Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH EKLAMSI

DISUSUN OLEH :

1. AGUNG PERMANA /180203110

2. ANAR CAHYONO / NIM 180203112

3. INDARTI /180203123

4. ROBI JULIAN PRATOMO

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS


KESEHATAN UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
TA. GENAP 2019-2020

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
        Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan
nifas. Golongan penyakit ini ditandai dengan hypertensi dan kadang – kadang
disertai proteinuria, odema, convulsi coma atau gejala – gejala lainnya.
        Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu sebab
dari kematian ibu. Di USA misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan penyakit
ini. Hypertensi dalam kehamilan juga menjadi penyebab yang penting dari
kelahiran mati dan kematian neonatal. Hypertensi biasa akan berakhir dengan
EKLAMPSIA.
        Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas
dan mortalitas maternal dan perinatal. Kejadian EKLAMPSIA di Negara
berkembang berkisar 1 dari 100 hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre
EKLAMPSIA dan EKLAMPSIA berkisar 1,5 % sampai 25 %. Koknifikan
yang mengancam jiwa ibu akibat eklampsia adalah edema pulmonalis, gagal
hati dan ginjal, DIC, sindrom HELLP, dan perdahan otak.
        EKLAMPSIA disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum.
Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah
persalinan. EKLAMPSIA paling sering terjadi pada trimester terakhir dan
menjadi semakin sering menjelang aterm.
        Masalah utama dalam mencegah dan mengobati EKLAMPSIA adalah
penyebab kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara
hipertensi dan penyakit serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara
EKLAMPSIA dan ensefalopati hipertensif ( Vaughan & Delanty 2000 ).
        Dengan adanya uraian di atas maka penulis akan membahas masalah
EKLAMPSIA untuk mengurangi AKI dan AKB sekaligus menyelesaikan tugas
kelompok yang diberikan.
B.    Rumusan masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan EKLAMPSIA?
2.    Berapa jenis EKLAMPSIA?
3.    Bagaimana gejala EKLAMPSIA?
4.    Bagimana patologi penyakit EKLAMPSIA?
5.    Apa etiologi dari EKLAMPSIA?
6.    Apa diagnosa dari EKLAMPSIA?
7.    Bagaimana prognosis EKLAMPSIA?
8.    Bagaimana perawatan EKLAMPSIA?
9.    Bagaimana penanganan saat kejang?

C.    Tujuan penulisan makalah


1.    Tujuan umum
        Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang EKLAMPSIA dan demi
terlaksananya diskusi kelas.
2.    Tujuan khusus
a.    Untuk mengetahui definisi EKLAMPSIA
b.    Untuk mengetahui jenis-jenis EKLAMPSIA
c.    Untuk mengetahui gejala EKLAMPSIA
d.    Untuk mengetahui patologi penyakit EKLAMPSIA
e.    Untuk mengetahui etiologi dari EKLAMPSIA
f.     Untuk mengetahui diagnosa dari EKLAMPSIA
g.    Untuk mengetahui prognosis EKLAMPSIA
h.    Untuk mengetahui cara perawatan EKLAMPSIA
i.      Untuk mengetahui penanganan saat kejang

