Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


MEDIS SIROSIS HEPATIS DI RUANG C2
RSPAL Dr. RAMELAN SURABAYA

Oleh:
ASTIKA RAHMAWATI, S. Kep.
NIM 203.0014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa:

Nama : Astika Rahmawati, S.Kep


NIM : 2030014
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Sirosis Hepatis

Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat


menyetujui bahwa Laporan pendahuluan ini dinyatakan layak.

Mahasiswa :

Astika Rahmawati, S. Kep


NIM. 2030014

Surabaya, 21 Desember 2020


Pembimbing

Sri Anik, S.H, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 03054

2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS SIROSIS HEPATIS

A. Konsep Sirosis Hepatis


1. Pengertian
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis yang dicirikan dengan penggantian
jaringan hati dermal dengan fibrosis yang menyebar dan mengganggu struktur
dan fungsi hati. Sirosis atau jaringan parut pada hati, dibagi menjadi tiga jenis
yaitu alkoholik, paling sering disebabkan oleh alkoholik kronis, jenis sirosis
yang paling umum; pasca nekrotik, akibat hepatis virus akut sebelumnya; dan
biliter, akibat obstruksi bilier kronis dan infeksi (Smeltzer & Bare, 2013)
Sirosis berasal dari bahasa Yunani, Kirros yang berarti oranye atau kuning
kecoklatan dan osis berarti kondisi (Cheney, 2012). Sirosis didefinisikan
secara anatomis sebagai proses difus dan fibrosis, pembentukan nodul dan
merupakan hasil akhir dari fibrinogenesis yang terjadi karena cedera hepar
kronis (Mc Cormick, 2011).
2. Etiologi
Etiologi sirosis hepatis bermacam-macam, kadang lebih dari satu sebab
ada pada satu penderita. Negara barat alkoholisme kronik bersama hepatitis C
merupakan penyebab yang paling sering dijumpai (Nurdjana, 2014).
Penyebab lain sirosis hepatis diantaranya virus hepatitis (B,C dan D), alkohol,
kelainan metabolik, hemakhomatosis, penyakit Wilson, defisiensi
Alphalantitripsin, galaktosemia, tirosinemia, kolestasis, sumbatan saluran
vena hepatika, sindroma Budd-Chiari, payah jantung, gangguan imunitas,
toksin dan obat-obatan, operasi pintas usus pada obesitas, kriptogenik dan
malnutrisi (Sherlock, 2011)
3. Manifestasi
Sirosis ditahap awal tidak menimbulkan gejala, pasien sirosis
ringan dan moderet mungkin menderita untuk waktu yang lama tanpa
menyadari penyakitnya. Pada tahap ini tes fungsi hati dapat mendeteksi
perubaahan yang mengarah pada disfungsi hati seperti kegagalan
membuat cukup protein berupa albumin yang membantu untuk
mengatur komposisi cairan di dalam aliran darah dan tubuh, kegagalan
membuat bahan kimia yang cukup diperlukan untuk pembekuan darah,
ketidakefektifan pengelolahan limbah kimia dalam tubuh seperti
bilirubin sehingga akan menumpuk di dalam tubuh, ketidakmampuan
memproses obat, racun, dan bahan kimia lainnya yang kemudian bisa
menumpuk di dalam tubuh.

Pada tahap akhir, sirosis hati terkait dengan banyak gejala.


Sebagian besar gejalanya adalah akibat dari jaringan hati fungsional
yang tersisa terlalu sedikit untuk melakukan fungsi hati. Gejala yang
dapat timbul pada fase ini antara lain kelelahan, kelemahan, cairan yang
bocor dari aliran darah dan menumpuk di kaki (edema) dan perut
(asites), kehilangan nafsu makan, merasa mual dan ingin muntah,
kecenderungan lebih mudah berdarah dan memar, penyakit kuning
karena penumpukan bilirubin, gatal-gatal karena penumpukan racun,
gangguan kesehatan mental dapat terjadi dalam kasus berat karena
pengaruh racun di dalam aliran darah yang memengaruhi otak. Hal ini
dapat menyebabkan perubahan kepribadian dan perilaku, kebingungan,
pelupa, dan sulit berkonsentrasi.

