap terjadinya diare;makanan bau busuk dan berminyak

Rasional : Sindrom malabsorbsi dapat terjadisetelah pembedahan usus halus,memerlukan


evaluasi lanjut dan perubahan diet, mis: diet rendahserat.

5.kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai dengan indikasi

Rasional : Mencegah muntah, Menetralkan atau menurunkan pembentukanasam untuk mencegah


erosimukosa dan kemungkinan ulserasi.

3.Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola nafas menjadi efektif

Kriteria hasil : Pasien memiliki pola pernafasan: irama vesikuler, frekuensi: 18-
20x/menitIntervensi :

Intervensi
1. Observasi TTV: P, TD, N,S

Rasional : Perubahan pada pola nafas akibatadanya distensi abdomen dapat mempengaruhi
peningkatan hasil TTV

2. Kaji status pernafasan: pola, frekuensi,kedalaman

Rasional : Adanya distensi pada abdomendapat menyebabkan perubahan pola nafas

3.Kaji bising usus pasien

Rasional : Berkurangnya/hilangnya bisingusus menyebabkan terjadi distensi abdomen sehingga


mempengaruhi pola nafas

4.Tinggikan kepala tempat tidur 40-60derajat

Rasional : Mengurangi penekanan pada paru akibat distensi abdomen

5.Observasi adanya tanda-tanda hipoksia jaringan perifer: cianosis

Rasional : Perubahan pola nafas akibat adanyadistensi abdomen dapatmenyebabkan oksigenasi


periferterganggu yang dimanifestasikandengan adanya cianosis

6.Monitor hasil AGD

Rasional : Mendeteksi adanya asidosis respiratorik

7.Berikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang penyebab terjadinya distensi abdomen yang
dialami oleh pasien

Rasional : Meningkatkan pengetahuan dankerjasama dengan keluarga pasien

8.Laksanakan program medic pemberianterapi oksigen

Rasional : Memenuhi kebutuhan oksigenasi pasien

4. Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola eliminasi kembali
normal.

Kriteria hasil : Pola eliminasi BAB normal: 1x/hari, dengan konsistensi lembek, BU normal :5-
35 x/menit, tidak ada distensi abdomen

Intervensi

1.Kaji dan catat frekuensi, warna dankonsistensi feces

Rasional : Mengetahui ada atau tidakny akelainan yang terjadi pada eliminasi fekal

2. Auskultasi bising usus

Rasional : Mengetahui normal atau tidaknya pergerakan usus

3.Kaji adanya flatus

Rasional : Adanya flatus menunjukan perbaikan fungsi usus

4.Kaji adanya distensi abdomen

Rasional : Gangguan motilitas usus dapatmenyebabkan akumulasi gas didalam lumen usus
sehingga terjadidistensi abdomen

5.Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga penyebab terjadinya gangguan dalam BAB

Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasiendan keluarga serta untukmeningkatkan kerjasana


antara perawat-pasien dan keluarga

6.Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif)

Rasional : Membantu dalam pemenuhankebutuhan eliminasi

5. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam rasa nyeri teratasiatau
terkontrol
Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri
padatingkat dapat ditoleransi, menunjukkan rileks.

Intervensi :

1.Observasi TTV: N, TD, P, S.

Rasional : Nyeri hebat yang dirasakan pasien akibat adanya distensi abdomen dapat
menyebabkan peningkatanhasil TTV

2. Kaji keluhan nyeri, karakteristik danskala nyeri yang dirasakan pasien sehubungan dengan
adanya distensi abdomen

Rasional : Mengetahui kekuatan nyeri yangdirasakan pasien dan menentukan tindakan


selanjutnya guna mengatasi nyeri

3. Berikan posisi yang nyaman: posisi semi fowler

Rasional : Posisi yang nyaman dapatmengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien

4.Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saat merasa nyeri

Rasional : Relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri

5.Anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik pengalihan saat merasa nyeri hebat.

Rasional : Mengurangi nyeri yang dirasakan pasien

6. Kolaborasi dengan medic untuk terapi

Rasional : analgetic dapat mengurangi nyeri

6.Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

Tujuan : Kecemasan teratasi.

