Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. M DENGAN


KATARAK DI DESA GUYANGAN KECAMATAN WINONG
KABUPATEN PATI

Disusun oleh :
Ririn Dian Sutrisni (20213110058)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CENDEKIA UTAMA KUDUS

2021/2022
I. PENGERTIAN
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur –
angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya. Katarak adalah
terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa. Umumnya
akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
[ CITATION Fit17 \l 1033 ].

II. ETIOLOGI
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain [ CITATION
Mar17 \l 1033 ]:
1. Usia lanjut dan proses penuaan.
2. Congenital atau bisa diturunkan. 
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti rokok atau
bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti
[ CITATION Mar17 \l 1033 ]:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gang
guan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetic.

III. KLASIFIKASI
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut
[ CITATION Mar17 \l 1033 ]:
1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder): penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti
DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan
menimbulkan katarak komplikata.

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam [ CITATION Mar17 \l 1033 ] :

1. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah
terlihat pada usia dibawah 1 tahun).
2. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia 
40 tahun.
3. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun.
4. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis
katarak ini merupakan proses degenerated (kemunduran) dan yang paling
sering ditemukan.
Adapun tahapan katarak senilis adalah [ CITATION Mar17 \l 1033 ]:
1. Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih
sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa.
Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
Penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan keluhan atau ganggua
n pada penglihatannya sehingga cenderung diabaikan.
2. Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih.
3. Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung d
an bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang
sering disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat
membaca, penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas
sehari-hari.
4. Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada stuktur mata
yang lainnya.
IV. MANIFESTASI KLINIK
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain [ CITATION Mar17 \l 1033 ]:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Gejala objektif biasanya meliputi [ CITATION Mar17 \l 1033 ]:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampakh abu-abu putih. Penglihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih, sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negative.
Gejala umum gangguan katarak meliputi [ CITATION Mar17 \l 1033 ]: 

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa.
3. Peka terhadap sinar atau cahaya.
4. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
5. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah [ CITATION Mar17 \l 1033 ] :
1. Sering berganti kaca mata.
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.

V. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya
keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat
larut dalam membran semipermeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah
protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa
melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan
atau bintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan
katarak. Terjadinya penumpukan cairan dan disintegrasi pada serabut tersebut
mengakibatkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguan
penglihatan [ CITATION Fit17 \l 1033 ].

VI. KOMPLIKASI
1. Glaucoma
2. Uveitis
3. Kerusakan endotel kornea
4. Sumbatan pupil
5. Edema macula sistosoid
6. Endoftalmitis
7. Fistula luka operasi
8. Pelepasan koroid
9. Bleeding
[ CITATION Mar17 \l 1033 ]

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusa
kan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit system
saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,  gluko
ma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg).
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma.
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optic,
papilledema, perdarahan.
7.  Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM   
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
[ CITATION Mar17 \l 1033 ]

VIII. PENCEGAHAN
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin C, B2, A, dan E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan
sinar matahari (sinar UV) secara berlebihan, lebih baik menggunakan kaca mata
hitam dan topi saat keluar pada siang hari [ CITATION Mar17 \l 1033 ].

IX. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Metoda yang paling populer dalam mengeluarkan katarak adalah
ECC (extracapsular cataract extraction) atau ekstraksi lensa ekstrakapsular.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan
penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan
bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50
atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandangan mempengaruhi keamanan
atau kualitas hidup atau bika visialisasi segmen posterior sangat perlu untuk
mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus
seperti : diabetes dan glaukoma. Ada dua macam teknik pembedahan, yaitu
ekstraksi katarak intra kapsuler dan esktraksi katarak ekstra kapsuler
[ CITATION Fit17 \l 1033 ].
2. Koreksi lensa
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilaton pupil dan retraksi
kuat sampai titik dimana kelayan melakukan aktivitas sehari – hari, maka
penanganan konservatif.
Dilakukan karena lensa atau isi lensa dikeluarkan maka perlu
menggantikannya, yaitu dengan lensa intraokular. Ini yang paling sering.
Sedangkan metode lain adalah lensa eksternal, kaca mata katarak atau lensa
kontak (contact lens) [ CITATION Fit17 \l 1033 ].
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC), edisi ke-6. Singapore: Elsevier.

Fitria, N. (2017). Katarak. e-jurnal keperawatan.

Keliat, B. A., Mediani, H. S., & Tahlil, T. (2018). NANDA-I diagona keperawatan : definisi
dan klasifikasi 2018-2020 (11 ed.). Jakarta: EGC.

Maria, A. (2017). Penatalaksanaan Katarak. e-jurnal keperawatan.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th edition. Singapore: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai