Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PENDAHULUAN STASE JIWA

“RESIKO PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN

GANGGUAN ISOLASI SOSIAL”

NAMA : WIDURI KHOIRIYAH

NIM : 201102120

KELOMPOK : 10 (SEPULUH)

STASE : KEPERAWATAN JIWA

DOSEN : JENNY M. PURBA, S.Kp., MNS.,Ph.D

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

UNVERSITAS SUMATERA UTARA

T.A 2020/2021
KONSEP RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Definisi

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut

maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri

sendiri,orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua

bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan terdahulu. (Yosep,

2018).

B. Etiologi/Faktor Yang Berhubungan

Menurut Sujuono Riyadi (2019), faktor-faktor yang dapat mencetuskan

perilaku kekerasan yaitu:

A. Faktor predisposisi

1) Faktor biologis

(1) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan

oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.

(2) Psycomatic theory (teori psikomatik)

Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis

terhadap stimulus eksternal, internal maaupun lingkungan.

Dalaam hal ini sistem limbik berperan sebagai pusat untuk

mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.

B. Faktor psikologis

(1) Frustasion aggression theory (teori agresif frustasi)


Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil

akumulasi frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk

mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat

mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan

frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.

(2) Behaviororal theory (teori perilaku).

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila

tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement

yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering

mengobservasi kekerasan dirumah atau luar rumah. Semua

aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku

kekerasan.

(3) Existentinal theory (teori eksistensi)

Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia

apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui

perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi

kebutuhannya melalui perilaku destruktif.

C. Faktor social kultural

(1) Social environment theory (teori lingkungan)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

menekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara

diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
perilaku kekerasan akan menciptaakan seolah-olah perilaku

kekerasan diterima.

(2) Social learning theory (teori belajar sosial)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun

melalui proses sosialisasi.

D. Faktor prespitasi

Menurut Yosep (2018), faktor-faktor yang dapat mencetuskan

perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan:

1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis

solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng

sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.

2) Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial

ekonomi.

3) Kesulitan dalam dialog untuk memecahkan masalah cenderung

melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

4) Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat

dan alcoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat

menghadapi rasa frustasi.

1. Mekanisme Koping

Menurut stuart dan laraia (2016), mekanisme koping yang dipakai pada

klien marah untuk melindungi diri antara lain:

• Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya

dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan


penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang

marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas

adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah untuk

mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

• Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau

keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang

menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan

kerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba

merayu, mencumbunya.

• Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau

membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya seseorang anak yang

sangat benci pada orangtuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi

menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa

membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh

tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat

melupakannya.

• Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila

diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang

berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya

seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan

orang tersebut dengan kasar.

• Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya

bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang


pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia

4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya

karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang

perangan dengan temennya.

2. Tanda Dan Gejala

Menurut yosep (2018) perawat dapat mengidentifikasi dan

mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:

1) Muka merah dan tegang

2) Mata melotot atau pandangan tajam

3) Tangan mengepal

4) Rahang mengatup

5) Wajah memerah dan tegang

6) Postur tubuh kaku

7) Pandangan tajam

8) Mengatupkan rahang dengan kuat

9) Mengepalkan tangan

10) Jalan mondar-mandir

a. Penatalaksanaan

• Farmakologi:

a) Obat anti psikosis:Penotizin

b) Obat anti depresi:Amitripilin

c) Obat anti ansietas:Diasepam,Bromozepam,Clobozam

d) Obat anti insomnia:Phneobarbital


Non-Farmakologi:

a) Terapi Keluarga:Berfokus pada keluarga dimana keluarga

membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan

perhatian

b) Terapi Kelompok:Berfokus pada dukungan dan perkembangan,

keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan

bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah

sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada

orang lain.

c) Terapi Musik:Dengan music klien terhibur,rileks dan bermain

untuk mengembalikan kesadaran diri.

b. Pohon Masalah

Gangguan Konsep Diri:Harga Diri Rendah

Perilaku Kekerasan

Resiko Menciderai Diri Sendiri,Orang


Lain dan Lingkungan

3. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

Masalah keperawatan:

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b. Perilaku kekerasan / amuk

c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah


2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

▪ Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

▪ Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal atau marah.

▪ Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

▪ Mata merah, wajah agak merah.

▪ Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,

memukul diri sendiri/orang lain.

▪ Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

▪ Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perilaku kekerasan / amuk

Data Subyektif :

▪ Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

▪ Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal atau marah.

▪ Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif

▪ Mata merah, wajah agak merah.

▪ Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.


▪ Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

▪ Merusak dan melempar barang-barang.

c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,

bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri.

Data obyektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.


DAFTAR PUSTAKA

Sujono riyadi teguh.2019. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Nita Fitria 2018 .PRINSIP DASAR DAN APLIKASI PENULISAN LAPORAN

PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN. Jakarta: Salemba Medika.

Mukhripah Dayamaiyanti.2017.ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.Bandung:Pt

Refika Aditama.

Carpenito, L.J. 2016. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th

ed.). St.Louis Mosby Year Book

Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan

Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,

1999

Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2019

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,

RSJP Bandung, 2018


LAPORAN PENDAHULUAN STASE JIWA

“DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA PASIEN

GANGGUAN ISOLASI SOSIAL”

NAMA : WIDURI KHOIRIYAH

NIM : 201102120

KELOMPOK : 10 (SEPULUH)