4. Web Of Caution (WOC)


Virus Alkoholisme
Hepatitis
Nekrosis
Parenkim
Hati

Pembentukan
jaringan ikat

Kegagalan Hipertensi Asites Ensefalopati


parenkim portal
hati Penekanan Kesadaran
Varises diafragma menurun
Mual, nafsu
esofagus
makan
menurun, Tekanan Ruang paru Resiko jatuh
kelemahan meningkat menyempit
otot, cepat
lelah Sesak
Pembuluh
Resiko
darah pecah
defisit Pola nafas
nutrisi, tidak efektif
Intoleransi Pembuluh
aktivitas darah pecah

Hematemesi Melena
s
Resiko
ketidakseimbangan
cairan, Ansietas
5. Klasifikasi
a. Menurut Morfologi
1) Sirosis mikronoduler
2) Sirosis makronoduler : ALD, HHC
3) Kombinasi mikro dan makronoduler : VH, ALH
4) Sirosis septal (multilobuler) in komplit
b. Menurut Etiologi
1) Cirrhosis of genetic disorder
2) Chemical cirrhosis
3) Sisoris alkoholik
4) Sirosis infeksius
5) Sirosis biliaris : PBC, EHBA, SBC, PSC
6) Sirosis kardiak : VO, BC
7) Sirosis metabolik
8) Sirosis kriptogenik

6. Komplikasi
Komplikasi sirosis hati menurut Tarigan (2001) antara lain :

1. Hipertensi portal
Adalah peningkatan hepatic venous pressure gradient (HVPG) lebih dari 5 mmHg.
Hipertensi portal merupakam sindroma klinis yang sering terjadi. Bila gradient
tekanan portal (perbedaan tekana antara vena portal dan vena cava inferior) diatas
10-20 mmHg, komplikasi hipertensi portal dapat terjadi

2. Asites
Penyebab asites yang paling banyak pada sirosis hepatis adala hipertensi portal,
disamping adanya hipoalbumin(penurunan fungsi sintesis pada hati ) dan disfungsi
ginjal yang akan mengakibatkan akumulasi cairan dalam peritoneum

3. Varises gastroesofagus
Varises gastroesofagus merupakan kolateral portosistemik yang paling sering.
Pecahnya Varises oesofagus (VE) mengakibatkan perdarahan varieses yang
berakibat fatal.

4. Peritonitis Bakterial Spontan


Peritonitis Bakterial Spontan merupakan komplikasi berat dan sering terjadi pada
asites yang ditandai dengan infeksi spontan cairan asites tanpa adanya focus infeksi
intraabdomin
5. Enselopati Hepatikum
Mekanisme terjadinya Enselopati Hepatikum (EH) adalah akibat
hiperamonia, terjadi penurunan hepatic uptake sebagai akibat dari
intrahepatic portalsystemic shunts dan/atau penurunan sintesis urea
dan glutamik

6. Sindroma Hepatorenal
Merupakan gangguan fungsi ginjal tanpa kelainan organic ginjal,
yang ditemukan pada sirosis hepatis lanjut. Sindroma ini dapat
ditemukan pada penderita sirosis hepatis dengan asites refrakter.
Sindroma Hepatorenal tipe 1 ditandai dengan ganggua progresif
fungsi ginjal dan penurunan klirens kreatinin secara bermakna dalam
1- 2 minggu. Tipe 2 ditandai dengan penurunan filtrasi glomerulus
dengan peningkatan serum kreatinin. (Nurdjanah, dikutip oleh
siti,2014)