Kriteria hasil : Pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan
mendemonstrasikan keterampilan koping positif
Intervensi :

1. Observasi adanya peningkatan kecemasan: wajah tegang, gelisah

Rasional : Rasa cemas yang dirasakan pasien dapat terlihat dalam ekspresi wajahdan tingkah
laku

2.Kaji adanya rasa cemas yang dirasakan pasien

Rasional : Mengetahui tingkat kecemasan pasien

3.Berikan penjelasan kepada pasien dankeluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
sehubungan dengan keadaan penyakit pasien

Rasional : Dengan mengetahui tindakan yangakan dilakukan akan mengurangitingkat kecemasan


pasien dan meningkatkan kerjasama

4.Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut ataukecemasan yang
dirasakan

Rasional : Dengan mengungkapkankecemasan akan mengurangi rasatakut/cemas pasien

5.Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.

Rasional : Lingkungan yang tenang dannyaman dapat mengurangi


stress pasien berhadapan dengan penyakitnya

6.Dorong dukungan keluarga dan orangterdekat untuk memberikan support kepada pasien

Rasional : Support system dapat mengurangi rasa cemas dan menguatkan pasien dalam
menerima keadaan sakitnya.
LAMPIRAN 3

FORMAT PENGKAJIANKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

I. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 70 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Padamara 2/1 Purbalingga
Tanggal Masuk RS : 4 April 2017
No. Register : 02033546
Ruangan/ Kamar : Kenanga
Golongan Darah : -
Tanggal Pengkajian : 6 April 2017
Tanggal Operasi : 5 April 2017
Diagnosa Medis : Post Op Laparotomi eksplorasi : ileus obstruksi
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn.W
Hubungan dengan Pasien : Anak.
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Padamara 2/1 Purbalingga

II. KELUHAN UTAMA


Nyeri post op laparotomi ileus obstruksi
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Luka post op laparotomi ileus obstruksi
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Tidak ada
B. Quantity/ quality
1. Bagaimana dirasakan
Nyeri seperti tertusuk-tusuk
2.Bagaimana dilihat
Pasien tampak menahan nyeri, pasien meringis dan gelisah
C. Region
1. Dimana lokasinya
Nyeri dirasakan di bagian luka post op pada abdomen & inguinal

2.Apakah menyebar
Tidak
D. Severity (mengganggu aktivitas)
Skala nyeri 7
E. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Nyeri hilang timbul

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Pasien belum pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
B. Pengobatan/ tindakan yang dilakukan
Tidak ada
C. Pernah dirawat/ dioperasi
Tidak pernah
D. Lamanya dirawat
Tidak pernah dirawat
E. Alergi
Tidak ada
F. Imunisasi
...............................................
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
B. Saudara kandung
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
C. Penyakit keturunan yang ada
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien dan tidak ada
penyakit keturunan di keluarga pasien
D. Anggota keluarga yang meninggal
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
E. Penyebab meninggal
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
F. Genogram

