Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN ANALISIS JURNAL DENGAN KASUS HALUSINASI

PENDENGARAN

Perseptor Akademik :
Ahmad Juliadi, Ns., M. Kep

Perseptor Klinik :
Marlina, S. Kep.,Ns

Disusun oleh :

Normuliani
(2014901110064)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2020/2021


1. Pendahuluan.
Skizofrenia adalah suatu kelainan neurobiology otak yang menyebabkan
gngguan dalam berfikir, merasakan dan sulit berinteraksi (Swearigen, 2016),
skizofrenia disebut juga sebagai suatu penyakit neurobiologis yang
mempengaruhi otak yang menyebabkan timbulnya gangguan dan keanehan
pada fikiran, persepsi, emosi gerak dan perilaku.

Halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan pada pasien


skizofrenia. Tanda dan gejala pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi yaitu tersenyum atau tertawa sendiri, berbicara sendiri, respon
yang kurang tepat terhadap realita, melakukan gerakan mengikuti halusinasi,
kurang konsentrasi, kurang interaksi dengan orang lain dan bersikap seperti
sedang mendengarkan sesuatu (Stuart, Keliat & Pasaribu, 2016).

Dampak negatif halusinasi pendengaran dapat melukai dirinya sendiri atau


orang lain. Luhrmann et al (2015) mengatakan pasien sangat terganggu dan
gelisah karena seringnya frekuensi, banyaknya jumlah tekanan dan tingginya
intensitas tekanan dari halusinasi pendengaran yang membuat mereka sulik
membedakan khayalah dengan kenyataan yang membuat mereka depresi.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko buruk terhadap


pasien, keluarga dan lingkungan sekitar adalah dengan jalan memberikan
terapi pada pasien halusinasi. Bedasarkan National Institute Mental Health of
United States (2007), terapi yang dilakukan untuk mengurangi halusinasi
pada pasien skizofrenia adalah dengan cara pemberian terapi medis dan juga
psikoterapi.

Terapi medis dan psikoterapi tersebut harus dilakukan secara bersamaan agar
didapat hasil yang lebih optimal. Pemberian terapi medis meliputi pemberian
antipsikotik atau yang dikenal juga sebagai obat-obatan neuroleptik, yang
terdiri dari dua jenis yaitu antipsikotik tipikal dan antipsikotik atipikal yang
berguna untuk mengurangi gejala psikotik yang terjadi pada pasien
skizofrenia. Berdasarkan Kaplan et al (2010) menyatakan hanya 10% pasien
yang efektif dalam pemberian antipsikotik dan perawatan dirumah sakit yang
singkat. Sedangkan selebihnya membutuhkan terapi yang komprehensif.
Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pasien juga membutuhkan terapi
lainnya seperti psikoterapi disamping terapi medis.

Membantu klien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat dapat melatih


klien mengendalikan halusinasi. Menghardik halusinasi adalah upaya
mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang
muncul. Klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya.

Keliat & Akemat (2014) menjelaskan ada empat cara mengontrol halusinasi
dalam standar asuhan keperawatan generalis, pertama Teknik distraksi
menghardik dengan suara yang keras dan mengatakan “ pergi…pergi… kamu
suara palsu saya tidak mau dengar”, kedua dengan patuh minum obat, ketiga
bercakap-cakap dan keempat melakukan aktivitas terjadwal. Carolina (2008)
dan Wardani (2016) yang menyatakan keempat Teknik distraksi berpengaruh
pada peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi.

2. Kasus
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 04 November 2020 dengan
pasien Tn. F yang mengeluh sering mendengar bisikan seorang laki-laki yang
mengajaknya untuk meminum obat-obatan terlarang, bisikannya sering terjadi
setiap hari, respon pasien mendengar bisikan tersebut membuatnya terganggu,
dua tahun yang lalu Tn. F pernah mengkonsumsi obat-obatan yang berlebihan
sehingga overdosis dan menyebabkan Tn. F lupa ingatan. Tn. F pernah
dirawat di RS Sambang lihum selama 2 minggu, dan Saat dilakukan
wawancara, Tn. F selalu menunduk dan melamun, menjawab semua
pertanyaan dengan benar dan mengingat semua kejadian yang telah lalu. Tn.
F selalu mengkonsumsi obat dari dokter yang diminum 1 kali sehari. Tn. F
terlihat lesu karena terlalu banyak tidur.

3. Rumusan masalah
Pertanyaan Klinik : Mana yang lebih efektif antara Teknik distraksi
menghardik : spiritual dengan terapi musik untuk mengontrol halusinasi
pendengaran?

(Patient,
Gangguan persepsi sensori (halusinasi
Population or
pendengaran)
problem)

(Intervention) Teknik distraksi menghardik : spiritual

(Comparasion
or Terapi Musik
Intervention)

(Outcome) Dapat mengontrol Halusinasi

Keyword:
Halusinasi, Teknik distraksi, Terapi musik

4. Metode/strategi penelusuran bukti


a. Jurnal : Pengaruh Teknik Distraksi Menghardik dengan Spiritual
Terhadap Halusinasi Pasien. Peneliti Nurlaili, Adnil Edwin Nurdin,
Dewi Eka Putri. Jurnal Keperawatan Volume 1 No. 3,p-ISSN 2085-
1049 e- ISSN 2549-8118, 3 September 2019 hal 177-190
b. Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Ganguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr.M. Ildrem. Peneliti Dian Anggri Yanti, Abdi Lestari Sitepu, Kuat
Sitepu, Pitriani, Wina Novita Br. Purba. jurnal keperawatan dan fisioterapi
(jkf), e-issn 2655-0830 vol. 3 no.1 edisi mei – oktober 202031 oktober
2020

b. Hasil Penelusuran
No Judul Jurnal Validity Important Aplicable
.
1. Pengaruh Teknik Metode Penelitian : Karakteristik responden meliputi 1. Lebih mudah
Distraksi Metode kuantitatif Kelompok intervensi dilakukan
Menghardik dengan desain quasy umur 38 tahun, lamanya sakit rata-rata 8 2. Resiko yang
dengan Spiritual experimental pre-post tahun, lamanya dirawat 27 hari, frekuensi muncul sangat
Terhadap test with sontrol dirawat 6 kali rendah
Halusinasi group. Teknik kelompok control 3. Perlu konsetrasi
Pasien. pengambilan sampel umur 38 tahun, lamanya sakit rata-rata 8
dengan purposive tahun, lamanya dirawat 28 hari, frekuensi
sampling dirawat 6 kali
Jumlah sampel kelompok intervensi
94 pasien halusinasi didapat p-value 0,000 (p<0,05) yang
pendengaran artinya ada pengaruh intervensi Teknik
distraksi menghardik dengan spiritual
terhadap halusinasi pasien
kelompok control
didapat p-value 0,084 (p>0,05) yang
artinya tidak ada pengaruh intervensi
Teknik distraksi menghardik dengan
spiritual terhadap halusinasi pasien.
2. Terapi Musik Metode penelitian : 1. Mudah dilakukan
Karakteristik responden berjenis
Terhadap penelitian kuantitatif, kelamin laki-laki 14 orang (63,6%) 2. Menggunakan
Penurunan menggunakan danminoritasberjeniskelaminperempuan alat istrumen
8 orang (36,4%). Berdasarkan umur
Tingkat pendekatan dapat diketahui bahwa dari 22 responden 3. Resiko rendah
Halusinasi Eksperimen Semu mayoritas berumur 41-50 Tahun
sebanyak 14 orang (63,3%) dan
Pendengaran (Quasy Experiment). minoritasberumur30-40 Tahun sebanyak
Pada Pasien Metode penelitian 8 orang (36,4%).
Ganguan Jiwa Di dengan pendekatan Pada penelitian ini dapat disimpulkan
pretest dengan sampel 22 responden
Rumah Sakit one grup pre test-
memiliki rata-rata sebelum (mean=
Jiwa Prof. Dr.M. post test design 4,32), standar deviasi sebesar 0,646
Ildrem. Jumlah Sampel
posttest dengan sampel 22 responden
22 orang pasien memiliki rata- rata sesudah (mean=
halusinasi 1,68), standar deviasi sebesar 0,568
dengan P-value (0,000) < α 0,05 maka
pendengaran H0 ditolak Ha diterima yang artinya
terdapat pengaruh Efektivitas Terapi
Musik Terhadap Penurunan Tingkat
Halusinasi Pendengaran pada pasien
gangguan jiwa Di RSJ Prof. Dr.M.
Ildrem Medan.