D.    Manfaat penulisan makalah


1.    Manfaat bagi penulis
        Adapun manfaat yang dapat diperoleh kelompok yakni dapat mngerjakan
tugas kelompok dengan meningkatnya kerjasama dan kekompakan.
2.    Manfaat bagi pembaca
        Dapat menambah pengetahuannya tentang EKLAMPSIA.
3.    Manfaat bagi dosen yang bersangkutan
        Dapat memberikan penilaian kepada mahasiswa dari hasil penulisan makalah
dan diskusi kelompok dalam kelas dan mengetahui seberapa jauh mahasiswa
mampu memahami materi yang dibahas dalam diskusi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian eklampsia
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil
dan dalam masa nifas disertai dengan hypertensi oedema dan proteinuria.
(obstetric patologi,unpad,1984).
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan
neurologik) dan atau koma dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala –
gejala pre eklampsia (asuhan patologi kebidanan, 2009).
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan koma. (ilmu kebidanan, 2010).
Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae dari pada multiparae.
Eklampsia juga sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola
hidatidosa. Eklampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam
pertama setelah persalinan.
B. Jenis-jenis eklampsia
Menurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah :
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan
3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setalah persalinan
C. Gejala eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh gejala – gejala preeklampsia yang berat
seperti :
1. Sakit kepala yang keras
2. Penglihatan kabur
3. Nyeri diulu hati
4. Kegelisahan dan hyperrefleksi sering mendahuli serangan kejang
Serangan dapat dibagi dalam 4 tingkat :
a. Tingkat invasi (tingkat permulaan)
Mata terpaku, kepala dipalingkan kesatu pihak, kejang –kejang hals terlihat
pada muka. Tingkat ini berlangsung beberapa detik.
b. Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis)
Seluruh badan menjadi kaku, kadang- kadang terjadi ephistholonus, lamanya
15 sampai 20 detik.
c. Tingkat konvulsi (tingkat kejang clonis)
Terjadilah kejang yang timbul hilang, rahang membuka dan menutup begitu
pla mata, otot –otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang.
Kejang ini sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari temapt tidur atau
lidahnya tergigit. Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya,
mata merah, muka biru, berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti.
Lamanya ± 1 menit.
d. Tingkat coma
Setelah kejang clonis ini pasien jatuh dalam coma. Lamanya coma ini dari
beberapa menit sampai berjam –jam. Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak
ingat sama sekali apa yang telah terjadi.
Gejala klinis :
1. Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas
2. Tanda – tanda pre eklampsia (hipertensi, edema dan proteinuria)
3. Kejang dan atau koma
4. Kadang – kadang disertai gangguan fungsi organ.
Setelah beberapa waktu, terjadi serangan baru dan kejadian yang dilukiskan
diatas berulang lagi kadang –kadang 10 – 20 kali.
Sebab kematian eklampsia adalah odema paru –paru, apoplexy dan acidosis.
Atau pasien mati setelah beberapa hari karena pneumoni aspirasi, kerusakan hati
atau gangguan faal ginjal. Kadang–kadang terjadi eklampsia tanpa kejang ;gejala
yang menonjol ialah coma. Eklampsia se,acam ini disebut eklampsia sine
eklampsia dan terjadi pada kerusakan hati yang berat. Karena kejang merupakan
gejala yang khas dari eklampsia maka eklampsia sine eklampsia sering
dimasukkan preeklampsia yang berat. Pada eklampsia tekanan darah biasanya
tinggi sekitar 180/110 mmHg.
Nadi kat dan berisi tetapi kalau keadaan sudah memburuk menjadi kecil dan
cepat. Demam yang tinggi memburuk prognosa. Demam ini rupa–rupanya
cerebral. Pernafasan biasanya cepat dan berbunyi, pada eklampsia yang berat ada
cyanosis.
Proteinuria hamper selalu ada malahan kadang – kadang sangat banyak juga
odema biasanya ada. Pada eklampsia antepartum biasanya persalianan mulai
setelah beberapa waktu. Tapi kadang –kadang pasien berangsr baik tidak kejang
lagi dan sadar sedangkan kehamilan ters berlangsung.
Eklampsia yang tidak segera disusul dengan persalinan disebut eklampsia
intercurrent. Dianggap bahwa pasien yang sedemikian bukan sembuh tapi jatuh ke
tingkat yang lebih ringan ialah dari eklampsia ke dalam keadaan preeklampsia.
Jadi kemngkinan eklampsia tetap mengancam pasien semacam ini sebelum
persalianan terjadi.
Setelah persalianan keadaan pasien berangsr baik, kira – kira dalam 12 – 24
jam. Juga kalau anak mati didalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya
penyakit berkurang. Proteinria hilang dalam 4 – 5 hari sedangkan tekanan darah
normal kembali dalam kira –kira 2 minggu. Ada kalanya pasien yang telah
menderita eklampsia menjadi psychotis, biasanya pada hari ke 2 atau ke 3
postpartum dan berlangsung 2 – 3 mingg. Prognosa pada munya baik, penyulit
laiannya ialah hemiplegic dan ganguuan penglihatan karena odema retina.
D. Patologi Eklampsia
Pada wanita yang mati karena eklampsia terdapat kelainan pada hati, ginjal,
otak, dan paru – paru dan jantung. Pada umumnya dapat ditemukan necrose,
haemorrhagia, odema, hyperaemia atau ischaemia dan thrombosis. Pada placenta
terdapat infakt – infarct karena degenarasi syncytium. Perubahan lain yang
terdapat ialah retensi air dan natrium, haemokonsentrasi dan kadang – kadang
acidosis.
E. Etiologi eklampsia
Sebab eklampsia belum diketahui benar, salah satu teori yang dikemukakan
ialah bahwa eklampsia disebabakan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia
uteroplacenta). Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada
molahydatidosa, hidramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan,
pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, perdarahan
darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat- zat dari plasenta atau
decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hypertensi.
F. Diagnose Eklampsia
Untuk diagnose eklampsia harus dikesampingkan keadaan –keadaan lain
dengan kejang dan coma seperti ureami, keracunan, epilepsy, hysteri, ebcephalitis,
meningitis, tumor otak,dan atrofi kuning akut dari hati. Diagnose eklampsia lebih
24 jam postpartum harus dicurigai.
G. Prognosis Eklampsia
Eklampsia adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya maka prognosa