STASE : KEPERAWATAN JIWA

DOSEN : JENNY M. PURBA, S.Kp., MNS.,Ph.D

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

UNVERSITAS SUMATERA UTARA

T.A 2020/2021
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Definisi
Perawatan Diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan
kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya. (Depkes, 2000 dalam Wibowo, 2019).
Poter, Perry (2005), dalam Anina (2019), mengemukakan
bahwa Personal Higiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis. Wahit Iqbal Mubarak (2017), juga mengemukakan bahwa
higiene personal atau kebersihan diri adalah upaya seseorang
dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk
memperolah kesejahteraan fisik dan psikologis.
Seseorang yang tidak dapat melakukan perawatan diri
dinyatakan mengalami defisit perawatan diri. Nurjannah (2004),
dalam Wibowo (2019), mengemukakan bahwa Defisit Perawatan
Diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), dalam Anina(2019),
Kurang Perawatan Diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik seringkali tidak
memperdulikan perawatan diri. Hal ini menyebabkan pasien
dikucilkan dalam keluarga dan masyarakat (Keliat, 2019).
Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami
defisit perawatan diri. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan
ketidakberdayaan yang berhubungan dengan keadaannya sehingga
terjadilah defisit perawatan diri (Muslim, 2016).
B. Jenis-jenis defisit perawatan diri
Menurut Nanda (2018), jenis perawatan diri terdiri dari:
a. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas makan secara mandiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi/toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas eliminasi sendiri.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000), dalam Anina (2019), tanda dan gejala
klien dengan defisit perawatan diri yaitu:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di
sembarang tempat
f. Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri

Selain itu, tanda dan gejala tampak pada pasien yang


mengalami Defisit Perawatan Diri adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor,
gigi kotor, kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan
kotor
b. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan
rambut acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian
tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada
pasien perempuan tidak berdandan
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh
kemampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran
dan makan tidak pada tempatnya
d. Ketidak mampuan eliminasi secara mandiri, ditandai
dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, dan tidak
membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK (Keliat,
2019).
Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akhirnya dapat
juga menimbulkan penyakit fisik seperti kelaparan dan kurang gizi,
sakit infeksi saluran pencernaan dan pernafasan serta adanya
penyakit kulit, atau timbul penyakit yang lainnya (Harist, 2016).

D. Predisposisi
a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu
b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri
c. Kemampuan realitas turun Klien gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri
d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan
diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri

E. Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri
adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga
menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
(Depkes, 2000, dalam Anina, 2019) Sedangkan Tarwoto dan
Wartonah (2000), dalam Anonim(2019), meyatakan bahwa
kurangnya perawatan diri disebabkan oleh :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran

F. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon

Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak melakukan


diri seimbang tidak seimbang perawatan diri
G. Pohon Masalah

Resiko Tinggi Isolasi Sosial Effect

Defisit Perawatan Diri Core Problem

Harga Diri Rendah Causa

Pohon Masalah Defisit perawatan Diri ( Fitria.2009 ).

H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor meliputi status sosialekonomi, keluarga,
jaringan interpersonal, organisasi yang dinaungi oleh lingkungan
sosial yang lebih luas, juga menggunakan kreativitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau
tulisan (Stuart and Sundeen, 1998 dalam Lili Kadir, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore:
Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015).


Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2018. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:


CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC

Fitria Nita.2019.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan Dan Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP
dan SP).Jakarta:Salemba Medika.

Damaiyanti Mukhripah,dkk.2016.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung:


PT Refika Aditama

Hoesny, Rezkiyah,.2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


Defisit Perawatan Diri .

Neri, Silvia,.2018. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.


JURNAL KEPERAWATAN.

Shinzu, Bekti,.2018. Defisit Perawatan Diri LP SP .JURNAL


KEPERAWATAN.
LAPORAN PENDAHULUAN STASE JIWA

“RESIKO PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN

GANGGUAN ISOLASI SOSIAL”

NAMA : WIDURI KHOIRIYAH

NIM : 201102120

KELOMPOK : 10 (SEPULUH)

STASE : KEPERAWATAN JIWA

DOSEN : JENNY M. PURBA, S.Kp., MNS.,Ph.D

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

UNVERSITAS SUMATERA UTARA

T.A 2020/2021
KONSEP RESIKO PERILAKU KEKERASAN

C. Definisi

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut

maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri

sendiri,orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua

bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan terdahulu. (Yosep,

2018).

D. Etiologi/Faktor Yang Berhubungan

Menurut Sujuono Riyadi (2019), faktor-faktor yang dapat mencetuskan

perilaku kekerasan yaitu:

E. Faktor predisposisi

2) Faktor biologis

(3) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan

oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang kuat.

(4) Psycomatic theory (teori psikomatik)

Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis

terhadap stimulus eksternal, internal maaupun lingkungan.

Dalaam hal ini sistem limbik berperan sebagai pusat untuk

mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.

F. Faktor psikologis

(4) Frustasion aggression theory (teori agresif frustasi)


Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil

akumulasi frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk

mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat

mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan

frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.

(5) Behaviororal theory (teori perilaku).

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila

tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement

yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering

mengobservasi kekerasan dirumah atau luar rumah. Semua

aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku

kekerasan.

(6) Existentinal theory (teori eksistensi)

Bertindak sesuai perilaku adalah kebutuhan dasar manusia

apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui

perilaku konstruktif maka individu akan memenuhi

kebutuhannya melalui perilaku destruktif.

G. Faktor social kultural

(3) Social environment theory (teori lingkungan)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

menekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas secara

diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
perilaku kekerasan akan menciptaakan seolah-olah perilaku

kekerasan diterima.

(4) Social learning theory (teori belajar sosial)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun

melalui proses sosialisasi.

H. Faktor prespitasi

Menurut Yosep (2018), faktor-faktor yang dapat mencetuskan

perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan:

5) Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis

solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng

sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.

6) Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial

ekonomi.

7) Kesulitan dalam dialog untuk memecahkan masalah cenderung

melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

8) Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat

dan alcoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat

menghadapi rasa frustasi.

4. Mekanisme Koping

Menurut stuart dan laraia (2016), mekanisme koping yang dipakai pada

klien marah untuk melindungi diri antara lain:

• Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya

dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan


penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang

marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas

adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah untuk

mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

• Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau

keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang

menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan

kerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba

merayu, mencumbunya.

• Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau

membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya seseorang anak yang

sangat benci pada orangtuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi

menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa

membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh

tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat

melupakannya.

• Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila

diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang

berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya

seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan

orang tersebut dengan kasar.

• Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya

bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang


pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia

4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya

karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang

perangan dengan temennya.