Komplikasi sirosis hepatis yang utama adalah hipertensi portal, asites,


peritonitis bakterial spontan, pendarahan varises esofagus, sindrma
hepatorenal dan kanker hati (Nurdjana, 2014).
Komplikasi sirosis hepatis dapat terjadi secara fungsional, anatomi
ataupun neoplastik. Kelaianan fungsi hepato-selular disebabkan gangguan
kemampuan sintesis, detoksifikasi ataupun kelainan sistemik yang sering
melibatkan organ ginjal dan endokrin. Kelainan anatomis terjadi karena pada
sirosis terjadi perubahan bentuk parenkim hati, sehingga terjadi penurunan
perfusi dan menyebabkan terjadinya hipertensi portal, dengan perubahan alur
pembuluh darah balik yang menuju viseral baik intra maupun ekstra hepatal.
Sirosis yang dibiarkan dapat berlanjut dengan proses degeneratif yang
neoplastik dan dapat menjadi karsinoma hepato-selular. Komplikasi dari
sirosis dapat berupa kelainan ginjal berupa sindroma hepatorenal, nekrosis
tubular akut. Juga dapat terjadi ensefalotapi porto-sistemik, perdarahan
varises, peritonitis bakterialis spontan (Jurnalis, 2014).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Labolatorium
1) Urine (kurang dari 4 meq/L)
2) Feses (ekskresi pigmen empedu rendah)
3) Darah (normostic normokronik anemia ringan)
4) Tes faal hati
b. Sarana penunjang
1) Radiologi
2) Ultrasonografi
3) Peritonokopi (laparoskopi)
8. Penatalaksanaan
Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus,
asites, dan demam. Diet rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg
BB, 55 gr protein, 2.000 kalori). Bila ada asites diberikan diet rendah
garam II (600-800 mg) atau III (1.000-2000 mg). Bila proses tidak
aktif diperlukan diet tinggi kalori (2.000-3000 kalori) dan tinggi
protein (80-125 gr/hari). Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma
hepatikum, jumlah protein dalam makanan dihentikan (diet hati II)
untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit sesuai
toleransi dan kebutuhan tubuh. Pemberian protein yang melebihi
kemampuan pasien atau meningginya hasil metabolisme protein,
dalam darah viseral dapat mengakibatkan timbulnya koma
hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup perlu
diperhatikan.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan

a. Data Subjektif

1) Riwayat Penyakit Dahulu

2) Riwayat Penyakit Sekarang

3) Riwayat Penyakit Keluarga


b. Data Objektif

1) Aktivitas dan istirahat

2) Sirkulasi

3) Eliminasi

4) Nutrisi

5) Neurosensori

6) Nyeri

7) Respirasi

8) Keamanan

9) Seksualitas

c. Pemeriksaan B1-B6

a) B1 (Breathing)

Sesak , keterbatasan ekspansi dada karena hidrotoraks dan asites

b) B2 (Blood)

Pendarahan, anemia

c) B3 (Brain)

Kesadaram dan leadaan umum pasien (sadar-tidak sadar), berat

ringannya prognosis penyakit pasien

d) B4 (Bladder)

Urin warna kuning tua dan berbuih. Bilirubin tak terkonjugasi.

Sehingga bilirubin dalam urin dan ikterik serta pruritus.

e) B5 (Bowel)
Anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, vena gastrointestinal

menyempit, terjadi inflamasi hepar.

f) B6 (Bone)

Keletihan, metabolisme tubuh meningkat, produksi energi kurang.

2. Analisa Data

No. Data (Symptom) Etiologi Masalah


1. DS : Penekanan pada Pola nafas tidak
Mengatakan nafas tidak bisa daerah diafragma efektif
lega, seperti sesak dibagian
dada.
DO :
- RR abnormal
- Terdapat otot bantu
nafas
- SPO2 kurang dari 95%
2. DS : Nafsu makan Resiko defisit
Tidak ingin makan, tidak ada menurun nutrisi
nafsu.
DO :
- Hasil albumin
- Total protein
- Porsi makan yang
dihabiskan
- Badan lemas
3. DS : Pembuluh darah Resiko
Pasien mengatakan perutnya pecah ketidakseimbangan
semakin membesar cairan
DO :
- Asietes
- Edema pada
ekstremitas
- Hasil lab dan data
penunjang .
4 DS : Tirah baring Intoleransi
Pasien mengatakan badannya Aktivitas
lemas, tidakberdaya.
DO :
- Aktivitas dibantu oleh
keluarga
- Lemas
- Tirah baring di tempat
tidur
5 DS : Kurang terpapar Ansietas
Pasien mengatakan sulit tidur, informasi
khawatir.
DO :
- Sulit tidur
- Mata cowong
- Nadi meningkat
- Muka pucat
- Tampak gelisah

3. Prioritas Masalah

No. Masalah Keperawatan Tanggal Paraf

Temukan Teratasi

1. Pola nafas tidak efektif 22-12-2020

2. Intoleransi aktivitas 22-12-2020

3. Resiko defisit nutri 22-12-2020

4. Ansietas 22-12-2020

5. Resiko 22-12-2020
ketidakseimbangan
cairan
4. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada diagnosa fraktur collum

femur berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017):

a. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun. SDKI

2017 D.0032 (kategori : fisologis subkategori : nutrisi dan cairan)

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot. SDKI 2017

D.0056 (kategori : fisiologis subkategori : aktivitas dan istirahat).

