Disusun oleh :
Ririn Dian Sutrisni (20213110058)
2021/2022
Laporan Pendahuluan
Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Ny. Y Dengan Resiko Bunuh Diri Di
Desa Guyangan Kecamatan Winong Kabupaten Pati
A. PENGERTIAN
Resiko bunuh diri adalah perilaku merusak diri yang langsung dan disengaja
untuk mengakhiri kehidupan (Herdman, 2012). Bunuh diri merupakan salah satu dari
20 penyebab utama kematian secara global untuk semua umur dan hampir satu juta
orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya (Schwartz-Lifshitz, dkk, 2013).
C. ETIOLOGI
(Menurut Fitria, Nita, 2009) Dalam buku Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan
LaporanPendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP)
untuk 7 DiagnosisKeperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1 Keperawatan), etiologi
dari resiko bunuh diriadalah :
1. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjangsiklus kehidupan adalah sebagai berikut :
a. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyairiwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untukmelakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati,impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan,kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif
dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan,atau bahkan perceraian. Kekuatan
dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensiyang terapeutik,
dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang
dalammenghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapatmenyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimiayang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebutdapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
olehindividu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapatmenjadi pencetus adalah melihat atau membaca
melalui media mengenai orang yang melakukanbunuh diri ataupun percobaan
bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebutmenjadi sangat rentan.
3. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan
dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar
memilih untuk melakukan tindakanbunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan
dengan banyak faktor, baik faktor social maupunbudaya. Struktur social dan
kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klienmelakukan
perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan
meningkatkankeinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang
aktif dalam kegiatanmasyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan
angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah
seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
4. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungandengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking.Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.
Keterangan :
a) Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan, yakin,
dan kesadaran diri meningkat.
b) Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang yang
masih normal dialami individu yang mengalami perkembangan perilaku.
c) Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian, seperti
perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal, terlibat dalam rekreasi
yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang menyimpang secara
sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
d) Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri yang
dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa
bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.
Bentuk umum perilaku pencederaan diri termasuk melukai dan membakar kulit,
membenturkan kepala atau anggota tubuh, melukai tubuhnya sedikit demi
sedikit, dan menggigit jari.
e) Bunuh diri, yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan.
Setiap upaya percobaan bunuh diri selalu diawali dengan adanya motivasi
untuk bunuh diri dengan berbagai alasan,berniat melaksanakan bunuh diri,
mengembangkan gagasan sampai akhirnya melakukan bunuh diri. Oleh karena itu,
adanya percobaan bunuh diri merupakan masalah keperawatan yang harus
mendapatkan perhatian serius. Sesekali pasien berhasil mencoba bunuh diri, maka
selesai riwayat pasien. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa mitos (pendapat yang
salah) tentang bunuh diri.
F. PATOSIKOLOGI
Gambaran Proses Terjadinya Bunuh Diri
Pertimbangan
untuk melakukan
bunuh diri
Ambivalensi
Kurangnya respon
Kematian
positif
Bunuh Diri
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama : Ny. Y
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :-
Alamat : Ds. Guyangan RT/RW : 02/01, Kec. Winong Kab. Pati
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien (P)
Penjelasan : Klien adalah anak kedua dari pasangan suami istri, memiliki kakak
perempuan dan 1 orang anak perempuan. Klien masih tinggal satu rumah
dengan orangtua. Sedangkan kaknya sudah berkeluarga dan tinggal dengan
suaminya, rumah kakaknya sebelahan dengan rumah klien.
2) Konsep Diri
a. Gambaran diri
Saat dilakukan wawancara pada pasien tentang dirinya dan anaknya pasien
merespon dengan baik, tetapi saat ditanya tentang suaminya klien tampak tidak
suka dan marah.
b. Identitas diri
Keluarga pasien mengatakan klien sebagai ibu rumah tangga.
c. Ideal diri
Klien mengatakan bahwa ingin cepat sehat dan bisa segera menjaga dan
menyekolahkan anaknya sampai sarjana.
a. Harga Diri
Klien menerima dan tidak minder dengan kondisinya yang sekarang, tetapi
kadang merasa tertekan karena jarang warga yang mau berkumpul dengannya.
3) Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti atau terdekat
Pasien mengatakan orang terdekat yang biasanya diajak untuk memecahkan
masalah adalah kakak kandungnya sendiri.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Pasien tidak pernah mengikuti karang taruna. Pasien hanya menghabiskan
waktu di dalam rumah.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan tidak mengalami hambatan dalam menjalin hubungan
dengan orang lain, hanya dengan suaminya saja.
4) Nilai, keyakinan dan spiritual
Pasien beragama islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa, pasien
tidak memiliki keyakinan yang berlebih terhadap agama yang dianutnya. Pasien
mengatakan sebelum sakit rajin menjalankan sholat 5 waktu setiap hari, tapi
semenjak sakit pasien jarang sholat.
f. Status Mental
1. Penampilan Umum
Kebersihan dan kerapihan klien cukup baik dan rapi.
2. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan tepat, selama proses wawancara pasien berbicara mengenai satu topik
dengan jelas.
3. Aktvitas Motorik
Pada saat wawancara pasien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan
yang di ulang – ulang ataupun gemetar.
4. Alam Perasaan
Pasien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun
gembira. Pasien terlihat sangat senang saat menceritakan pengalaman yang
diceritakan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan pasien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
6. Interaksi Selama Wawancara
Selama proses wawancara, pasien mau menjawab pertanyaan. Kontak mata
pasien bagus dan pasien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau
menjawab pertanyaan perawat dengan panjang dan lebar.
7. Persepsi
Klien mengalami gangguan persepsi halusinasi pendengaran
Jenis : halusinasi penglihatan (Visual, Optik)
Isi : melihat suaminya saat dirumah sehingga membuat kien marah.
Frekuensi : ± 5 menit
Waktu : bisa terjadi sewaktu-waktu
Respon : klien menjadi marah tidak terkontrol.
8. Isi pikir
Tidak ada gangguan isi pikir
9. Proses Fikir
Selama wawancara, pembicaraan pasien singkat dan tidak berbelit – belit,
tidak diulang – ulang, dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya dalam satu topik.
10. Tingkat Kesadaran dan orientasi
Pasien menyadari bahwa dia sedang di ruamah dan sedang melakukan
wawancara. Pasien juga sadar dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan
lingkungannya. Tingkat kesadaran pasien terhadap waktu, orang dan tempat
jelas.
11. Memori
Pasien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu
maupun saat ini. Pasien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi pasien sudah
makan tau belum. Pasien tidak pernah mengalami gangguan daya ingat baik
jangka panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Selama wawancara konsentrasi fokus terhadap terhadap apa yang sedang
ditanyakan.
13. Kemampuan Penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang menurut klien itu menjadi prioritas
bagi dirinya dengan bantuan kakaknya.
14. Daya Tarik Diri
Pasien mengetahui kekurangan atau kelemahan yang ada pada dirinya.
g. Mekanisme Koping
Saat diwawancara reaksi pasien baik, pasien dapat berbicara dengan orang lain
tanpa ada gangguan.
2. Analisa Data
Hari/tgl/jam Data fokus Diagnosis Paraf
Kamis, Ds : Resiko bunuh diri Ririn
berhubungan dengan dians
27 – 10 – 2021 Pasien mengatakan merasa
09.00 WIB. hidupnya tak berguna lagi Harga diri rendah
Do :
Pasien tampak murung
Pasien tampak tidak
bergairah
Pasien tampak ada bekas
percobaan bunuh diri
3. Pohon Maslah
Akibat Resiko bunuh diri
4. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri berhubungan dengan Harga Diri Rendah.
4. Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
dengan dokter
5. Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika
terjadi hal – hal yang
tidak di inginkan .
6. Catatan Keperawatan
NO. Diagnosa Evaluasi ttd
1. Resiko bunuh diri S : klien mengatakan sudah mengetahu Ririn
berhubungan dengan tentang Resiko Bunuh Diri dians
Harga Diri Rendah. O : klien kooeratif
A : masalah teratasi
P : rencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang
maupun yang akan datang
-selesai-