5. Tanda Dan Gejala

Menurut yosep (2018) perawat dapat mengidentifikasi dan

mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan:

11) Muka merah dan tegang

12) Mata melotot atau pandangan tajam

13) Tangan mengepal

14) Rahang mengatup

15) Wajah memerah dan tegang

16) Postur tubuh kaku

17) Pandangan tajam

18) Mengatupkan rahang dengan kuat

19) Mengepalkan tangan

20) Jalan mondar-mandir

a. Penatalaksanaan

• Farmakologi:

e) Obat anti psikosis:Penotizin

f) Obat anti depresi:Amitripilin

g) Obat anti ansietas:Diasepam,Bromozepam,Clobozam

h) Obat anti insomnia:Phneobarbital


Non-Farmakologi:

d) Terapi Keluarga:Berfokus pada keluarga dimana keluarga

membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan

perhatian

e) Terapi Kelompok:Berfokus pada dukungan dan perkembangan,

keterampilan sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan

bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena masalah

sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada

orang lain.

f) Terapi Musik:Dengan music klien terhibur,rileks dan bermain

untuk mengembalikan kesadaran diri.

b. Pohon Masalah

Gangguan Konsep Diri:Harga Diri Rendah

Perilaku Kekerasan

Resiko Menciderai Diri Sendiri,Orang


Lain dan Lingkungan

6. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

Masalah keperawatan:

d. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

e. Perilaku kekerasan / amuk

f. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah


3. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan

d. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

▪ Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

▪ Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal atau marah.

▪ Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

▪ Mata merah, wajah agak merah.

▪ Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,

memukul diri sendiri/orang lain.

▪ Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

▪ Merusak dan melempar barang-barang.

e. Perilaku kekerasan / amuk

Data Subyektif :

▪ Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

▪ Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal atau marah.

▪ Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif

▪ Mata merah, wajah agak merah.

▪ Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.


▪ Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

▪ Merusak dan melempar barang-barang.

f. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,

bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri.

Data obyektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.


DAFTAR PUSTAKA

Sujono riyadi teguh.2019. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Nita Fitria 2018 .PRINSIP DASAR DAN APLIKASI PENULISAN LAPORAN

PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN

KEPERAWATAN. Jakarta: Salemba Medika.

Mukhripah Dayamaiyanti.2017.ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.Bandung:Pt

Refika Aditama.

Carpenito, L.J. 2016. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th

ed.). St.Louis Mosby Year Book

Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan

Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC,

1999

Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 2019

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,

RSJP Bandung, 2018


LAPORAN KASUS KELOLAAN STASE JIWA

“ GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI”

NAMA : WIDURI KHOIRIYAH

NIM : 201102120

KELOMPOK : 10 (SEPULUH)

STASE : KEPERAWATAN JIWA

DOSEN : JENNY M. PURBA, S.Kp., MNS.,Ph.D

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

UNVERSITAS SUMATERA UTARA

T.A 2020/2021
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT :-

TANGGAL DIKAJI : 25 November 2020/ Pukul 17.00-20.00 WIB

I. Identitas Klien
Inisial/Nama : Indri
Tanggal Pengkajian : 25 November 2020
Umur : 19 Tahun
RM No :-
Informan : Klien Ibu Tio

II. Alasan Masuk: Tidak mau berinteraksi oleh orang lain selalu menyendiri
di kamar atau di kamar mandi, tidak mau berbicara, dan menedang
siapapun jika keinginanannya tidak dipenuhi.

III. Faktor Predisposisi


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?
( ) Ya (✓) Tidak Berhasil
2. Pengobatan sebelumnya :
( ) Berhasil ( ) Kurang Berhasil (✓ ) Tidak Berhasil
3. Trauma :- Pelaku/Usia Korban/Usia
Saksi/Usia
Aniaya Fisik () () () () () ()
Aniaya Seksual () () () () () ()
Penolakan () () () () () ()
Kekerasan Dalam Keluarga () () () () () ()
Tindakan Kriminal () () () () () ()
Jelaskan No:
1. Sebelumnya tidak pernah seperti ini, berawal dari SMP dituduh mencuri
oleh guru di sekolah kemudian pasien tidak berani bercerita kepada orang
tua hingga mengendap di hati selama 3 tahun. Saat kelas 3 SMP barulah
pasien bercerita kepada ibunya apa yang terjadi. Setelah itu saat masuk
SMA setiap pulang sekolah selalu berteriak di kamar dan mengunci pintu
hingga naik kelas 2 SMA, pasien memang susah tidak tertolong lagi
akhirnya berhenti sekolah.
2. Sudah di bawa ke rumah sakit jiwa dan dirawat selama seminggu namun
hasilnya tidak ada dan dokter menyarankan untuk pasien di ruqyah, sudah
di ruqyah dimana-mana tetap hasilnya tidak ada, hingga kedukun juga
sudah dilakukan berbagai hal namun hasilnya nihil.
3. Tidaka ada trauma fisik.

Masalah Keperawatan :

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : (✓) Ya (


)Tidak
Hubungan keluarga : Kakak dari Ibu
Gejala : Perut panas, kemudian tiba tiba
menjerit seperti kesetanan
Riwayat Penobatan/Perawatan : dirawat di rumah sakit jiwa dan
sekarang sudah sembuh.

Masalah Keperawatan :

5. Genogram
Laki- Laki =

Perempuan =

Menikah =

P Keturunan =

Masalah Keperawatan :

6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Dituduh mencuri


oleh guru, dan ternyata terbukti bukan klien yang mencuri namun guru
tidak mengklarifikasi didepan kelas hanya dibiarkan saja masalah
berlalu tanpa hukuman.

Masalah Keperawatan :

IV. FISIK

1. Tanda Vital : TD: mmHg N: x/I S: C RR:


x/i
2. Ukur : TB: Cm BB: Kg
3. Keluhan Fisik : Banyak bekas luka akibat garukan kuku disekujur
tubuh kecuali wajah.

Jelaskan : jika klien sudah kambuh, maka klien merasa seluruh tubuhnya merasa
gatal kemudian klien menggaruk hingga luka.

Masalah Keperawatan:

V. PSIKOSOSIAL

1. Konsep Diri :

a. Gambaran diri: klien merasa bingung terhadap dirinya dan apa yang terjadi
pada dirinya.

b. Identitas : klien anak kedua dari tiga bersaudara dan perempuan satu-
satunya

c. Peran: klien sebagai anak kedua di keluarga pak iwan.


d. Ideal Diri: -

e. Harga Diri: klien sangat tertutup dengan orang lain dan tidak mau
berkomunikasi dengan siapapun.

