ILEUS
A. Definisi
gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Selvia A. Price).
normal atau suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus
dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional yang segera memerlukan
ileus merupakan suatu kondisi fisiologis yang normal sekunder dari anastesia
dan efek intervensi bedah, namun istilah ileus kondisi kelumpuhan intestinal
beberapa jam. Aktivitas regains lambung dalam 1-2 hari dan usus besar
B. Etiologi
Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pascabedah abdomen,
1. Sepsis
chlorpromazine)
4. Infark miokard
5. Pneumonia
C. Manifestasi Klinis
2. Muntah, sering terjadi bila obstruksi pada usus halus bagian atas
1. Ileus Obstruktif
jalannya isi usus (Sabara, 2007).Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan
tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti
2. Ileus Paralitik
yang menghilang, disini tidak ada sumbatan. Ileus paralitik adalah istilah
gawat abdomen atau gawat perut yang biasanya timbul mendadak dengan
nyeri sebagai keluhan utama karena usus tidak dapat bergerak (mengalami
motilitas) dan menyebabkan pasien tidak dapat buang air besar. Obstruksi
E. Patofisiologi
Menurut beberapa hipotesis, ileus pascabedah dimediasi melalui
Respons dari stres bedah mengarah pada generasi sistemik dari endokrin
T, sel-sel pembunuh alami, dan sel mast, seperti yang ditunjukkan oleh
pada ileus kolon. Namun, kondisi ini jelas merupakan dua entitas yang
melibatkan baik usus kecil dan usus besar. Usus besar yang terlibat dalam
kondisi ini. Obstruksi usus mekanik dapat disebabkan oleh adhesi, velvulus,
obstipasi, konstipasi
Foto polos Dilatasi usus kecil & Dilatasi isolasi pada usus Berbentuk lesi gas kolon
abdomen usus besar, elevasi besar, elevasi diafragma distal, diafragma agak
Foto polos abdomen (BOF) dengan posisi tegak atau lateral dekubitus
tampak distensi usus proksimal dari hambatan dan fenomena anak tangga.
mempunyai suatu peran terbatas pada klien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian enema barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak
mesenteric kronis.
Pemeriksaan angiografi. Angiografi mesenteric superior telah
F. Penatalaksanaan
patologinya.
penyebabnya.
G. Komplikasi
1. Nekrosis usus.
2. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada
4. Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik
dan cepat.
(Dermawan,2010).
A. Pengkajian
didapatkan adalah keluhan kembung dan tidak bisa kentut (flatus). Keluhan
adanya kembung dan tidak bisa flatus bersifat akut disertai mual, muntah,
perut kembung dan belum bisa melakukan flatus, serta perlunya pemenuhan
informasi.
survei umum pasien terlihat lemah. TTV biasa didapatkan adanya perubahan.
distensi abdominal.
foto polos abdominal untuk mendeteksi adanya dilatasi gas berlebihan dari
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
f. Pernapasan
a. Konservatif
Sampai saat ini belum ada suatu variabel yang secara akurat
parameter penting untuk mengevaluasi asupan oral dan fungsi usus yang
baik.Laporan dari pasien bahwa sudah terjadi flatus, harus dinilai ulang
2008).
b. Terapi Diet
palsu pada fase pemulihan awal dari ileus pasca bedah setelah
3x sehari dari pasca operasi pertama pagi sampai intake oral. Terjadinya
control buang air besar pertama tercatat pada 3,1 hari dalam kelompok
permen karet versus 5,8 hari pada kelompok control, (Asao, 2002).
c. Terapi Aktivitas
dalam literature.
pada pasca operasi hari pertama, dan yang lainnya 24 pasien ditugaskan
untuk ambulasi pada pasca bedah hari keempat.Hasil yang didapat,
ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan dari hasil mioelektrik dalam
d. Terapi Farmakologi
B. Diagnosa Keperawatan
kolon.
misinterpretasi informasi.
C. Intervensi Keperawatan
syok hipovolemik dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada asuhan
Kriteria evaluasi :
1. Laporan pasien sudah mampu flatus dan keinginan untuk melakukan BAB.
3. Gambaran foto polos abdomen tidak terdapat adanya akumulasi gas di dalam intestinal.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji factor predisposisi Walaupun predisposisi ileus biasanya terjadi akibat pasca
terjadinya ileus. bedah abdomen, tetapi ada factor predisposisi lain yang
Monitoring status cairan. Penurunan volume cairan akan meningkatkan resiko ileus
signifikan.
Evaluasi secara berkala Pemantauan secara rutin dapat memberikan data dasar pada
laporan pasien tentang perawat atau sebagai pera untuk kolaborasi dengan medis
flatus dan periksa kondisi tentang kondisi perbaikan ileus. Hasil evaluasi harus
nasogastrik.
Lakukan teknik ambulasi. Walaupun terdapat studi yang tidak berhubungan dengan
dan pneumonia.
Kolaborasi :
Opioid antagonis selektif. Alvimopan ini ditunjukkan untuk membantu mencegah ileus
2. Resiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah,
Tujuan : Dalam waktu 5x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Kriteria evaluasi :
1. Pasien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa lembap, turgor kulit normal.
INTERVENSI RASIONAL
Monitoring status cairan (turgor Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan
kulit, membrane mukosa, urine status cairan. Penurunan volume cairan mengakibatkan
Kaji sumber kehilangan cairan. Kehilangan cairan darimuntah dapat disertai dengan
Dokumentasikan intake dan Sebagai data dasar dalam pemberian terapi cairan dan
Monitor TTV secara berkala. Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemi yang
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, Mengetahui adanya pengaruh adanya peningkatan
secara teratur.
Kolaborasi :
Pertahankan pemberian cairan Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan cepat
Kriteria evaluasi :
4. Berat badan pada hari ke 7 pasca bedah meningkat minimal 0,5 kg.
INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi secara berkala kondisi Sebagai data dasar teknik pemberian asupan nutrisi.
motilitas usus.
Hindari intake apapun secara Umumnya, menunda intake makanan oral sampai tanda
Berikan nutrisi parenteral. Pemberian enteral diberikan secara hati-hati dan lakukan
Berikan stimulant permen karet. Pada suatu studi pemberian permen karet menunjukkan
control.
Pantau intake dan output, Berguna untuk mengukur keefektifan nutrisi dan
seminggu).
Lakukan perawatan mulut. Intervensi ini untuk menurunkan resiko infeksi oral.
Kolaborasi dengan ahli gizi Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan komposisi dan
mengenai jenis nitrisi yang jenis makanan yang akan diberikan sesuai dengan
D. Implementasi
E. Evaluasi
sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Asao, T. Et al. “Gum Chewing Enhances Early Recovery from Postoperative Ileus
Cali, R.L. et al. “Effect of Morphine and Incision Length on Bowel Function after