OLEH:
MAKIAH
1814901210161
SIROSIS HEPATISA
A. Definisi
Sirosis adalah jaringa parut dan fibrosis jaringan hati yang berpotensi fatal (Hurst,
2011).
Sirosis merupakan penyakit hati kronis yang ditandai dengan kerusakan difus dan
regenerasi fibrotik sel hati (Robinson dkk, 2014).
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur
hepar dan pembentukan nodulus regenerative (Nurarif dkk, 2015).
B. Pathway
Sirosis leannec Sirosis pascanekrotik Sirosis biliaris
Nyeri
Sirosis Hepatis
1. Nyeri
NOC: Pengendalian nyeri
NIC: Manajemen nyeri Manifestasi klinis:
2. Ketidakefektifan pola nafas Nyeri, pruritus, ikterus (kuning pada
NOC: Status respirasi: ventilasi kulit dan mata), dispepsia kronis,
NIC: Manajemen jalan nafas penurunan berat badan, kelelahan,
3. Hambatan rasa nyaman kecendrungan perdarahan pada hidung
NOC: Status kenyamanan fisik serta gusi, asites, hepatomegali, dan
NIC: Pemberian obat splenomegali.
4. Risiko perdarahan
NOC:Status sirkulasi
NIC: Pencegahan perdarahan
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal :
a. Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST (akibat dari destruksi
jaringan hepar)
b. Peningkatan kadar amonia darah (akibat dari kerusakan metabolisme
protein)
c. Peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolisme
bilirubin)
d. PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan faktor pembekuan)
2. Biopsi hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan
pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpulkan
3. CT Scan atau MRI dilakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi
dan aliran darah hepatik
4. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia
(disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosteron pada respons terhadap
kekurangan volume cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites)
5. TDL menunjukkan penurunan SDM, hemoglobin, hematokrit, trombosit, dan
SDP (hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan
kerusakan metabolisme nutrien)
6. Urinalisis menunjukan bilirubinuria
7. SGOT, SGPT, LDH (meningkat)
8. Endoskopi retrogad kolangiopankrearografi (ERCP) obstruksi duktus
koledukus
9. Esofagoskopi (varises) dengan bantuan barium esofagografi
10. Biopsi hepar dan ultrasonografi
D. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada sirosis hepatis antara lain :
1. Suplementasi vitamin dan gizi untuk mempercepat penyembuhan sel hati yang
rusak serta meningkatkan status gizi
2. Pembatasan konsumsi natrium (500mg/hari)
3. Pembatasan asupan cairan (1.500ml/hari) untuk membantu mengatasi asites dan
edema
4. Antasid dan antagonis histamin untuk mengurangi distress lambung dan
menurunkan risiko perdarahan gastrointestinal
5. Diuretik hemat kalium, seperti furosemid untuk mengurangi asites dan edema
6. Laktulosa untuk mengurangi kadar amonia yang tingi
7. Transfusi darah untuk perdarahan masif; kristaloid atau penambahan volume
koloid untuk mempertahankan tekanan darah.
E. Daftar Pustaka