Masalah Keperawatan:

2. Hubungan Sosial:

a. Orang yang Berarti: Keluarga yaitu ayah, ibu, abang dan adik.

b. Peran serta dalam kegiatan Kelompok Masyarakat: klien tidak pernah ikut
dalam kegiatan masyarakat.

c. Hambatan Dalam Berhubungan dengan Orang lain: tidak pernah mau


berbicara dengan orang baru, hanya diam saja dikamar, selalu menyendiri,
dan tidak ingin berinteraksi dengan siapapun.

Masalah Keperawatan:

3. Spiritual:

a. Nilai dan Keyakinan: klien beragama islam

b. Kegiatan Ibadah: klien sudah tidak pernah beribadah lagi.

VI. STATUS MENTAL

1. Pengkajian
Tidak ✓ Penggunaan pakaian Cara pakaian tidak
Rapi tidak sesuai seperti biasanya

Jelasakan: berpakaian terserah klien sesuai dengan apa yang di inginkannya


Masalah Keperawatan:

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis ✓ Lambat ✓ Membisu ✓ Tidak mampu


memulai
pembicaraan

Jelaskan: sulit sekali membangun komunikasi dengan klien, jika di tanya hanya
senyum atau membisu, menunduk dan tidak pernah kontak mata.

Masalah Keperawatan:

3. Aktivitas Motorik

Lesu Tegang ✓ Gelisah Apatis

Tik ✓ Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan: mimik wajah berubah-ubah, dan saat duduk gelisah, selalu menunduk
dan tidak mau kontak mata.

Masalah Keperawatan:

4. Alam Perasaan :

Lesu Ketakutan ✓ Putus Asa Gembira berlebihan

Jelaskan : seperti tidak ada gairah untuk hidup normal, ditandai dengan saat
diwawancara hanya diam dan membisu.
Masalah Keperawatan :

4. Afek:

Datar Tumpul ✓ Labil Tidak Sesuai

Jelaskan: Kadang klien dapat menjawab pertanyaan, kadang hanya diam, kadang
juga hanya senyum saja.

Masalah Keperawatan :

5. Interaksi Selama Wawancara:

Bermusuhan ✓ Tidak Kooperatif Mudah Tersinggung

✓ Kontak Mata Kurang Defensif Curiga

Jelaskan: saat wawancara tidak kontak mata, kadang diam saja, dan seperti
enggan menjawab.

Masalah Keperawatan :

6. Persepsi:

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghirupan

Jelaskan : persepsi terhadap indera baik dan tidak mengalami gangguan.

Masalah Keperawatan :

7. Proses Pikir:

Sirkumstansial Tangensial Kehilangan Assosiasi

Flight Of Ideas Blocking Pengulangan


Pembicaraan/persepsi
Jelaskan: setiap pertanyaan dijawab sesuai dan tidak ada yang melenceng dari
pembahasan.

Masalah Keperawatan :
8. Isi Pikir:

Obsesi Tidak Fobia Hipokondria

Deporsonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis

Waham :

Agama Tidak Somatik Kebesaran Curiga

Nihilstik Sisip Pikir Siap Pikir Kontrol


pikir

9. Tingkat Kesadaran

Bingung Sedasi Supor

10. Disorientasi

Waktu Tempat Orang

Masalah Keperawatan:

11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek

Gangguan daya saat ini Konfabuasi

Jelaskan : daya ingat klien masih bagus dan baik

Masalah Keperawatan :

12. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung

Mudah Beralih Tidak mampu berhitung sederhana

Tidak Mampu berkonsentrasi

Jelaskan : masih mampu berhitung sederhana

Masalah Keperawatan :
13. Kemampuan Peniaian

Gangguan Ringan Gangguan Bermakna

Jelaskan : -

Masalah Keperawatan : -

14. Daya Tilik Diri

Mengingari penyakit yang diderita Menyalahkan hal hal yang di luar dirinya

Jelaskan : -

Masalah Keperawatan : -

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan


Ya Tidak Ya
Tidak
Makan Berpakaian/Berhias
✓ ✓
Bab/Bak ✓ Transportasi ✓

Keamanan ✓ Tempat Tinggal ✓

Perawatan Uang
✓ ✓
Kesehatan

Jelaskan : untuk kebutuhan sehari hari masih ada yang di bantu dan masih ada
yang bisa dilakukan sendiri

Masalah Keperawatan :
2. Kegiatan Hidup Sehari-hari
a. Perawatan Diri
Bantuan Bantuan Bantuan
Bantuan
Minimal Total Minimal Total

Mandi ✓ Bab/Bak ✓

Kebersihan ✓ Ganti pakaian


Makan ✓
Jelaskan : untuk mandi bisa dilakukan sendiri namun klien tidak mau mandi setiap
hari, jadi klien hanya mandi kapan klien mau.

Masalah Keperawatan :

b. Nutrisi

Ya
Tidak

• Apakah anda puas dengan pola makan anda ? ✓

• Apakah anda makan memisahkan diri ? ✓

Jika Ya, jelaskan alasannya : -

• Frekuensi makan/hari : 4 /kali


• Frekuensi minum/hari : 5 /kali
Meningkat Menurun Berlebih Sedikit-sedikit

• Nafsu makan Meningat Menurun


• Berat Badan :36Kg BB Tertinggi : 45Kg BB Terendah : 35Kg
• Diet Khusus : -
Jelaskan :-
Masalah Keperawatan :
c. Tidur

Ya Tidak

• Apakah ada masalah ? ✓

• Apakah anda rasa tenang bangun tidur ✓

• Apakah ada kebiasaan lidur siang



Lamanya/jam: …

• Waktu tidur malam : 05:00 Jam Waktu bangun: 14.00


Jam
Beri Tanda " √ " sesuaidengan keadaan klien

Sulit untuk tidur √ Terbangun saat tidur

Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur

Somnabolisme Berbicara dalam tidur

Jelaskan masalah keperawatan: klien kesulitan tidur hingga jam tidur pada
subuh hari kemudian bangun pada pukul 14.00 WIB

3. Kemampuan Klien Dalam hal:

• Mengantisipasi Kebutuhan Sendiri ✓

• Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri ✓

• Mengatur pengunaan obat

• Melakukan pemeriksaan kesehatan ( follow up )


Jelaskan Masalah Keperawatan: dapat meminta apa yang di butuhkan dan
dapat menetukan apa yang di inginkan.
4. Klien memiliki sistem pendukung
Ya Tidak Ya Tidak

Keluarga ✓ Teman Sejawat

Profenasionalisme Kelompok Sosial

Jelaskan : Keluarga (orang tuadan saudara kandung) selalu

memberi dukungan penuh terhadap klien dan selalu menemani

ketika dalam kondisi sakit. Keluarga mendukung proses

pengobatan pada klien.