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penekanan diafragma. SDKI

2017 D.0005 (kategori : fisiologis subkategori : respirasi).

d. Resiko jatuh berhubungan dengan intoksikasi alkoholisme. SDKI 2017 D.

0143 (kategori : lingkungan subkategori : kemananan dan proteksi).

e. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan pembuluh darah

pecah. SDKI 2017 D.0036 (kategori : fisologis subkategori : nutrisi dan

cairan)

f. Ansietas berhubungan dengan muntah darah. SDKI 2017 D.0080

(kategori : psikologis subkategori : integritas ego).


5. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Resiko defisit nutrisi Setelah dilakukan a. BHSP (Bina hubungan saling a. Meningkatkan hubungan antara
berhubungan dengan tindakan keperawatan percaya) perawat dan klien
nafsu makan menurun. keadekuatan asupan b. Monitor hasil pemeriksaan b. Hasil labolatorium mengidentifikasi
SDKI 2017 D.0032 nutrisi untuk memenuhi labolatorium terpenuhinya kebutuhan nutrisi
(kategori : fisologis kebutuhan metabolisme c. Monitor asupan makan c. Menilai keberhasilan tindakan
subkategori : nutrisi membaik 3x24 jam keperawatan
dan cairan) d. Monitor adanya mual muntah d. Menilai hal yang membuat mual
KH : muntah
a. Porsi makan yang e. Anjurkan klien makan porsi kecil tapi e. Menilai hal yang meningkatkan nafsu
dihabiskam sering makan
meingkat f. Sajikan makanan dalam keadaan f. Makanan hangat dapat meningkatkan
b. Verbalisasi hangat nafsu makan
keinginan g. Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat g. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan
meningkatkan nutrisi dan kepatuhan diit nutisi klien
c. Mual muntah h. Kolaborasi pemberian antiemetik h. Antiemetik mengurangi mual, diit
menurun TKTP
d. Berat badan
membaik
e. Nafsu makan
membaik
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan a. BHSP (Bina Hubungan Saling a. Meningkatkan hubungan perawat dan
berhubungan dengan tindakan keperawatan Percaya) klien
kelemahan otot. SDKI respon fisiologis b. Monitor TTV b. TTV mengidentifikasi sistem seluruh
2017 D.0056 terhadap aktivitas yang tubuh
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
(kategori : fisiologis membutuhkan tenaga c. Dukungan ambulasi c. Menilai kekuatan otot
subkategori : aktivitas meningkat dalam 3x24 d. Anjurkan klien mika-miki d. Menghindari resiko dekubitus dan
dan istirahat). jam memperlancar peredaran darah
e. Jelaskan pentingnya latihan fisik e. Menilai aktivitas yang dapat dilakukan
KH : f. Kolaborasi pemberian diit TKTP f. Menilai kebutuhan nutrisi untuk
a. Klien menunjukan kekuatan otot
kekuatan otot
meningkat
b. TTV dalam batas
normal
TD 110/70-120/80
RR 20x/menit
Nadi 80x/menit
Spo2 95-100%
3 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan a. Pantau TTV a. Identifikasi sistem regulasi tubuh
berhubungan dengan tindakan keperawatan b. Pengaturan posisi b. Menilai hal yang membuat sesak
penekanan diafragma. inspirasi dan/atau c. Terapi otot relaksasi progresif c. Menilai kepatenan jalan nafas
SDKI 2017 D.0005 ekspirasi yang d. Jelaskan pencegahan aspirasi d. Menilai proses menelan
(kategori : fisiologis memberikan ventilasi e. Kolaborasi pemberian obat e. Menilai hal yang dapat melegakan
subkategori : respirasi). adekuat membaik dalam pernafasan
3x24 jam.