= perempuan = pasien

= laki-laki
VI. RIWAYAT/ KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Bahasa yang digunakan
Sehari-sehari pasien menggunakan bahasa Jawa dan terkadang menggunakan bahasa Indonesia
B. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien tidak mengerti akan penyakitnya. Pasien mengetahui penyakitnya dari tim medis
C. Konsep diri
1. Body image : .................................................................................................................
2. Ideal diri : pasien merasa kurang nyaman dengan kondisinya yang sedang sakit
3. Harga diri : .................................................................................................................
4. Peran diri : pasien adalah seorang IRT dan memiliki 2 orang anak
5. Personal identity : .................................................................................................................
D. Keadaan emosi
Emosi pasien terkontrol dengan baik
E. Perhatian tehadap orang lain/ lawan bicara
Pasien dapat berkomunikasi dengan orang lain tetapi sedikit lemah dalam berkata-kata
F. Hubungan dengan keluarga
Baik
G. Hubungan dengan saudara
Baik
H. Hubungan dengan orang lain
Baik
I. Kegemaran
Pasien tidak memiliki hobi
J. Daya adaptasi
...............................................................................................................................................................
.......................................................................................................................................... .....................
K. Mekanisme pertahanan diri
...............................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................................
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
KU pasien lemah
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 37 ℃. Nadi : 88 x/menit
TD : 130/80 mmHg RR : 22 x/menit
TB : 158 cm BB : 60 kg
C. Pemeriksaan kepala dan leher
1. Kepala dan
rambut Kepala
a. Bentuk : bentuk kepala mesochepal, tidak ada lesi dan tidak ada hematoma
b. Ubun-ubun : -
c. Kulit kepala : kulit kepala kotor dan berbau
Rambut
a. Penyebaran dan keadaan rambut : rambut merata dan sudah beruban.
b. Bau : berbau karena tidak pernah keramas rambut selama dirawat di RS
c. Warna kulit : sawo matang
Wajah
a. Warna kulit : sawo matang
b. Struktur wajah : simetris, tidak ada lesi
2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan
Simetris kiri dan kanan
b. Palpebra
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
c. Konjungtivita dan sklera
Konjungtiva anemis dan sklera tidak ikterik
d. Pupil
Pupil isokor, refleks cahaya baik
e. Cornea dan iris
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
f. Visus
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
g. Tekanan bola mata
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi
Tulang hidung simetris
b. Lubang hidung
Lubang hidung bersih, tidak ada luka
c. Cuping hidung
Tidak bernafas dengan cuping hidung
4. Telinga
a. Bentuk telinga : simetris
b. Ukuran telinga : ...................................................................................................
c. Lubang telinga : tidak ada serumen
d. Ketajaman pendenganran : pendengaran sudah berkurang
5. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir :
Bibir lembab
b. Keadaan gusi dan gigi : gusi tidak berdarah, gigi sedikit kotor
c. Keadaan lidah : lidah kotor
d. Orofaring :
...................................................................................................
6. Leher
a. Posisi trachea :
Tepat berada di tengah, tidak ada nyeri menelan
b. Thyroid :
Tidak ada pembesaran tiroid.
c. Suara :
...................................................................................................
d. Kelenjar limfe :
Tidak ada pembesaran kelenjar limfa
e. Vena jugularis :
Tampak
f. Denyut nadi karotis :
Teraba
D. Pemeriksaan integumen
1. Kebersihan : bersih
2. Kehangatan : akral teraba hangat
3. Warna : warna kulit sawo matang
4. Turgor : baik
5. Kelembaban : lembab
6. Kelainan pada kulit : tidak ada
E. Pemeriksaan payudara dan ketiak
1. Ukuran dan bentuk payudara :
...................................................................................................
2. Warna payudara dan areola :
...................................................................................................
3. Kelainan payudara dan puting :
...................................................................................................
4. Aksila dan clavicula :
...................................................................................................
F. Pemeriksaan thoraks/ dada
1. Inspeksi thoraks
a. Bentuk thoraks : √Normal Pigeon
chest Burrel chest Flail chest
Funnel chest Kifos koliasis
Beri tanda ( ) pada kotak yang tersedia

b. Pernafasan
Frekuensi : 22 x/ menit
Irama : ...................................................................................................
c. Tanda kesulitan bernafas
Tidak ada bernafas dengan bantuan pernafasan
2. Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara : tidak ada nyeri tekan
b. Perkusi : sonor
c. Auskultasi
 Suara nafas : v esik u ler
 Suara ucapan : ...................................................................................................
 Suara tambahan : tidak ada suara wheezing atau suara tambahan lain
3. Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi :
Pergerakan dada simetris, ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi
 Pulsasi : tidak teraba massa, tidak ada teraba ictus cordis
c. Perkusi : Pekak
d. Auskultasi
 Bunyi jantung : S1=S2
 Bunyi tambahan : tidak ada
 Murmur : tidak ada
 Frekuensi : ...................................................................................................
G. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
a. Bentuk abdomen :
Terdapat luka post op laparotomi eksplorasi dan perut kembung
b. Benjolan/ massa :
...................................................................................................
c. Bayangan pemb. darah :
...................................................................................................
2. Auskultasi
a. Peristaltik usus 13 x/ mnt
b. Suara tambahan :
...................................................................................................
3. Palpasi
a. Tanda nyeri tekan :
Pasien merasa nyeri di daerah abdomen post op saat dipalpasi
b. Benjolan/ massa :
...................................................................................................
c. Tanda ascites :
...................................................................................................
d. Hepar :
...................................................................................................
e. Lien :
...................................................................................................
f. Titik Mc Burney :
...................................................................................................
4. Perkusi
a. Suara abdomen : Hipertimpani
b. Pemeriksaan ascites :
...................................................................................................
H. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
1. Genitelia
a. Rambut pubis :
...................................................................................................
b. Lubang uretra :
...................................................................................................
c. Kelainan pada genitalia eksterna dan daerah inguinal :
...................................................................................................................................................
2. Anus dan perineum
a. Lubang anus :
...................................................................................................
b. Kelainan pada anus :
...................................................................................................
c. Perineum :
...................................................................................................
I. Pemeriksaan muskuloskeletal/ ekstremitas
1. Kesimetrisan otot :
Ekstremitas Atas : lengkap, tidak ada oedema dikedua tangan, pergerakan normal, terpasang infuse RL 20
tpm di radialis sinistra
Ekstremitas bawah : lengkap, tidak ada edema, pergerakan normal
2. Pemeriksaan edema : Tidak ada edema
3. Kekuatan otot : Kuat