Masalah keperawatan:

5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan yang menghasilkan atau hobi?

Ya Tidak

Jelaskan:

Masalah Keperawatan:
VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan oranglain Minum alcohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan

Tehnik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktivitas kontruktif Menghindar

Olahraga Mencederai diri

Lainnya Lainnya

Masalah keperawatan:-

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan

a. Masalah dengan dukungan keompok :-


b. Masalah berhubungan dengan lingkungan :
Tidak pernah berhubungan dengan lingkungan sekitar lagi.
c. Masalah dengan pendidikan :
Sudah tidak sekolah semenjak kelas 2 SMA
d. Masalah pekerjaan :-
e. Masalah ekonomi :-
f. Maslaah lain :-

X. Pengetahuan kurang tentang :

XI. Penyakit Jiwa ✓ Sistem Pendukung

Faktor presipitasi Penyakit Fisik

Koping Obat-obatan

Lainnya
Masalah Keperawatan:

XII. ASPEK MEDIK

Diagnosa Medik : Skizofrenia

Terapi Medik : Obat-obatan dan di rawat di RS Mahoni

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Gangguan isolasi sosial

2. Defisit perawatan diri

3. Resiko perilaku kekerasan

ANALISA DATA

NO Data Masalah Keperawatan

1. Data Subjek: Gangguan isolasi sosial : menarik diri


• Ibu klien mengatakan bahwa klien
suka menyendiri dikamar atau di
kamar mandi hingga 2 jam lebih
• Tidak pernah mau berinteraksi
dengan orang lain.
• Ketika di ajak keluar, klien akan
marah marah bahkan menedang
orang tuanya.
Data Objek:
• Saat diwawancara klien cenderung
membisu atau tidak mau kontak
mata
• Gestur tubuh gelisah
• Saat ditanya cenderung tidak
menjawab atau kalo menjawab
biasanya lama.
2. Data Subjek: Defisit perawatan diri
• Ibu klien mengatakan bahwa klien
mandi atau melakukan perawatan
diri sesuai keinginannya biasanya 5
sampai seminggu sekali klien
mandi.
• Berpakaian juga klien yang
menentukan, tidak mau diatur.
Data Objek:
• Gigi klien tampak kotor dan badan
klien sedikit bau.
• Kulit klien terdapat bekas luka
gatal disekujur tubuh kecuali
wajah.
Data Subjek: Resiko perilaku kekerasan
• Ibu klien mengatakan jika
keinginan klien tidak dipenuhi
maka klien akan marah dan
menedang ibunya atau ayahnya
• Ibu klien juga mengatakan saat
klien dianjurkan melakukan sesuatu
maka klien akan marah yang
meledak ledak dan menyakiti orang
sekitar serta berbahasa kasar.
Data Objek:
• Terlihat saat diwaancara ibunya
hendak memeluk namun klien
menarik jilbab ibunya.
• Saat diwawancara klien minta alat
duduk dengan nada tinggi.
FORMAT PENGKAJIAN RESUME

Nama Klien : Nn. I

Ruangan : -

Rencana Tindakan Implementasi


Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Keperawatan Keperawatan
Tanggal : 25 November Tujuan Umum : Tanggal : 1 Tanggal : 4
2020 Desember 2020 Desember 2020
Klien dapat
Jam : 14.00 WIB Jam : 14.00 WIB
Jam : 17.00 WIB berinteraksi dengan
SP I SP I
orang lain S:
Alasan :
1. Mengidentifikasi
- Klien mengurung diri Tujuan Khusus : Keluarga
isolasi sosial
dikamar semenjak
a) Klien dapat pasien mengatakan pasien
2016 dan takut, marah
dan memberontak jika membina hubungan 2. Berdiskusi tentang lebih suka
diajak keluar rumah. keuntungan menyendiri dan
saling percaya berinteraksi
- Menolak berinteraksi tidak mau bergaul
dengan siapapun b) Klien mampu dengan orang lain
dengan yang lain
- Aktifitas hanya 3. Berdiskusi tentang
menyebutkan penyebab O:
dillakukan dikamar kerugian tidak
atau di dalam rumah. menarik diri berinteraksi - Klien
c) Klien mampu dengan orang lain masih
4. Mengajarkan menyendiri di
Hasil wawancara dengan menyebutkan
pasien cara kamar
keluarga pasien (ibu
keuntungan berkenalan dengan
klien): - Klien malas
satu orang
- Klien selalu dikamar berhubungan social keluar rumah
dan tak mau 5. Menganjurkan
dan kerugian menarik - Klien
berinteraksi dengan pasien
siapapun. diri memasukkan merespon
- Tidak mau berbiacara. kegiatan latihan dengan baik
d) Klien dapat
- Tersenyum sendiri berbincang – saat diajak
dikamar. melaksanakan bincang dengan
orang lain dalam berbicara
- Duduk berdiam diri
hubungan sosial - Klien sudah
sepanjang hari. kegiatan harian
secara bertahap mulai lancar
Hasil observasi : SP II berbicara saat
e) Klien mampu
Keluarga bersedia
menjelaskan 1. Mengevaluasi percakapan
dilakukan wawancara dan
bersedia menjadi pasien A:
perasaannya setelah jadwal kegiatan
kelolaan Isolasi Sosial
berhubungan sosial harian pasien
Masalah Keperawatan : belum teratasi
Isolasi sosial f) Klien mendapat 2. Memberikan P:
dukungan keluarga kesempatan Lanjutkan SP
1,2,3
dalam memperluas kepada pasien
Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Isolasi Sosial hubungan sosial mempraktek- kan
Klien dapat cara berkenalan
memanfaatkan
dengan satu orang
obat dengan baik
3. Membantu pasien
memasukkan kegiatan berbincang –
kegiatan
berbincang –
bincang dengan
orang lai pasien memasukkan