KH :
a. Pasien tidak
menunjukan reaksi
sesak nafas
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
b. Klien menunjukan
jalan nafas yang
paten (tidak merasa
tercekik)
c. TTV dalam batas
normal
TD 110/70-120/80
RR 20x/menit
Nadi 80x/menit
Spo2 95-100%
4 Resiko jatuh Setelah dilakukan a. Pantau TTV a. Identifikasi sistem regulasi tubuh
berhubungan dengan tindakan keperawatan b. Pemasangan alat pengaman b. Menilai faktor resiko jatuhdan
intoksikasi derajat jatuh berdasarkan keamanan
alkoholisme. SDKI observasi atau sumber c. Orientasi realita c. Menilai kesadaran
2017 D. 0143 (kategori informasi menurun d. Edukasi pengurangan resiko d. Menilai kemampuan mengendalikan
: lingkungan dalam 3x24 jam diri
subkategori : e. Edukasi manajemen keselamatan e. Menilai faktor resiko
kemananan dan KH : lingkungan
proteksi). a. Klien sadar f. Kolaborasi fisioterapis f. Menilai hal yang dapat meningkatkan
b. Klien menunjukan kekuatan otot
kekuatan otot
meningkat
c. TTV dalama batas
normal
TD 110/70-120/80
RR 20x/menit
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Nadi 80x/menit
Spo2 95-100%
5 Resiko Setelah dilakukan a. Pantau TTV a. Identifikasi sistem regulasi tubuh
ketidakseimbangan tindakan keperawatan b. Pantau intake – output cairan b. Menilai tingkat dehidrasi
cairan berhubungan ekuilibrium antara c. Jelaskan pencegahan syok c. Menilai resiko syok
dengan pembuluh volume cairan di ruang d. Kolaborasi manajemen medikasi d. Menilai hal yang dapat meningkkatkan
darah pecah. SDKI intraseluler dan balance cairan
2017 D.0036 ekstraseluler tubuh
(kategori : fisologis meningkat dalam 3x24
subkategori : nutrisi jam
dan cairan)
KH :
a. Turgor kulit klien
membaik
b. Intake output klien
dalam batas normal
(1cc/kg BB)
c. TTV dalam batas
normal
TD 110/70-120/80
RR 20x/menit
Nadi 80x/menit
Spo2 95-100%
6 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan a. Pantau TTV a. Identifikasi sistem regulasi tubuh
dengan muntah darah. tindakan keperawatan b. Ajarkan teknik distraksi b. Menilai tingkat nyeri
SDKI 2017 D.0080 kondisi emosi dan c. Ajarkan terapi relaksasi otot c. Menilai hasil relaksasi, pengurangan
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
(kategori : psikologis oengalaman subjektif progresif nyeri
subkategori : integritas terhadap objek yang d. Bantu konseling d. Menilai manajemen diri
ego). tidak jelas dan spesifik e. Dukungan emosi e. Menilai tingkat ansietas
akibat antisipasi bahaya
yang, memungkinkan
individu melakukan
tindakan untuk
menghadapi ancaman
menurun dalam 3x24 jam

KH :
a. Klien tidak
menunjukan wajah
tegang (gelisah)
b. TTV dalam batas
normal
TD 110/70-120/80
RR 20x/menit
Nadi 80x/menit
Spo2 95-100%
c. Kontak mata baik
d. Wajah tidak terlihat
pucat
6. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan rencana keperawatan kegiatan atau tindakan yang diberikan

kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan, tetapi

menutup kemungkinan akan menyimpang dari rencana yang ditetapkan

tergantung pada situasi dan kondisi pasien.

7. Evaluasi Keperawatan

Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah

diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin

dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau

belum, dapat juga tercapai sebagaian atau timbul masalah baru.


DAFTAR PUSTAKA

Cheney, C.P, Goldberg, E.M & Chopra, S. (2012). Cirrhosis and portal
hypertension : an overview. In : Friedman, L.S, Kheffe, E.B. Hardbook liver
disease. Philadhelphia : Elsevier inc, 136-148.
Jurnalis, dkk. (2014). Sisosis Hepatis Dengan Hipertensi Porta Dan Pecahnya
Varises Esofagus. Majalah kedokteran andalas, 31 (2). ISSN 0126-2092.
Mc Cormick, P.A. (2011). Hepatic Cirrhosis. In Dooley, J.S, Lok, ACF,
Burrhough, A.K & Heathcote, E.J. Sherlock Disease Of The Liver And
Billiary Sytem, 12th Ed. USA : Wiley Blackwill publishing, inc, 103-120.
Nurdjana, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Sirosis Hati. Indonesia :
Interna Publishing. 6th ed.P.1978.
SDKI, T. P. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sherlock, S. (2011). Disease Of The Liver And Billiary System. USA : Wiley
Blackwell. 12th ed. P.103-120.

Anda mungkin juga menyukai