5 5
5 5

Kelainan pada ekstremitas dan kuku : Tidak ada , CRT > 3 detik
4.
J. Pemeriksaan neorologi
1. Tingkat kesadaran
GCS : 15, E4M6V5.kesadaran pasien compos mentis
2. Meningeal sign
.........................................................................................................................................................
3. Status mental
a. Kondisi emosi/ perasaan
...................................................................................................................................................
b. Orientasi
...................................................................................................................................................
c. Proses berpikir (ingatan, atensi, keputusan, perhitungan)
...................................................................................................................................................
d. Motivasi (kemauan)
...................................................................................................................................................
e. Persepsi
...................................................................................................................................................
f. Bahasa
Bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu Jawa dan terkadang menggunakan bahasa Indonesia
...................................................................................................................................................
4. Nervus Cranialis
a. Nervus Olfaktorius/ N I
...................................................................................................................................................
b. Nervus Optikus/ N II
...................................................................................................................................................
c. Nervus Okulomotoris/ N III, Trochliaris/ N IV, Abdusen/ N VI
...................................................................................................................................................
d. Nervus Trigeminus/ N V
...................................................................................................................................................
e. Nervus Fasialis/ N VII
...................................................................................................................................................
f. Nervus Vestibulocochlearis/ N VIII
...................................................................................................................................................
g. Nervus Glossopharingeus/ N IX, Vagus/ N X
...................................................................................................................................................
h. Nervus Asesorisus/ N XI
...................................................................................................................................................
i. Nervus Hipoglossus/ N XII
...................................................................................................................................................
5. Fungsi Motorik
a. Cara berjalan
...................................................................................................................................................
b. Romberg test
...................................................................................................................................................
c. Tes jari-hidung
...................................................................................................................................................
d. Pronasi-supinasi test
................................................................................................................................ ...................
e. Heel to shin test
...................................................................................................................................................
6. Fungsi Sensori
a. Identifikasi sentuhan ringan
...................................................................................................................................................
b. Tes tajam-tumpul
...................................................................................................................................................
c. Tes panas dingin
...................................................................................................................................................
d. Tes getaran
...................................................................................................................................................
e. Streognosis test
...................................................................................................................................................
f. Graphestesia test
...................................................................................................................................................
g. Membedakan dua titik
...................................................................................................................................................
h. Tropognosis test
......................................................................................................................................... ..........