SP III
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan
kesempatan
kepada klien
berkenalan
dengan dua orang
atau lebih
Menganjurk
memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian
FORMAT PENGKAJIAN RESUME

Nama Klien : Nn. I

Ruangan : -

Rencana Tindakan Implementasi


Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Keperawatan Keperawatan
Tanggal : 25 November Tujuan Umum : Tgl: 01 November Jam : 11.00 WIB
2020 2020
Pasien tidak SP 1
Jam : 17.00 WIB mengalami defisit SP 1
S : Keluarga
perawatan diri 1) Menjelaska
Alasan :
n pasien
- Kuku klien panjang. Tujuan Khusus :
- Ibu klien mengatakan pentingnya mengatakan
a) Pasien mampu
klien jarang mandi kebersihan pasien sudah mau
dan setiap disuruh melakukan
diri.
mandi klien marah. madi setiap hari
kebersihan diri
- Rambut acak acakan. 2) Membantu pasien mempraktekkan
O:
- Tercium bau tak secara mandiri
3) Menjelaska
sedap. - Penampil
b) Pasien mampu n cara
Hasil wawancara dengan
an klien
keluarga pasien (ibu melakukan menjaga
klien): kebersihan. tampak
berhias/berdandan
- Klien tidak mandi
4) Menganjur lebih rapi
berhari hari. secara baik
- Mengurung diri kan - Rambut mulai
c) Pasien mampu
dikamar saja. rapi
5) klien memasukkan dalam jadwa
- Tidak bisa melakukan melakukan makan
SP II - Wajah lebih
perawatan diri secara
dengan baik segar
mandiri. 6) Mengevaluas
Hasil observasi : d) Pasien mampu - Bau
Keluarga bersedia i jadwal kegiatan harian klien.
melakukan badan
dilakukan wawancara dan 7) Membantu
bersedia menjadi pasien BAB/BAK secara klien
kelolaan klien
mandiri tidak
mempraktekk
Masalah Keperawatan : tercium
Defisit perawatan diri an cara
A:
makan yang
- Klie
Diagnosa Keperawatan : baik.
n
Defisit perawatan diri 8) Menganjurkan
berhubungan dengan isolasi mula
sosial : manarik diri klien
i
memasukkan
mera
dalam jadwal
wat
kegiatan
diri
harian klien.
- Klien mulai
mengerti
tentang
SP III
pentingnya
9) Mengevaluasi
merawat diri
jadwal
P:
kegiatan
PK :
harian pasien
Menganjurkan
10) Menjelaskan
klien untuk
cara eliminasi
menja
yang baik
ga kebersihan
11) Membantu klien mempraktekkan cara eli
dirinya
klien
PP :
mempraktek
Membantu
kan cara
klien cara
eliminasi
membersihka
yang baik
n dirinya
SP IV
SP II
12) Mengevaluas S : Keluarga
i jadwal mengatakan
kegiatan pasien malas
harian klien membersih- kan
13) Menjelaskan tangan
cara O:
berdandan. - - tampak
14) Membantu klien makan
Klien mulai
mempraktekk tidakberserak
an cara an klien
berdandan mencuci
tangan
15) Menganjurka sebelum
n klien makan
A:
memasukkan
- Klien mulai
dalam jadwal
mampu
kegiatan
melakukan
harian.
SP II
- Klien mulai
terbiasa
melakukan
kebiasaan
makan
P:
PK :
praktekkan
cara makan
yang baik
PP : membantu
klien
mempraktekkan
evaluasi
SP III
S : Keluarga
mengatakan pasien
BAB/BAK pada
tempatnya
O:
- BAB/BA
K tertib,
bersih
A : SP III,
sudah
mampu
dilakukan
P:
Menganjurkan
klien untuk tetap
melakukan SP I
dan SP II
tanpa SP III

SP IV

S : Keluarga
mengatakan
pasien tidak
peduli terhadap
penampilannya O
:
Klien tampak
Segar
- Rambut terlihat
Rapi
- Wajah klien
tampak segar
dan bersih
A : Klien tidak
mampu
melakukan SP IV
dan Harus dalam
bimbingan
P:
- Menganjurk
an klien
untuk
memasukkan
dalam
jadwal
harian
- Berikan
reinforment
atas usaha
yang klien
lakukan
FORMAT PENGKAJIAN RESUME