c. Diskusi
Pada Teknik distraksi menghadik dengan spiritual Tindakan keperawatan
yang menurunkan halusinasi pasien. Stuart (2016) mengatakan bahwa
dalam merawat pasien skozifrenia yang salah satunya dengan halusinasi
pendengaran sangat perlu tentang pengkajian sumber koping karena
bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan individu. Masyarakat
mengjunjung tinggi aspek budaya memaknai budaya sebuah kekuatan
yang salah satunya nilai spiritual. Laroi et al (2014) mengatakan bahwa
budaya terlibat dalam proses terjadi proses halusinasi, sebaiknya budaya
juga diikutsertakan dalam mengatasi masalah halusinasi. Teknik distraksi
menghardik dengan spiritual dimana menggunakan Dzikir dapat
membersihkan pikiran secara psikologis, menimbulkan ketenangan batin
dan keteduhan jiwa sehingga terhindar dari stress, rasa cemas, takut dan
gelisah. dzikir merupakan salah satu metode untuk mencapai
keseimbangan, dimana akan tercipta suasana tenang, respon emosi positif
yang akan membuat sistem kerja saraf pusat menjadi lebih baik. Dzikir
dari sudut pandang ilmu kesehatan jiwa merupakan terapi psikiatrik
setingkat lebih tinggi daripada psikoterapi biasa. Hal ini dikarenakan
dzikir mengandung unsur spiritual kerohanian, keagamaan, yang dapat
membangkitkan harapan dan percaya diri pada diri klien atau penderita,
yang pada gilirannya kekebalan tubuh dan kekuatan psikis meningkat
sehingga mempercepat penyembuhan (Hawari, 2008).
Kelebihan
1. Mudah dilakukan sendiri tanpa adanya alat instrument
2. Dapat diterapkan setiap saat khususnya pada saat halusinasi dating
3. Tidak menggunakan biaya
4. Mendapatkan pahala
Kekurangan
1. Hanya dapat dilakukan pada agama muslim
2. Perlu konsentrasi
Terapi music merupakan Tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengontrol halusinasi. Stuart (2016) mengungkapkan bahwa
mendengarkan musik yang dipilih sendiri setelah terpapar stressor dapat
menyebabkan terjadinya pengurangan kecemasan, kemarahan, dan
membuat sistem saraf simpatis bergairah, dapat meningkatkan relaksasi
dibandingkan dengan yang duduk diam saja.
Kelebihan
1. Dengan mendengarkan music dapat mengalihkan halusinasi dari pada
berdiam saja
Kekurangan
1. Memerlukan biaya
2. Perlu bantuan perawat
3. Dapat menimbulkan resiko pada telinga
4. Tidak mandiri, dan bersifat ketergantungan

d. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas di dapatkan hasil bahwa Teknik distraksi
menghardik dengan spiritual lebih efektif penerapannya karena dapat
dilakukan sendiri oleh pasien, jika halusinasi datang pasien langsung
melakukan Teknik tersebut, dimana nantinya akan menimbulkan
kebiasaan dalam mengontrol halusinasi pendengaran dibandingkan dengan
terapi musik
Daftar Pustaka
Nurlaili, Adnil Ed, Eka Dewi, Pengaruh Teknik Distraksi Menghardik dengan Spiritual
Terhadap Halusinasi Pasien. Naskah publikasi sekolah tinggi ilmu Kesehatan
Kendal https://id.scribd.com/document/459626690/halusinasi2 diakses pada tanggal
06 oktober 2020 pukul 20.00

Dian A, Abdi L, Kuat S, Pitriani, Wina N, Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan
Tingkat Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Ganguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr.M. Ildrem. https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF diakses pada
tanggal 06 Oktober 2020 pukul 21.00

Amelia, D. & Trisyani, M. Terapi music terhadap penurunan tingkat depresi: Literature
review. AFIYAH 2, 2(1), 2015.

Chandra, & Gama. Terapi music klasik terhadap perubahan gejala perilaku agresif pasien
skizofrenia. Junal Keperawatan Denpasar. 7(1), 2014.

Damayanti, Jumaini, & Utami. Pengaruh terapi music terhadap penurunan halusinasi pasien
skizofrenia di RSJ Tampan Prov. Riau. JOM PSIK, 1(2), 1-9 Tahun 2014.

Keliat, B. A., Akemat, Helena, C., & Nurhaeni, H. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas:
CMHN (basic course). Jakarta: EGC; 2012

Prabowo, E. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Tahun 2016.

Yosep, I., & Sutini, T. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health Nursing.
Bandung : Refika Aditama, 2016.

Banjarmasin, 5 November 2020


Ners Muda

(Normuliani, S. Kep )

Preseptor Akademik

(Ahmad Juliadi, Ns., M. Kep)

Anda mungkin juga menyukai