7. Reflek
a. Reflek Bisep
...................................................................................................................................................
b. Reflek Trisep
...................................................................................................................................................
c. Reflek Brachioradialis
.................................................................................................................................................. .
d. Reflek Patelar
...................................................................................................................................................
e. Reflek Tendon Achiles
...................................................................................................................................................
f. Reflek Plantar
...................................................................................................................................................
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
A. Pola tidur dan kebiasaan
1. Waktu tidur : 22.00 malam , 3-4 jam
2. Waktu bangun : 06.00 pagi
3. Masalah tidur : Pasien merasa Nyeri pada luka post operasi
4. Hal-hal yang mempermudah tidur :Tidak ada
5. Hal-hal yang mempermudah bangun :
Pasien mengatakan tidur terasa susah semenjak operasi karna adanya nyeri pada luka post operasi
B. Pola eliminasi
1. B A B
Pasien belum BAB dan flatus (buang angin) sejak operasi
a. Pola BAB : ................................... Penggunaan laksatif
: tidak
b. Karakter feses : ............................... BAB terakhir : 2 hari yang lalu ..
c. Riwayat perdarahan : tidak................................... Diare : tidak
2. B A K
a. Pola BAK : 6-8x/hari................................... Inkontinensi: tidak
b. Karakter urin : jernih kekuningan.................... Retensi : tidak
c. Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak
d. Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak
e. Penggunaan diuretika : tidak
f. Upaya mengatasi masalah :
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
C. Pola makan dan minum
1. Gejala (Subyektif)
pasien belum mendapatkan diit karena pasien masih dipuasakan pada post op laparotomi
a. Diit (Type) : .....................................
Jlh makan/ hari : ...................
b. Pola diit :
....................................................................................
c. Kehilangan selera makan :
Mual :
muntah :
d. Nyeri ulu hati :
....................................................................................
e. Yang berhu6bungan dengan :
....................................................................................
f. Disembuhkan dengan :
....................................................................................
g. Alergi/ intoleransi makanan :
....................................................................................
h. Berat badan biasa :
60 kg....................................................................................
2. Tanda (Obyektif)
Berat badan sekarang : ........... Kg, Tinggi badan 158 cm
Bentuk tubuh : ....................................................................................
3. Waktu pemberian makan : ....................................................................................
4. Jumlah dan jenis makanan : ....................................................................................
5. Waktu pemberian cairan : minum 5-6 x/ hari
6. Masalah makan dan minum
a. Kesulitan mengunyah :Tidak ada
b. Kesulitan menelan :Tidak ada.
c. Tidak dapat makan sendiri : Makan minum pasien dibantu oleh
keluarga
7. Upaya mengatasi masalah
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
D. Kebersihan diri/ personal hygine
1. Pemeliharaan badan : badan pasien hanya di lap dengan air hangat
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : pasien sikat gigi 1x/hari
3. Pemeliharaan kuku : kuku tidak dibersihkan selama di RS
E. Pola kegiatan/ aktivitas
Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIAGNOSTIK
F. Diagnosa Medis
Post op laparatomi ileus obstruktif
...............................................................................................................................................................
G. Pemeriksaan diagnostik/ penunjang medis
1. Laboratorium
Tanggal : 4/April/2017 Nilai normal :
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hematologi