Nama Klien : Nn I

Ruangan :-

Rencana Tindakan Implementasi


Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Keperawatan Keperawatan
Tanggal : 25 November Tujuan Umum: Tgl: 04 Desember Jam : 11.00 WIB
2020 Klien mampu 2020
mengatasi resiko
Jam : 11.00 WIB perilaku kekerasan Pada pasien : S : Keluarga pasien
1.Membina mengatakan
Alasan : Tujuan Khusus: hubungan saling senang diberikan
Jika keinginan klien tidak 1.Klien dapat membina percaya cara-cara
terpenuhi maka klien akan hubungan saling 2. Bantu klien mengatasi resiko
menedang ibu dan ayahnya. percaya mengungkapkan perilaku kekerasan
Jika mulai kambuh, maka 2. Klien dapat perasaan marahnya
klien akan marah marah dan mengidentifikasi 3.Ajarkan klien O : klien Nn I
menyakiti orang tuanya. penyebab perilaku cara mengontrol dibantu oleh
kekerasan marah dengan kelaurga perlahan-
Hasil wawancara dengan 3. Klien dapat latihan secara fisik I lahan sudah
keluarga pasien (ibu mengidentifikasi tanda- tarik nafas dalam melakukan
klien): tanda perilaku 4. Ajarkan klien mengatasi resiko
- Keluarga kekerasan cara mengontrol perilaku kekerasan
mengatakan 4.Klien dapat marah dengan
klien tersenyum mengidentifikasi jenis latihan secara fisik A : Keluarga mampu :
sendiri dan perilaku kekerasan II pukul kasur dan 1.Membina hubungan
melamun. yang pernah dilakukan bantal saling percaya
- Keluarga 5. Klien dapat 5.Ajarkan klien 2. Bantu klien
mengatakan mengidentifikasi akibat cara mengontrol mengungkapkan
klien akan dari perilaku kekerasan marah dengan cara perasaan marahnya
menedang dan 6.Klien dapat sosial dan verbal 3.Ajarkan klien
mengamuk mengidentifikasi cara 6. Ajarkan klien cara mengontrol
jika kontruktif atau cara- cara mengontrol marah dengan
keinginanya cara sehat dalam marah dengan cara latihan secara fisik
tidak terpenuhi mengungkapkan spiritual. I tarik nafas dalam
atau diganggu kemarahan 4. Ajarkan klien
- Keluarga 7. Klien dapat cara mengontrol
mengatakan jika mendemonstrasikan Pada keluarga : marah dengan
pasien marah cara mengontrol 1. Mengucapkan latihan secara fisik
mau melempar perilaku kekerasan salam 2.Melakukan II pukul kasur dan
bantal atau 8. Klien menggunakan kontrak waktu bantal 5.Ajarkan
selimut yang obat sesuai program dengan keluarga klien cara
dianggap pasien yang telah ditetapkan pasien mengontrol marah
bukan miliknya 3.Mendiskusikan dengan
keluarganya Rencana Tindakan masalah yang cara sosial dan
- Pasien sudah Keperawatan: dirasakan keluarga latihan secara fisik
sakit sejak 2016 1. Bina hubungan dalam I tarik nafas dalam
saling percaya dengan merawat pasien 6. Ajarkan
,sembuh dan kambuh lagi . mengemukakan prinsip 4.Menjelaskan klien cara
komunikasi pengertian mengontrol marah
terapeutik: perilaku kekerasan, dengan latihan
a. Mengucapkan salam tanda dan secara fisik II
terapeutik, sapa klien gejala, serta proses pukul kasur dan
dengan ramah, baik, terjadinya bantal Ajarkan
verbal maupun perilaku kekerasan klien cara
nonverbal 5.Menjelaskan cara mengontrol marah
b. Perkenalkan diri merawat dengan cara sosial
dengan sopan pasien dengan dan verbal
c. Tanyakan nama Perilaku Kekerasan 7. Ajarkan klien
lengkap klien dan nama 6.Melatih keluarga cara mengontrol
panggilan yang di sukai mempraktikkan marah dengan
klien cara merawat cara spiritual
d. Jelaskan tujuan pasien dengan 8. Ajarkan klien
pertemuan perilaku kekerasan cara mengontrol
e. Membuat kontrak 7.Melatih keluarga marah dengan cara
topik, waktu dan tempat melakukan cara patuh minum obat
setiap kali bertemu merawat langsung dengan 6 benar :
klien kepada pasien orang, obat, cara,
f. Tunjukan sikap perilaku kekerasan dosis, waktu,
empati dan menerima 8.Membantu keluarga dokumentasi
pasien apa adanya membuat jadwal
Beri perhatian aktivitas di rumah
kebutuhan dasar klien P : Intervensi
termasuk minum obat
2. Bantu klien dilanjutkan
mengungkapkan
perasaan
marahnya :
a. Diskusikan bersama
klien menceritan
penyebab rasa kesal
atau rasa jengkel
b. Dengarkan
penjelasan klien tanpa
menyela atau memberi
penilaian pada setiap
ungkapan perasaan
klien
3. Membantu klien
mengungkapkan tanda-
tanda
kekerasan yang
dialaminya :
a. Diskusikan dan
motivasi klien untuk
menceritakan kondisi
fisik saat perilaku
kekerasan terjadi
Diskusi dan motivasi
klien untuk
menceritakan kondisi
emosi nya saat terjadi
perilaku kekerasan
c. Diskusikan dan
motivasi klien uintuk
menceritakan kondisi
psikologis saat
terjadi perilaku
kekerasan
d. Diskusikan dan
motivasi klien untuk
kondisi hubungan
dengan orang lain saat
terjadi perilaku
kekerasan.

4. Diskusikan dengan
klien seputar perilaku
kekerasan yang
dilakukan selama ini :
a. Diskusikan dengan
klien seputar perilaku
kekersan yang
dilakukan selama ini
b. Motivasi klien
menceritakan jenis-
jenis tindakan
kekerasan yang selama
ini pernah dilakukannya
diskusikan apakah
dengan kekerasan yang
dilakukannya ada
masalah yang dialami.
5. Diskusikan
dengan klien akibat
negatif atau kerugian
dari cara atau tindakan
kekerasan yang
dilakukan pada:
• Diri sendiri
• Orang lain/keluarga
Lingkungan
6. Diskusikan dengan
klien seputar :
a. Apakah klien mau
mempelajari cara
baru mengungkapkan
cara marah yang sehat
Jelaskan berbagai
alternatif pilihan untuk
mengungkapkan
kemarahan selain
perilaku kekerasan
yang diketahui
c. Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
kemarahan :
- Cara fisik :
Napas dalam ,pukul
kasur, olahraga
- Verbal :
Mengungkapkan bahwa
dirinya sedang
kesal kepada orang lain
- Sosial : Latihan asertif
dengan orang lain
- Spritual : Sembah
yang, meditasi, sesuai
dengan keyakinan
agama nya masing-
masing.
7a. Diskusi cara yang
mungkin dipilih serta
anjurkan klien memilih
cara yang mungkin
diterapkan untuk
mengungkapkan
kemarahannya
b. Latih klien
memperagakan cara
yang dipilih dengan
melaksanakan cara
yang dipilihnya
c. Jelaskan cara
manfaat tersebut
d. Anjurkan klien
menirukan peragaan
yang sudah dilakukan
e. Beri penguatan pada
pasien

8a. Jelaskan manfaat


menggunakan obat
secara teratur dan
kerugian jika tidak
tidak menggunakan
Obat Jelaskan
kepada klien : -
Jenis obat, nama,
warna, dan bentuk
- Dosis yang tepat
untuk klien
- Waktu pemakaian
- Cara pemakaian
- Efek yang akan
dirasakan klien
- Anjurkan klien untuk
minta obat tepat
waktu
- Beri pujian terhadap
kedisplinan klien
menggunakan obat.
DAFTAR KEGIATAN HARIAN (ADL)

HARI/TANGGAL/JAM KEGIATAN KETERANGAN

24 NOVEMBER 2020 POST CONFERENCE • Membahas apa saja


• 14.00 WIB yang akan dilakukan
di stase jiwa pada
minggu pertama,
kedua dan ketiga.
• Pembagian kelompok
kecil dengan masing
masing dosen
pembimbing.