kurang baik untuk ibu maupun anak. Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas
artinya prognosa bagi multiparae lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur
terutama kalau umur melebihi 35 tahun dan juga oleh keadaan pada waktu pasien
masuk rumah sakit. Juga diurese dapat dipegang untuk prognosa jika diurese lebih
dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak baik.
Sebaiknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala –gejala lain memberikan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah :
1. Coma yang lama
2. Nadi di atas 120
3. Suhu di atas 390 C
4. Tensi di atas 200 mmHg
5. Lebih dari 10 serangan
6. Proteinuria 10 gram sehari sehari atau lebih
7. Tidak adanya odema.
Odema paru –paru dan apoplexy merupakan keadaan yang biasanya
mendahului kematian.
H. Perawatan eklampsia
Perawatan dasar eklampsia ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital,
yang harus selalu diingat airway, breathing, circulation (ABC), mengatasi dan
mencegah kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia, mencegah trauma pada
pasien pada waktu kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu
krisis hipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang
tepat.
Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif eklampsia merupakan
peraatan yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa
eklampsia ialah mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi
penyulit, khususnya hiprtensi krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin
sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat.
1. Pengoatan medikamentosa
a. Obat anti kejang
Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama ialah magnesium sulfat. Bila
dengan jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain,
misalnya thiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternative pilihan, namun
mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya
dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman. Pemberian diuretikum
hendaknya selalu disertai dengan memonitor plasma elektrolit. Obat kardiotinika
ataupun obat-obat anti hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan benar-
benar atas indikasi.
b. Magnesium sulfat (MgSO4)
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian
magnesium sulfat pada preeclampsia berat. Pengobatan suportif terutama
ditujukan untuk gangguan fungsi organ-organ penting, misalnya tindakan-
tindakan untuk memperbaiki asidosis, mempertahankan pentilasi paru-paru,
mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi kordis.
Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care sanga penting,
misalnya meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar isolasi,
mencegah aspirasi, mengatur infuse penderita, dan monitoring produksi urin.
c. Perawatan pada waktu kejang
Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertologan ialah
mencegah penderita mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut.
Dirawat di kamar isolasi cukup terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi
sianosis segera dapat diketahui. Penderita dibaringkan di tempat tidur yang lebar,
dengan rail tempat tidur harus dipasang dan dikunci dengan kuat. Selanjutnya
masukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba melepas
sudap lidah yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala
direndahkan dan daerah orofarim diisap. Hendaknya dijaga agar kepala dan
ekstremitas penderita yang kejang tidak terlalu kuat menghentak-hentak benda
keras disekitarnya. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor, guna
menghindari fraktur. Bila penderita selesai kejang-kejang, segera beri oksigen45.
d. Perawatan koma
Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat beraksi atau
mempertahankan diri terhadap suhu yang ekstrim, posisi tubuh yang
menimbulkan nyeri dan aspirasi, karena hilangnya reflex muntah. Ahaya terbesar
yang mengancam penderita koma, ialah terbuntunya jalan napas atas. Setiap
penderita EKLAMPSIA yang jatuh dalm koma harus dianggap bahwa jalan napas
atas terbuntu, kecuali dibuktikan lain.
Oleh karena itu, tindakan pertama-tama pada penderita yang jatuh, (tidak
sadar), ialah menjaga dan mengusahakan agar jalan napas atas tetap terbuka.
Untuk menghindari terbuntunya jalan napas atas oleh pangkal lidah dan epiglottis
dilakukan tindakan sebagai berikut. Cara yang sederhana dan cukup efektif dalam
menjaga terbukanya jalan napas atas, ialah dengan maneuver head tilt-neck lift,
yaitu kepala direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi ke belakang atau head
tilt- chain lift, dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas, atau jaw-
thrust, yaitu mandibula kiri-kanan di ekstensikan ke atas sambil mengangkat
kepala ke belakang. Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pemasangan
orophary haringeal airway46 . hal penting ke dua yang perlu diperhatikan ialah
bahwa penderita, akan kehilangan reflex muntah sehingga kemungkinan
terjadinya aspirasi bahan lambung sangat besar. Lambung ibu hamil harus selalu
dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu, semua benda yang ada dalam
rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lender maupun sisa makanan, hars
segera diiasap secara intermiten. Penderita ditidurkan dalam posisi stabil untuk
drainase lendir.
Monitoring kesadaran dan dalamnya, memakai Glasgow, coma escale.pada
perawatan koma perlu diperhatikan pencehgahan dekubitus dan makanan
penderita. Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin; dapat diberikan
melalui nasograstrik tube (NGT).
e. Perawatan edema paru
Bila terjadi edema paru sebaiknya penderita di rawat di ICU karena
membutuhkan perawatan animasi dengan respirator.
2. Pengobata obstetric
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan EKLAMPSIA
harus diakhiri, tanpa memandang kehamilan dan keadaan janin. Persalinan
diakhiri bila sudah mencapai stabilisasi (pemulihan). Hemodinamika dan
metabolism ibu.
Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam,
monitoring tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
I. Penanganan kejang
1. Selalu ingat ABC (airway, breathing, circulation)
2. Beri obat anti kejang
3. Beri oksigen 4-6 liter per menit
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
6. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu

Anda mungkin juga menyukai