Darah Lengkap

Hemoglobin L 10.1 g/dL 11.7 – 15.5

Leukosit 8980 U/L 3600 – 11000

Hematokrit 36 Δ 35 – 47

Eritrosit 4.7 10^6/u 3.8 – 5.2


L
Trombosit 299.00 /uL 150.000 -
0 440.000
MCV L78.5 fL 80-100

MCH L 24.5 Pg/cell 26 – 34

MCHC L 28.8 δ 32 – 36

RDW H 23.8 δ 11.5 – 14.5

MPV 10.7 fL 9.4 – 12.4

Hitung Jenis

Basofil 0.3 δ 0-1

Eosinofil L 1.8 δ 2–4

Batang L 2.1 δ 3–5

Segmen 50.7 δ 50 – 70

Limfosit L 16.6 δ 25 – 40

Monosit H 9.5 δ 2–8

Kimia Klinik

Total Protein L 5.52 gr/dL 6.40 – 8.20

Albumin L 2.81 gr/dL 3.40 – 5.00

Globulin 2.81 gr/dL 2.70 – 3.20

Ureum Darah L 13.1 mg/dL 14.98 – 38.52

Kreatinin Darah 0.98 mg/dL 0.55 – 102

Glukosa Sewaktu 124 mg/Dl <= 200

Natrium 143 mmol/L 124-148

Kalium 4.2 mmol/L 3.4-4.5


2. Rontgen
Pemeriksaan RO Abd 3 posisi

Hasil : ileus obstruksi dan hernia femoralis inkarserata

3. ECG
Tidak ada pemeriksaan pada data kasus pasien
4. USG

Tidak ada pemeriksaan pada data kasus pasien


FORMAT PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

NO NAMA OBAT DOSIS FUNGSI EFEK


SAMPING
Infus RL 20 tpm Untuk Ruam kulit,
mengembalikan Pembengkakan
keseimbangan mata, Batuk, Pilek,
elektrolit Kesulitan bernapas ,
Demam, Sakit
kepala
Injeksi Ceftriaxone 2x1 g untuk mengatasi Nyeri perut, Mual,
berbagai infeksi Muntah, Diare,
bakteri yang terjadi Pusing, Mengantuk,
pada tubuh Sakit kepala,
Bengkak dan iritasi
pada area
suntikan,Muncul
keringat berlebihan
Injeksi Ketorolac 2x30 mg obat untuk Berat badan naik
meredakan nyeri drastis, Sakit perut,
dan peradangan Mual dan muntah,
Peningkatan tekanan
darah, Mulut kering,
Sariawan
Injeksi Ranitidine 2x25 mg untuk mencegah dan Mual dan muntah,
mengobati gejala Sakit kepala,
sakit perut yang Insomnia, Vertigo,
berhubungan dengan Ruam, Konstipasi,
gangguan Diare.
pencernaan dan
asam lambung
Metronidasol 3x100 mg obat antibiotik untuk Pusing, Sakit
mengobati infeksi. kepala, Mual
Obat ini bekerja Muntah, Hilangnya
dengan cara nafsu makan, Diare,
menghentikan Sembelit, Rasa pahit
pertumbuhan di mulut, Perubahan
berbagai bakteri dan warna urine menjadi
parasit lebih gelap
FORMAT ANALISA DATA

1. DS : Hernia Nyeri akut


P : pasien mengatakan nyeri
Q : pasien mengatakan nyeri
seperti di tusuk-tusuk Protrusi Usus
R : nyeri yang di rasakan di
bagian luka post op laparotomi
di abdomen
S : skala nyeri 7 Aliran usus tersumbat

T : nyeri hilang
timbul
DO : Penyempitan aliran darah
- pasien tampak menahan
nyeri Aliran darah ke usus terhambat
- pasien tampak meringis
kesakitan dan gelisah
- KU lemah
- TTV : Ileus Obstruksi
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
RR : 22x/menit Penatalaksanaan operatif (Laparatomi)
Suhu : 37℃ Terputusnya kontinuitas jaringan
- Terdapat luka jahitan post op
di daerah abdomen dan
inguinal
Adanya luka jahitan post op di abdomen dan
- Pemeriksaan RO Abd 3 posisi inguinal
Hasil : ileus obstruksi dan Pengeluaran mediator kimia
hernia femoralis inkarserata

Merangsang reseptor nyeri

Nyeri dipersepsikan

Nyeri Akut
2. DS: Penatalaksanaan operatif ( Laparatomi)
1.Pasien mengatakan untuk Defisit perawatan
aktivitas makan & minum Terputusnya kontinuitas jaringan diri:Mandi
dibantu oleh keluarga
DO: Adanya luka post op di abdomen dan
1. KU pasien lemah inguinal
2. Kulit kepala kotor & berbau
3. Rambut pasien tidak
dikeramas selama dirawat di RS
hanya terbaring di tempat tidur Pengeluaran mediator kimia
4. Gigi pasien sedikit kotor &
lidah tampak kotor Merangsang reseptor nyeri
5. Badan pasien hanya di lap
1x/hari dengan air hangat
6. Kuku pasien kotor & tidak Nyeri dipersepsikan
pernah dipotong selama di RS
7. ADL pasien dibantu oleh Nyeri
keluarga
8. KU pasien lemah, kekuatan Kelemahan
otot 5

ADL dibantu

Aktivitas membersihkan tubuh kurang

Defisit Perawatan Diri:Mandi

3. DS: Adanya luka post op di abdomen & inguinal Gangguan Pola Tidur
1. Pasien mengatakan tidur
terasa susah semenjak operasi Pengeluaran mediator kimia
karna adanya nyeri pada luka
post op
DO:
1. waktu tidur : 3-4 jam Merangsang reseptor nyeri
2. Skala nyeri 7