25 NOVEMBER 2020 BERTEMU PASIEN • Mengkaji klien


• 17.00 WIB dengan didampingi
orang tua klien

26 NOVEMBER 2020 POST CONFERENCE • Membahas hasil


pengkajian selama 2
hari kemudian
melaporkan apa saja
kendala saat
dilapangan.
27 NOVEMBER 2020 MENGERJAKAN
• 08.00-17.00 WIB LAPORAN KASUS • Mulai mengerjakan
MINGGU PERTAMA laporan minggu
pertama beserta
editing kemudian
besok akan
diserahkan ke dosen
pembimbing
kelompok kecil.

28 NOVEMBER 2020 MENGERJAKAN • Menyiapkan laporan


• 08.00- 14.00 WIB LAPORAN DAN untuk di kumpulkan
MENYIAPKAN besok.
JURNAL
• MENGIRIMKAN
29 NOVEMBER 2020 MENGIRIMKAM MASING MASING
• 19.00 WIB LAPORAN KE LAPORAN
WHATSAPP GROUP
KECIL

01 DESEMBER 2020 MELAKUKAN


• 14.00 WIB IMPLEMENTASI Melakukan implementasi
DIAGNOSA kepada klien
PERTAMA

02 DESEMBER 2020 MELAKUKAN


• 15.00 WIB IMPLEMENTASI Melakukan Implementasi
DIAGNOSA KEDUA ke dua.

03 DESEMBER 2020 ZOOM Melaporkan kendala dan


• 11.30 WIB PRECONFERENCE kemajuan laporan kasus.
Dan melakukan diagnosa
ke tiga

04 DESEMBER 2020 MENYIAPKAN Menyiapkan laporan dan


• 14.00 WIB LAPORAN MINGGU mengumpulkannya besok
KE 2 pagi.

PEMBIMBING KEPALA
RUANGAN

( ) ( )
DAFTAR JURNAL STASE JIWA

No. Judul Jurnal Link


1. Sosial Skill Training Pada Pasien Isolasi Sosial https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/download/4418/4063
2. Gambaran Faktor Predisposisi Pasien Isolasi http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/article/view/464
Sosial
3. PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN https://media.neliti.com/media/publications/109471-ID-pengaruh-
SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN latihan-keterampilan-sosialisas.pdf
BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL
DI RSJ Prof. Dr. V. L. RATUMBUYSANG
MANADO
4. Terapi Keperawatan dalam Mengatasi interaksi https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/download/276/173
Sosial pada Pasien Skizofrenia
5. Asuhan Keperawatan Pada Klien Isolasi Sosial https://journal.lppm-
Pasca Pasung stikesfa.ac.id/index.php/FHJ/article/download/14/13
6. STUDI KASUS PEMENUHAN http://journal.poltekkes-
KEBUTUHAN DEFISIT PERAWATAN mks.ac.id/ojs2/index.php/mediakeperawatan/article/view/1321
DIRI MANDI DAN BERHIAS PADA
PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH
SAKIT TINGKAT II PELAMONIA
MAKASSAR

7. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN https://media.neliti.com/media/publications/184247-ID-hubungan-


MOTIVASI TERHADAP PEMENUHAN pengetahuan-dan-motivasi-terhad.pdf
KEBUTUHAN DASAR PASIEN
GANGGUAN JIWA DENGAN DEFISIT
PERAWATAN DIRI
8. UPAYA MENINGKATKAN PERSONAL http://eprints.ums.ac.id/52341/5/naskah%20publikasi.pdf
HYGIENE MELALUI MOTIVASI
PERAWATAN DIRI PADA PASIEN DEFISIT
PERAWATAN DIRI
9. Manajemen Kasus Spesialis Jiwa Defisit https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/download/972/1021
Perawatan Diri Pada Klien Gangguan Jiwa di
RW 02 dan RW 12 Kelurahan Baranangsiang
Kecamatan Bogor Timur
10. MODELING PARTICIPANT TOWARD https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/3754
SELF-CARE DEFICIT ON
SCHIZOPHRENIC CLIENTS
11. Manajemen Kasus Spesialis Keperawatan Jiwa https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/download/3890/3624
Klien Resiko Perilaku Kekerasan dengan
Pndekatan Model Adaptasi Roy dan Johnson’s
Behavioral Model Unit Intensive RS MM di
Bogor
12. STIGMATISASI DAN PERILAKU https://media.neliti.com/media/publications/111738-ID-stigmatisasi-
KEKERASAN PADA ORANG DENGAN dan-perilaku-kekerasan-pada.pdf
GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI INDONESIA
13. UPAYA PENURUNAN RISIKO PERILAKU http://eprints.ums.ac.id/52404/4/Naspub_Fathul.pdf
KEKERASAN PADA DENGAN MELATIH
ASERTIF SECARA VERBAL
14. Tanda Gejala dan kemampuan Mengontrol https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/download/29/1072
Perilaku Kekerasan dengan Terapi Musik dan
Rational Emotive Cognitiv Behavior Theraphy
15. Pengaruh Terapi Somatis Isolasi Terhadap https://www.researchgate.net/publication/338707479_
Perubahan Perilaku Kekerasan Pada Pasien Pengaruh_Terapi_Somatis_Isolasi_Terhadap_Perubahan_
Skizofrenia Perilaku_Kekerasan_Pada_Pasien_Skizofrenia

Anda mungkin juga menyukai