Nyeri dipersepsikan

Nyeri
Merangsang saraf otonom

Saraf simpatis terangsang mengaktifkan


RAS, mengaktifkan kerja organ tubuh

REM menurun

Pasien terjaga, waktu tidur menurun

Gangguan Pola Tidur


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d pelaksanaan operatif (laparatomi) d/d adanya luka jahitan post op di abdomen dan
inguinal
2. Defisit Perawatan Diri : Mandi b/d kelemahan d/ d ADL pasien dibantu, aktivitas mandi kurang

3. Gangguan Pola tidur b/d nyeri d/d adanya luka post op di abdomen & inguinal
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NO Diagnosa Tujuan & Kriteria


Hasil
Keperawatan Intervensi
1 2 3 4
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan
1. Monitor TTV pasien
pelaksanaan operatif
tindakan 2. Lakukan pengkajian nyeri
(laparatomi) d/d
adanya luka jahitan keperawatan nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,
post op di abdomen karateristik, durasi, frekuensi & kualitas,
akut teratasi intensitas serta faktor yang mengurangi
dan inguinal
DS : dengan kriteria nyeri dan faktor yang memicu
P : pasien mengatakan 3. Identifikasi intensitas nyeri selama
hasil:
nyeri pergerakan
Q : pasien mengatakan 1. Klien mampu
nyeri 4. Monitor nyeri menggunakan alat
seperti di tusuk-tusuk mengontrol nyeri pengukur nyeri yang valid dan reliable
R : nyeri yang di (skala pengukur nyeri)
rasakan di 2. Klien menyatakan
5.Modifikasi pengukuran kontrol nyeri
bagian luka post op rasa berdasarkan respon pasien terhadap
laparotomi di abdomen penanganan
S : skala nyeri 7 nyaman setelah nyeri
6. Observasi adanya petunjuk non-verbal
T : nyeri berkurang atau mengenai ketidaknyamanan
hilang timbul teratasi
DO : 7. Lakukan intervensi non farmakologi
- pasien tampak untuk penyebab nyeri dan apa yang
3. skala nyeri
menahan diinginkan pasien dengan tepat
menurun
nyeri 8. Ajarkan pasien teknik nonfarmakologi
- pasien tampak 4. Tanda – tanda vital untuk mengurangi nyeri ( distraksi, terapi
meringis musik, tarik nafas dalam)
kesakitan dan gelisah dalam batas normal 9. Minimalisir intensitas gerak pada
- KU lemah
pasien untuk mengurangi nyeri
- TTV :
TD : 130/80 mmHg 10. Tingkatkan istirahat pasien
Nadi : 88x/menit 11. Sediakan informasi akurat pada
RR : keluarga dan pasien mengenai
22x/menit pengalaman nyeri
Suhu : 37℃ 12. kolaborasi pemberian analgesik 24-48
- Terdapat luka jahitan jam setelah pembedahan
post op
13. Cegah dan kelola efek samping
di daerah abdomen dan
pengobatan
inguinal 14. Yakinkan bahwa pasien menerima
- Pemeriksaan RO Abd perawatan analgesik yg tepat sebelum
3 posisi nyeri menjadi lebih parah

Hasil : ileus obstruksi


dan hernia femoralis
inkarserata

2 Defisit Perawatan Diri : Setelah dilakukan


1. Monitor kondisi rambut dan kulit kepala pasien
Mandi b/d kelemahan
tindakan
d/ d ADL pasien 2. monitor integritas kulit pasien
dibantu, aktivitas mandi keperawatan,
3.Letakkan handuk,sabun,deodoran yang
kurang
defisit perawatan diperlukan di sisi tempat tidur
DS:
1.Pasien mengatakan diri:mandi 4. Siapkan perlengkapan untuk membersihkan
untuk aktivitas makan rambut (misal:baskom, bantalan tahan air,
teratasi dengan
& minum dibantu oleh handuk,shampoo, kondisioner, dan papan
keluarga kriteria hasil: shampoo) di tempat tidur pasien
DO:
1. Pasien terbebas 5. Sediakan lingkungan dengan memastikan
1. KU pasien lemah
kehangatan, suasana rileks, dan jaga privasi
2. Kulit kepala kotor & dari bau
pasien
berbau
2. Pasien tampak
3. Rambut pasien 6.Bantu pasien berada pada posisi nyaman
berbau karna tidak bersih
7. Pertimbangkan usia pasien saat aktivitas
dikeramas selama
3. ADL terpenuhi perawatan diri
dirawat di RS
tanpa bantuan
hanya terbaring di 8. Cuci dan kondisikan rambut pasien dengan
tempat tidur sampo dan kondisioner ke kulit kepala dan
4. Gigi pasien sedikit rambut pasien
kotor & lidah tampak
9.Fasilitasi pasien untuk menggosok gigi dengan
kotor
tepat
5. Badan pasien hanya
di lap 1x/hari dengan 10. Cegah terjadinya kedinginan selama
air hangat pembersihan (menyesuaikan suhu ruangan &
6. Kuku pasien kotor & memberikan handuk hangat)
tidak pernah dipotong
11. Sisir rambut dengan menggunakan sisir
selama di RS
bergerigi jarang sesuai kebutuhan pasien
7. ADL pasien dibantu
oleh keluarga 12. Berikan sedikit minyak untuk melembabkan
8. KU pasien lemah, kulit kepala pasien yang kering
kekuatan otot 5
13. Berikan bantuan sampai pasien benar-benar
mampu merawat diri secara mandiri
3 Gangguan Pola tidur Setelah dilakukan
1. Monitor/catat pola tidur pasien dengan jam
b/d nyeri dd/d luka
tindakan tidur
post op di abdomen &
inguinal keperawatan , 2. Monitor pola tidur pasien dan catat kondisi
fisik ( ketidaknyamanan akibat nyeri)
gangguan pola
DS:
3. Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
1. Pasien mengatakan tidur teratasi
tidur terasa susah 4. Perkirakan tidur/siklus bangun pasien dalam
dengan kriteria
semenjak operasi karna perawatan
adanya nyeri pada luka hasil:
5. Berikan teknik non farmakologi untuk
post op
1. Pasien dapat memancing tidur (teknik distraksi, terapi musik,
DO:
terapi aromaterapi)
1. waktu tidur : 3-4 jam tidur dengan
2. skala nyeri : 7 6. Sesuaikan lingkungan (cahaya, suhu kamar,
mudah
kebisingan, dan tempat tidur)untuk meningkatkan
2. waktu tidur tidur
Meningkat 7. Anjurkan pasien untuk tidur siang jika
diindikasikan untuk memenuhi kebutuhan tidur
3. Perasaan segar
8. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
setelah tidur
mengenai teknik untuk meningkatkan tidur
9. Kolaborasi dengan dokter untuk penggunaan
obat tidur yang tidak mengandung zat penekan
tidur REM
10.Sesuaikan jadwal pemberian obat untuk
mendukung tidur
11. Tentukan efek dari obat yang dikonsumsi
pasien terhadap pola tidur
08/04/2017 Nyeri akut b/d S:
pelaksanaan Pasien mengatakan masih merasakan nyeri,
operatif tetapi sudah mulai berkurang
(laparatomi) d/d O :
adanya luka 1. Skala Nyeri 5
jahitan post op di 2. TD : 130/80 mmHg
abdomen dan Nadi : 80 x/i
inguinal
Pernafasan: 22 x/i
Suhu : 36,5℃
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
08/04/2017 Defisit Perawatan S :
Diri : Mandi b/d 1) Pasien mengatakan aktivitas sudah dapat
kelemahan d/ d dilakukan sendiri
ADL pasien 2) Pasien merasa senang karna sudah merasa
dibantu, aktivitas segar & bersih
mandi kurang
O:
1) Pasien tampak sudah bersih
2) Pasien terbebas dari bau
3) Pasien merasa sudah nyaman
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
08/04/2017 Gangguan Pola S : Pasien mengatakan sudah dapat tidur
tidur b/d nyeri tetapi masih sering terbangun karena merasa
dd/d luka post op nyeri pada luka post op
di abdomen & O:
inguinal 1) Skala nyeri: 5
2) Waktu tidur : 5-6 jam
A :Masalah belum teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai